Saya sangat suka memperhatikan bagian dari muka orang. Hal pertama yang selalu menarik perhatian adalah alis. Saya selalu terkagum dengan mereka yang mempunyai alis asli lebat dan rapi. Maklum saja, alis saya pas-pasan, jadinya suka kalau melihat ada orang yang mempunyai alis bagus. Mungkin karena terlalu terobsesi dengan alis, seringnya tanpa sadar selalu terlontar ucapan “alisnya bagus” kepada orang yang saya temui dengan alis yang menurut kriteria saya bagus. Sampai ada seorang teman yang ketika datang ke perkawinan kami menyebut bahwa saya tertarik sama suami pertama kali pasti karena alisnya, yang memang saya amini selain karena dia pria berkacamata *saya suka klepek-klepek kalo lihat pria berkacamata 😀. Karena beralis minimal, saya beberapa kali belajar membuat alis supaya nampak lebih bagus, bukan dengan mencukur tetapi dengan menambah ketebalannya menggunakan pensil alis, dimana berakhir dengan bentuk yang tidak memuaskan. Akhirnya ya pasrah saja punya alis pas-pasan dan mengagumi mereka yang bisa membentuk alis dengan bagus menggunakan pensil alis. Sewaktu kawin dulu, saya tidak mau alis dicukur oleh perias. Selain alis yang menjadi daya tarik sehingga saya memperhatikan muka orang, gigi juga menjadi salah satu parameter buat saya berlama-lama memandangi muka.
Berawal dari gandrung menonton film dan drama Korea, yang entah kapan itu awal mulanya, saya jadi suka memperhatikan gigi setiap bertemu orang. Maklum saja, pemain film dan drama Korea selain kulit mukanya yang bisa membuat nyamuk dan lalat terpeleset, giginya juga sering membuat saya terkagum, meskipun dibalik gigi bagus mereka mungkin perawatannya super intensif atau bahkan mungkin sudah melalui proses kosmetik gigi. Saya suka dengan gigi yang rapi dan sehat karena kalau gigi cantik itu relatif ya, maksudnya warna gigi bukan yang harus putih seperti cat tembok terus saya mengkategorikan menjadi gigi cantik, bukan seperti itu meskipun saya juga ingin punya warna gigi yang putih paripurna. Menurut saya, gigi sehat itu lebih penting dan jikalau memungkinkan juga rapi.
Sejak kecil, saya dan adik-adik sudah dibiasakan untuk pergi ke dokter gigi oleh Ibu. Awalnya karena salah satu adik saya harus dipasang kawat gigi karena selain bentuk giginya yang tidak rapi, setelah diobservasi oleh dokter ternyata bisa mengganggu kesehatan mulutnya. Dari situlah kami sekeluarga akhirnya menjadi rajin ke dokter gigi, paling tidak satu tahun sekali. Karena disiplin mengikuti instruksi dokter gigi dan memang sejak kecil kami tidak dibiasakan memakan makanan yang mengandung banyak gula, contohnya coklat dan permen, bersyukurnya sampai sekarang keadaan gigi kami sekeluarga dikategorikan bagus karena belum (jangan sampai) mengalami proses tambal gigi dan tidak ada yang berlubang. Yang paling saya kagumi adalah gigi Ibu, diusianya yang sudah lebih dari 60 tahun, gigi Ibu kondisinya masih bagus, rapi, tidak pernah sakit gigi sekalipun dan tidak ada tambalan sama sekali, warnanya giginya juga cerah. Oh iya, sejak kecil kami juga tidak dibiasakan minum kopi ataupun teh, mungkin karena itu juga yang menjaga warna gigi meskipun tidak bisa putih cemerlang tetapi minimal masih cerah. Satu-satunya keluhan dengan gigi dikeluarga saya adalah karang gigi.
Pada saat usia SMA, saya pernah punya ambisi untuk pasang kawat gigi. Waktu itu saya menganggapnya keren karena melihat teman-teman SMA kawat giginya berwarna warni. Ternyata setelah saya tahu, prosesnya menyakitkan dan tidak ada keren-kerennya sama sekali serta dimarahi oleh dokter gigi karena saya dianggap tidak bersyukur karena sudah punya gigi rapi malah mau pasang kawat gigi. Ketika kuliah, saya tetap rajin ke dokter gigi yang tempat prakteknya ada diklinik kampus. Selain karena harga konsultasinya terjangkau untuk anak kuliahan yang statusnya ngekos, juga karena tempatnya tidak jauh dari jurusan dan fasilitasnya juga bagus. Senangnya saat sudah bekerja, biaya kontrol ataupun membersihkan karang gigi ternyata diganti oleh kantor. Tentu saja saya memanfaatkan fasilitas kantor tersebut semaksimal mungkin. Enam bulan sekali pasti saya kontrol ke dokter gigi, entah hanya sekedar kontrol biasa maupun membersihkan karang gigi. Perasaan saya selalu senang saat keluar dari ruangan dokter gigi, merasa kalau gigi bersih dan mengetahui jika gigi sehat itu senang luar biasa, berasa enteng mulutnya, bukan enteng pengen ngatain orang ya LOL 😀. Datang ke dokter gigi selalu menjadi bagian yang dinanti karena bersyukurnya sampai sekarang belum pernah punya pengalaman buruk dengan dokter gigi.
Sewaktu pertama kali pindah ke Belanda, suami sempat ragu untuk memasukkan dokter gigi ke asuransi kesehatan saya dengan alasan karena saya tidak ada riwayat sakit gigi maupun bermasalah dengan gigi. Akhirnya diambil jalan tengah, dokter gigi akan ditambahkan ke asuransi kesehatan setelah diobservasi terlebih dahulu. Pertama kali datang ke dokter gigi di Den Haag setahun lalu, setelah dicek sana sini, dokternya bilang gigi saya bagus kondisinya hanya sedikit bermasalah dengan gusi yang mengakibatkan saya harus datang lagi untuk pemeriksaan menyeluruh. Setelah datang kedua kali dan diperiksa secara intensif (hampir satu jam) ternyata permasalahan dengan gusi tidak terlalu parah yang kemudian saya diberi tahu cara menyikat gigi yang benar dan dianjurkan mengganti sikat gigi manual menjadi sikat gigi elektrik. Jadi sudah setahun ini saya menggunakan sikat gigi elektrik. Dengan kondisi gigi yang baik-baik saja, jadwal ke dokter gigi hanya perlu setahun sekali. Dokter gigi saya ini orangnya gaul. Diruangan dia selalu diputarkan musik sesuai permintaan pasien. Jadi sewaktu saya datang pertama kali, ditanya mau diputarkan musik apa. Saya iseng saja bilang kalau ingin dengar Bon Jovi, lah ternyata dia punya lho. Sewaktu datang kedua kali, saya minta diputarkan Coldplay, dia juga punya. Curiga dia ini mantan penyiar radio kampus :D.
Kebiasaan memperhatikan gigi orang dikemudian hari mengakibatkan karma buat saya. Tidak disangka tidak dinyana, ternyata suami dan Mama mertua ketika pertama kali bertemu saya yang dinilai pertama kali adalah gigi. Ini pengakuan jujur terlontar dari suami dan Mama mertua setelah saya pindah ke Belanda. Ternyata penilaian yang merupakan bagian screening tersebut dilakukan diam-diam dan mereka tidak merencanakan bersama alias misi masing-masing. Mama mertua dengan terus terang mengatakan kalau sejak pertama bertemu saya langsung tertarik mengenal lebih jauh karena gigi saya (nampak) sehat dan rapi. Menurut beliau, kalau seseorang giginya sehat, artinya dia juga pandai menjaga kesehatan anggota badan yang lainnya. Saya mahfum beliau sampai berpendapat seperti itu karena gigi beliau dan anak-anaknya sampai sekarang kondisinya bagus dan terjaga dengan baik.
Saya tidak ada kiat muluk-muluk dalam menjaga kesehatan gigi. Sikat gigi setelah makan besar dan sebelum tidur (jadi saya sikat gigi 1-3 kali sehari, tapi ya seringnya 2 kali). Saya menyikat gigi dengan cara yang sudah diajarkan oleh dokter gigi : sebelum menyikat gigi, membersihkan sela-sela gigi dan gusi dengan alat pembersih khusus, semacam tusuk gigi tapi ada bulu-bulu halusnya. Hal ini dilakukan untuk membersihkan sisa makanan yang tidak terjangkau oleh sikat gigi supaya tidak mengendap disitu. Kemudian membersihkan sela gigi dengan benang, Jika memakai sikat gigi elektrik sikatnya tidak boleh ditekan ke gigi (jadi ditempel secara normal saja, tidak perlu ditekan) dan setiap gigi diberi waktu 3 detik, setelahnya sikat dipindah ke bagian gigi lainnya, seterusnya sampai keseluruhan gigi selesai disikat. Menyikatnya bukan hanya pada bagian gigi saja, tetapi didekatkan juga ke area gusi supaya gusi juga ikut dibersihkan. Setelah selesai menyikat gigi dan berkumur dengan air, ditutup kumur dengan cairan kumur mulut. Jangan lupa juga untuk membersihkan lidah juga karena lidah salah satu tempat sumber berkumpulnya kuman yang menyebabkan nafas tidak sedap. Saya juga menjaga pola makan yang seimbang, tidak suka memakan makanan yang manis, tidak minum teh kopi dan minuman bersoda (kalau ini karena kebiasaan), banyak makan sayur dan buah.
Kalau gigi sehat, mulut terjaga kesehatannya, dan nafas tidak bau, rasanya senang selain juga hemat kan karena tidak perlu sering-sering ke dokter gigi. Jadi semangat juga untuk senyum ala tiga jari seperti foto blogger kondang dibawah ini 😀
Ini cerita sisipan, jumat malam kami mendapatkan kunjungan dari blogger Arif Rahman yang punya blog Backpackstory. Jadi ceritanya dia dan istri (namanya Gladies) yang menikah seminggu lalu sedang bulan madu ke beberapa negara di Eropa, salah satunya Belanda. Akhirnya berkunjunglah mereka ke tempat kami. Saya memasak beberapa masakan Indonesia yang gampang-gampang saja masaknya (ayam panggang, urap-urap, tumis pedes cumi asin pete, tahu tempe goreng, dan sambel trasi). Eh, ternyata Gladies kangen makan Indomie kuah, akhirnya dia masak sendiri Indomie kuah pakai sawi, telur, bakso dan potongan cabe rawit. Ternyata lidah Indonesia memang ga bisa bohong ya, kangennya malah sama Indomie (saya juga sering begini :D).
Kembali lagi ke masalah pergigian, kalian punya cerita atau pengalaman tentang kesehatan gigi?
-Den Haag, 21 Februari 2016-
Sumber foto pertama : http://www.123rf.com/stock-photo/molar_tooth.html
Gigi itu mahkota juga ya hehe! Aku tetep gak suka ke dokter gigi, tapi beruntung di Jerman, bidang kesehatan ssangat diperhatikan. Kunjungan ke dokter gigi juga kunjungan rutin. Ritual bersihkan gigi juga jadi asyik ya karena relative murah alat2nya, kalau di Indonesia duh mahal semua.
Iya, dokter gigi di Indonesia itu mahal yaa. Berasa juga pas terakhir sebelum berangkat periksa diluar klinik kampus. Tapi karena sudah rutin periksa, kalo ga periksa jadinya ga enak juga rasanya.
sama Den, karena dari kecil dibiasakan cek rutin ke dokter gigi sampai sekarang jadi kebiasaan dech. Setidaknya kontrol dan bersihin karang gigi. Hanya karena dulu aku pernah berbulan-bulan dicekokin antibiotik akibat batuk nga kelar-kelar yang ada giginya warnanya kuning gitu hiksss sedih dech.
Sama kita Lin, korban antibiotik haha
Aku kalau ke Dokter Gigi buat bersihkan karang Gigi,seneng rasanya habis itu krn bersih..hehehee. Aku pengen bleaching tapi mahal..hiks
Samaaa Tih, aku pengen bleaching juga, tapi kok mahal, tapi juga takut ntar giginya jadi rusak dan sesnitif karena emailnya terkikis.
iya mahal mbk…sakit di dompet deh booook…. iya takut ada efek sampingnya juga
Iya juga ya mba Deny, suka dengan quote mama mertuanya mba, Kesehatan gigi aja di jaga, apalagi kesehatan anggota badan yang lainnya…
Postingannya sangat bermanfaat mba, thanks ya mba Deny.. 😀
Sama-sama Abah, hanya ingin berbagi cerita 🙂
Saya rajin ke dokter gigi karena gigi bermasalah. Suami baru setelah nikah sama saya mampir ke drg dan hasilnya gigi dia emang bagus. Kalo pas ABG dulu Saya pengen pake kawat gigi, biar gaya aja 😀
Hahaha sama berarti Frany kita. Motivasi pakai kawat gigi karena pengen gaya2an. Komenmu ternyata mampir ke Spam.
Semoga sehat terus yaaa giginya 🙂
Aku malah penasaran ama “klinik kampus”..kampus kita apa kampus sebelah mbak? 😀
Klinik kampus kitalah Vit, iku lho Vit yang letaknya dideket Asrama. Mosok ga tau mrono, aku langganan ke sana ya ke dokter giginya haha sama sering cek tekanan darah.
Mba, aku ini manusia yang paling takut dengan dokter gigi. Meskipun dokternya itu tante saya sendiri, saya selalu takut masuk ke ruang prakteknya. Udah masuk 5 menit, keluar lagi, begitu terus dulu. Engga suka dengan alat-alat yang dimasukkan ke mulut. Karena tinggal di wilayah Kalimantan yang memiliki kandungan air PAM kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah Jawa, jadi saya pernah merasakan beberapa kali tambal gigi dan cabut gigi. Jangan ditanya bagaimana takutnya saya saat itu, haha..
Sejak saat itu saya selalu sikat gigi pakai air minum. Less or more, perawatan saya sama seperti mba, gosok gigi 1-3 kali sehari dan jaga pola makan-minum.
Saya juga suka envy lihat gigi orang yang rapi karena ada 1 gigi depan saya yang miring. Katanya tante itu harus diasah, tidak bisa pakai kawat, tapi saya juga ga berniat pakai kawat sejak melihat teman-teman yang (terpaksa) telaten dengan kawat giginya.
Wah, sayang sekali Wien padahal kalo sama saudara sendiri biasanya kan lebih rilex ya karena sudah kenal. iya, bisa ngerasain Wien sakitnya tambal gigi soalnya aku sering anterin temenku dulu tambal gigi. Ngelihatnya sampai ga tega.
Yang penting sehat aja Wien giginya. kalau dimacem2in malah akan mendatangkan sakit ntar jadinya nyesel. Gigiku ini strukturnya gede2, jadi kalo ketawa kelihatan giginya gede2 haha.
Sata mah dari masih piyek udah hobby ke dr gigi…bukan untuk skreening..tapi emang giginya lobang..saat ini so pasti gigi udah penuh tambalan… dan 5 udah di jaket…wuiiih.btw mau dong review tentang sikat gigi yg bukan manual. Merk nya dan kalo bisa link vidio cara penggunaannya….thanks ya…
Aku pakai Oral B Mbak soalnya alatnya ngintilin suami cuma beda brush aja. Wah kalau tutorial aku belum cari2 Mbak soalnya mraktekan langsung yang diajarin dokter giginya. Mungkin di Youtube ada Mbak.
wah serunya..
para blogger kumpul 🙂
semoa besok bisa maen kerumah ka Den ya
Amiinn, semoga yaaa. Ditunggu
waduh, kalo mau ketemu mbakden, mesti ke dokter gigi dulu ah. Biar cling cling 😀
Wahha ya ga segitunya. Aku cuman suka merhatiin aja, ga sampai ngomongin :)))
wah, saya masalah utamanya gigi yang tidak rapi, pernah jatuh dari tempat tidur tingkat waktu kecil. sementara gigi susu nya sudah ganti. lama-lama, giginya masuk ke dalam lagi. lagi mikir harus diapain.
tentang alis, kita sama. saya juga paling senang ngelihat alis, apalagi kalo lebat gitu alisnya dan rapi.
Wah sama kayak adikku yang paling kecil, Kei. Adik juga pernah jatuh trus giginya cuil dikit waktu dia masih bayi. Tapi pas gedenya kok nampak jadi rapi ya apa numbuh sendiri gitu haha ga paham aku. Semoga selalu sehat yaa gigimu. Toss kita tentang alis 🙂
si yg kira2 mantan penyiar itu ganteng ngga den? wkwkwk alisnya tebal ngga? wkwkwk
soal alis, aku pede banget, alisku apik tenan krn tebal, jadi bisa dikreasi semaunya yg ngerias.. tapi kalau gigi… *tutup mulut… uelek tenan ._. kamu kewreeeeen deh kalau giginya bagus….
Hahaha doktere wedok. Bersyukur wedok, lek lanang gemeteran aku hihihi.
Wah berarti aku isok iri kalo ketemu kamu terus lihat alismu haha. Gigiku iki sebenarnya bukan bagus dari segi tampilan, cuman rapi aja bentuknya. Kalau tampilannya gigiku tipe yang gede2. Jadi kalo ketawa ya kelihatan semua giginya haha.
Aku dulu pernah ke dokter gigi sekali doang karena gingivitis. Sejauh ini selalu gosok gigi teratur biar nggak sakit gigi…
Iya, jaga gigi supaya ga sakit itu penting. Denger2 dari yang pernah sakit gigi, nyut2annya luaarr biasa
Gigi. Postingan yg bikin keringet dingin ingat janji dengan dokter2 gigi. Tumben juga bahas gigi…awalnya dikira ini postingan mba jynita. Ah, kenangan dengan dokter gigi sudah paket lengkap…pernah dioperasi segala. Kenangan paling tdk enak, ketika dtg ke dr gigi yg terkenal, ternyata malah dilempar ke istrinya yang sptnya masih belajar….nah, ketika selesai ngebor atau bersihin gigi, kan biasa mulut kita dicuci diisi air sambil ada isepnya gitu…eh si mba itu tanya-tanya, bagaimana nyaman kan? ketika sy jawab “”nyaman, dok” GLEG ketelenlah semua air yang harusnya dikumur keluar! Buat apa coba dari tadi dibersiin air berkas sisa2 kapur kalau akhirnya keminum? Akhirnya ga pernah datang lagi ke dr itu.*trauma nelen air liur sendiri*
Wahahaha iya nih Fe, entah kenapa kepengen bahas Gigi soalnya sebelumnya sedang membicarakan kesehatan gigi sama Suami. Di keluarga Suami soalnya giginya sehat2 karena Mama mertua keras banget didik anak2nya buat ngerawat gigi.
Aduh, itu rasanya gimana nelen air kumuran hihihi. Biasanya campur darah dari gusinya juga kan. Gusiku gampang berdarah kalo pas bersihkan karang gigi.
Hmm masalah gigi ku cuma 1 Den, email nya menipis. Salah aku juga sih, sedari muda doyan banget makan yang asam asam. Kata dokter itu lah yang menyebabkan lapisan email gigiku menipis. Sekarang udah gak bisa diapain lah, alias terima nasib. Paling aku sikat gigi pake pasta gigi khusus sensitif plus pake sikat gigi yang bulunya halus banget. Selain itu aku jarang banget sakit gigi, ditambal baru sekali pas aku masih SD. Warna gigi, gak terlalu putih karena aku penggemar teh, kopi dan dulu sempet jadi perokok juga. Struktur gigi jarang2 hahahaha jadi kalo habis makan daging mesti langsung pake dental floss karena banyak yang nyelip 😀
Ohh ternyata beneran ngaruh ya May makan asam-asam itu. Kirain selama ini cuman mitos aja. Duh, jadi ngebayangin email nipis pasti sensitif banget ya itu. Kalau struktur gigi jarang PR banget ya kalo lagi makan yang berserat kayak daging gitu. Selilitan itu bikin kepikiran haha. Gigiku juga ga putih soalnya kecilnya kebanyakan konsumsi antibiotika. Yang penting sehat2 aja kedepannya gigi kita May.
Kalo kata dokterku sih ngaruh Den. harusnya makan asam2 itu gak boleh terlalu banyak (termasuk pempek yah). Merusak gigi 🙂
Betuuul kalo ngigi jarang2 emang peer banget kalo makan daging atau sayuran berserat. Cumaaa untungnya bersihin gigi nya gampang karena gigi aku renggang banget 😆
Iya, paling gak enak tuh sakit gigi deh. Karena gigi aku ngilu jadi rasanya ya kayak sakit gigi. Hahaha hoax itu lagu dangdut yang bilang lebih baik sakit gigi daripada sakit hati, pasti gak pernah sakit gigi 😆 😛
Padahal pempek itu enaaakkk banget hahaha apalagi disambung makan tekwan *jadi ngiler sendiri ngebayangin.
Hahaha iya bener May, yang nyiptain lagu kayaknya belum pernah sakit gigi itu :))))
Aduh Den, gigiku parah deh. Gigi depanku ada semacam marking gitu, kebanyakan antibiotika dulu waktu kecil, jadinya nggak bisa hilang, dan aku takut banget sama yang namanya dokter gigi. Ini salah satu resolusi tahun 2016 supaya bisa lebih rajin ke dokter gigi, karena yang jelas sakit gigi lebih sakit daripada sakit hati!!
Eh samaaa Va. Gigiku ga putih gara2 kecilnya keseringan konsumsi antibiotika meskipun ga sampai marking.
Semangat Va buat ke dokter gigi!
Denyy kereeeeen, aku baca postingan ini makin semangaaaat buat jagain gigi. Walaupun telat wis kadung elek giginya (padahal dr luar ketok e apik2 aja ). Btw, akupun jadi akan bener2 memperhatikan gigi anakku nih. Skrg kalo sikatan makin telitiiiiii. Salam gigi sehat ya den, aku padamu
Semangaatt Dila!! Gigi protol siji gpp Dil. Kan kata bang Meggy lebih baik sakit hati daripada sakit gigi huahaha.
Iya Dil, dijaga Gigi mas jagoan, biar sehat terus sampai tua nanti. Biar senyumnya cerah selalu kayaknya ibunya haha. Suwuun Diill, aku padamu jugaaa :))
Hahaha, sewaktu liburan ke Indonesia aku sekalian kontrol kesehatan gigi dan gusi disana, plus sekalian membersihkan karang gigi (soalnya terjangkau). Dan karena hasil kontrolnya baik, jadi sekarang nggak perlu beli paket asuransi untuk gigi deh, hahahahaha 😆 . Lumayan menghemat 😛 .
Sama Ko, akhirnya dokter gigi ga dimasukkan asuransi sama suamiku. Aku juga niatan ntar kalo pulang Indonesia baru bersihkan karang Gigi huahaha kan menghemat ya. Disini bersihkan karang gigi aja kalo ga pakai asuransi 500 euro aja coba. Mihiii banget!
saya ke dokter gigi biasanya buat bersihin karang gigi aja, belum pernah tambal gigi juga krn belum ada yg lubang (mudah-madahan jgn sampe ada), eh asik mbak Deny kopdar ya :-), oh ya kemaren aku Sempat WA mbak Den, tapi gak tau WA nya nyampe apa gak ya, mbak Den msh pake nmr WA yg lama kan?
Hai Adhya, Iyaaa maaf ya aku sudah lihat messagemu. Trus pas jumat itu lagi mau kedatangan tamu jadinya ribet dan belum sempat dibales. AKhirnya kelupaan soalnya sudah melorot kebawah hahaha. Nanti yaa kita chit chat di wa 🙂
Oh asuransi gigi musti bayar extra ya Den. Mahal kah? Di sini gigi udah masuk asuransi, aku ke dokter gigi tiap enam bulan.
Iya Beth, disini asuransi dasarnya mencakup obat, dokter sama rumah sakit. Nah kalau diluar itu, termasuk dokter gigi ini, musti nambah. Akhirnya ga dimasukin asuransi sama suamiku soalnya kata dokter untuk aku hanya perlu periksa setahun sekali. Sementara suami periksanya setiap 6 bulan jadi dia ada asuransi dokter gigi.