Menjadi sukarelawan bukanlah hal yang baru buat saya karena pada dasarnya saya adalah tipe orang yang cepat bosan jika tidak melakukan kegiatan jika ada waktu senggang yang banyak. Maksudnya kegiatan disini adalah yang bertemu dengan beberapa atau banyak orang dan melakukan sesuatu yang baru sesuai minat. Dengan menjadi sukarelawan banyak hal baru yang bisa saya dapat dan membuat semakin bertambah ilmu juga pengalaman. Dari masing-masing kegiatan sukarelawan yang pernah saya ikuti, suka dukanya juga berbeda-beda, ilmu dan pengalaman yang didapat pastinya juga berbeda. Tetapi sejauh ini, saya selalu menikmati kegiatan sukarelawan yang sesuai dengan minat serta disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Sewaktu kerja di Jakarta, jika sedang tidak ada tugas kantor keluar kota pada akhir pekan, saya selalu menyempatkan diri untuk mengikuti beberapa kegiatan sukarelawan yang memang tidak jauh-jauh dari kegiatan mengajar dan bercerita karena memang saya suka dua hal tersebut. Beberapa kegiatan sukarelawan di Jakarta yang pernah saya ikuti adalah Indonesia Bercerita, Shoebox project, dan mendongeng disebuah rumah baca. Sedangkan ketika kembali kuliah di Surabaya, saya mengikuti Kelas Inspirasi (ceritanya disini). Senang bertemu kenalan baru, berbagi pengalaman dengan mereka, melatih kesabaran ketika bertemu dengan anak-anak, bahkan sering menangis terharu melihat kepolosan serta mimpi-mimpi yang sering diutarakan oleh anak-anak ini saat saya berinteraksi langsung dengan mereka. Pengalaman hidup yang tidak akan terlupakan.
Ketika pindah ke Den Haag, beberapa kenalan memberikan saran untuk mengikuti kegiatan sukarelawan sebagai sarana melatih berbicara bahasa Belanda dan untuk bersosialisasi dengan lingkungan di Belanda. Mama mertua dan suami juga menyarankan hal serupa. Pada bulan kelima sejak datang, saya mulai memberanikan diri untuk membaca dibeberapa website tentang kegiatan sukarela yang ada. Tetapi kebanyakan membutuhkan kemampuan bahasa Belanda. Saya nekat untuk mencoba melamar beberapa dan seperti sudah diduga, lamaran saya ditolak semua karena memang yang mereka butuhkan yang bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda (yang saya lamar memang organisasi yang membutuhkan kemampuan bahasa Belanda selain bahasa Inggris). Sampai pada akhirnya bulan Oktober 2015, ketika guru disekolah bahasa Belanda mengatakan bahwa kemampuan berbicara saya sudah lumayan bagus (dibandingkan ketika baru masuk yang bisanya cuma hitungan dan beberapa kalimat pendek dengan tata bahasa yang acak adut) dan beliau memberikan alamat website organisasi yang mengkoordinasi sukarelawan di Den Haag, barulah saya mempunyai kepercayaan diri untuk mulai mencoba melamar lagi. Setelah memilih dan memilah, akhirnya beberapa lamaran saya kirimkan. Dibawah ini adalah beberapa pengalaman saya menjadi sukarelawan di Den Haag :
Guru Tamu di The World In Your Classroom (The World In Your Classroom)
Saya pernah menuliskan cerita sebagai guru tamu untuk kegiatan TWIYC ini pada tulisan sebelumnya disini. TWIYC adalah sebuah proyek atau kegiatan sukarela yang diprakarsai oleh pemerintah kota (Gemeente) Den Haag yang bekerjasama oleh ACCESS, PEP, The Bridge Hague, Holland Times serta AngloInfo sebagai media partner. The Hague atau yang dikenal dengan Den Haag adalah kota Internasional yang banyak sekali pendatang dari segala penjuru dunia dengan tujuan menetap ataupun bekerja. Pemerintah kota Den Haag melihat sebuah peluang dari keberagaman pendatang tersebut yang bisa dijadikan sebagai sebuah kerja sukarela (vrijwilligerswerk) sebagai sukarelawan (volunteer atau dalam bahasa Belanda disebut vrijwilliger), maka didirikanlah TWIYC. Kegiatan dalam TWIYC ini bertujuan memberikan kesempatan kepada para pendatang untuk menjadi Guest Lecturer dalam waktu satu jam pada siswa berusia 12 sampai 16 tahun disekolah menengah (Middelbare School) diseluruh Den Haag.
Sampai pada saat ini saya sudah mendatangi 4 sekolah di Den Haag untuk mempresentasikan tentang Indonesia (dengan tema keragaman kuliner tradisional di Indonesia). Saya senang dengan kegiatan ini karena bisa berinteraksi langsung dengan murid-murid dan guru serta seringkali mendapatkan kejutan-kejutan menyenangkan dari pertanyaan-pertanyaan yang terlontarkan. Senang mendapati mereka sangat antusias untuk mengetahui Indonesia. Seringnya karena terlalu banyak yang bertanya tetapi waktu yang tersedia hanya maksimal satu jam, guru yang berada dikelas membatasi pertanyaan dan murid-murid tetap berebut bertanya. Pada dua sekolah terakhir saya mempresentasikan penuh dalam bahasa Belanda karena murid-muridnya kesulitan mengerti jika saya menyampaikan semua materi dalam bahasa Inggris. Ini menjadi tantangan tersendiri untuk saya karena terus terang bahasa Belanda saya juga masih pas-pasan. Beruntungnya saya dibantu oleh guru jika ada kesulitan dengan beberapa kata.
Sukarelawan di Yayasan untuk anak-anak Difabel (Middin)
Middin adalah yayasan yang bergerak fokus untuk anak-anak difabel (differently abled yaitu anak-anak yang mempunyai perbedaan level fungsi jasmani dan atau rohani). Middin ini ada dibeberapa tempat di Den Haag. Anak-anak yang ada di Middin tinggal disana selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Sewaktu saya melamar, mereka sedang membutuhkan orang untuk membantu didapur sebagai tukang masak, menyiapkan makan malam untuk anak-anak ini serta menemani mereka makan. Karena suka masak, maka saya memberanikan diri untuk melamar. Ternyata pertanyaan pertama dari mereka adalah apakah saya suka memasak dan bisa memasak. Setelah wawancara, saya disuruh datang minggu depannya langsung bekerja untuk masa percobaan.
Berada didapur dengan kolega yang kesemuanya menggunakan bahasa Belanda membuat saya sempat kaget karena tidak bisa mengikuti alurnya. Mereka berbicara cepat sekali, saya sampai terbengong tidak paham yang diterangkan. Tapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Setelah beberapa saat, saya sudah menyatu dengan suasana dapur. Memasak untuk anak-anak difabel tidak bisa sembarangan karena mereka mempunyai diet makanan dan minuman. Jadi sudah ada posnya siapa menyiapkan untuk anak difabel yang mana. Dan masing-masing menu harus dibaca dengan sungguh-sungguh supaya tidak ada salah. Disini saya belajar bekerjasama dan dituntut belajar dengan cepat serta konsentrasi yang tinggi. Saat mendampingi anak-anak tersebut makan juga menimbulkan perasaan haru untuk saya. Karena jadwal dari Middin tidak cocok dengan jadwal saya, akhirnya saya hanya bisa datang dua kali dan setelahnya tidak bisa melanjutkan lagi.
Sukarelawan dirumah perawatan untuk orang tua (WoonZorgcentra Haaglanden)
WoonZorgcentra Haaglanden (selanjutnya saya singkat menjadi WZH) adalah yayasan yang menangani orang tua dirumah perawatan (disebut verpleeghuis) yang ada di Den Haag tersebar dibeberapa cabang. Jadi mereka yang tinggal di verpleeghuis karena ada masalah dengan kesehatan (kesehatan badan dan atau daya ingat) tetapi dalam kondisi yang tidak parah. Berdasarkan dari informasi supervisor saya, mereka tinggal disini bisa jadi dalam jangka waktu tertentu atau dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Contohnya : misalkan ada orang tua yang tidak bisa berjalan dengan baik sehingga menggunakan kursi roda tetapi daya ingatnya masih baik dan tidak mempunyai masalah kesehatan yang lainnya, maka beliau tinggal disini dalam jangka waktu tertentu yang nantinya akan ditinjau ulang berdasarkan keadaan yang ada.
Mereka ada yang masih mempunyai keluarga sehingga mendapatkan kunjungan misalkan setiap minggu sekali ataupun dua minggu sekali bahkan bisa sebulan sekali. Tetapi beberapa juga sudah tidak mempunyai keluarga lagi. Untuk tinggal disini, mereka harus membayar yang diambil dari uang tunjangan.
Saya menjadi sukarelawan di WZH dengan waktu kerja dua kali dalam seminggu sejak jam 8 pagi sampai jam 3 sore. Proses menjadi sukarelawan disini sama dengan di Middin yang melewatiΒ wawancara dan masa percobaan. Diawal ditanyakan motivasi menjadi sukarelawan apa, yang saya jawab untuk memperlancar bahasa Belanda dan untuk bersosialisasi dengan lingkungan di Belanda. Dua minggu kemudian ada kontrak kerja yang harus ditandatangani sebagai sukarelawan yang mencantumkan hak dan kewajiban saya serta diberikan tanda pengenal sebagai sukarelawan disana. Oh iya, sebelumnya saya harus mengajukan permohonan verklaring omtrent het gedrag certificate of conduct (ini semacam surat keterangan berkelakuan baik) ke Ministerie van Veiligheid en Justitie (Ministry of Security and Justice) yang biayanya ditanggung oleh WZH.
Apa yang saya kerjakan disini? Saya mempersiapkan makan pagi dan makan siang untuk 10 orang tua. Sebelumnya saya jelaskan dulu bahwa WZH ini ada digedung yang besar terdiri dari beberapa lantai dan tiap lantai ada beberapa bagian (afdeling). Saya ada disalah satu afdeling. Satu afdeling terdiri sekitar 20 pasien. Nah saya bertanggungjawab mempersiapkan sarapan dan makan siang hanya untuk 10 orang tua. Ada orang tua yang bisa makan diruang makan, ada yang tidak mau. Untuk yang tidak mau, saya mengantarkan makanan ke kamarnya dan mereka akan makan sendiri disana. Ada yang bisa makan diruang makan dan makan sendiri. Ada yang bisa makan diruang makan dan perlu bantuan untuk disuapi. Saya akan menyediakan makanan dulu untuk mereka yang bisa makan sendiri kemudian melanjutkan menyiapkan makanan dan menyuapi bagi yang tidak bisa makan sendiri. Ada pasien yang memang tidak bisa makan dan membutuhkan peralatan tertentu, ini yang melakukan adalah perawat.
Dalam menyiapkan makanan disini saya juga harus berhati-hati. Ada orang tua tertentu yang tidak ada daftar dietnya (jadi tidak ada masalah dengan makanan), tetapi yang lainnya ada daftar dietnya. Saya harus pelan-pelan membacanya supaya tidak salah. Diawal-awal saya harus beberapa kali membuka kamus bahkan bertanya pada kolega kalau ada kata-kata atau instruksi pada daftar diet yang saya tidak mengerti.
Selain menyiapkan makanan, tugas saya lainnya adalah bertanggungjawab terhadap kebersihan ruang makan, menemani para orang tua misalkan : ke fisioterapi, dokter gigi, ke salon, membacakan cerita jika mereka menginginkan, menemani berbicara sambil minum kopi atau teh (bagi mereka yang diperbolehkan mengkonsumsi teh dan kopi).
Kolega saya adalah dokter, perawat, murid-murid yang sedang magang, mereka yang bekerja paruh waktu, koki, mereka yang membantu membersihkan ruangan pasien. Yang menyenangkan adalah saya dikirim dua kali kursus tentang bagaimana cara merawat orang tua dan seluk beluk bekerja dibagian perawatan. Beberapa bulan kemudian saya mendapatkan tawaran untuk bekerja paruh waktu di WZH.
Keuntungan menjadi sukarelawan :
- Tujuan saya bisa tercapai yaitu memperlancar bahasa Belanda dan terjun langsung ke lapangan bekerja dan bersosialisasi dengan lingkungan di Belanda. Hal ini saya rasakan sekali manfaatnya terutama saat saya ujian Kennis Nederlandse Maatschappij (ujian kemasyarakatan Belanda) ataupun ujian integrasi lainnya (ujian bahasa Belanda inti dan ONA). Kenapa kesannya saya selalu menuliskan untuk belajar langsung (praktik) untuk memperlancar bahasa Belanda? karena sadar kemampuan berbahasa saya yang tidak bisa cepat jika tidak diiringi dengan praktik langsung. Berbicara dengan suami dirumah menggunakan bahasa Belanda tidak cukup untuk saya. Karenanya saya membutuhkan media lain supaya saya bisa mendengarkan bermacam aksen dan telinga saya terbiasakan dengan obrolan bahasa Belanda.
- Bisa menjadi referensi yang positif saat mencantumkan di CV ketika mengirimkan lamaran kerja.
- Bisa mengisi waktu luang lebih bermanfaat terutama buat saya yang baru setahun lebih sedikit tinggal di Den Haag supaya mempunyai kegiatan diluar rumah.
- Di Den Haag, para sukarelawan setiap sebulan sekali, paling lama dua bulan sekali mendapatkan undangan untuk menghadiri semacam acara kumpul bulanan. Jadi saya bisa bertemu dengan sukarelawan lain diseluruh Den Haag serta beberapa pihak dan organisasi yang terkait didalamnya. Hal ini bagus untuk melakukan networking. Selain itu, disetiap pertemuan juga selalu ada materi atau pembicara professional dan pakar dibidangnya yang dihadirkan : misalkan membahas bagaimana strategi untuk mencari kerja di Belanda. Selama ini saya sudah menghadiri dua pertemuan tersebut.
- Meskipun namanya adalah kerja sukarela, tetapi untuk beberapa jenis pekerjaan, misalkan untuk saya pada Middin dan WZH, ongkos perjalanan diganti. Jadi akan dihitung jarak dari rumah ke tempat kerja kemudian mereka akan mengganti uang transportasinya yang dibayar setiap tiga bulan sekali. Selain itu saya diberikan kontrak kerja sehingga tahu hak dan kewajibannya apa. Satu lagi yang menyenangkan adalah dikursuskan berarti menambah ilmu baru.
- Belajar banyak hal baru yang berbeda dengan pengalaman kerja maupun latar belakang pendidikan saya di Indonesia. Mendapatkan ilmu baru contohnya saya yang dikirim kursus seperti yang saya ceritakan diatas pada bagian menjadi sukarelawan di WZH. Selain saya mendapatkan manfaatnya, saya juga bisa membantu orang lain juga.
- Banyak belajar pengalaman hidup, ini saya dapatkan ketika berbicara dengan para orang tua. Mereka akan bercerita tentang banyak hal tentang kehidupan. Membuat saya lebih banyak bersyukur dengan yang saya miliki saat ini. Tidak hanya itu saja, bahkan saya juga bisa belajar sejarah karena mereka sering bercerita tentang sejarah negara tertentu termasuk Belanda.
Saya merasakan ada perbedaannya menjadi sukarelawan di Indonesia dan di Den Haag. Kalau di Indonesia berdasarkan pengalaman saya, organisasi atau wadah atau tempat yang membutuhkan sukarelawan berdiri sendiri-sendiri jadi tidak ada payung besarnya untuk mengkoordinasi (mohon koreksinya jika saya salah). Sedangkan yang saya rasakan di Den Haag, untuk menjadi sukarelawan bisa mendaftar melalui “payung besarnya” atau bisa disebut ada yang mengkoordinasi. Jadi organisasi atau yayasan atau tempat-tempat yang menerima sukarelawan tidak berdiri sendiri, melalui satu jalur koordinasinya.
Bagaimana cara mendaftar untuk bisa menjadi sukarelawan di Den Haag? Kalau saya sejak awal mendaftar lewat DenHaagDoet.nl. Disana banyak sekali pilihan kerja sukarela yang sesuai dengan minat serta beberapa website vrijwilligerswerk yang lain. Untuk pendatang baru di Belanda seperti saya yang memang tujuan jangka panjangnya adalah tinggal disini, jika memang belum ada kegiatan, saya sarankan untuk mengikuti kerja sukarela. Keluar rumah dan melakukan kegiatan yang bermanfaat sangat berguna untuk mengusir rasa kangen kepada keluarga di Indonesia, supaya tidak ngelangut dalam bahasa Jawa. Selain itu, juga bagus untuk melatih kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda dan bersosialisasi dengan lingkungan di Belanda.
Tulisan ini terinspirasi oleh pengalaman Ailsa menjadi sukarelawan di Irlandia.
Ada yang mempunyai pengalaman menjadi sukarelawan?
-Den Haag, 20 Maret 2016-
Halo Deny, salam kenal. Aku baca blog ini sebelum pindah ke Belanda. Isinya sangat informatif dan membantu. Tahun lalu aku ikut ujian A1 tipe baru, baru pindah ke sini beberapa bulan. Btw, kita tinggal satu kota loh. Apa boleh kapan2 ketemuan? Makasih banyak π
Hai Leony, terima kasih sudah baca blog kami. Minggu depan kita ketemuan π
Ah Den, seru banget tuh kayaknya cerita tentang Indonesia ke orang-orang. Aku mupeng deh, kalau disuruh pasti langsung ngacung aku.
Haha iya Ail, seruu. Cuman sekarang aku mau fokus ditempat perawatan orangtua dulu, sudah 2 kali nolak yang presentasi disekolah2. Biar ada pengalaman baru, ga ke sekolah mulu π
Mantap Den, pada akhirnya banyak manfaatnya ya. walau belum pernah jadi sukarelawan setelah di sini, tapi merasa juga jadi “wakil” (sukarelawan) dadakan setiap kali ada kegiatan yang harus mewakilkan indonesia…pada akhirnya, banyak positifnya. yang penting hati tulus dan senang mengerjakannya.
Iya Kei, nambah pengalaman nambah relasi π
Iya bener Kei, apapun kegiatannya, kalau kita menikmati, pasti kebawa seneng.
beda banget ya, sukarelawan di indonesia dan belanda. kalo di indonesia, sukarelawan itu benar2 yg apa2 ditanggung sendiri. termasuk masalah perduitan..
btw, aku juga pernah gabung KI tahun 2013 jugaak.. kok gak ketemu yaaa.. hahaha
Yang duit ditanggung ini kusimpulkan kerja sukarela yang reguler Da. Kalau yang kayak kerja sukarela mempresentasikan Indonesia itu ga reguler, ga dapat uang pengganti. Sama kayak Indonesia, kalau ga reguler ga dapat pengganti transport.
Lhoo, ikut juga ternyata haha. Mustinya ketemu kali ya pas kumpul pertama, tapi kita belum kenal. Lha aku nduwe blog iki ae pertengahan 2014 π
Hahaha, aku jadi ingat beberapa tahun lalu dibilangi bahwa jika ada pengalaman vrijwilligerswerk bisa dimasukkan ke CV juga π .
Salah satu yang dikerjakan suamiku kan nginterview calon karyawan Ko. Makanya dia hapal banget CV yang bagus dan ga. Ini juga aku dapat bocoran dari suami hahaha. Katanya kalau ada pengalaman vrijwilligerswerk akan berdampak bagus ke CV (dan ONA haha)
Keren, bolehkah diceritakan bagaimana para penyitas (difable) dalam hak-hak politiknya di Belanda…?
Terima kasih. Maaf saya belum sampai sejauh itu pengetahuannya tentang difabel dalam hak-hak politik di Belanda. Tetapi difabel haknya sama dengan warga yang lain. Dan saya mendapatkan informasi bahwa difabel bisa menjadi mentri.
Keren bangeettt. Aku salut lho dengan dirimu karena memilih untuk kerja jadi sukarelawan untuk menghindari kebosanan.
Terima kasih Lis π ini awalnya karena musti ngejar cepet ngomong bahasa Belanda karena mau ujian. Trus 2 kali keterima kerja tapi jadwalnya bentrok terus sama sekolah. Akhirnya ya sudah ke sukarelawan aja yang lebih fleksibel dan karena memang aku juga suka. Jadinya bisa ngisi waktu kosong dengan hal2 yang bermanfaat π mudah2an setelah ujian terlewati bisa dapat kerja lagi.
kalau saya baca-baca, memang jadi sukarelawan ini buka kesempatan buat dapat pekerjaan ya. terutama untuk imigrant baru.
Bukan seperti itu Mbak. Lebih tepatnya pemerintah memfasilitasi imigrant untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru salah satunya dengan kerja sukarela ini. Sebenarnya kerja sukarela ini bukan hanya untuk imigran saja, karena aku melihat banyak professional juga ikut ambil bagian dalam kerja sukarela ini. Nah, dalam pertemuan rutin yang diadakan, pembicara2 yang didatangkan memang menyampaikan materi lebih banyaknya tentang pengembangan diri, tetapi juga ada materi tentang kultur kerja di Belanda. Kalau yang aku ditawari kerja paruh waktu, karena memang mereka kekurangan orang, dan itu kejadian khusus.
Waktu di Indonesia aku pernah jadi sukarelawan nemenin anak anak SD ke museum. Suatu hari aku dapet tugas nemenin anak SD Islam ke museum. Terus aku deket sama satu anak. At the end of the day, pas udah deket, dia nanya “Kakak agamanya Kristen kok mau sih nemenin anak anak agama Islam?” aku beneran speechless ga tau mau ngomong apa. Malah kasihan karena anak anak ini kok mikirnya orang beragama lain gak mau bergaul ama orang yang agama mereka. Akhirnya aku jawab aja, “Lho kan boleh boleh aja toh? Aku punya banyak temen Islam kok, mereka seneng seneng aja temenan sama aku yang agamanya Kristen.”
Itu bener bener membekas sih pengalamannya. Malah mikir kok anak jaman sekarang udah kepikiran kayak gitu…
Kalau aku menangkap dari ceritamu sepertinya dia memang benar hanya ingin tahu Crys kenapa kamu yang beragama Kristen mau menemani dia yang beragama Islam. Jadi pemikiran penasaran saja kenapa kamu mau menemani mereka. Bukan tentang pemikiran siapa ga mau bergaul saja siapa. Begitu yang aku tangkap, karena anak SD kan banyak penasarannya.
kereeeeen… good work, denn… sy nyari bbrp bulan ini blm dapat, laaah emang bahasa belandanya k.o >.< hahahah, tapi jaman sekarang emang lbh banyak kesempatan krn banyak komunitasnya dan ada socmed yg menularkan demam berbagi dimana-mana… salute!
Iki bahasa Belandaku yo sepertinya jalan ditempat. Ora maju2 perbendaharaan katane. Makanya aku “memaksakan” diri buat bergaul dengan lingkungan Belanda biar telinga semakin terbiasa dan ngelemesin mulut juga haha. Salah satunya ya lewat volunteer ini.
Aku ngerasa beda banget sukarelawan disini sama di Indonesia. Disini lebih terorganisir dan lebih diperhatikan.
Mantap Mba Den, semangat terus jadi sukarelawan π Biasanya kalo kuliner Indonesia yang dibahas apa aja Mba?
Terima kasih Ji π Sekarang sudah kerja paruh waktu.
Aku bahas kuliner itu yang enteng2 saja. Misalkan tentang beberapa kuliner Indonesia yang mendapatkan pengaruh dari negara2 yang pernah datang ke Indonesia, kuliner beberapa daerah, memperkenalkan kekayaan bumbu2 dibalik masakan, memberi tahu keterkaitan Belanda dan bumbu2 Indonesia, ngasih tau filosofi tumpeng itu apa dll. Semacam itu yang kupresentasikan. Dan mereka antusias sekali π
aaah, mba den kereeen ^^
smoga berkah selalu ya, Mba..
Terima kasih Tin. Ngisi waktu luang ini biar ga nganggur2 banget dan melatih ngomong bahasa Belanda juga π
keren dech kamu Deny, pekerjaan sukarela yang amat mulia dan kamunya juga menikmati. walaupun disana pekerjaan sukarela tapi diperlakukan secara profesional dengan adanya wawancara dan membayar biaya transportasi itu menurut aku disatu pihak dia sangat menghargai kita bangat yach sebagai sukarelawan.
Berawal dari aku yang mengharuskan diri sendiri supaya segera lancar ngomong bahasa Belanda trus menemukan media lewat kerja sukarela ini Lin, bersyukur juga bisa bantu yang membutuhkan sembari akunya juga tercapai tujuan yang aku mau. Jadi mutualisme π
Iya Lin, aku sampai kaget lho disini kerja sukarelanya beneran kayak kerja sungguhan ada kontrak kerjanya segala, harus menyerahkan surat keterangan berkelakuan baik, dikursuskan, diganti ongkos perjalanan, plus difasilitasi kumpul2 dan didatangkan pemateri. Beneran diperhatikan dan terorganisir dengan baik. Seneng jadinya π
Jadi sukarelawan itu mulia. Di negara barat banyak badan amal atau pemerintah yang menjembatani orang untuk jadi sukarelawan. Saya memimpikan di indonesia suatu saat banyak badan nirlaba yang mengakomodir keinginan jadi sukarelawan.
Kalo ada bencana alam baru deh itu banyak relawan yang turun tangan, jika di Indonesia. Relawan yang reguler kayaknya susah ada.
Benar Pak ALris. Saya melihat, contohnya disini (kurang tahu kalau dinegara2 lain di Eropa), kerja sukarela itu juga bagian dari program pemerintah yang serius penanganannya. Beberapa yayasan atau lembaga juga dengan tangan terbuka membuka lowongan untuk sukarelawan. Bahkan perlakuannya juga professional misalkan ada kontrak kerjanya, dikirim kursus dan sampai dibuatkan forum dan didatangkan pembicara. Jadi kerja sukarela memang reguler, bukan saat2 tertentu saja, Saya rasakan sekali bedanya dengan yang pernah saya ikuti di Indonesia.
Kalau saya juga sangat suka memberi pengajaran, sama bercerita. Biasanya sya kalo ikt acara sukarelawan jd banyak mengalami self-reflection deh. Apa pengalaman yg pling brkesan buat mbak?
Sama kita. Ikut kegiatan sukarela semakin banyak bersyukur.
Yang paling berkesan buatku ketika aku jadi sukarelawan guru Matematika disalah satu sekolah di Jakarta Timur. Padahal tempatnya ditengah kota tetapi sekolahnya hanya ada dua kelas saja dan anak2 yang masuk sekolah benar2 dari keluarga yang ga mampu. Tapi semangat mereka untuk sekolah sangat besar. Mereka ke sekolah seringnya nyeker karena ga punya uang buat beli alas kaki. Aku sering trenyuh.Apalagi waktu aku tanya keinginan mereka apa kalau sudah besar. Jawabannya bikin mbrebes mili.
Dennnn gileeee banyak bener aktivitas sukarelawan kamu. Salutttt banget! Seru banget tuh pasti yang kesekolah2.presentasiin kuliner Indonesia…semangat den! Dah hebat banget itu ada yg presentasi pakai bahasa belanda. Practice makes perfect
Ngisi waktu luang Jo dan supaya memaksa diri sendiri ngomong bahasa Belanda. Aku sadar diri dengan kemampuan berbahasaku yang pas-pasan, makanya musti kerja keras supaya bisa cepat lancar.
Thanks Jo π itu pas presentasi pakai bahasa Belanda asli lemes lututku huahaha dan dingin banget badanku. Sape belibet aku ngomongnya. untung anak2 ga ada yang protes. Mudah2an aku ga menyesatkan mereka :)))
Dennnn, keren dan mulia sekali! Pengalaman hidupnya itu ya yang sungguh tak ternilai. Belum rasa senang karena bermanfaat untuk orang main. Semangat Den! Seneng baca cerita ini, keep sharing
Suwuuun Dil, timbangane nganggur nemen2 haha. Iya Dil, seneng rasanya jadi sukarelawan ini. Pulang ke rumah meskipun capek tapi hati jadi senang π
Setuju banget Den! kerja sukarela adalah cara buat kita juga lebih PD ya coba bahasa asing dimana kita tinggal, selain banyak temen atau jaringan yang kamu bilang. Sukses terus deh ya Den. Saya masih susah cari waktunya sekarang, tapi moga2 entar kapan2 juga bisa-.
Terima kasih Lu. Ini kalo ga karena diharuskan ujian Bahasa Belanda mungkin aku ga memaksakan diri supaya segera bisa dan lancar bahasa Belanda. Tapi bersyukur juga diharuskan ujian jadi termotivasi untuk belajar dan keluar rumah cari kegiatan. Setelah ini Insya Allah ke langkah selanjutnya, nyari kerja yang full time. Insya Allah π