Texel, nama tempat yang asing ditelinga saya saat pertama kali mendengarnya. Tetapi karena membaca pengalaman beberapa blogger yang tinggal di Belanda dan sudah pernah ke Texel, akhirnya penasaran juga untuk menelusuri seperti apa sebenarnya Texel ini. Berbekal dari informasi yang didapat melalui google, saya jadi tertarik untuk datang kesini. Saat itu bertepatan kami akan merayakan satu tahun perkawinan (jadi ini ceritanya pada Agustus 2015).
Kami berangkat dari Den Haag hari Jumat, menunggu suami pulang kerja. Beruntungnya pada bulan Agustus matahari sedang nyentrong padahal beberapa hari sebelumnya, seperti biasa cuaca di Belanda sedang tidak menentu, kalau tidak hujan ya mendung (padahal sedang musim panas). Sesampainya di Den Helder, antrian kendaraan yang akan menyeberang sudah panjang mengular. Kami harus menunggu kapal selanjutnya datang, sehingga kami memanfaatkan waktu dengan menikmati pelabuhan sembari berjemur dibawah sinar matahari, hitung-hitung mengumpulkan vitamin D :D. Kalau ke Texel tidak membawa kendaraan sendiri, bisa juga ditempuh dengan transportasi umum. Dengan kereta menuju Den Helder setelahnya bisa ditempuh dengan Ferry dan bus Texelhopper dengan total harga tiket β¬5.5. Menyeberang ke Texel tidak membutuhkan waktu lama, sekitar 20 menit saja.
Lho, terletak dimana sih Texel ini kok pakai acara menyeberang segala? Texel adalah pulau terbesar milik Belanda, letaknya disebelah utara Belanda dan masuk provinsi Noord-Holland. Ada beberapa desa yang berada di Texel. Desa terbesar di Texel bernama Den Burg. Sedangkan 6 desa besar lainnya yaitu Den Hoorn, Oudeschild, De Waal, Oosterend, De Cocksdorp, dan De Koog. Selebihnya desa kecil-kecil saja.
Kami sampai di Texel sudah sore menjelang malam tetapi matahari masih bersinar terang, maklum saja musim panas dimana matahari baru tenggelam antara jam 9 atau 9.30 malam. Kami langsung menuju Bed and Breakfast (B&B), tempat kami menginap dua malam selama di Texel, tepatnya didesa Spangerweg yang terletak antara Den Burg dan Oosterend. Rumahnya menyenangkan, letaknya tepat didepan padang rumput yang pada saat kami datang penuh dengan domba yang sedang merumput. Sayang saya lupa mengabadikan. Selain B&B, pilihan hotel untuk tempat menginap di Texel juga banyak jumlahnya. Jika tidak ingin menginap di Hotel maupun B&B, pilihan menginap ditenda juga memungkinkan karena ada beberapa tempat yang menyediakan persewaan tenda atau mungkin mau bawa sendiri juga bisa. Saya juga melihat banyak camper van dibeberapa area.
Keesokan harinya setelah sarapan, kami menuju tempat penyewaan sepeda yang berjarak sekitar 20 menit berjalan kaki (adanya didesa sebelah). Untuk menjelajah seluruh pulau Texel menurut kami memang yang paling ideal adalah dengan menggunakan sepeda karena lebih leluasa untuk berhenti dimanapun bahkan sampai masuk desa-desa kecilnya. Jika tidak membawa sepeda sendiri, jangan khawatir di Texel banyak sekali tempat yang menyewakan sepeda. Kami menyewa sepeda jenis tandem seharga β¬15 untuk 24 jam. Lumayan murah kan, tinggal modal betis dan kaki kuat buat ngontel biar ga sengklek seharian berkeliling Texel.
Sepeda sudah didapat, saatnya petualanganpun dimulai tepat jam 8 pagi. Cuaca sangat mendukung karena sangat cerah. Matahari bersinar terik sehingga hangatnya sangat terasa dikulit. Banyak pemberhentian yang bisa dikunjungi di Texel. Jangan takut kesasar karena dibeberapa tempat strategis ada peta yang ditempel pada semacam papan pengumuman dan juga ada seperti patokan sekarang kita ada dititik nomer berapa. Beruntungnya kami diberi pinjaman peta oleh pemilik B&B.
Sembari mengayuh sepeda, kami membicarakan banyak hal. Salah satunya topik yang tidak pernah bosan menjadi bahan obrolan, yaitu bagaimana kami bertemu sampai menikah. Jodoh, maut, rejeki memang sudah ada yang mengatur dan tidak akan pernah tertukar. Meskipun proses menujunya kadang ada yang mulus, kadang ada berliku dan berkelok, tetapi kalau sudah jalannya, ya akan kejadian juga. Saya ingat sekali sewaktu kaki saya mulai sakit saat mengayuh, suami menyuruh saya untuk mengistirahatkan kaki dan dia yang mengayuh sepeda sendiri. Kemudian dia berkata kepada saya, “mengayuh sepeda tandem begini ibaratnya seperti rumah tangga kita. Ada saatnya semua dikerjakan bersama, ada saatnya hanya satu orang saja yang mengerjakan yang lainnya istirahat. Tetapi sebuah rumah tangga tanggungjawabnya milik bersama, bukan hanya dibebankan pada satu orang saja. Apapun yang diputuskan, semua sudah melalui kesepakatan hasil pembicaraan, bukan karena keterpaksaan. Semua bisa berjalan kalau segala sesuatunya dibicarakan bersama. Kalau ada masalah ya diselesaikan bersama. “ Ketika pada satu tempat dia kecapaian, saya menggantikan posisinya didepan, mengayuh sepeda untuk kami berdua. Kalau kami berdua sama-sama capek, kami berhenti sejenak, menghela nafas dan menikmati pemandangan yang ada.
Kebetulan yang sangat menyenangkan adalah pada saat kami ke Texel, rupanya sedang ada festival laut yang diadakan di Oudeschild, pelabuhan satu-satunya yang bisa digunakan pada sisi timur pulau Texel. Ketika kami sampai disana, pas dengan waktu makan siang. Walhasil kami berkeliling dari satu stan ke stan lainnya yang banyak menyediakan makanan laut gratis. Cerita tentang festival laut ini sudah pernah saya tulis disini.
Texel terkenal dengan domba, sapi, dan bir. Tidak mengherankan kalau sepanjang mata memandang sapi dan domba ada dimana-mana. Jika ingin mencicipi bir Texels secara langsung, bisa langsung datang ke pabriknya karena dibelakang pabrik ada cafe dengan interior klasik.
Menyusuri desa-desa yang ada di Texel juga tidak kalah seru. Banyak hal tidak terduga yang menyenangkan bisa dijumpai. Seperti dibeberapa rumah menjual selai buatan sendiri, atau gereja yang sudah ada sejak tahun 1700an dan dihalaman belakangnya ada kuburan yang bagus-bagus dan masih terawat rapi atau tiba-tiba melihat jemuran melintas diatas jalan dan masih banyak kejutan unik yang bisa ditemukan di desa-desa ini.
Jangan lupa kalau sudah di Texel untuk mengunjungi mercusuarnya. Kita bisa naik dan melihat sekeliling pantai Texel dari atas mercusuar. Untuk bisa naik ke mercusuar, diwajibkan untuk membeli tiket dulu (lupa berapa harganya). Selain mercusuar, taman nasional juga menjadi daya tarik sendiri untuk dikunjungi karena didalam taman nasional ada hutan, bukit pasir dan pantai dalam satu kawasan. Unik dan menarik.
Akhir dari bersepeda selama 13 jam dan sepanjang 90 km (mampir kesana sini dan beberapa kali berhenti), kami memutuskan untuk menunggu matahari terbenam dipantai sembari bermain dengan beberapa burung yang mendekat. Ketika bangun tidur hari berikutnya, lutut saya nyeri sekali, rasanya ngilu buat berjalan. Tidak terbiasa bersepeda sepanjang 90 km. Sedangkan suami malah mengajak latihan lari.
Tuntas sudah berkeliling Texel dalam satu hari dan kami bisa mendatangi semua tempat yang ada dipeta ditambah bonusΒ mengunjungi festival laut. Keesokan harinya kami pulang kembali ke Den Haag tepat pada ulang tahun perkawinan kami yang pertama. Pada saat sedang dikapal untuk menyeberang, secara tidak sengaja saya memotret dua buah burung yang terbang saling berjajar. Hadiah ulang tahun dari alam, begitu kami menyebutnya.
Tertarik untuk mengunjungi Texel?
-Andolsheim, 27 Maret 2016-
Semua foto adalah dokumen pribadi.
Sepeda tandem nya lucu banget modelnya.. lain dari yang biasanya..
Masa iya ya Inly lain dari biasanya modelnya? Aku ga ngeh karena aku berasanya biasa haha
Aku pengenngerasain matahari terbenam jam 21.30 malam, semoga bisa jalan2 ke sana hehehe
Kalau pas puncak summernya malah sekitar jam 22.30 Kak Cum Mataharinya baru tenggelam. Itu kalau Ramadhan beneran deh ujian fisik dan iman. Semoga Kak Cum ada sponsor berkeliling Eropa. Aku doakan.
huwahhhhh, etapi itu si jemuran jadinya unik bgt sih ya Teh..
IYa, unik sekaligus bikin penasaran π
Orin, panggil nama aja, deny. Aku pernah komen diblogmu bahwa kita seumuran π
Mbak, aku cuma bisa terkagum dan berharap mbak ._. semoga bisa nyamperin texel kayak kamu :’
Semoga terkabulkan doanya Feb, yang penting lulus kuliah dulu *dijorokin Febri :)))
Aamiin Mbak :3 kwkwkw eng… *buru-buru lulus kuliah* :p wkwkwk
Hahaha itu lucu banget yah yang jemuran. Btw foto kamunya manaa..? hehehe π
Foto kami berdua sudah terposting dibagian lain Chris π disini http://www.conedm.nl/denald/2015/08/08/the-vow-one-year-marriage-life-2/ pas hari ulang tahun pernikahan. Yang dipostingan kali ini foto pemandangan saja haha.
Ah iya aku missed post yang itu π
Mbak, ceritanya bulan Agustus tapi ditulisnya bulan Maret masih inget banget detailnya ya? Atau ditulis di note? π Anyway foto2nya cakeppp, langitnya ga nahan <3
Masih kurang dari setahun Ge masih ingat sambil mikir lama haha. Kalau sudah lewat setahun itu perjuangan buat mengingat2nya yang usaha keras. Ga aku tulis di note. Terlalu pemalas aku kalau buat nulis2 selama liburan :D.
Terima kasih Ge. Iya, kalau cuaca cerah disini memang langitnya bikin jatuh cinta, ga perlu setting ini itu kalau mau motret π
ah… bagusnyaaa, kaya negeri dongen… tapi kayanya ngga sendirian bakalan lebih asik ya kemarinya…
Tergantung, lek lagi bosen dengan segala urusan kampus, bisa kesini sendirian. Merenung ceritane π
Aih dombaaa…*entah kenapa senang liat domba*…asyik ya…sepi. Banyak burung camar. Kayaknya pas banget buat merenung. Memang suka yang suasana lenggang ya Den? Untung jemurannya cuma pakaian luar ya…haha…
Waktu kami kesini lagi musim liburan. Jadi ramee banget. Cuman ramenya kayanya merata, ga disatu tempat saja. Jadinya tetep sepi.
Iya, aku suka suasana yang sepi2 gini.Lengang, enak buat leyeh2 π
kaaa, kok jadi pengen kesana ya akuuu..
gelar tiker sambil liat domba2 kala senja.. duh pasti menyenangkan sekali.
btw serius itu jemuran, kok jadi ngrasa aneh ya kalo jemuran beneran. hihihihi
Iyo Yu, enaakk banget sore-sore lihat domba2 trus gelar tikar sambi makan nasi pecel *huahaha tetep bahasane pecel. Kayaknya sih itu jemuran beneran.
hai mbak salam kenal.
keren bgt ya desanya, suka banget sama rumah2nya π
Hai Adele (mudah2an benar panggilannya) salam kenal juga. Terima kasih sudah mampirke blog kami π
Iya, desa-desa dipulau ini menyenangkan suasananya.
wah enak ya, sepi adem gitu, ga kayak di jakarta maceet
Kalau sedang musim liburan tidak terlalu sepi sebenarnya. Tetapi memang lebih sepi kalau dibandingkan Jakarta π
aihhhhhhh…. ngiler, keren banget Dennn… keren! nggak tau mau komen apa lagi, apik. oh ya, jadi ingat kalo saya nya jalan sama si abang, selalu lupa kasi dia ngomong, tampaknya enak bayangin sambil sepeda dan diskusi…. sama-sama bicara.
Terima kasih banyak Kei π ini pas langitnya cerah banget jadinya ga susah buat jepret sana sini dari Hp haha.
Kami memang suka ngobrol, makanya dimana2 pasti ngobrol. Wong sepedahan mau ke toko deket rumah aja ngobrolin dari politik sampai harga popok hahaha.
woww cantik banget, suatu hari nanti pingin ke sana π
Iya Astrid, cantik banget Texel ini, sepiiii dan dimana2 bisa lihat domba sapi dan kuda. Cocoklah kalau dibuat leyeh2 santai weekend. Asal pas cuaca cerah ya hehe tahu sendiri Belanda π
Klau dari deskripsinya sih texel tempatnya sejuk, juga belum banyak di dominasi oleh bangunan-bangunan perkotaan. Di belanda pasti desanya terawat dengan baik srhingga terlihat bersih tapi nggak terkesan jadul. Di indonesia kayaknya nggak ada yang kayak texel ha ha ha…….
Tempatnya sepi dan tenang, ya sama kayak desa-desa di Indonesia. Kalau di Belanda bukan hanya bangunan di desa saja yang dirawat baik, bangunan tua diperkotaan juga masih terawat dengan baik, ga main gusur begitu saja π
Menurut aku masih banyak kok di Indonesia yang alami kayak Texel. Contohnya Karimunjawa masih alami.
keren banget mbak π
romantis pisan
Terima kasih Mayang π
Pas lagi cerah, semua keliatan indaaah ya. Hehehe liat fotonya aja segeeer π
Iya bener May, kalau dapat cuaca cerah disini itu berkaahh banget soalnya langitnya jadi kelihatan indah dan ga susah ambil angel fotonya haha.
woow keren, texel itu memang daerah wisata atau gmn? ada segala peta begitu ya?
bagus bgt tempatnyaaaa, demen bgt deh liat rumah2 cakep itu
Iya Fey, ini pulau daerah wisata, pulau-pulau lainnya ada sih tapi kecil2 dan ada yang ga bisa didatangai dengan menggunkanan kendaraan bermotor. Iyaa, tempatnya tenang dan sepi, lumayan ngobatin kangen sama desa tempat kelahiranku π
Aku baru aja mau nanya, caranya jemuran ada disitu gimana toh hehe… Bagusnya pemandangan kaya gitu…. Dan filosofi sepedanya bagus π
Mungkin mereka ada tangga tinggi banget khusus buat jemur Ji haha