Saya suka sekali yang namanya belanja. Maksudnya adalah belanja bahan makanan di supermarket ataupun di pasar. Berbelanja di pasar tradisional selalu mempunyai kesenangan tersendiri, salah satu cara untuk refreshing, begitu saya menyebutnya. Beruntung sekali di Den Haag pasar tradisionalnya (Haagse Markt) super lengkap dan super murah dengan kualitas barangnya bagus. Saya mengatakan super lengkap karena banyak sayur mayur ataupun buah yang ada di Indonesia juga dijual di sini. Sebut saja sukun, belimbing wuluh, kedondong dan masih banyak lainnya, bahkan ontong (jantung pisang) segar pun ada. Selain itu, kalau di pasar saya selalu mengamati interaksi antara penjual-pembeli, penjual-penjual, maupun pembeli-pembeli. Karenanya, saya tidak bisa sebentar kalau ke pasar. Minimal 2 jam di sini, selain karena pasarnya sangat besar, saya juga sambil jalan-jalan melihat barang-barang yang lain (elektronik, baju-baju, kain, perlengkapan dapur dll). Saya ke pasar setiap tiga minggu sekali. Di Haagse Markt barangnya bisa ditawar, selayaknya pasar tradisional di Indonesia. Saya sering menawar harga cabe rawit.
Selain ke pasar tradisional atau supermarket, saya dan suami juga senang membeli sayuran, buah, dan telur langsung ke pertanian dan peternakan. Jadi kami di sini bisa langsung petik sayuran atau buah yang ingin di beli (terkadang didampingi yang punya, terkadang bisa langsung petik sendiri) lalu ditimbang dan bayar. Membeli telur ayam juga sama, kami langsung datang ke peternakannya, ambil sendiri telur yang ada dalam kandangnya, lalu ditimbang dan bayar. Area pertanian dan peternakan yang dekat dengan rumah adalah Biesland yang terletak diantara Den Haag, Delft, dan Pijnacker. Daerah ini selalu kami lalui setiap minggunya karena hutannya (Bieslandse Bos) menjadi tempat kami olahraga lari ataupun sekedar jalan-jalan di akhir pekan. Jangan bayangkan hutannya seram dan penuh pepohonan lebat seperti di Indonesia. Hutan di sini jauh dari kesan angker. Beberapa foto di bawah ini adalah lahan pertanian yang biasanya kami datangi untuk membeli sayuran.
Selain di Biesland, ada dua tempat lagi tempat kami membeli sayur mayur dan buah. Kalau di dua tempat tersebut bukanlah area pertanian, melainkan rumah kecil yang di dalamnya berisi hasil pertanian. Jadi hasil pertanian tersebut sudah diberi harga, kita bisa timbang sendiri lalu memasukkan uangnya ke dalam kotak yang sudah tersedia. Kenapa memasukkan uang ke dalam kotak? Karena tidak ada yang menjaga rumah kecil ini. Jadi sistemnya adalah kepercayaan dan kejujuran. Kita membayar sesuai dengan harga yang tertera di timbangan.
Untuk metode membeli sayuran langsung di lahan pertanian, mengingatkan saya akan sistem penjualan di kebun di Ambulu dan sawah milik Mbah Putri di Nganjuk. Jadi kalau di sawah, Mbah Putri selain menanam tanaman pokok, juga ada beberapa tanaman pendamping misalkan cabe, kacang panjang, lembayung, buncis dll. Bedanya, pembeli memetik sendiri apa yang ingin membeli, lalu Mbah Putri mengira-ngira harganya. Jadi tidak memakai timbangan. Kalau di Ambulu juga sama. Ada kebun milik keluarga (namanya tegalan) yang menanam pohon kelapa, cabe, salak, rambutan, mangga dan masih banyak lainnya, juga ada peternakan ayam. Bedanya kalau di Ambulu setelah pembeli mendapatkan barangnya, bude atau Ibu lalu menimbang barang tersebut. Jadi membayarnya sesuai beratnya, tidak menggunakan ilmu perkiraan.
BIESLANDDAGEN 2016
Tanggal 3 dan 4 September 2016 ada acara di area Biesland yang namanya adalah Bieslanddagen (dagen = hari dalam bentuk jamak). Bieslanddagen 2016 sudah memasuki tahun ke empat belas. Acara ini diadakan setiap tahun pada minggu pertama bulan September. Jadi dalam dua hari tersebut diadakan acara semacam pesta pertanian dan peternakan, acaranya gratis kecuali kalau kita membeli sesuatu tentunya membayar. Kami datang pada hari sabtu, cuaca lumayan cerah tapi tidak cerah sekali. Saya antusias sekali datang ke acara ini. Saya selalu suka dengan acara yang konsepnya kembali ke alam. Setelah memarkir sepeda, kami melihat banyak sekali anak-anak kecil. Suami sempat ragu, jangan-jangan acara ini diperuntukkan untuk anak-anak kecil. Saya bilang tentu saja tidak, acara ini untuk umum, siapapun boleh datang tidak mengenal umur. Beberapa kegiatan pada Bieslanddagen ini adalah kegiatan untuk anak, stan yang menjual produk lokal, acara musik, dan membeli secara langsung buah dan sayur di kebun. Lokasi acara ini ada di sembilan tempat berbeda tetapi letaknya berdekatan. Jadi bisa ditempuh jalan kaki antara satu tempat ke tempat lainnya.
KEGIATAN ANAK
Di awal saya sudah menyebutkan kalau dalam acara ini didominasi oleh keberadaan anak-anak kecil. Rupanya banyak sekali kegiatan yang bisa dilakukan olah anak-anak tersebut pada acara ini. Beberapa kegiatan seperti yang terlihat pada foto-foto dibawah ini, yaitu : memberi makan sapi, memancing, ada story telling juga, bisa naik kereta secara gratis (ada beberapa kereta yang disediakan), belajar memanah, bermain bersama domba dan sapi di lapangan, belajar melukis muka, bermain hulahop, kemping, dan membuat gerabah dari tanah liat. Asyik-asyik ya semua kegiatannya.
Sewaktu melewati tempat belajar memanah ini saya hanya bisa memandang dengan rasa ingin ikutan juga. Suami menggoda “kalau kamu mau, ayok aku temani. Nanti aku bilang kalau usiamu baru 14 tahun.” :p Dia tahu kalau salah satu keinginan saya bisa memanah, setelah menonton The Hunger Games *korban film.
STAN MENJUAL PRODUK LOKAL
Nah, bagian ini yang membuat antusias. Saya selalu senang kalau melintasi stan-stan yang menjual produk lokal, maksudnya adalah sayur mayur dan buah yang dijual langsung dipetik dari kebun atau lahan pertanian. Atau bahan makanan atau minuman yang dijual juga diolah dari hasil pertanian maupun perkebunan setempat. Jadi benar-benar terasa lokal dan segarnya. Ada satu stan yang menjual sambal. Variasi sambalnya lumayan banyak, tapi tidak ada sambal terasi apalagi sambal pete. Ditengah saya mencicipi beberapa jenis sambal, ada seseorang yang menyapa. Dia bertanya apakah saya dari Indonesia (bertanya menggunakan bahasa Belanda). Setelah saya jawab iya, langsung dia berganti berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Rupanya Bapak tersebutlah yang membuat sambal-sambal ini. Bapak tersebut berasal dari Kalimantan dan sudah lama tinggal di Belanda. Suami menggoda saya “mustinya kamu juga buka stan di sini, menjual sambal buatanmu yang fenomenal itu.” Dia ini menggoda saya seperti itu karena memang beberapa kali saya pernah menjual sambal buatan saya kepada beberapa teman. Mereka minta dibuatkan tapi maunya membeli, tidak mau diberi secara cuma-cuma. Ya akhirnya saya buatkan, lumayan buat nambah tabungan.
ACARA MUSIK
Di Bieslanddagen ini juga ada acara musik yang terletak di beberapa tempat. Ada yang akustik, ada kelompok musik, maupun ada yang berkeliling sambil memainkan alat musik akordian ditemani oleh Oma dan Opa yang berdansa dan ikut bernyanyi. Ini ada sedikit rekamannya :
BERKUNJUNG KE KEBUN BUAH
Kebun buah ini letaknya di belakang sebuah rumah yang dulunya juga berfungsi sebagai kincir angin. Tapi sejak lama kincir angin tidak difungsikan lagi tetapi rumahnya masih ditempati oleh seorang Opa. Kebun buahnya sebenarnya tidak terlalu besar, tetapi lumayan banyak jenis buah yang ada di dalamnya. Ada buah pir, apel, framboesa, strawberry, dan beberapa buah lainnya yang saya tidak tahu namanya.
Tidak terasa kami mengunjungi satu persatu semua lokasi acara dan suami kalap belanja ini itu (terutama keju), tiga jam kami berada di acara ini. Tidak berasa capek sama sekali karena memang acara ini sangat menarik, banyak stan yang menyediakan tester juga sehingga kami bisa incip-incip gratis, melihat keseruan anak-anak kecil dengan kegiatannya, mendengarkan musik yang dimainkan, maupun sekedar duduk-duduk di dalam kebun buah atau yang tidak ketinggalan juga, menikmati es krim.
Selama bulan September ini di Den Haag berlangsung banyak food festival. Kami sampai kebingungan mau datang ke acara yang mana.
Kalian punya pengalaman juga membeli sayur mayur dan buah ataupun telur langsung di peternakan atau pertanian ataupun kebun?
CERITA TAMBAHAN
Cerita tambahan ini tidak ada hubungannnya dengan Biesanddagen. Hanya ingin pamer, kalau minggu lalu akhirnya saya bisa membuat klepon untuk pertama kalinya dan setelah sekian lama akhirnya bisa makan sayur bobor. Warna kleponnya tidak cerah karena tidak punya pewarna makanan, akhirnya warna hijaunya didapat dari daun pandan yang diblender. Saya cuma makan 4 biji, sisanya suami yang tidak berhenti mulutnya mengunyah. Ternyata membuat klepon tidak sesusah yang saya bayangkan (haha sok!). Sayur bobor juga saya baru pertama buat. Rasanya nyaris mirip dengan yang biasa Ibu masak, hanya tidak ada rasa tempe bosoknya (karena memang tidak punya) yang saya ganti aromanya dari ebi.
-Den Haag, September 2016-
Semua foto milik pribadi
fotonya buat mata seger yach Den. Tampilan sayur, buah, roti dan hasil pertanian buat kepengen comot satu2. kalau aku disana pasti kalap beli semua2nya hehehehe..
Iya, ijo royo-royo ya. Pengen langsung nyambel terasi bikin lalapan haha.
konsepnya seperti desa wisata begitu ya….
Bukan desa wisata tapi lebih ke pesta petani.
Deeeen, itu sapinya emang meni menggemaskan gitu ya, kyk lagi leyeh2 di padang rumput gitu dia *halah* hahahahaha. Aku rada2 males ke pasar ya krn gitu sih, males becek/kotor, belanja di tukang sayur aja heuheu
Sapi sapi pada bahagia Orin di sini, makanya leyeh2 gitu haha. Dulu aku males ke pasar karena alasan yg sama, becek. Tapi pas mulai ngekos, akhirnya sering ke pasar karena kos2an deket pasar. Andaikan di Belanda ini ada abang2 tukang sayur lewat depan rumah, jadi ga susah2 musti ke pasar yg jaraknya lumayan :)))
Mupeng banget mba Deny, liat sayuran yang seger-seger banget. Juga buah-buahan yang nampak begitu menggoda. Bisa kalap aku di sana. Hehehe.
Btw, sayur bobornya dipakein kunyit kah mba, kok agak kuning? Atau krn pake cabe merah?
Kayaknya kuahnya berwarna dari warna cabe merah. Tapi kok jadi menguning ya bukan memerah *lah malah nanya haha. Yg pasti kayaknya aku ga pakai kunyit.
Mbaaa seru banget sih bisa belanja metik langsung ke kebun atau ke peternakan gitu. Aku belum pernah nih punya pengalaman seperti itu ehehe. Mupeng lihat aneka sayur dan buahnya. Segar-segar banget yaaaa..
Btw itu buah yang warna merah itu pomegranate (delima) bukan sih mba?
Iya, seru banget Lia. Dan karena tempatnya ga jauh dari rumah, makanya kami bisa sering2 belanja langsung. Sekalian refreshing lihat yang hijau2. Awalnya itu juga kupikir delima karena bentuknya mirip. Tapi kecil2 gitu buahnya. Tapi baca komen teman yg tinggal di Austria, bukan delima ternyata.
Sukaaaa banget lihat foto-fotonya. Berasa banget sayur-sayur yang dijual masih segar. :3
Terima kasih Chika ☺️ Iyaa, sayurannya seger2 semua. Semangat beli jadinya.
seru ya belanja2 di situ,
naksir lihat jantung pisangnya, selain buat sayur santan aku pakai buat rujak khas Tapanuli Den
aku suka jalan2 ke ladang kalau lagi wisata Den, spt waktu ke Batu ke Dieng..
kalau dekat rumah ada kebun buah naga, udah merencanakan ke sana kalau udah berbuah
Waahh aku baru tahu tuh Mbak rujak khas Tapanuli pakai jantung pisang. Pengetahuan baru buatku. Selama ini tahunya cuman dibuat lodeh hehe. Seruuu itu mbak ke kebun buah naga. Nunggu ceritanya kalau Mbak Monda sudah ke sana. Penasaran dengan penampakan dari dekat pohonnya.
Wadaw lengkap sekali mbak fasilitasnya andai saja di indonesia ada pasar seperti itu pasti betah deh dan tidak bosan kalau pergi ke pasar.
Sewaktu saya di Indonesia juga ga bosan pergi ke pasar. Meskipun memang agak males sih dengan beceknya. Kalau di sini pasar tradisionalnya bersih, tidak becek.
Waaa, aku gak suka sayuran, mbak Deny…Tapi kok baca posting ini jadi ngiler dan pengen makan semua sayurnya 🙂
Hayook yang rajin makan sayuran, menjaga badan supaya tetap sehat 🙂
kak pasar disana bersih ya kak
Bersih dan tertata rapi Winny, jadi betah lama2 di pasar 🙂
aku suka pasar tradisional buat hunting photo street dan human interest, sekalian belanja sih. Cuma lihat pasar ini kok ya keceeee badai gitu ya. hahahahaha
Wah, aku lek nang pasar disambi moto2, isok2 mulih nang omah ga nggowo belonjoan haha. Karena banyak banget human interest yg bisa diabadikan.
Eh kalo orang belanda gitu, itu jantung pisang di masak apa ???
Kayaknya ini Jantung pisang yang beli juga orang Indonesia. Belum pernah tahu dikeluarga suami masak jantung pisang. Suamiku aja baru tahu lodeh jantung pisang pas aku masakin
Yang begini ini selalu menyenangkan ya den 🙂
Iya Helena. Kegiatan alam gini selalu menarik minatku.
Den, ijo royo royo dan riang gembira ya warna-warni di pasarnya. Seneng liatnya. Tapi yang paling ngesosrok mataku ya kleponmu itu loh. Tetep ya mak selera indonesah hihiii…
Hahaha ngesosrok, kosakata baru buatku Min. Selera Indonesia tak pernah padam ceritanya.
Aaaakh, gilaaaaak ini pasarnya ._. lengkaaaaap dan keliatan bersih fresh gitu 😀 uwuwuw sukak mbak, Sukaaaak :3
Di Jogja banyak pasar2 organik juga Feb. Mereka juga jual sayur mayur buah yg fresh. Pengen kapan2 datang ke pasar2 Organik di Jogja.
Pasarnyaa keren yam ba Deny, serba fresh from the kebon hehe maksudnya para sayur mayur..
Iya, petik langsung masak, karena jarak rumah ga jauh.
Kami disini jg beli telur langsung dari peternakan, yg ayam2nya bebas lari2an di area itu, jd ngga dikurung dikandang terus, happy chicken juga self service, kl sayur biasanya ngga metik langsung tp petani bikin markt day 1 minggu sekali dilahannya. Seruu ya Deny, festival spt ini. Itu buah yg merah adalah buah bunga mawar, bisa dibuat jam atau teh, bhs jermannya hagebutten.
Wah, thanks Mbak Dian infonya. Lha aku tanya sama Mama, beliau juga ga tau namanya. Malah dibilangnya tomat haha. Ah itu seru juga Mbak markt day seminggu sekali.
Selalu suka Den kalo pergi atau liat fresh products seperti sayur mayur buah, fresh bread, dan local products! Aduh itu sambelnya bikin aku ngiler 🙂 Aku kalo bikin klepon pake resepnya dari Lo Foodie-nya Lorainne, resep andalan akuh 🙂
Sama Ria, aku juga selalu antusias ke tempat yang jual local product atau fresh product. Ohh di lo Foodie ada resep klepon ya, waahh nanti kulihat ah. Thanks infonya Ria. Aku lihat di youtube resep kleponnya (sekalian lihat gimana cara bikinnya hehe)
Super likeee sama semua foto-fotomu dan ceritamu mba Den!
Terima kasih Wien 🙂
serunyaaaa..Hassan sarah pasti betah tuh ‘main’ disitu, emak babenya apalagi..love love!!
Iya Lisa, pasti Sarah dan Hassan betaahh banget kalau main2 gini, plus banyak anak2 yg seumuran kan jadi tambah seru. Emak bapaknya bisa refreshing mata lihat sayuran dan buah haha.
Wah seru ya Mbak, sayurnya juga pasti segar-segar semua. Di Jakarta sayurnya banyakan udah tua ga kayak di daerah, pernah beli daun katuk udah tua, terus dia 1 batang gitu dilipat-lipat sampe berapa kali, mama ku pas liat ya ngomel-ngomel jadinya.hahahaha
Itu ada jantung pisang disana, Mbak. Mahal ga, Mbak?
Yang di depan kailan itu sayur apa ya, Mbak?
Iya Wulan, bersyukurnya sayurannya segar-segar, bahkan yang di pasar pun. Wah, perjalanan menuju Jakarta kali ya yang jauh sampai sayurnya menua hehe.
Jantung pisang itu yang paling aku cuma minta ditimbang satu aja, gara2 penasaran padahal ga beli haha. Setelah ditimbang harganya 2.5 euro. Lumayanlah murah segitu soalnya segar. Yang kalengan mahal juga soalnya. Yang depan Kailan itu bayem, yang akhirnya kubikin sayur bobor.
bikin ngiler pasarnya buat borong2 ya mbak, apalagi lihat sayuran dan keju duh Pink pengen buat salad karena hobi banget makan salad nom..nom..nom
Bener, aku soalnya suka ga tahan iman kalau lihat sayuran dan buah seger gini. Waahhh kamu suka makan keju, cocok nih kalau ke Belanda. Surga keju 🙂
Waaah ada kailan dan jantung pisang juga! Saya suka banget ke pasar organik yg di Jogja, langsung petani, tapi gak sebagus ini sih hehe. Emang lbh seru belanja seperti ini ya drpd belanja di supermarket.
(Eh maap komen sblmnya blm selesai udah kesubmit)
Iya Aggy, jantung pisang baru pertama kali kulihat setelah sekian lama bersliweran ke pasar ini, makanya langsung norak difoto dan minta timbang karena penasaran harganya berapa (tapi ya ga dibeli haha.Langganan, jadi gpp. Bapaknya yg punya ada campuran darah Indonesia)
Iya tuhh, seruu pasar2 Organik yang ada di Jogja. Pasar kamisan dll. Lihat foto-fotonya di twitter bener2 pengen suatu saat bisa datang ke pasar2 organik di Jogja.
Waaah ada kailan ama jantung p
Walaupun saya tinggal di pedesaan juarang ada festival macam buah dan sayur. Seringnya sih syukuran apa gitu. Sepertinya petani di belanda tahu bagaimana cara bersenang-senang. Di indonesia petani masih suka mengeluh soal harga yang masih terlalu rendah. Mungkin klo petani kita udah sjahtera baru deh bisa buat festival2 macam di belanda.
Ohhh iyaa syukuran kalau ada panen dan awal2 tanam ya kalo di desa. Biasanya mbah ku begitu. Tapi seneng, banyak makanan enak soalnya ada selametan pastinya. Acara yang ini disupport juga sama pemerintah Den Haag, Delft dan Pijnacker. Jadi 3 pemerintahan juga bener2 support.
Iya. Ada juga syukuran 17 agustus dan hari2 besar lain. Klo semacam festival kayaknya masih sebatas mimpi.
Pasarnya tampak ‘menggiurkan’, bisa kalap ini kalo belanja di sana :’))))
Kalap beneran Ata. Kalau di Jogja banyak tuh pasar-pasar organik. Bisa kalap juga pastinya 🙂
Pasarnya super love!
Love banget Ji! *kayak tagline MTV haha