Sesampainya di Malta, badan saya langsung meriang. Bukan, bukan karena perubahan suhu tapi memang seminggu sebelum berangkat tenggorokan sudah tak nyaman dan saya merasa, pasti akan flu. Ternyata benar, selama seminggu di Malta, hidung meler terus, bersin ga selesai-selesai, badan meriang, pusing, batuk, wah lengkaplah. Tapi karena suasana liburan ya, jadi kalau pas jalan ke luar siang hari, tidak terlalu berasa. Begitu sampai hotel, langsung deh meriangnya kumat lagi. Eh, begitu kembali ke Belanda, keesokan harinya datang salju pertama kali. Kebayang kan dari suhu 20ºC langsung ke -1ºC. Walaupun begitu, saya tetap menikmati liburan kami seminggu di sana. Sangat menikmati malah sampai-sampai trekking dan jalan kaki setiap hari 10-15 km tidak dirasa.
Baca : Musim Dingin yang Hangat di Malta (Bagian 1)
Saya teruskan ya cerita tentang Malta. Bagian pertamanya bisa dibaca pada tautan di atas. Untuk mengingatkan kembali, Saya tampilkan peta Malta, jadi terbayang kalau negara pulau ini tidak terlalu besar.
-
Hotel Yang Cihuy Lokasi dan Fasilitasnya
Hotel yang kami tempati namanya Mellieha Bay yang letaknya di kota Mellieha. Kalau dilihat di peta, letaknya di ujung utara Malta. Meskipun nampaknya jauh sekali, tapi ke mana-mana kami tidak merasakan kesulitan karena kemudahan transportasi yang ada di Malta (hotel ini letaknya dekat dengan halte bus). Yang akan saya tuliskan selanjutnya bukan postingan berbayar ya, murni opini dari konsumen yang puas.
Selama seminggu menginap di hotel ini, kami sangat puas sekali dari semua fasilitas yang ada yang kami gunakan, bahkan sampai ke para pegawai di sana yang sangat cekatan membantu dan juga sangat ramah. Saat malam terakhir kami makan di sana, saya mengucapkan terima kasih kepada manajer restoran yang selalu membantu kami di sana. Malah saya sampai dikasih bekal pisang dua biji untuk dibawa ke Bandara keesokan paginya (karena kami dijemput jam setengah 5 pagi dari hotel, penerbangan jam setengah 8) karena tahu setiap pagi saya pasti mengambil pisang. Sampai terharu saya.
Di hotel ini, kami mendapatkan dua kali makan yaitu sarapan dan makan malam. Menu sarapannya sih standar ya, tapi menu makan malamnya sungguh luar biasa mewah dan pilihannya banyak sekali. Saya tidak ada fotonya karena hampir setiap waktu makan malam di restoran tidak membawa kamera (bahkan Hp seringnya saya tinggal di kamar). Tapi percayalah, pilihan makanannya sungguh mewah sekali dan makanan penutupnya juga tidak kalah mewahnya. Sebagai gambaran, saya tiap hari pasti makan es krim dan taart sebagai makanan penutup. Kalau menu-menu utamanya setiap hari ganti-ganti tidak ada yang sama, Sistemnya Buffet. Misalkan menunya satu malam ada daging kambing, ikan bakar, ayam panggang, nasi, pasta, sayuran yang beberapa macam, duh pokoknya banyak deh. Restorannya bisa menampung 340 orang dan untuk yang punya balita jangan khawatir ada banyak high chair disediakan. Hotel ini juga Kids friendly karena banyak fasilitas yang disediakan untuk anak-anak juga.
Nah yang paling saya suka dari hotel ini adalah tempatnya yang pinggir pantai, tepatnya di pantai Ghadira yang merupakan pantai terbesar di Malta. Jadi setiap bangun tidur melihat dari balkon ya pantai, malamnya bisa melihat kelap kelip kota berasa romantis karena cahanya terpantul di air laut. Keren lokasinya. Fasiltas lainnya seperti tempat bermain anak-anak, kolam renang yang super besar dan ada di beberapa lokasi, gym, kotak pos, dll. Intinya hotel ini memudahkan tamunya. Letaknya juga hanya 5 menit jalan kaki dari halte bus terdekat dan tidak jauh kalau mau ke pulau Gozo atau Comino. Kalau satu selera, saya sangat merekomendasikan hotel ini jika berkunjung ke Malta.
-
Transportasi Mudah
Transportasi di Malta sangatlah mudah. Sewa mobil, kendaraan umum seperti bus umum atau bus wisatawan. Selama di Malta, satu minggu kami wara wiri dengan memanfaatkan bus umum. Kami membeli tiket bus yang berupa kartu, berlaku selama 7 hari dengan harga €21. Kartu transportasi ini ada tiga macamnya, yang dua lainnya terbatas hari dan tujuannya. Sedangkan yang kami gunakan ini benar-benar bisa digunakan sepuasnya selama7 hari tersebut. Jika dibandingkan dengan Belanda, harga tersebut sangatlah murah karena kami bisa melancong kemanapun di Malta bahkan ke Gozo dengan menggunakan kartu transport ini. Kalau tidak ingin membeli kartu paketan seperti ini, bisa membeli langsung tiketnya pada supir bis. Sekali jalan jauh dekat harganya kalau tidak salah sekitar €1.5.
Biasanya kalau kami liburan dalam waktu lama, suami lebih senang sewa mobil dan road trip. Tapi kali ini beda, karena setelah membaca di beberapa forum kalau transportasi di Malta itu gampang, akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan transportasi umum sehari-harinya. Apalagi ternyata setirnya sebelah kanan, makin males lah suami. Dia tidak terbiasa. Bus umum di Malta buat saya sangat nyaman dan tepat waktu sesuai jadwal yang tertera pada masing-masing halte. Rata-rata bus umum beroperasi sampai sekitar jam 11 malam dan beroperasi kembali pagi hari sekitar jam 5. Jangkauan rutenya pun sangatlah luas, bahkan sampai pelosok ada. Jadi kalau ke Malta dan tidak ingin menyewa kendaraan sendiri, dengan naik bus umum pun sudah sangat nyaman. Ada tempat khusus stroller dan khusus lansia serta Ibu hamil. Di dalam bis pun ada AC nya.
Tips 1: Kalau menunggu di Halte dan dari jauh bisnya sudah terlihat, acungkan tangan ya untuk memberi tanda bahwa kita akan naik. Kami waktu hari pertama tidak tahu dan berpikir kalau bus pasti akan berhenti di setiap halte jadi tidak perlu memberi tanda. Ternyata, harus memberi tanda. Maklum, kalau di Belanda saya tidak pernah memberi tanda kalau ingin naik bis haha.
Tips 2 : Jangan kaget ya kalau supir bisnya meliuk-liuk saat menyetir dan sering mengerem dadakan. Bukan karena mereka ugal-ugalan, tapi kontur jalan di Malta memang sempit, naik turun dan belokannya curam. Setelah berada di sana dan tahu bagaimana kondisi jalan di Malta, kami bersyukur tidak menyewa mobil dan menyetir sendiri, bisa stress mendadak suami. Kalau melihat gaya menyetir sopir bis di sana, mengingatkan saya akan sopir bis metromini dan kopaja di Jakarta haha.
Tips 3 : Kalau menggunakan kartu transportasi, alat tap kartunya dekat sopir. Hanya saat masuk saja, kalau keluar tidak perlu check out.
-
Harga Lebih Murah
Jika dibandingkan dengan Belanda tentu saja. Saya membandingkannya dari harga makanan dan beberapa minuman yang kami beli. Tidak terlalu murah sekali, tapi relatif lebih murah. Mata uang yang digunakan Euro.
-
Kuliner Malta
Terus terang selama di Malta kami tidak terlalu banyak mengeksplor kuliner khas Malta itu bagaimana. Berbeda dengan kebiasaan kami sebelum-sebelumnya kalau liburan, mengeksplor kuliner merupakan bagian dari agenda. Tapi untuk kali ini tidak. Hal ini ditunjang oleh makan malam kami yang disediakan hotel dan menunya yang memuaskan dan bercitarasa kuliner Malta. Dan kami juga tidak bisa sampai malam berada di luar hotel. Maksimal jam 7 malam kami sudah harus sampai di hotel lalu makan malam. Nah yang saya rasakan tentang kuliner di Malta (dari yang kami makan di hotel), lebih terasa citarasa masakan arab meskipun rasa rempahnya tidak sekuat makanan arab. Mungkin karena perpaduan dengan rasa dari Italia sehingga rasa masakan arabnya tidak terlalu dominan. Sebenarnya ada makanan khas Malta yang ingin saya coba waktu itu yaitu kelinci yang dimasak secara tradisional Malta namanya Fenek, yang merupakan makanan nasional. Tapi saya kok tidak tega makan kelinci, akhirnya saya urungkan niat tersebut.
Ada beberapa jajanan di Malta yang kami coba salah satunya seperti foto di bawah, namanya honey ring. Ini rasanya manis dan beraroma kayu manis. Buat saya, tidak terlalu masuk untuk lidah. Dasarnya saya tidak suka jajanan manis. Nah jajanan di Malta, rata-rata manis. Jarang yang asin atau gurih. Seperti halnya jajanan arab yang kebanyakan juga berasa manis.
-
Turis Asia Lebih Sedikit
Mungkin karena waktu kami ke sana bukan musim liburan, jadinya cukup kaget juga nyaris tidak bertemu dengan turis Asia. Selama 7 hari, rasanya kami bertemu turis Asia sewaktu di Popeye Village saja. Maklum selama ini kalau liburan kan selalu ada turis Asia terutama Jepang atau Korea. Jadinya pas ke sana sepi turis Asia berasa gimanaaa gitu rasanya. Berasa nyaman maksudnya haha karena mereka tidak mendominasi tempat-tempat tertentu dengan berfoto berlama-lama atau menjulurkan tongsis sepanjang mungkin. Jangan salah, saya juga membawa tongsis kok, tapi selalu lihat tempat. Kalau ramai, tidak saya keluarkan, daripada mengganggu orang lain.
Malah selama di sana, saya bertemu dengan orang-orang Asia terutama dari Filipina dan Thailand, bukan sebagai turis tetapi sebagai penduduk di Malta. Saya pernah bekerja di perusahaan Filipina, karenanya bahasa tagalog tidak asing buat saya. Begitu mendengar banyak orang berbicara bahasa Tagalog, saya langsung tahu. Suatu hari saat kami sedang di bis, ada seorang perempuan (dan satu temannya) menyapa saya dan menanyakan saya dari mana. Ketika mereka tahu kalau asal saya dari Indonesia, mereka lalu bercerita kalau selama ini jarang menjumpai turis dari Indonesia, bahkan saat musim liburan. Karenanya, restoran Indonesia juga jarang dijumpai. Hanya ada satu dua saja. Dari mereka juga saya tahu kalau di Malta banyak pendatang dari Filipina dan Thailand dan bekerja kebanyakan jadi pengasuh anak dan supir bis. Pantas saja, saya seringnya menjumpai sopir bis dengan wajah Asia.
Nah begitulah cerita saya tentang hal-hal yang saya jumpai selama di Malta. Liburan di Malta berbeda dengan liburan dalam jangka waktu lama yang selama ini kami lakukan. Karena kali ini tidak pindah-pindah hotel,jadi berasa santainya karena ada satu tempat tujuan yang sama sebagai persinggahan setiap harinya. Sama mungkin ya seperti hati, kalau ada yang dituju setiap waktu ,sama, dan tidak berpindah, rasanya nyaman *Lah, ujung-ujungnya nyambung ke masalh hati haha.
Selanjutnya akan saya tuliskan tempat-tempat yang kami kunjungi selama di Malta.
-Nootdorp, 20 Januari 2019-