Akhirnya kesampaian juga menuliskan di blog tentang buku-buku yang tuntas dibaca. Setiap tahun memang niatnya ingin rajin mendokumentasikan di blog tentang buku-buku apa saja yang tuntas dibaca, tapi apa daya selama ini hanya wacana belaka. Mumpung sekarang lagi rajin, jadi didokumentasikan dalam bentuk tulisan. Jadi kalau dibaca lagi, bisa memotivasi untuk tetap dan semakin semangat membaca ditengah kesibukan sehari-hari.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, buku yang saya baca bukan hanya fiksi saja tetapi juga nonfiksi. Bukan hanya dalam bahasa Indonesia saja tapi juga bahasa Inggris (tahun sebelumnya malah rajin baca novel bahasa Belanda, sekalian belajar buat ujian).
BUKU FIKSI
Dari daftar buku fiksi, akhirnya saya membaca juga bukunya Eka Kurniawan. Padahal saya sudah punya dua buku ini sejak tahun 2016, tapi baru ada niatan membaca tahun 2018. Ternyata oh ternyata, saya langsung jatuh cinta dengan gaya penulisan dan berceritanya. Suka sekali!. Jadi menyesal kenapa telat bacanya. Saya pikir dulu itu gaya bertuturnya akan berat, eh ternyata tidak sama sekali. Nyastra sih tapi masih bisa mengikuti alur ceritanya dengan baik. Jadi ingin membeli buku Eka Kurniawan yang lainnya. Padahal saya sudah bertemu dengan Beliau sewaktu di Belanda, minta tanda tangan dibukunya, eh baru dibaca haha.
Jika buku Laksmi Pamuntjak sebelumnya yang berjudul Aruna dan Lidahnya membuat saya bosan sekali kecuali bagian cerita kulinernya, tidak dengan buku Laksmi yang berjudul Amba. Buku ini bisa menghipnotis saya dengan cerita fiksi yang dipadukan dengan sejarah. Seperti tidak rela berhenti sejenak tapi juga tidak rela cepat-cepat selesai. Sama rasanya ketika saya membaca semua tulisan Leila S.Chudori.
Kalau buku fiksi lain yang saya suka adalah Resign! Dari halaman awal, sudah mempesona ceritanya. Menarik, unik, lucu, dan segar. Mungkin karena ada kesamaan cerita yang pernah saya alami sewaktu bekerja di Jakarta selama 7 tahun (terutama bagian lemburnya), jadi sangat menikmati cerita dalam buku ini. Sayang ketika hampir selesai, jalan ceritanya terlalu seperti dipaksakan untuk berakhir. Tidak smooth. Kabarnya buku ini akan difilmkan, semoga sebagus bukunya atau lebih bagus dari bukunya.
Buku fiksi yang agak mengecewakan adalah Dilan. Saya sudah berharap terlalu tinggi dengan cerita dalam buku ini karena gaungnya di tanah air sangat kencang apalagi filmnya yang dielu-elukan. Ternyata membaca dua bukunya, tidak sesuai yang saya harapkan. Bukan tipe buku yang ingin saya baca. Ternyata saya bukan fans Dilan. Biasa saja.
BUKU NONFIKSI
Buku nonfiksi tahun lalu yang saya baca selain masih seputaran parenting juga ada topik lainnya misalkan tentang industri makanan dan revolusinya (terutama di Amerika) yaitu buku In Defense of Food. Dari buku ini saya jadi tahu tentang fakta-fakta industri makanan yang jarang terkuak (atau memang sudah jadi rahasia umum hanya saja saya yang tidak tahu). Misalkan tentang sapi-sapi yang dibiakkan secara instan supaya bisa lebih cepat dipotong salah satunya dengan digelonggong (kalau ini ada juga ya di Indonesia) atau disuntik atau ditempatkan di kandang yang sangat kecil dan sumpek. Bacanya jadi miris sendiri.
Nonfiksi favorit saya adalah The Childhood roots of adult happiness. Saya sampai memberi bintang lima untuk buku ini. Berkali-kali dibahas betapa pentingnya mengajak anak untuk sebanyak mungkin bermain di alam, bersinggungan dengan alam dan benar-benar meniadakan (tidak memperkenalkan terlebih dahulu) paparan teknologi (misalnya TV, gadget dll) untuk usia tertentu (dibawah dua tahun). Contoh yang diberikan misalnya di Jerman, anak-anak selalu diajak bermain di luar rumah minimal 1.5 jam setiap hari apapun musimnya. Jadi tidak ada alasan hujan tidak bermain di luar. Bukan musimnya yang salah, tapi memakaikan pakaian yang tepat untuk setiap musim, jadi anak-anak tetap bisa bermain di luar. Saya merekomendasikan buku ini bagi yang tertarik membaca tentang parenting.
Imperfection juga jadi favorit karena saya seperti ditarik ke belakang jaman pencarian jati diri. Cara bertutur penulis di buku ini tidak menggurui karena memang berdasarkan pengalaman semasa masih dalam taraf pencarian jati diri dan menerima segala kekurangan yang ada, menjadikannya sebagai bahan lecutan untuk menjadi lebih baik. Terbaca klise ya,tapi tulisannya membuat saya malas untuk berhenti sejenak membaca buku ini. Inginnya langsung selesai, saking menariknya.
Satu lagi yang menjadi favorit saya adalah Jatuh Hati Pada Montessori. Di buku ini tidak dijelaskan tentang teori Montessori melainkan pengalaman penulis sebagai praktisi Montessori yang mendirikan sekolah berbasis Montessori. Banyak sekali motivasi terselip disetiap ceritanya dan membuat saya berdecak kagum juga akhirnya jadi termotivasi untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
BUKU FIKSI DAN NON FIKSI
BUKU CERITA ANAK
Selain buku-buku di atas, saya juga membeli dan membaca beberapa buku cerita anak bahasa Indonesia. Di rumah kami, untuk buku cerita anak memang difokuskan dalam bahasa Belanda dan bahasa Indonesia karena sehari-hari kami aktif menggunakan dua bahasa tersebut. Untuk bahasa Inggris, kami tiadakan dulu. Karenanya koleksi buku cerita anak di rumah saat ini dalam dua bahasa tersebut. Dua penulis cerita anak favorit saya sampai saat ini adalah Clara Ng dan Watiek Ideo. Topik yang diangkat dalam karya tulisan merekapun beragam tapi saya senang membaca tentang toleransi dan perbedaan dalam hubungan pertemanan. Jelajah kota pun jadi salah satu buku favorit saya selain rangkaian kisah dari Nusantara (Kisah dari Alor, Kisah dari Sumba, dan Kisah dari Banggai).
Karena bahasanya yang sederhana, suami saya jadi suka juga membacanya dan jika ada kalimat atau kata yang dia tidak mengerti, langsung bertanya apa artinya. Saat ini, kemampuan berbahasa Indonesia suami jadi lebih meningkat dibanding sebelumnya. Semakin banyak kata dalam bahasa Indonesia yang mampu dia ingat dan ucapkan dan juga bisa merangkai kalimat panjang. Lumayan kan, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
BUKU RESEP MASAKAN
Sejak mempunyai buku resep masakan karya Junita (Xander’s kitchen), saya jadi selalu mempunyai ide mau memasak apa. Biasanya pagi hari saat sarapan, saya mencari ide akan masak apa hari itu dengan membuka buku resep ini dan membolak baliknya, mencari apa yang sesuai dengan bahan yang saya punya di kulkas. Benar-benar membantu sekali dengan keberadaan buku ini.
Sebenarnya saya juga nitip ke sepupu untuk dibelikan buku Icha Irawan, karena tertarik ada resep kue kue juga. Eh ternyata laku keras terus.
Tidak hanya buku resep masakan dewasa yang jadi favorit saya tahun lalu, juga buku resep mpasi BLW.
Itulah cerita buku-buku yang tuntas saya baca ditahun 2018. Jadi ada 34 buku yang saya baca (Seingat saya malah 36 buku, tapi dua lainnya saya kok lupa baca buku apa). Untuk saya pribadi, ini sudah sebuah prestasi bisa membaca buku sebanyak itu tahun lalu mengingat kesibukan sehari-hari yang sepertinya tiada henti. Meskipun setiap tahun target membaca selalu saya pasang 50 buku, dan tidak pernah kesampaian sampai saat ini, tapi bisa membuat saya selalu semangat untuk terus membaca buku.
Buku-buku yang rencananya akan dibaca tahun 2019
Kalau tadi sudah saya jabarkan dan perlihatkan buku-buku apa saja yang sudah saya baca tahun 2018, di bawah ini adalah buku-buku baru yang sudah nongkrong di ruang perpustakaan kami di rumah. Total ada 30 buku dan kebanyakan adalah Non Fiksi yang kali ini didominasi tentang topik Parenting dan Stoic. Ceritanya saya sedang tertarik memperdalam pengetahuan tentang Stoicisme (awalnya karena membaca Filosofi Teras, jadinya malah sangat tertarik dan pas banget suami saya pernah melakukan penelitian tentang filosofi ini jadi ada beberapa bukunya di rumah).
Semoga semua buku ini bisa saya baca. Target saya bisa membaca 40 buku tahun 2019. Mudah-mudahan bisa ya karena 2019 makin bertambah yang diurus jadi makin sibuk. Sampai saat ini dari buku-buku di bawah ini, sudah 9 buku selesai saya baca dan sekarang sedang membaca buku ke 10. Semangat!
Buku-buku yang dihibahkan awal tahun 2019
Setiap tahun saya selalu rajin membeli buku fisik, ada buku-buku yang ingin saya koleksi, ada yang tidak ingin saya simpan lagi. Karenanya, setiap tahun saya selalu rajin menyortir buku-buku apa saja yang harus keluar dari rumah kami. Karena sesuai dengan prinsip yang saya anut sejak kecil : jika membeli satu barang, minimal satu barang harus keluar dari rumah. Hal tersebut berlaku juga untuk buku. Jadi awal tahun saya sudah woro-woro di twitter dan grup whatsapp, buku-buku apa saja yang saya tawarkan untuk dikirim seputar Eropa. Gratis hanya ganti ongkos kirimnya saja. Selain 25 buku di bawah yang ternyata laris manis sudah menyebar ke beberapa negara di Eropa, buku-buku tentang kehamilan, parenting dan perbayian yang pernah saya tulis di sini, juga saya berikan kepada kenalan yang lebih membutuhkan. Supaya manfaatnya terus mengalir. Jadi lumayan, rak buku di rumah jadi tidak penuh.
Begitulah cerita panjang saya seputar buku. Semoga apapun kondisinya, saya selalu punya semangat dan waktu untuk tetap membaca buku. Karena tahun 2019 ini salah satu komitmen saya adalah lebih mengurangi aktivitas bermedia sosial dan blogging, itu kenapa produktivitas membaca buku saya rasakan jadi meningkat.
Kalau kamu, setiap tahun punya target membaca tidak? Lebih suka membaca buku fiksi atau nonfiksi?
-Nootdorp, 5 Maret 2019-
Sip.. aku masih timit2 bacanya.. belinya semangat, bacanya ngga habis2.. kalau yg the subtle art *** tuh suka bgt, ada bau2 sejarah yg bs aku diskusikan sm Stan..
Lho mosok ada unsur sejarahnya ya. Wah aku kok lali ya
tahun kemaren tahun paling sedikit baca. apalagi tahun ini, sudah bulan ketiga masih buka 1 buku itupun masih bagian depan hikksss.. semangat yach Den untuk bacanya, semoga aku ketularan.
Semoga semangat lagi baca buku ya Lin.
wah udah baca dilan to mbak? saya belum punya bukunya. cuma nonton filmnya aja ^^’
kalo buku baru sepanjang 2018 kayaknya saya gak ada baca buku baru. cuma reread aja ^^’ . padahal stok buku yang belum dibaca ada bejibun 😀
Sudah Mayang, saking penasarannya sama review orang2. Eh ternyata buka tipe bacaanku. Untung ga ngoyo cari filmnya haha.
tipikal bacaan remaja mbak 😀
Jadi malu kalau lihat target dan penyelesaian baca bukunya *lirik daftar target tak tercapai* Ah menarik itu yang nonfiksi tentang masa kecil dan industri makanan. Trims informasinya. Semangat baca buku lagi mba
Sama2. Mari sama2 saling menyemangati baca buku