Akhir Januari 2024, tepat sembilan tahun saya tinggal dan menjadi penduduk di Belanda. Perjalanan yang lumayan panjang. Antara terasa dan tidak. Terasanya kalau musim dingin datang, badan saya sampai saat ini belum sepenuhnya beradaptasi dan hati saya tetap tidak menyukai musim gugur serta musim dingin. Selalu saja sakit dan semakin tahun, sakitnya makin macam – macam. Awal tahun 2023, saat saya sedang hamil, sakit parah sampai Ambulans didatangkan ke rumah oleh pihak UGD. Itu sakit terparah selama di Belanda, semoga menjadi yang terakhir juga. Tahun ini saya terkena covid dan sinusitis parah. Pokoknya ada saja cerita sakit kalau musim dingin datang.
Selebihnya, saya sudah lumayan bisa beradaptasi dengan baik.
Bahasa Belanda, meski levelnya ya begitu – begitu saja, tapi saya bisa berbangga diri karena dalam 9 tahun ini makin banyak perkembangan. Ya memang sudah seharusnya begitu. Masa sudah 9 tahun masih jalan di tempat saja. Malu sama anak – anak yang kosakata Bahasa Belandanya lebih canggih dari saya. Untuk urusan sekolah anak – anak. saya lancar bercakap dan saling bertukar kabar sesama orangtua murid. Dengan para guru pun, saya punya kepercayaan diri yang tinggi saat datang ke evaluasi anak – anak tiap 3 bulan sekali. Meski suami juga datang, tapi saya melakukan percakapan aktif dengan pihak sekolah. Setiap kali pihak sekolah menawarkan untuk berbicara dalam bahasa Inggris, saya langsung bilang bahasa Belanda saja. Sejujurnya, bahasa Inggris saya sudah kacau beliau. Menelepon dokter, rumah sakit dan segala aktifitas saya di Belanda, 95% sudah full bahasa Belanda. Lisan dan tulisan. Yang 5% sisanya, kalau saya tidak mengerti bahasa Belandanya, baru dengan terpaksa ganti ke bahasa Inggris. Kecuali dengan anak – anak di rumah, saya memakai bahasa Indonesia (dan dengan sesama orang Indonesia lainnya tentu saja).
Urusan birokrasi, saya mulai berkompromi. Alias, ya sudah lah diikuti saja. Mau cepet2an juga tidak bisa karena memang jalurnya lama.
Selama 9 tahun di Belanda, saya banyak belajar hal – hal yang baru. Dari bekerja di Rumah Jompo, bakery, sampai punya usaha sendiri di rumah. Dari pertama kali belajar nyetir mobil dengan segala tangisan yang menyertai sampai mendapatkan SIM, kursus baking, mendapatkan dana dari pemerintah Belanda untuk kursus Data Analyst dan bisnis management, ujian HACCP. Belajar bagaimana membangun bisnis rumahan di Belanda dari nol, memantau bisnis di Indonesia dan beberapa investasi. Rajin ikut race lari. Semua saya lakukan atas dasar ingin belajar banyak hal, rasa ingin tau yang besar, dan tidak pernah berhenti untuk tetap mengaktifkan otak. Dari berat badan 45kg sampai sekarang entahlah saking malesnya nimbang haha yang pasti tidak akan bisa lagi ke 45kg.
Diantara banyak hal yang sudah terjadi 9 tahun ini, yang paling tak tergantikan dan sangat berharga adalah membentuk sebuah keluarga. Menjadi seorang istri, menjadi pendamping suami saat senang dan susah, saling menopang dan memberikan dukungan. Kalau bukan karena support yang besar dari dia, saya tidak akan pernah ada di titik ini. Dialah alasan saya bertahan dan tetap menggapai segala mimpi yang ingin saya wujudkan. Dialah orang yang paling berjasa atas banyak hal yang terjadi dalam 9 tahun ini. Dialah yang saya cintai dengan sepenuh hati *mendadak romantis
Hal yang paling berharga lainnya adalah kehamilan 5 kali dan 3 anak yang terlahirkan dengan selamat dan sehat.
Menjadi seorang Ibu mengajarkan banyak hal kepada saya. Bagaimana mencintai, memberi, mencurahkan kasih sayang dan mengelola emosi kepada anak yang tidak pernah tau sebelumnya tentang hidup mereka di dunia. Bagaimana mereka menggantungkan seluruh hal pada kami sebagai orang tua. Bagaimana kami benar – benar ikhlas menjalankan peran ini sebaik – baiknya. Menjadikan mereka anak – anak yang bahagia, sehat, dan tumbuh dipenuhi banyak cinta, serta tercukupi secara materi dan kasih sayang.
Keputusan terbaik yang saya tidak pernah sesalkan dalam 9 tahun ini adalah menjadi seorang Ibu Rumah Tangga yang tinggal di rumah. Karir, bukan lagi tujuan saya saat ini. Saya pernah bekerja kantoran di Indonesia selama 13 tahun. Dari level bawah sampai posisi atas yang saya inginkan. Dari gaji kecil sampai gaji yang cukup untuk membeli rumah dan sawah. Karir saya sekarang adalah membersamai suami dan mendampingi anak – anak sampai mereka bisa mandiri.
Dua tahun saat mudik ke Indonesia, disitulah saya merasa, kalau Belanda adalah rumah saya. Mudik pertama kali setelah 7 tahun pindah ke Belanda, rasanya sudah beda. Indonesia masih menjadi rumah bagi saya karena di sanalah keluarga besar berada. Hanya saja, rasanya sudah beda saat saya terakhir meninggalkan 7 tahun sebelumnya. Lalu saya tersadar, bahwa Belanda memanglah rumah saya. Di sinilah keluarga saya berada. Suami, anak – anak, dan diri saya sendiri. Teman – teman baik, para tetangga, Mama dan para ipar, segala kegiatan sehari – hari, tempat saya belajar banyak hal, serta orang – orang yang saya kenal dari sekolah anak – anak. Merekalah yang ada di hidup saya sehari – hari.
Saya bahagia di Belanda dengan segala naik turunnya, dengan segala hiruk pikuk yang ada, dengan segala suka dukanya.
Saya bisa menyebut sekarang, bahwa Belanda adalah rumah saya. Negara di mana semua orang – orang yang saya sayangi berada, tempat mereka yang peduli dengan saya selama di sini. Negara yang tidak sempurna namun membuat saya lebih berkembang secara individu maupun kedewasaan.
Dan juga, tempat saya ingin menjalani waktu bersama yang saya cintai dan sayangi dengan sepenuh hati, yang bisa menerima saya dengan segala kekurangan, yang tak pernah berhenti melimpahkan cinta yang tulus kepada saya : suami dan ketiga anak saya. Merekalah hidup saya saat ini.
Sembilan tahun di Belanda, inilah hidup saya sekarang. Semoga semakin banyak berkah, berlimpah cinta dan makin bisa memberikan manfaat untuk diri sendiri dan orang – orang yang membutuhkan. Terutama keluarga, teman – teman, dan siapapun yang pernah beririsan hidup selama ini.
-19 Maret 2024-
How time flies ya Den, gak kerasa udah 9 tahun aja. Cheers to many more years Den!
Semoga makin banyak belajar hal-hal baru di Belanda!
Amiinn. Suwun Ail. Iya antara kerasa ga kerasa. Tapi sekarang waktu cepet banget berlalu. Tiap tahun aku selalu kapan lagi ini musim panas :)))
Ini mirip sama postinganku kmaren. Sama, disini udah kerasa rumah, sementara Indonesia, ya tempat berkunjung saja.
Bener. Kadang ya kangen tapi begitu didatangi sudah terasa beda.