Saya mengenal dia, panggil saja namanya begitu, berawal dari Facebook. Waktu itu kami masih sama-sama menjadi pejuang cinta, bedanya saya sudah mendapatkan visa, dia masih dalam tahap akan ujian. Saya yang memulai menyapanya karena kami ada beberapa persamaan latar belakang. Waktu bergulir, dia masih berjuang di sana, saya sudah tinggal di Belanda untuk memulai perjuangan yang lainnya. Kami masih saling berkomunikasi meskipun sama sekali belum pernah bertemu muka. Pertengahan tahun kemarin, untuk pertama kalinya kami bertemu karena akhirnya dia memulai lembaran baru dalam hidupnya di negara ini. Kami tinggal di kota yang terhitung jauh satu sama lain.
Setelahnya beberapa kali kami bertemu kembali di beberapa acara. Kami memang jarang berkirim kabar melalui aplikasi whatsapp, seperlunya saja. Sudah tiga kali kami pergi bersama untuk jalan-jalan keliling Belanda, memanfaatkan tiket murah kereta dan memberi ruang kepada suami di rumah juga kami sendiri untuk sejenak meninggalkan rutinitas, melakukan kegiatan yang kami suka. Me time, begitu bahasa kerennya. Kami pernah mengunjungi Maastricht dan Groningen. Suatu hari saya menerima pesan dari dia, ajakan untuk kembali berjalan menyusuri tempat yang lain. Saya mengusulkan Kinderdijk, dan dia langsung mengiyakan.
Sejak lama saya penasaran dengan Kinderdijk. Meskipun tempatnya tidak terlalu jauh dari tempat saya tinggal, tetapi ada saja halangan untuk datang ke tempat ini. Begitu ada kesempatan, tidak saya sia-siakan. Sejak tahun 1997, Kinderdijk termasuk dalam Unesco World Heritage. Di dalam kompleks Kinderdijk ini terdapat 19 kincir angin, satu kincir angin pertama dibuka untuk umum sebagai museum yaitu Museummill Nederwaard dan kincir angin setelahnya yaitu Blokweer juga bisa dikunjungi, tetapi tidak terlalu banyak turis datang ke kincir angin yang terakhir karena memang bentuknya lebih modern dan letaknya lebih jauh dari gerbang utama. Kinderdijk terletak sekitar 16 km disebelah barat Rotterdam.
Tiket masuk Kinderdijk bisa dibeli melalui websitenya (Ada potongan harga 10%, sudah termasuk mengunjungi dua museum) maupun langsung beli di tempat. Area Kinderdijk ini buka 24 jam, tapi kalau untuk masuk ke museum paling lambat jam 5 sore. Banyak cara untuk bisa menikmati Kinderdijk : dengan berjalan kaki, menggunakan sepeda, ataupun menyusuri sungai menggunakan waterbus. Jika menyewa sepeda tarifnya €3/jam. Kami memilih untuk berjalan kaki, tidak ada alasan khusus, hanya ingin menikmati suasana dengan lebih leluasa.
Sehari sebelumnya, saya mendengar ramalan cuaca di radio yang menginformasikan akan ada hujan es pada hari sabtu tengah hari. Saya mulai panik dan menginformasikan ke dia apakah rencana ke Kinderdijk tetap diteruskan. Kami nekat karena memang tidak ada waktu lainnya, tiket kereta saya habis masa berlakunya akhir pekan ini. Seringkali memang hidup butuh nekat, karena kita tidak tahu apa yang sudah menunggu kita didepan sama. Sabtu sebelum berangkat, saya kembali melihat ramalan cuaca, dan tetap terlihat bahwa tengah hari akan ada hujan deras disekitar Kinderdijk. Kabut juga terlihat pekat disekitar tempat tinggal saya. Ya sudahlah, saya pasrah dengan membawa perlengkapan pelindung dari gempuran hujan es. Sesampainya kami di sana, kabut terlihat menyelimuti area Kinderdijk, jadi terlihat misterius. Meskipun berkabut, tetapi udara tidak terlalu dingin, saya hanya menggunakan kaos tidak terlalu tebal dan rok, maklum saja suhu sekitar 25 derajat, terasa gerah. Saya menyimpan perlengkapan “perang” dalam tas ransel. Ternyata sampai kami meninggalkan Kinderdijk, hujan es tidak datang, bahkan cuaca semakin menghangat. Ramalan cuaca tidak selalu benar.
Sepanjang perjalanan menyusuri Kinderdijk kami bercerita banyak hal, selalu begitu saat ada kesempatan bertemu. Salah satu yang menjadi bahan perbincangan kami akhir-akhir ini apalagi kalau bukan tentang ujian bahasa Belanda, karena saya sudah lulus B1, meskipun masih ada sisa ujian yang belum terlaksana untuk keseluruhan ujian integrasi. Tetapi yang pasti, kami menghindari perbincangan menggosipkan orang. Hidup sudah terlalu sibuk bagi kami berdua, jadi memang tidak ada waktu untuk mengurusi hidup orang lain dengan membicarakan di belakang. Apalagi sejak saya memutuskan menghilang sejenak dari Facebook (juga Instagram) sejak tahun kemarin, rasanya memang lingkup pengetahuan saya akan “berita” orang Indonesia yang tinggal di Belanda jauh lebih berkurang, sangat minimal. Tidak mengapa, lebih baik juga untuk hidup saya.
Kami tidak hanya sibuk berbincang satu sama lain, kami juga menyempatkan diri berbincang dengan beberapa orang yang kami temui, salah satunya Bapak penjaga museum. Orang-orang yang kami temui di jalan juga dengan ramah saling menyapa, dari yang berjalan kaki, menggunakan sepeda, bahkan yang menggunakan kapal kecil, menyapa penuh gembira. Bahkan beberapa kali kami diminta tolong untuk memfotokan orang-orang yang kami temui, lalu berbincang sebentar sekedar bertanya mereka berasal dari mana atau sebaliknya mereka yang bertanya pada kami. Selalu senang jika bertemu dengan mereka yang sedang menikmati hari untuk berlibur, aura bahagianya menular, bahkan hanya dari sebuah senyuman. Apalagi menjelang siang, cuaca semakin cerah. Semakin banyak orang berdatangan ke Kinderdijk tidak hanya sekedar menyusuri area ini, tetapi juga melakukan aktifitas lainnya yaitu memancing, ataupun berpiknik di pinggir sungai.
Salah satunya yang berpiknik adalah kami. Saya yang mengusulkan untuk membawa bekal dengan membagi tugas siapa membawa apa. Walaupun belum tahu akan makan dimana, tapi saya yakin akan banyak bangku disepanjang jalan. Ternyata di museum Blokweer ada kebun yang memang disediakan untuk pengunjung berpiknik ataupun sekedar duduk-duduk santai. Disinilah kami piknik menikmati bekal yang kami bawa sembari melihat kincir angin yang berjejer, perahu kecil yang lewat di sungai depan, dan setelahnya kami duduk santai di dek dan berkeliling melihat tanaman yang ada di kebun tersebut.
Perjalanan terus berlanjut, kami menyusuri jalan setapak yang tidak banyak dilalui orang, tetapi mempunyai pemandangan yang lebih indah dibandingkan jalan sebelahnya. Seperti halnya hidup, terkadang kita harus menepi sesaat dari keramaian, mencari jalan alternatif yang lebih sunyi tetapi mendapatkan pembelajaran hidup yang berbeda, yang mungkin jauh lebih baik meskipun mengarah pada tujuan yang sama.
Keseruan lainnya yang kami lalui di Kinderdijk karena saya mempunyai “mainan” baru. Mainan itu bernama tongsis. Ya, betul sekali, pada akhirnya saya punya tongsis pertama kali karena mendapatkan hadiah dari tempat saya bekerja. Karena belum pernah memakai tongsis sebelumnya, dan saya baru mendapatkan dua minggu lalu, jadi kami heboh sendiri mengoperasikan alat ini. Maklum karena masih baru, ada saja kelucuan yang timbul karena gagap bertongsis. Hampir saja alat ini nyemplung ke sungai pada saat kami bertongsis ria diatas jembatan yang sepi orang. Hal-hal yang menimbulkan kelucuan seperti ini bisa membuat kami tertawa tiada henti.
Bukan itu saja yang membuat kami tertawa terpingkal. Saat duduk-duduk dibangku pinggir jalan dekat museum, kami membayangkan ada tukang bakso lewat atau rombong lontong balap lalu kami memesan satu mangkok atau piring dengan minum es degan atau es teh sambil mendengarkan musik dangdut dari rombong penjualnya, yang dilanjutkan makan gorengan plus lombok dan petis udang. Hanya membayangkan saja sudah membuat kami gembira, apalagi bisa jadi nyata ya.
Semakin sore, semakin banyak rombongan turis yang datang. Kami perlahan meninggalkan Kinderdijk dengan mampir sebentar ke bagian depan untuk membeli es krim. Cuaca sore hari sangat terik, kami butuh sesuatu yang menyegarkan. Seperti pengalaman hari itu yang menyegarkan raga kami dengan berbincang dan bercanda tanpa henti sepanjang hari. Dia, yang dulu adalah seorang kenalan, dengan berjalannya waktu berganti menjadi seorang teman.
Untuk seseorang yang “sulit” bergaul seperti saya, tidak terlalu banyak teman bukanlah suatu masalah besar. Bahkan sejak kecil saya selalu tidak merasa nyaman jika berada dalam situasi yang bergerombol, berteman dengan banyak orang. Satu teman tetapi berlaku sebenarnya teman jauh lebih cukup buat saya, dibandingkan beberapa orang yang mengaku teman tetapi menikam di belakang. Semoga pertemanan saya dan dia tetap baik-baik saja, semoga, meskipun ada saatnya waktu yang akan menguji semua.
Friendship is a natural bond between good people, reciprocal and without ulterior motives -Socrates-
-Den Haag, 29 Mei 2016-
senangnya bisa menjelajahi kinderdiijk dengan sahabat yach Den. Jalan sejauh ini sambil ngobrol seru seputar kehidupan kalian rasanya perjalanan nga berasa berat. Selain pemandangannya bekalnya dong yang nga kalah seru. hehehe..
Ehm, bukan sahabat Adel, masih sebatas teman 🙂
Iya, bekalnya highlight hari itu hehe
Jadiiii… Hasil foto tongsisnya manaaa >.<
Disimpan, bukan untuk konsumsi publik 😀
Hai mbak Den..aku sukaaa sekali sama foto yang bapak perpustakaan di pinggir jendela itu..pot bunga ditaruh di pinggir jendela..apik polll..kalo pas buka Pinterest pasti keywordnya : window with a view..hehe..
Salam kenal ya mbak..aku silent reader blog mba *shake hand virtual
Hai, terima kasih selama ini sudah membaca blog kami dan terima kasih atas apresiasinya untuk tulisan ini 🙂
Kaaak, kamu kece bangeeet… kamu, tulisanmu dan jepretanmu…
Salam kenal ya Kak, Inshaa Allah saya segera menyusul ke sana. Tanggal dan kepastiannya, akan saya kabari lagi. Saya masih gerilya. Saya tentu ada kok mimpi untuk berjalan-jalan ke kinderdijk.
Huaaaaaa…. Kak Dena nggarai iriiiii….
Bawa botok juga ke sananya….
Hmmm…. jadinya Kinderdiijk rasa botok, hehehehe
Hai Roos, terima kasih atas apresiasinya dan sudah mampir kesini :). Nama saya deny
kalau ke belanda Kinderdijk, itu wajib banget ya kak, eh ka dena aku juga begitu mending teman sedikit drpd banyak tp bukan teman sebenarnya
Win, namaku deny bukan dena.
Wajib atau nggaknya ke Kinderdijk sesuai minat sebenarnya, bukan keharusan.
Negara kincir angin ini memang selalu memesona. Kalau lihat kincirnya jadi kepingin ke sana…
Mudah2an suatu saat bisa kesini
pas liat foto botok tempe kemangi aku fokusnya ke sendoknya, eye cathcing 🙂
Biar nampak beda
Pemandangannya cantik ya Den, aku suka foto yang ada kursinya itu berasa pengen duduk disitu sembari ngeteh dan membaca buku 🙂 Semoga one day bisa ke Belanda lagi ahhhh….
Berteman itu emang susah2 gampang ya Den, apalagi berteman di sosial media, kalo aku mending quality daripada quantity deh dalam berteman.
Iya Ria, suasananya disini meneduhkan. Makanya kerasan sampai sore baru balik, padahal ya isinya cuman duduk2 aja haha. Iyaa, aku juga waktu disana duduk disitu, rasanya ga mau pulang haha. Semogaaa suatu saat bisa kesini lagi ya Ria, trus ketemuan deh kita 🙂
Iya bener Ria, berteman itu susah2 gampang, makanya aku mau cari yg gampang2 saja 🙂
Seneng ya jalan2 bareng teman baik Den, btw setuju sama komen fee diatas foto2nya bagus, berasa suasana nya gitu hangat, kayaknya hari yang menyenangkan buat kalian. Semoga pertemanan nya awet dan bebas drama 🙂
Iya Chris, meluangkan waktu untuk me time, jadi bisa kangen2an sama suami lagi pas pulang karena ditinggal seharian penuh haha.
Terima kasih Christa, hahaha iyaa penting banget itu yang no drama 😀
Foto-fotonya makin bagus. Sudah mulai menangkap banyak jiwanya. Kebayang sepedaan di tempat begitu seru. Pasti gimanaa ya…Tapi pasti aman-aman saja ya. Kalau disini bisa-bisa tinggal sepedanya saja. Haha. Sayang foto selfienya nggak dimuat. Kayaknya seru. Moga-moga segera bisa melupakan rasa kecewa, dan makin nambah banyak teman disana ya, jadi nggak sepi. Don’t lost faith in humanity. :)) Masih banyak orang baik insyaallah.
Terima kasih Fee atas apresiasinya 🙂
Foto selfienya untuk koleksi pribadi saja haha, ga terlalu suka pasang2 foto selfie.
Iya benar, masih banyak orang baik. Insya Allah. Terima kasih ya 🙂
Kinderdijk memang cakep banget ya 😀 . Apalagi kalau cuacanya pas oke, enak buat piknik, hahaha 😆
Iya Ko, cantik ya ternyata. Kemaren sebenarnya enak cuacanya ga dingin dan berangin, tapi langitnya abu2 haha. Keluar warna birunya cuman sebentar. Sisanya abu2 semua.
Semoga awet ya Den temenannya
Terima kasih Non 🙂 semoga ga berdrama 😀
Kinderdijk masuk dalam list! Udah 3x ke Belanda (kalau gak salah hitung) tapi tak pernah mampir tempat ini. Kayaknya seru juga dikunjungi pas musim semi. Jangan pas ada hujan es plis, aku gak tahan dingin 🙂
Udah berapa lama nutup akun FB-nya? AKu sempat ingin, tapi sampai sekarang masih butuh FB antara lain buat kerjaan. Ya akhirnya pasif, masih punya tapi sangat jarang dibuka.
Nanti kalau ke Belanda lagi nih, musti wajib ke Kinderdijk. Nyaman banget tempatnya, apalagi buat foto2 haha. Museumnya juga bagus.
menghilang sejenak dari FB sudah hampir setahun, kira2 masih 10 bulan. Karena tepatnya aku lupa, sekitaran September kayaknya. Iya, kalau masih berhubungan dengan kerjaan pasti masih butuh. Kalau aku karena memang pengen bernafas sebentar, jadinya melipir dulu.
salam suhu ^^ (A1 Vs B1)
tapi kalau tongsis lebih ahli sy loo, suhu.. wkwkwkwk…
betewe, kinderdijk, aduh apike den… ntar mau kesana juga ah sebelum winter… (semuaaaa aja dimasukin agenda sebelum winter….)
whuahaha suhu :p Ya ampuunn, uwangel tenan kok tongsis iki, mbrusut terus hahaha. Wes, ga ahli aku. Dipergunakan seperlunya saja, bukan yang termasuk ngefans ternyata.
Kinderdijk kalau winter juga bagus lho (foto di kartupos2), kalau sungainya beku kan bisa prosotan main ski haha. Ntar setelah balik dari Indonesia, puas2in jalan2 disini.
Ja ja ja… ik wil je bezoeken ^^ nantikan yaa *iklan
Aha! Ik zal je op wachten dan.
Walah, botok tempe kemangi pete!
Ceritanya bagus mba, foto-fotonya juga bagus, pemandangannya juga bagus sekali..
Singer itu mesin jahit yang rasanya wajib dimiliki ibu-ibu jaman dulu ya..
Btw yang pakai baju ungu itu terlihat seperti anak SMA yang sedang melarikan diri 😀 *peace*
Terima kasih Wien 🙂
Iya, Singer ini kayaknya hampir ada disetiap rumah ibu-ibu jaman dulu ya, dan masih awet sampai sekarang. Itu yang pakai baju ungu emang ga kalah kok mukanya sama anak SMA *hahaha!
Saya sering takjub dengan mesin-mesin lama yang masih berfungsi dengan baik sampai sekarang. Wahahahaha, pengakuan terkini bulan ini 😀
Betul Wien, aku juga sering takjub dengan mesin2 jaman dulu yang masih berfungsi dengan baik sampai sekarang.
ibu juga masih ada mesin jahit singer 😀
yaanpun mba itu ngebayangin duduk sambil makan boyok tempe dan segala tentang indonesia bener2 kaya di pinggir sawah yang ada kincir angin buatan sendiri hihi
asik banget.
Awet ya Tien Singer ini. Iya Tien, enak banget duduk2 disana dengan angin yang semilir, bener2 merasa seperti di desa 😀
Ini bener banget –> Satu teman tetapi berlaku sebenarnya teman jauh lebih cukup buat saya, dibandingkan beberapa orang yang mengaku teman tetapi menikam di belakang.
Btw temannya nggak ngeblog ya? Nenekku juga masih punya mesin jahit Singer! ^_^
Loving your story and pics Mbak :*
Selamat pagi dari tananh aiiiir
Hai Eka, manggilnya deny saja, ga usah pakai mbak, kayaknya kita seumuran *huahaha aku ngaku2 :)))
Temenku ga ngeblog, tapi dia cukup rajin membaca blog ini.
Terima kasih Eka, selamat pagi dari negeri banyak angin dan hujan 🙂
cantik banget tempatnya Den, mudah-mudahan suatu hari kami bisa juga kesana 🙂
Aku juga dah ga maen “Facebook”, udah kuinstall di HP, memang lebih fokus jadinya, bisa berbuat hal lain yang bermanfaat. Path masih ada tapi ga pernah dibuka 🙂
Selamat berpuasa Deny, semoga dimudahkan segala urusan ya, cuacanya juga mudah-mudahan enak, di KL lagi panas-panasnya.
Iya May, tempatnya cantik dan terasa santainya disini, beneran suasana desa kecuali ramai banyak turisnya. Semoga bisa keisini May sekeluarga trus kita kopdaran deh 🙂
Ohh berarti interaksi kita terakhir di FB itu pas waktu perjodohan ya May (yang ga berhasil haha). Aku cuman blog dan twitter aja sekarang.
Selamat berpuasa juga ya May, disini seperti biasa cuaca ga ketebak. Akhir2 ini antara panas dan dingin silih berganti. Tapi kisaran suhu antara 17-25 derajat. Wah aku ngebayangin gimana panasnya KL, soalnya waktu kesana ga kuaaat panas banget. Semoga kita semua dimudahkan ya May menjalani ibadah puasa Ramadan.
Aku juga dah ga maen “Facebook”,==> ah…sama May! *sok asik*. Kok makin lama makin “riuh” dan isinya menghujat ya…tapi masih buka sih, info temen2x lari dan Tri masih diambil dari group.
the older I am, less friend is better for me…huuhuhuhu aneh ih =))
selamat puasa juga ya Deni dan May!
Kalau aku memang menghilang sejenak dari FB. Sebenarnya aku merasakan banyak manfaatnya dengan ber FB, tapi aku merasa melipir dulu deh dari FB, buat bernafas dulu 😀
Selamat puasa juga ya Mbak Kiky. Jadi mellow gini deket2 Ramadan 🙂
Aku aku aku juga udah mainan facebook, mbak. Path udah tak uninstall. Palingan liat instageram sekali2. Hidupku lebih ayem mbak. Kayaknya aku penganut filosofi hidup, the less i know, the happier i am 😀
Tapi jadinya malah temen2 banyak yg whatsapp ato telpon kalo mau silahturahmi.
Btw btw, itu tempatnya kece amat ya mba? *insert: mata lope lope 😀
Toss San! Aku sejak tahun lalu hanya blog dan twitter saja. Kalau twitter memang sejak awal ada sampai sekarang aku masih suka, masih banyak manfaatnya. Media sosial yang lain2 aku sudah angkat tangan, ga sanggup nambah, malah ngurangin 🙂 Kalau whatsapp atau telefon malah lebih personal San, lebih enak kan dibandingkan ngucapin ultah di wall FB misalkan haha.
Iya, tempatnya cantik San.
Sama Den, aku juga sudah menutup acc FBku, hidup jadi lebih fokus ya, bukan berarti gak silaturahmi sih ya ama temen2 di FB tapi tanpa FB jadi bisa prioritas hidup hehe. Enak ya jjs ama temen liat tempat2 baru apalagi botoknya itu lho! Aaah jadi pengen Den! Tenpatnya seru ya Den, bagus! Thanks udah sharing!
Kalau tentang silaturrahmi, pasti ada jalannya Lu. Aku selalu mengatakan ke diriku sendiri, silaturrahmi pasti akan tetap terjalin buat mereka yang memang dekat dengan kita. Ga semua yang ada di friend list FB itu benar2 kita kenal kan 😀
Iya, aku pas lagi pengen botok, jadi bikin deh itu Lu, lumayan ga gorengan menghemat minyak 🙂
Sama2 Lu, tempatnya memang seru untuk jalan-jalan santai bersama keluarga atau pasangan atau bahkan dengan teman-teman.