Terinspirasi dari Cerita Tentang Suami Part 2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi sambal adalah sambal /samยทbal /n makanan penyedap yg dibuat dari cabae, garam, dsb yg ditumbuk, dihaluskan, dsb, biasanya dimakan bersama nasi. Jenisnya pun bermacam. Ada Sambel terasi, bawang, mangga, kecap, kemiri dan lainnya. Saya termasuk penggila sambal. Tidak bisa makan enak kalo tidak didampingi dengan sambal yang super pedas. Saya juga suka bereksperimen membuat aneka jenis sambal. Akhir-akhir ini saya suka sekali membuat sambal matah. Gampang sekali bahannya : Cabe merah kecil, bawang merah, bawang putih, kencur, sereh, seledri. Semuanya dipotong kecil-kecil, dicampur jadi satu. Banyaknya sesuai selera. Bahannya semua mentah . Terakhir dikucuri jeruk nipis. Kalau mau bisa ditambah garam sesuai selera. Penampilan sambal matah jika disandingkan dengan ikan panggang seperti foto diatas. Super sedap *dipuji sendiri ๐
ย Lho kok jadi cerita resep sambal. Kembali lagi ke topik. Mas E sebelumnya pernah makan sambal di Den Haag, karena dia sering makan di restaurant-restaurant Indonesia yang banyak sekali disana. Tapi kalau makan sambal di tempat aslinya pasti akan beda sensasi. Dan level pedasnya disana pasti beda dengan Indonesia. Level aman, menurutnya. Awalnya saya tidak yakin dia akan suka yang namanya sambal, apalagi pedas. Tapi sewaktu pertama kali ke Indonesia saya membuatkan sambal terasi mentah super pedas, ternyata dia suka. Awalnya saya tanya โpedes banget ga?โ lalu dijawab โnggak, biasaโ. Beberapa saat kemudian baru kepedesan sampai hidung meler, keringetan, dan muka merah. Semakin dia meler-meler seperti itu, jiwa sadis dan penyiksa saya semakin terpuaskan *istrinya super sadis.
Kalau saya membuat sambal pedasnya tidak sesuai standar dia, suka diprotes. Sekarang level pedasnya sama dengan saya *asyiikk ada partner in crime. Intinya pengalaman pertama dia dengan sambal pedas bikin ketagihan. Tidak hanya sambal, semua makanan yang saya masak buat dia, harus ada unsur pedasnya. Sop, nasi goreng, apapun itu, harus ada cabe yang nongol. Dan anehnya, perut dia baik-baik saja. Tidak pernah sakit perut.
Beberapa masakan yang saya buat selama Mas E di Indonesia
Dan ini adalah makanan paling ekstrim yang pernah dimakan Mas E selama sebulan di Indonesia
Sebelum pulang ke Belanda, September lalu, dia sudah berpesan untuk dibelikan cobek dan ulekan. Katanya mau bikin sambel sendiri sebelum saya nyusul kesana. Ibu saya sampai terheran, ini kenapa ada bule kok lidahnya jawa. Akhirnya 2 hari sebelum pulang, ibu membelikan ulekan, cobek dan menggoreng terasi. Ada teman ibu yang baru pulang dari Lombok dan memberikan oleh-oleh terasi Lombok. Enak banget. Semuanya digoreng, kemudian dibungkus plastik rapat-rapat. Mas E minta diajari caranya membuat sambal. Walhasil H-1 adalah training langkah-langkah membuat sambal terasi. Saya juga mengajari caranya mengulek, bagaimana memegang ulekan, bahan-bahan apa saja yang perlu dicampurkan. Saya bilang sama dia, kalau bahannya tidak pakem, mau dimodifikasi ya silahkan. Antara terharu, lucu, bahagia ketika makan sambal hasil ulekan suami yang pertama kali.
Beberapa waktu setelah sampai di Belanda, suami mulai mempraktekkan membuat sambel terasi. Saya ceritakan ke Ibu, beliau tertawa senang. Menantu bulenya sudah mandiri membuat sambal. Dan sambal favorit suami adalah sambel terasi mentah. Oh iya, sambal yang dibuat dia selama ini sambel mentah semua karena dia memang tidak terlalu suka makanan yang digoreng.
Menikah itu seperti mencari ilmu. Perjalanan tiada akhir, dan selalu menemukan hal yang baru. Termasuk saya dan suami yang selalu senang mencoba sesuatu yang belum pernah kami coba atau lakukan sebelumnya. Selalu ada yang pertama dalam hidup,ย sekecil apapun itu. Nikmati, rasakan, dan bagikan jika dirasa berguna bagi orang lain. Dari secobek sambal, saya merasakan bagaimana Mas E sedang belajar untuk mencoba hal baru dalam hidupnya. Belajar mengerti kebiasaan disekitar saya, bahkan masyarakat Indonesia secara umumnya.
Punya pengalaman unik seputar sambal?
-Surabaya, 12 November 2014-
Yeayyy sama mbak *toss*
Misterku juga suka sambel. Padahal dulu awal-awal ke Indo dan belum banyak makan sambal dia pas balik ke Aussie mesti langsung sakit diare kaya keracunan makanan gitu. Sekarang udah 2 tahun tinggal di Indo aku cekokin sambel, rendang, rica-rica malah doyan dan ga pernah sakit perut lagi. Kadang juga yang aku anggap pedes banget, dia bilang biasa aja *lol. Practice makes perfect ๐
Thanks Sya sudah mampir kesini ๐
Iya, kita kan sebenarnya duta budaya buat pasangan hehehe. Memperkenalkan kebudayaan lewat makanan, termasuk sambel. Indonesia kan kaya banget sama sambelnya ๐
Aku gak makan sambal, gak doyan. Jadi kayaknya hidupku di Irlandia bakalan aman-aman, tanpa perlu craving sambal *teorine aman*
Ah beruntungnya kamu ga doyan sambel . Iya mustinya akan lebih aman kalo pindah Irlandia karena ga musti stok cabe dikulkas
Aduh itu sambal Tempe, pake kemanggi ya?
Iyaaa bener. Sambel tempe pake kemangi kan juara rasanya hehehe
wuih sambelnya sungguh mengundang selera…
ternyata toleransi pedasnya bisa dilatih ya Mbak…
Hahaha iya, lidah bisa dilatih ternyata. Kalo sambal aja ok sama lidahnya, makanan Indonesia yang lain juga masuk ๐
si Matt juga sama tapi belon bisa nyamain aku hahaha. Kalau makan makanan aku dia masih batuk2 dan murus2. kapan itu kita ke US 40an hari, gak makan sambel dong. Dia doang yang komen “semua makanan jadi gak enak buat aku karena gak ada cabe” huaaa………
Seneng banget ya Non kalo bisa ngeracunin suami dengan kebiasaan kita hahaha, Wah, Matt sampai murus2 gitu yaa hahaha, terlalu pedes mungkin. Dia merasa ada jiwa indonesianya yang hilang begitu ga ketemu sambal dinegaranya.
Non, aku ga bisa komen di blogmu kenapa ya? komennya ga muncul katanya nunggu moderasi darimu.
yaak nambah satu lagi suami bule yg suka sambel,,, ๐
btw gambar sambelnya bikin saya ngileer,,,bagi dong,,,
ayok kita bikin pul kumpul suami doyan sambal. Siapa tahu bisa saling tukar resep sambal ;)… Ayok sini aku kasih sambalnya *sodorin cobek ๐