Kartu diatas adalah hasil kolaborasi saya dan suami ketika Mertua memperingati 56 tahun Ulang Tahun Pernikahan pada akhir Oktober.
Saya sungguh terkagum, bagaimana sepasang suami istri bertahan dalam sebuah pernikahan dalam jangka waktu yang sangat lama. Melewati segala macam suka dan duka bersama. Sebelum menikah, sebelum menemukan dan ditemukan oleh orang yang tepat, saya selalu bertanya-tanya tentang sebuah konsep “hidup bersama dalam jangka waktu yang lama.”
Saya sering bertanya kepada Bapak dan Ibu, bagaimana mereka bisa (bertahan) tetap bersama dalam kurun waktu yang sangat lama, 32 tahun pernikahan, yang pada akhirnya Bapak dan Ibu dipisahkan oleh kematian. Bapak mendahului Ibu dan kami semua tanpa mengucapkan sebuah kata perpisahan. Mendadak, sehingga menimbulkan duka yang mendalam bagi kami yang ditinggalkan, terutama Ibu yang telah menjadi separuh jiwa dalam waktu yang tidak sebentar. Bahkan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk perlahan bangkit, melepaskan diri dari duka, dan menerima dengan sebuah keihklasan. Mereka, orangtua saya, melewati kehidupan pernikahan dengan segala naik dan turun, senang sedih, tertawa menangis, dan semua gelombang kehidupan. Dan yang saya tahu, mereka tidak memerlukan segala jenis motivator yang selalu menjual kata-kata indah , tidak pernah membaca buku motivasi tentang “Langgeng dalam dunia pernikahan” atau semacamnya, tidak pernah mencari tahu tentang kiat-kiat bertahan dalam sebuah pernikahan.
Dan ketika saya bertanya “Kok Bapak/Ibu bisa ya hidup bersama dalam waktu yang lama? apa tidak pernah merasa bosan kan tiap hari selalu melihat orang yang sama, kemana-mana selalu bersama. Rasanya kok membosankan ya.” Begitulah pertanyaan yang sering saya lontarkan kepada mereka. Ibu dan Bapak pernah menjawab dengan sederhana “Kalau kamu melewati pernikahan dengan orang yang tepat, maka waktu hanya akan menjadi sebuah bilangan, dan kehidupan didalamnya akan menjadi sebuah kesenangan. Selalu bergandeng tangan, karena hidup itu tidak pernah mudah.” Sungguh, yang saya lihat adalah sebuah keteladanan. Tidak memerlukan sebuah teori yang rumit, tidak butuh diskusi yang panjang, dan tidak menghabiskan energi untuk berdebat dan menjelaskan kepada saya tentang konsep pernikahan. Mereka memberikan contoh, bukan sekedar teori.
Umur pernikahan saya dan suami masih sangat dini jika dibandingkan dengan usia pernikahan Bapak dan Ibu, Mamma dan Pappa mertua. Jalan kami masih panjang. Pasti tidak selalu mulus. Dan kami tidak pernah tahu apa yang selalu menanti didepan. Kami hanya ingin melalui pernikahan ini dengan langkah sederhana, perlahan namun pasti, seperti yang para orangtua kami selalu contohkan. Kami ingin belajar dari sebuah keteladanan.
“Kalau kamu melewati pernikahan dengan orang yang tepat, maka waktu hanya akan menjadi sebuah bilangan, dan kehidupan didalamnya akan menjadi sebuah kesenangan. Selalu bergandeng tangan, karena hidup itu tidak pernah mudah.”
-Surabaya, 19 November 2014-
suka banget quote nya..
^^
Terima Kasih 🙂 Salam kenal yaaa 🙂
semoga langgeng juga Mbak Deny…
Amiinnn… Terima Kasih Okti 🙂
Hi, mbak..salam kenal. Postingannya singkat tapi bagus. Quotesnya juga baguus banget….ijin share quotenya boleh ?
Hi Mbak, salam kenal juga. Silahkan, Quote dari orangtua saya 🙂
Terimakasih, mbak Deny…
56 tahun :000000
mangaap bacanya…
selamat mbak, semoga lestari sampai kapanpun 🙂
Hahaha, jangan mangaapp… Ngiler ntar 😀 … Terima kasiihh. Amiinnn buat doanya. Salam kenal yaaa 🙂
Wowww!! 56! Merinding liat angkanya juga, hihihi. Mdh2an umur pernikahan kita jg smpe sgitu ya & dlm kebahagian, atau bahkan lebih…InsyaAllah.
Iya Vem… Merinding disko lihat sudah berapa lama mereka menikah hehehe. Amiinnn semoga barakah selalu ya pernikahan dan kehidupan kita masing-masing. Bisa melewati segala macam seni kehidupan dengan bahagia ya 🙂
Aaminnn… Perjalanannya msh panjang bgt tp ya, hehehe.
wah luar biasa mertuanya bisa melewati 56 tahun bersama,,rahasianya apa ya? 🙂
Aku pernah nanya ke mereka, katanya ga ada rahasia. Tapi dijalani saja :).
Tips nya bagus nih buat kita yang penganten baru. Dijalani saja 🙂