Tulisan singkat saja kali ini tentang Ramadan keenam di Belanda. Tahun ini adalah Ramadan pertama setelah beberapa tahun terakhir saya cuti puasa Ramadan. Rasanya bagaimana? hari pertama badan saya kaget. Sejak pagi sampai sore tidak ada masalah. Menjelang buka puasa jam 9 malam, baru perut saya terasa mual. Tiba-tiba kepala pusing, perut mual seperti mau muntah, lalu badan mendadak menggigil dingin. Wah, tidak beres ini, pikir saya. Lalu saya mencoba rebahan. Beberapa saat kemudian, lumayan membaik. Mungkin badan saya kaget. Setelahnya baru saya berbuka puasa. Hari-hari selanjutnya sampai sekarang, lancar. Hanya hari pertama saja yang butuh penyesuaian.
Ramadan di Belanda tahun 2020 durasinya 17- 17.5 jam. Semakin bertambah hari, durasinya semakin panjang. Saat tulisan ini dibuat, Ramadan sudah memasuki hari ke-26. Imsak jam 3.43, buka puasa jam 21.43, dan Isya’ jam 23.25. Waktu yang saya sebut itu untuk wilayah Den Haag dan sekitarnya karena berbeda provinsi, waktunya juga beda. Terbayang ya, sholat Isya disambung taraweh sambil menahan kantuk. Target khataman Al-Qur’an Insya Allah tahun ini tidak tercapai hahaha. Lho ini bukan tertawa bangga, tapi miris. Kalah sama ngantuk setiap membuka Al-Qur’an. Niatnya satu hari satu Juz. Kenyataannya setiap mulai membaca, masuk halaman keempat, huruf-huruf mulai buram karena mata mendadak mengantuk sangat. Apalagi kalau Tadarusan siang hari, duh itu baca sehalaman saja bisa lamaa sekali karena mata berat. Sepuluh hari pertama masih Istiqomah satu hari satu Juz. Selebihnya ya sesuai kemampuan saja. Jadi, saat Ramadan akan berakhir, Juz baru lebih sedikit setengah dari yang ditargetkan. Terakhir bisa khataman Al-Qur’an saat Ramadan, tahun 2016.
Bagaimana dengan mengatur antara sahur dan berbuka dengan durasi waktu yang tidak terlalu lama? Berbeda dengan trik makan tahun-tahun sebelumnya (saat saya berpuasa di sini), tahun ini saya lebih santai mengenai makan. Buka puasa saya minum segelas air lalu lanjut minum smoothie (biasanya buah yang saya pakai : mangga, strawberry, dan anggur. Atau pakai buah apa saja yang ada di kulkas. Yang penting tidak asam. Saya harus buka dengan buah terlebih dahulu, supaya perut tidak kaget). Setelah itu, saya makan takjil. Tidak terlalu banyak (ya namanya juga takjil ya), misalkan pastel sebiji atau sup sayuran atau apapun seadanya saja. Lalu saya lanjutkan makanan utama yang tidak terlalu berat karena perut sudah kenyang makan takjil dan minum smoothie. Saya tidak masak khusus, makan apa yang saya masak siang. Jadi malam tinggal menghangatkan saja. Oh ya, disela-selanya sejak makan takjil sampai makanan utama, saya minum air putih serta berjeda, tidak terus-terusan disambung makan.
Setelah urusan berbuka selesai, saya lanjut sholat Maghrib. Sambil menunggu Isya, saya tadarussan sebentar lanjut ngobrol dengan suami, ngobrol di grup wa atau buka-buka media sosial. Karena itulah menjelang tengah malam (dan pagi hari) akhir-akhir ini saya baru aktif di media sosial. Untuk sahur, saya cuma makan sepotong roti yang ada hari itu, roti yang saya buat sendiri. Sekitar jam setengah 12 malam saya makan sahur lalu lanjut Isya dan taraweh. Ini biasanya cepet-cepetan sih karena mata sudah sangat mengantuk. Lalu jam 00.15 biasanya saya baru tidur, bangun lagi sewaktu sholat subuh. Jadi ada bayangan ya jarak antara berbuka puasa dan sahur yang saya lakukan. Saya malas untuk bangun sahur pagi hari. Jadinya ya sebelum tidur, saya niatkan makan sahur. Makan dan minum terakhir jam 23.30, buka puasa jam 21.40 an. Kalau dihitung waktu tersebut, hampir 22 jam ya sebenarnya saya puasa. Sejauh ini, kuat melewatinya.
Bagaimana dengan kegiatan sehari-hari? tidak ada bedanya dengan sebelum Ramadan. Malah saya merasa selama Ramadan ini kok makin sibuk. Semakin sibuk bersih-bersih rumah seisinya, halaman depan belakang (rumah tidak terlalu besar kok adaaa saja yang dibersihkan, sampai suami bilang : ini bukan museum, ga usah terlalu bersih. Saya ngakak kalau ingat dia ngomong begitu). Pada dasarnya memang saya suka sekali bersih-bersih dan mengurangi barang-barang yang tidak penting di rumah. Lebih baik diberikan kepada yang memerlukan atau dibuang jika memang sudah tidak bisa digunakan lagi.
Belum lagi ngurusin tanaman-tanaman (yang beberapa kok ya susah sekali numbuhnya), membuat roti untuk makan malam, masak seperti biasa untuk makan siang, trus sibuk membuat beberapa kue kering supaya nanti terasa suasana lebaran seperti di Indonesia (akhirnya pecah telor, seumur hidup, baru kali ini saya membuat kue kering untuk lebaran seperti kaasstengels, kue kacang, putri salju dan beberapa kue yang rencana akan dibuat. Biasanya beli atau tidak ada sama sekali. Ternyata ya bisa kalau niat), sepedahan sore jalan-jalan ke hutan atau danau atau taman bermain yang sepi, baca buku, belanja online, ikut kursus online. Ya seperti itulah, malah rasanya lebih sibuk.
Senang juga kalau sibuk begitu, malah tidak sempat mengeluh, jadi jarang buka media sosial kalau siang hari (jadi bisa terlewati dengan berita-berita yang tak penting), waktu berlalu cepet lalu tiba-tiba sudah menjelang berbuka, jadi lebih banyak bersyukur karena meskipun di rumah saja tapi banyak kegiatan yang dilakukan. Tidak merasa bosan dan belum ada keinginan sama sekali ke tempat keramaian apalagi ke pusat kota. Masih belum siap bertemu banyak orang. Sesekali terpikir kapan ya bisa jajan di restoran Indonesia atau Sushi atau restoran-restoran lainnya. Tapi cuma sebatas pikiran, toh beberapa restoran Indonesia di sekitaran Den Haag menyediakan layanan antar dengan ongkos kirim yang terjangkau. Pengen Sushi, ya bikin sendiri. Sekarang kalau lagi ingin makan apapun, ya diusahakan bikin sendiri dulu.
Cuaca Ramadan tahun ini juga sangat bersahabat. Tidak sangat panas juga tidak dingin. Jadi tengah-tengah. Maksimal 26 derajat celcius. Kadang masih hujan dan angin dingin juga. Tapi secara keseluruhan cerah dan hangat. Ramadan kali ini berbeda karena situasi di tengah Pandemi. Semoga keadaan berangsur kembali aman.
Begitulah cerita Ramadan saya kali ini yang sudah keenam di Belanda. Di atas saya sertakan juga tautan cerita Ramadan dari yang pertama sampai yang kelima sejak tinggal di Belanda. Pertama kali datang merasakan puasa sekitar 19 jam. Saat ini hanya 17 jam, jadi semakin terlatih. Semoga berkah buat kita semua dan sama-sama berdoa untuk dunia semoga vaksin segera ditemukan, didistribusikan, dan dunia kembali aman. Semoga masih bisa dipertemukan kembali dengan Ramadan-ramadan akan datang dengan keadaan yang lebih baik, sehat beserta seluruh keluarga. Mudah-mudahan Ramadan tahun depan keluarga saya di sini bisa merayakan dengan keluarga di Indonesia dalam keadaan sehat dan lengkap.
Selamat berpuasa teman-teman, tinggal sebentar lagi lebaran. Jangan mudik ya, tinggal di rumah saja, sholat Ied di rumah saja, Taraweh di rumah, tidak usah ke mall dulu, perbanyak di rumah kalau tidak penting-penting sekali untuk ke luar rumah. Kondisinya berbeda saat ini, jadi sholat Ied di rumah saja tidak akan mengurangi pahala. Kita semua sadar bahwa Ramadan dan Lebaran tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jangan dipaksakan untuk sama, karena memang tidak akan pernah sama. Ikhlaskan, demi melindungi diri sendiri, demi orang-orang yang kita cintai, demi banyak orang yangs sedang berjuang bersama kita. Sholat Ied di rumah saja ya.
-19 Mei 2020-
relax
Hai jeung Den. Ho’oh aku bs membayangkan suhu 26 itu nyaman sekali. Soale biyen pas nang sydney, suhune pernah 25 dan aku masih bs inget lo nyamannya kyk apa, masyaalloh. Sakjane ingin komen berpanjang-panjang krn ceritamu menarik; tp mungkin bs kita sambung lewat whatsapp saja next time, hehehe. Aku blm mulai mo posting blog lg, btw. Wlo klo whatsapp status udah lumayan lah nongol bbrp dlm sehari.
Huwooo rasa2 tak percaya aku membaca ada notifikasi darimu. Rasa tak percaya ditinggali komentar terima kasih yaa sudah membaca dan meluangkan waktu buat nulis komen.
Iya, Alhamdulillah Ramadan kali ini hawanya uwenaakk puoll. Pas Ramadan 2015, summer panas kentang2 sampai 35° dan 19 jam lamanya, huwoo pengen ngombe es garbis ae bendino
Mari kita lanjutkan di wa. Semoga dirimu sehat selalu yaaa.