Catatan Kuliner : Semarang – Jogjakarta – Solo

Update : Ini sebenarnya postingan lama, tapi gara-gara saya ngubek folder foto, akhirnya menemukan foto-foto liburan saya dengan teman-teman sekitar tahun 2009 di Jogja, akhirnya saya update sekalian rekomendasi tempat makan yang di Jogja. Saya posting ulang siapa tahu ada yang akan ke Jateng libur panjang besok dan ingin wisata kuliner.


Menjelang akhir pekan seperti ini rasanya ingin ngabur sebentar buat jalan-jalan ya. Melepaskan sedikit penat karena rutinitas harian yang tidak ada habisnya. Kalau menuruti pekerjaan, memang tidak akan pernah selesai. Perlu sesekali memanjakan diri untuk berlibur disuatu tempat, membuat rileks pikiran dan badan. Tidak harus jalan-jalan serius, wisata kuliner juga bisa membuat hati senang. Tidak harus makanan yang mahal, yang penting hati riang.

Saya dan Mas Ewald suka makan dan mencoba beragam makanan baru, kecuali unggas dan daging buat saya. Nah, mumpung Mas Ewald sebulan di Indonesia, saya ingin memperkenalkan beragam makanan Indonesia. Supaya dia tahu kalau makanan Indonesia itu tiada duanya dan selalu membuat kangen siapapun yang merantau keluar negeri.

Dibawah ini beberapa tempat makan yang kami datangi ketika jalan-jalan pada bulan Agustus 2014 di 3 kota yaitu Semarang, Jogjakarta, dan Solo. Tempat makan di 3 kota ini kebanyakan saya kenal karena pernah mendatangi sebelumnya (saya sering ditugaskan di 3 kota ini sewaktu bekerja). Jadi bukan dari rekomendasi atau tempat yang jadi rujukan website travelling, melainkan dari pengalaman pribadi. Tetapi ada juga tempat yang kami datangi karena tidak sengaja, kepepet sudah kelaparan dan malas mencari tempat lainnya, eh ternyata tempatnya nyaman.

SEMARANG

1. Bandeng Juwana

    Jl. Pandanaran 57, Semarang. Website : http://www.bandengjuwana.com

Restoran Bandeng Juwana yang terletak di Jalan Pandanaran ini saya ketahui pertama kali sewaktu sering ditugaskan ke Semarang oleh kantor. Awalnya tidak tahu kalau dipusat oleh-oleh ini terdapat tempat makan di lantai 2. Tempatnya nyaman, makanannya enak, harga bersahabat. Kami 2 kali makan ditempat ini. Oh iya, kita juga bisa memesan lumpia dengan bermacam variasinya di lantai satu, kemudian diantar ke lantai 2.

DSC_0174
Restaurant dan Pusat Oleh-Oleh
DSC_0175
Lumpia yang kami pesan belum datang. Menu yang kami pesan oseng jamur, oseng pare, garang asem bandeng, semur bandeng, oseng daun pepaya, bakwan jagung, es dawet, dan teh tawar. Total yang harus dibayar tidak sampai 100 ribu
Lantai satu sebagai pusat oleh-oleh
Lantai satu sebagai pusat oleh-oleh

 

2. Noeri’s Cafe

    Jl. Nuri no. 6 – Kota Lama, Semarang

Nah, Cafe ini tidak sengaja kami temukan karena aslinya salah jalan. Jadi setelah membeli tiket ke Jakarta dari Stasiun Tawang, kami ingin ke Gereja Blenduk. Tapi kami tidak tahu arah kesana lewat jalan mana. Akhirnya kami gambling lewat jalan kecil, persis depan stasiun. Ketika berjalan melewati tempat ini, kami merasa tidak ada yang spesial. Seperti Cafe biasa pada umumnya. Mas Ewald sempat berhenti untuk mengambil gambar dari depan. Tiba-tiba dari dalam ada seorang lelaki yang mempersilahkan masuk. Kami ragu-ragu karena memang tidak berencana untuk makan, selain itu hari sudah menjelang malam. Tapi Mas Ewald bilang, mampir saja sebentar. Setelah masuk, Wow! kami ternganga. Interiornya benar-benar vintage dan barang-barang yang ada disana antik semua. Jadi Cafe ini memang didirikan untuk menyalurkan hobi pemiliknya yang merupakan kolektor benda antik professional, Pak Handoko. Tema Cafe ini adalah kolonial. Mas Ewald tentu saja girang melihat banyak benda yang sangat Belanda. Lebih lengkap tentang Noeri’s Cafe akan saya ceritakan lengkap pada postingan berbeda. Pada akhirnya kami tidak menikmati makan dan minum disini, hanya tour singkat yang dipandu oleh salah satu pengelola Cafe yaitu Pak Wawan. Saya sempat melihat sekilas menu makan dan minum, tidak berbeda dengan Cafe pada umumnya. Makanan dan minuman ringan. Jika ingin mencari alternatif Cafe dengan suasana yang berbeda, sangat disarankan ke Noeri’s Cafe

DSC_8514_1

DSC_0201
Interior Noeri’s Cafe
DSC_0202
Mesin di Kasir yang antik
Noeri's Cafe
Pajangan di dinding yang sangat kental suasana kolonial di Noeri’s Cafe
DSC_0200
Berpuluh radio antik. Dan semuanya masih berfungsi dengan baik

 

3. Toko OEN

    JL Pemuda, No.52 Semarang. Website : http://tokooen.com/

Pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Toko Oen. Toko yang terkenal dengan es krim yang rasanya super lezat itu, terletak tidak jauh dari kota lama Semarang. Toko Oen adalah toko roti dan kue pertama di Yogyakarta yang berdiri tahun 1922. Berikutnya menyusul dibuka di Semarang, Malang dan Jakarta. Akan tetapi, tahun 1958 Toko Oen di Yogyakarta dan Jakarta ditutup, sementara yang di Malang dibeli seorang pengusaha. Kini hanya tersisa Toko Oen di Jalan Pemuda 52, Semarang. Toko Oen di Semarang telah berdiri sejak 1936, bangunannya barcat putih dengan kaca besar dan pintu kayu yang masih lekat nuansa klasik. Toko Oen dibangun dengan model jendela dan atap melengkung tinggi meniru desain yang popular di Eropa abad ke-19. Interior bangunannya masih asli ditambah langit-langit yang tinggi dan digantungi lampu-lampu elegan. Furniture resto ini juga menarik karena dilengkapi sebuah mesin kasir tua, jam kayu kuno besar, dan sebuah piano kuno berwarna hitam. Suasana ruangannya menenangkan berpadu dengan lagu-lagu klasik yang mampu membangkitkan nostalgia. Tepat di depan pintu masuknya terpampang etalase dan toples kaca besar berisi kue-kue kering. Sejak dulunya Toko Oen merupakan tempat makan orang-orang Belanda. Bahkan hingga kini pun toko ini tetap menjadi tujuan wajib wisatawan asal Belanda yang datang ke Semarang. (sumber : Wonderful Indonesia)

Mas Ewald senang sekali disini karena suasananya yang kental dengan negeri Belanda. Kami sebenarnya tidak membeli makanan yang banyak. Hanya mencicipi Es Krim yang terkenal enaknya. Niatnya ke Toko Oen sih ingin menumpang Wifi. Duduk berlama-lama hampir satu jam dengan bermodalkan segelas Es Krim. Tapi benar, Toko Oen sangat kami rekomendasikan selain tempatnya yang nyaman juga Es krimnya yang lezat.

DSC_0218

DSC_0216

DSC_0217
Setelah lulus A1 2 bulan lalu, ngertilah saya baca ini *hahaha congkak

 

 4. Bakmi Djowo Doel Noemani

Nah, Bakmi Djowo ini juga tidak sengaja kami temukan. Setelah selesai Mas Ewald Tour Lawang Sewu, kami merasa lapar, tapi tidak ingin makanan yang terlalu berat. Kami sepakat untuk makan seadanya yang kami temukan sepanjang jalan menuju hotel. Ternyata didepan hotel Amaris, tempat kami menginap, ada tempat makan yang pembelinya terlihat banyak sekali. Tanpa pikir panjang kami pun menghampiri. Ternyata Bakmi. Setelah bakmi yang kami pesan datang, dan karena kelaparan, kamipun makan tanpa banyak bicara. Rasanya enak sekali. Kami memesan Bakmi Goreng. Mas Ewald sampai tambah 1 piring lagi. Mas, luwe nemen yo kok sampek nambah hehe. Porsinya menurut saya pas, tidak terlalu banyak maupun sedikit. Harganya juga tidak mahal per porsinya Rp 8000 kalau tidak salah ingat untuk sepiring Bakmi Goreng. Yang membutuhkan tempat makan dimalam hari, datang saja ke Bakmi Djowo Pak Doel Noemani.

Foto dipinjam dari http://bakmiedjowodoelnoemani.blogspot.com/
Meskipun kelas warung, karyawannya pakai seragam batik yang berganti setiap hari. Dan rasa khas bakmienya didapat dari cara memasaknya yang menggunakan Anglo
Meskipun kelas warung, karyawannya pakai seragam batik yang berganti setiap hari. Dan rasa khas bakmienya didapat dari cara memasaknya yang menggunakan Anglo
2 kali kesini ga sempat difoto, kebur habis karena kelaparan. Foto dipinjam dari http://wisatasemarang.wordpress.com/page/3/?pages-list
2 kali kesini ga sempat difoto, keburu habis karena kelaparan. Foto dipinjam dari http://wisatasemarang.wordpress.com/page/3/?pages-list

JOGJAKARTA

1. Pasar Bringharjo

Setiap ke Jogjakarta, saya tidak pernah absen menyempatkan diri untuk sarapan di bagian depan Pasar Bringharjo. Rasa makanannya khas rumahan dan pilhan makanannya beragam. Tempat makan depan Pasar yang terletak di Jalan Malioboro ini menyedikan segala macam jenis sate, pecel, mie, baceman, gudeg, dan lainnya. Harganya tentu saja sangat bersahabat. Kalau sudah disini, dipastikan pasti kalap mata. Rasanya semua ingin disantap. Silahkan mampir kesini jika ingin mencari alternatif tempat untuk sarapan

DSC_0141
Segala makanan ada di emperan Pasar Bringharjo
DSC_0142
Sarapan disini selalu membuat ketagihan untuk kembali datang. Rasanya mak nyuss 🙂 *Aduh saya jadi lapar sluruuphh

 

2. Jejamuran

    Jl. Magelang KM 10 Yogyakarta /Sleman

Jejamuran ini salah satu tempat yang saya selalu kunjungi jika mendapat tugas kantor ke Jogjakarta. Saya mengajak Mas Ewald kesini karena ingin menunjukkan bahwa jamur bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan yang sangat lezat. Kami ke Jejamuran ini setelah dari Borobudur. Jadi kami turun di perempatan sleman, kemudian jalan kaki sekitar satu kilo ke arah kiri dari perempatan sleman arah dari Borobudur. Untuk menuju ke Jejamuran, tidak ada kendaraan umum yang melintas karena tidak terletak dijalan besar. Jejamuran berdiri sejak tahun 1997 dan pemiliknya adalah Pak Ratidjo, seorang pengusaha jamur. Semua menu yang tersedia disini berbahan dasar Jamur. Cocok untuk mereka yang vegetarian. Jika ingin berkunjung,  tempat makan khas jamur ini buka dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 21.00. Sekedar saran, jika datang pada siang hari, usahakan sebelum jam makan siang, karena bisa dipastikan restoran yang memiliki parkir luas ini, penuh pengunjung terutama para pegawai kantor di seputaran Kota Yogyakarta. Rasa enak, namun harga tidak menguras kantong.

Rendang Jamur, Tongseng Jamur, Sate Jamur, Asem-asem Jamur. Yummyy!!
Rendang Jamur, Tongseng Jamur, Sate Jamur, Asem-asem Jamur. Yummyy!! Minumnya Es Kencur nambah 3 kali hahaha haus banget setelah jalan 1 km. Segeerrr. Kami membayar cukup 100 ribu saja

 

3. Legian Garden Restaurant

    Jl. Perwakilan no. 9, second floor across Ibis Hotel and Malioboro Mall, Yogyakarta Website : http://legianrestaurant.weebly.com/

Restoran Legian ini juga salah satu tempat yang kami temukan tanpa sengaja. Jadi, pada saat itu seharian kami penuh drama menuju Museum Ullen Sentalu. Akses kendaran umum yang susah menuju dan dari Ullen Sentalu-Jogja membuat energi kami terkuras karena harus berganti berkali-kali kendaraan umum. Setelah turun dari TransJogja, kami memutuskan untuk makan di mall Malioboro saja karena malas dan terlalu capek kalau harus cari-cari lagi tempat makan. Tiba-tiba sebelum mall persis kami melewati tempat ini. Saya bilang ke Mas Ewald, yuk kita lihat sebentar. Setelah naik kelantai 2, kami langsung suka dengan tempatnya. Konsepnya adalah restoran diatap semi outdoor yang berkonsep kebun. Jadi suasananya sejuk karena semilir angin juga romantis karena seperti makan ditengah kebun ditemani temaram lilin. Makanannya enak, harga tidak terlalu mahal, suasananya pun romantis. Perfect!. Oh iya, saya melihat pengunjungnya banyak yang bule.

Sate Jamur, Ikan Bakar ukuran jumbo, Tumis Kangkung, Minuman Rempah
Sate Jamur, Ikan Bakar ukuran jumbo, Tumis Kangkung, Minuman Rempah 2 porsi. Sekitar 150 ribu
Restoran di atap semi outdoor nuansa taman
Restoran di atap semi outdoor nuansa taman. Cozy

 

4. The House Of Raminten

     Jl. FM Noto 7, Kotabaru, Yogyakarta

The House of Raminten juga tempat makan yang selalu saya kunjungi jika ke Jogja. Menurut saya, rasa makanannya sangat biasa dan harganya murah meriah. Tapi entah kenapa meskipun rasanya biasa, saya selalu ingin kembali datang kesini. Mungkin saya suka dengan suasananya yang unik. Jadi sejarah The House of Raminten adalah diawali dari hobby, Hamzah.HS yang sangat menyukai makanan dan minuman tradisional yaitu jamu dan sego kucing dan juga rasa sosialnya yang tinggi akhirnya Hamzah.HS membuka suatu peluang usaha yang diberi nama The House of Raminten. Dimana nama Raminten adalah nama tokoh yang diperankan oleh Hamzah HS dalam sebuah sitcom di Jogja TV yang ditayangkan setiap Minggu jam 17.00 dengan judul Pengkolan. The House Of Raminten sendiri buka 24 jam dengan nonstop musik gamelan. Untuk lebih lengkap tentang sejarahnya, bisa dibaca disini

Selain nama-nama menunya yang unik, pramusajinya juga selalu menggunakan kostum yang khas. Selalu menggunakan kemben atau kebaya untuk wanitanya, berjarik dan berompi untuk yang pria.

DSC_8178

Disediakan sudut ruang untuk belajar membatik
Disediakan sudut ruang untuk belajar membatik
Lesehan
Lesehan
Sarapan porsi Jumbo karena kelaparan setelah semalaman naik kereta api ekonomi dari semarang. Gudeg komplit, Sambel Tempe Penyet, Tempe Mendoan, Lumpia, Minuman Rempah
Sarapan porsi Jumbo karena kelaparan setelah semalaman naik bis dari Surabaya. Gudeg komplit, Sambel Tempe Penyet, Tempe Mendoan, Lumpia, Minuman Rempah, es cendol. Kami membayar semuanya tidak sampai 60 ribu
Minuman Susu Perawan Tancep. Unik ya, gelasnya berbentuk payudara
Minuman Susu Perawan Tancep. Unik ya, gelasnya berbentuk payudara

 

5. Gudeg dan Ronde

Makanan lainnya yang tidak boleh lupa untuk dicicipi ketika datang ke Jogjakarta tentu saja Gudeg dan Ronde. Waktu itu, kami tidak memilih secara khusus pergi ke Gudeg yang terkenal di Jogja. Kami makan gudeg pun karena sudah lapar setelah berkeliling di Keraton Jogja. Jadi kami makan seadanya disekitaran pintu keluar Keraton Jogja. Saya dan Mas Ewald sama-sama bukan penyuka manis. Jadi untuk Gudeg, kalau tidak terpaksa, kami akan mencari alternatif makanan yang lainnya.

Sedangkan Ronde, kalau malam pasti banyak sekali ditemui disetiap sudut Jogja. Kami menikmati wedang ronde didepan hotel kami menginap, yaitu Ameera Boutique. Wedang Ronde merujuk pada air jahe panas (wedang adalah bahasa Jawa yang merujuk pada minuman panas) yang disajikan bersama dengan ronde. Air jahe juga bisa menggunakan gula kepala, diberi taburan kacang tanah goreng (tanpa kulit), potongan roti, kolang-kaling, dan sebagainya. Sedangkan ronde adalah makanan tradisional China dengan nama asli Tāngyuán (Hanzi=湯圓;penyederhanaan=汤圆; hanyu pinyin=tāngyuán). Nama tangyuan merupakan metafora dari reuni keluarga (Hanzi=團圓;penyederhanaan=团圆) yang dibaca tuányuán (menyerupai tangyuan). Ronde terbuat dari tepung ketan yang dicampur sedikit air dan dibentuk menjadi bola, direbus, dan disajikan dengan kuah manis (Wikipedia)

Gudeg

Ronde
Ronde

DSC_0171

6. Oseng-oseng Mercon Bu Narti

Oseng mercon ini letaknya kalau tidak salah waktu itu di Jl. KH Ahmad Dahlan (mudah-mudahan tidak pindah). Oseng-oseng yang berisi kulit, tulang muda, gajih, dan kikil ini dimasak dengan sekitar 6-7kg cabe rawit merah untuk 50kg koyoran. Kenapa disebut mercon?karena rasa pedasnya yang meledakkan mulut, dan rasanya seperti melelehkan lidah. Teman saya yang memakan oseng-oseng mercon ini sampai kebingungan meredakan rasa pedasnya dengan meminum teh hangat berkali-kali. Saya yang waktu itu makan lele bakar dengan sambel dari oseng-oseng mercon ini saja rasanya tidak sanggup menghabiskan, saking pedasnya. Tetapi meskipun pedas, rasanya memang mantap. Nasi hangat panas disantap dengan sambel atau oseng-oseng mercon ditemani dengan lele bakar dan teh hangat plus kerupuk. Haduh, saya jadi lapar.

Oseng-oseng mercon
Oseng-oseng mercon. Foto pinjam teman.

DSCN0268

SOLO

Kami singgah ke Solo hanya beberapa jam. Kami pergi dari Jogjakarta menuju Solo menggunakan Pramex. Mas Ewald ingin melihat Kraton Solo. Saya sudah bercerita sebelumnya kalau Mas Ewald ini suka sekali dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan sejarah. Karenanya, dia selalu mengajak ke tempat yang bersejarah, seperti museum dan yang lainnya.

Kalau saya ke Solo, pertama kali yang ingin saya tuju untuk makan adalah Spesial Sambal (SS). Sebenarnya SS ini tidak hanya ada di Solo, di beberapa kota juga sudah ada cabangnya. Tapi entah kenapa saya makan SS ini hanya kalau sedang di Solo. Di Solo pun, lokasinya ada di beberapa titik. Karena saya adalah penggila sambal, tentu yang saya buru adalah berbagai jenis sambal yang enak sekali rasanya dan tingkat kepedasannya pun bisa disesuaikan dengan permintaan pembeli. Yang ingin merasakan berbagai jenis sambal, silahkan ke SS untuk merasakan sensasi kepedasannya.

DSC_8367
Spesial Sambal yang terletak dekat terminal Solo
Makanan sebegini banyak tidak sampai 70 ribu. Aneka jenis sambalnya benar-benar bikin kalap mata. Semuanya tandas tidak bersisa :)
Makanan sebegini banyak tidak sampai 70 ribu. Aneka jenis sambalnya benar-benar bikin kalap mata. Semuanya tandas tidak bersisa 🙂

Begitulah catatan kuliner dari perjalanan kami Semarang – Jogjakarta – Solo. Semoga bisa memberikan rekomendasi tempat makan bagi yang ingin jalan-jalan disekitar 3 kota tersebut.

Punya pengalaman kuliner di 3 kota tersebut? Ada tempat favorit makan dikota-kota tersebut? yuk berbagi disini ^^

Selamat berakhir pekan ^^

-Situbondo, 12 Desember 2014-

Update : -Den Haag, 4 Februari 2016-

Saya lapar sekali malam-malam lihat foto makanan disini. Duh, kangen dengan Jogja! Selamat berlibur panjang ya buat yang di Indonesia.

PS : Semua foto adalah dokumentasi pribadi kecuali yang kami pinjam menggunakan keterangan.

222 thoughts on “Catatan Kuliner : Semarang – Jogjakarta – Solo

  1. Kalau ke Solo itu wajib ngunjungin Pasar Gede yang ternyata banyak jajanan enak-enak. Paling suka Lenjongan yg isinya ada tiwul,lupis, cenil, ketan, dan macem2 trus disiram kinca gula merah. Di depannya ada pecel ndeso. Murah-meriah banget.

    1. Wah. terima kasih rekomendasinya! berguna banget ini kalau misalkan kami akan mengunjungi Solo lagi. Kemaren hanya mampir saja, jadinya tidak punya banyak waktu. Aduuhhh aku baca tiwul, lupis, cenil, pecel ndeso langsung kemruyuk perutku hahaha. Asli kangen banget sama pecel ndeso ini.

  2. Saya malahan pernah hidup 9 Thn di Jogja belum pernah sarapan di depan Pasar Mberingharjo lho..hehehe, kapan waktu kalau ke Jogja wajib dicoba sepertinya..

  3. semuanya enak-enak ini. tapi menurut ku yang paling spesial itu SS yang ada di Jogja. entah kenapa waktu aku makan kira-kira 10 tahun yang lalu berkesan bangat, lokasinya kalau nga salah dekat bandara adi sucipto trus dikelilingi sawah dan hujan-hujan, pas bangat makanannya serba sambel, dan pelayanannya cepat dan murah dan enak pula. hehehe

    1. Wahaaa Lin, 10 tahun lalu hihihi, tapi hebat ya masih inget aja rasanya :D. Wah enak banget itu makan dikelilingi sawah, ayem tentrem rasanya 🙂

  4. Aah kebetulan nih! entar kita mudik mau ke Semarang, bisa deh dimasukin list yang udah Deni kunjungi disini. Solo, Jogja menarik emang ya!

  5. Aku gak suka house of Raminten. Mereka bakar menyan dan aroma menyannya itu sering nempel ke makanan (apalagi makanannya gak fresh dari kompor; wah wis menyan banget rasane). Kalau jejamuran, pulang dari sana aku sukses pusing, kebanyakan MSG. Wis engga balik lagi lah. Emoh.

    Kafe Noeri’s itu kayaknya menarik untuk dikunjungi. Kapan-kapan kalau pulang tak keliling Semarang lagi.

    1. Iya bakar menyan dan dupa. Aku tapi ga merasakan bau menyan dan dupanya nempel dimakanan, jadinya ya enak2 ae tak emplok haha makanya selalu kesini kalo ke Jogja.

  6. Dennnn plisss dehhh aku jadi ngiler maksimal nih. Liatnya malem2 pas laper pulak.hihihi aku maaih blom move on dari bakmi mbah moh do bantul. Jogja is dabestttt

    1. Huahaha aku ya nahan2 iler ini Jo ngelihatin foto-foto makanan disini. Eh aku jugaaa kemaren nyari2 foto yang di Mie Mbah Mo Bantul tapi ga ketemu. AKu juga kesana sekali, dan terpana dengan jejeran mobil yang pada antri. Padahal tempatnya sederhana banget ya ditengah sawah begitu tapi antriannya panjang plus musti sabar nunggu karena mereka masaknya pakai anglo *duuhh lapaaarr

  7. duileee lapeeeer liatnyaaaa hahahah *ngelus ngelus bantal*
    Nulis ini sambil ikutan ngences juga ga siiih, den hihihihi…

    aku demen deh liat toko oen, konon resepnya pun dari jaman dulu dan khas. Trus naksir anglonyaaa, enak banget tuh yaa angeeet *mbayanginangetsoalegerimiseuydisini*

    Yang pojokan mbatik di House of Raminten, kita bisa hands on ya buat batiknya? asik banget yak

    Thanks for share den 😉

    1. Waktu nulis ini masih di Indonesia Mel, jadi kalau ngences gampang tinggal ke warung beli haha. Sewaktu ngapdet kemaren itu yang langsung ngences kepengen makan mie yang di Semarang juga kangen makan pecel didepan Bringharjo. Iya, itu yang di Raminten kita bisa belajar batik karena ada yang ngajarin. Kangen wiskul deh gini rasanya 🙂

  8. wah lengkap sekali mbak, aku aja belum nyobain makanan yang di jogja di list mu ini lho. padahal kemarin baru dari jogja.

    Aku sendiri sebagai orang yang aslinya dari malang, baru tau kalau ternyata toko oen nggak cuma di malang, di semarang ada toh ? hmm *manggut manggut*

    1. Aku sering ke 3 kota ini karena urusan kerja dulu, jadi biasa diajak wiskul sama orang area. Jadinya biasa wiskulan deh.

    1. Iyaaa Min, aku pas baca2 lagi kok ya jadi lapeerr banget lihat foto2nya haha. Diet dulu trus wiskul biar timbangan balance ya haha.

  9. Yang paling enak di Yogya itu wedang rondenya Den. Enaknya ga terlupakan deh. Bikin sendiri rasanya beda 😀
    Makan Raminten belum kesampean karena terakhir kesana super duper rame jadi batal deh. Kalo SS sih deket rumahku juga ada 😀
    Satu kalo makan di daerah Jawa, Den. Aku kalo makan mesti dipesen gak pake kecap manis hahahaha apalagi kalo pesen soto.

    1. Iya bener May, wedang rondenya memang ga ngalahin ya. Setiap pengkolan pasti enak haha. Iya Raminten kalo pas lagi rame memang musti antri. Aku pernah soalnya sampai antri diluar haha demi apa coba mau makan saja sampai antri padahal ya rasanya biasa. Ada magnetnya emang Raminten ini. Huahaha kecap ini emang identik sama Jawa ya. Iya ih aku juga paling ga seneng kalo makan soto dikucurin kecap, mending dikucurin jeruk nipis plus sambel yang banyak *duh kok jadi laper nulis ini haha

      1. Aku nyari wedang ronde seenak di Yogya sana masih belum nemu loh sampe sekarang. Pasrah, nampaknya harus jalan jalan kesana dulu kalo kangen wedang ronde 😀
        Kalo ke Yogya kali aku masih mau ke Raminten kok Den, walau katanya biasa aja tapi kayaknya makan disana patut buat dicoba sekalii aja hahahaha
        Yaaah jadi baper sama soto 🙂
        Emang ya soto yang enak tuh pake jeruk nipis dan sambal plus nasi hangat. Haduuuh pas lagi dingin2 kan enak ya *glek*

        1. Iya May, Raminten itu memang patut dicoba buat pengalaman. Nanti setelahnya merasakan sendiri makanan dan suasana disana, baru diputuskan puas apa nggak 😀

    1. Kalo yang level pedesnya sudah tinggi, mending uji nyali di oseng2 mercon Pak. Level pedesnya sudah ga masuk akal huahaha. Tapi sambel2 di SS juga pedes2 juga.
      Wah, kalo Pak Alris masuk Noeri’s Cafe kayanya bakalan betah karena radionya keren2 banget plus koleksi antiknya yang lain juga keren2.

  10. Mbak aku buka ini subuh subuh. Beneran laper jadinya, huaaaaaaaaaa! Aku pernah makan di Raminten, emang itu murah murah banget ya, sampe melotot liat harga makanannya. Temenku pesen es apa gitu yang keluar gelasnya gede banget hahahaha dan harganya dibawah 10 ribu!

    1. Aku balesin komen2 ini jadi beneran laper sekarag huahaha.Pengen banget makan nasi pecel pincuk depan bringharjo plus sate telu puyuh dan segala mie2 dan sambelnya *lap iler haha. Iya, Raminten itu entah kenapa muraaahh banget ya plus porsinya banyak.

  11. Ahh banyak juga yang kangen jogja, aku juga. Oseng-oseng mercon sekali aja makan disitu padahal ga jauh dari rumah kayaknya masih ada koq den warungnya.

    1. Jogja itu selalu ngangenin, entah kenapa. Wah syukurlah kalau masih belum pindah, kapan2 kalau ke Jogja pengen mampir kesana.
      Ruru, aku sekarang lagi baca Aruna dan Lidahnya sesuai yang kamu rekomendasikan diatas. Setelah sekian lama, akhirnya keturutan juga baca buku ini, pas jauh dari Indonesia, ada temen yang bawain. Jadi bacanya sambil keruyukan bacanya haha. Thanks ya buat rekomendasinya.

    1. Iyaaa… Jogja itu selalu menjadi tempat yang aku kangenin untuk kembali dan kembali. toss!! suamiku juga cocok sama makanan Jogja. Apalagi jejamuran. Yang diomongin ituu mulu hahaha. Beruntung kamu dulu tinggal di Jogja Adhya 🙂

    1. Hahahah, wokeehhh buat hadiah ulang tahun pernikahan yaaa hihihi *andaikan bisa, pengen bawa sekardus besar 😀

  12. Noeri’s cafe nya keren. Soal rasa memang selera ya tapi aku blum bisa ngerasain istimewanya Toko O kcuali nuansa nostalgia (aku cobanya di malang di kampungku). Menu nasi godog bakmi djawa menggoda, kalo pulang ke magelang aku lbih milih ke warung sego godog di banding kupat tahu 🙂

    1. Iya, aku juga belum pernah makan di Toko Oen. Selalu minum Es Krim. Dan memang menurutku Es Krimnya enak hehehe… Oh dari Malang ya :)… Wah, kok unik ya Sego Godog itu kan nasi direbus? gimana itu rasa dan penampakannya? nampaknya juga enak *langsung lapar 😀

      1. Nasi godhog atau sego godhog sepertinya sama ya, kalo dimagelang (mungkin di jateng lainnya juga) dimasaknya di tungku arang tapi nyala apinya besar, mreka ga masak di kompor. Sebenarna nasi berkuah aja sih ya… tapi gurih& seger.
        Posting makanan ini benar menggoda. Kamu dah baca Aruna dan lidahnya -Laksmi Pamuntjak ? Ngomongin makanan juga ngiler 🙂

        1. Owwhh, semacam nasi nyemek2 yaa… Ah aku justru baru saja tahu dari kamu ini tentang Aruna dan lidah. Barusan google, ternyata novel bertema kuliner yaa… Wah, thanks ya, kalo ke toko buku coba aku lihatnya. Nampak menarik :)… Iya, kalo ngomong makanan pasti kukuruyuk perut hahaha

  13. Aku suka pos ini karena tentang makanan 😉 Bandeng Juwana itu memang mantap ya Den. Aku udah makan dibeberapa tempat yang kamu cerita diatas, yang belum akan aku kunjungi kalo aku ke Indonesia.

    1. hahaha Thanks Mbak Yo. Iya mbak, aku kalau makan di Bandeng Juwana bisa berlama-lama. Lha enak semua. dari segala jenis bandeng, lumpia, bahkan home made es krimnya juga juara. Sippo mbak. Aku paling merekomendasikan ke Noeri’s Cafe kalo Mbak Yo sekeluarga ke Semarang. Mbak Yo pasti betah disana 🙂

      1. Aku lihat pos ini lagi jadi laper Den ha…ha…Walaupun di House of Raminten pelayanannya lama bener tapi aku ngga kapok kesitu. Alon-alon asal kelakon lah.

        Ah, jadi pingin pecel pincuk’an di Beringhardjo sekarang.

        1. Duh, iya Mbak Yo. Pagi ini aku tiba2 beneran pengen pecel pincuk’an Bringharjo plus sate telor puyuhnya, baceman tempe tahu dan segala mie2 itu *sluruupphhh hahaha. Iya bener Mbak, Raminten itu entah kenapa selalu ada magnetnya pengen balik kesana meskipun rasa makanannya ya biasa2 saja :)))

  14. Aku kemaren baru makan SS (kemaren dan hari ini lagi di Jogja) selama di Jakarta ga pernah makan SS. Kecewa tapi sama pelayanannya. Makanan diantar lamaaaaa banget, sekitar 30 menit baru dianter makanan kita 🙁 ya udah lah ya namapun murah 😀

    1. waahh apa iya ya pelayanannya lama. Karena selama “pertemananku” dengan SS, paling nggak 15 menitan lah nyampe. Tapi ya itu tadi. Aku makan SS nya selalu di Solo. ga tau yang pelayanan Jogja. Bener sih, murah kok mau minta selamet hahaha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.