Kami baru saja beberapa hari di rumah setelah satu minggu “mengungsi” ke negara yang sepanjang tahun berlimpah sinar matahari, yaitu Malta. Anggap saja ini liburan untuk ulang tahun saya yang dipercepat beberapa bulan karena biasanya kalau saya ulang tahun, pasti kami pergi liburan. Dikarenakan pada saat ulang tahun saya nanti akan ada kesibukan yang tidak mungkin meninggalkan Belanda ataupun jalan-jalan jauh meskipun sekitar Belanda, ya jadi anggap saja ini pengganti liburan ulang tahun (haha ini sih sebenarnya agak maksa). Aslinya sih ya ini liburan dadakan. Jadi pada suatu hari, suami tiba-tiba melontarkan ide untuk liburan akhir tahun, sekalian pertama kali ngungsi pada saat musim dingin di Belanda. Setelah mendapatkan beberapa alternatif tempat, akhirnya pilihan jatuh ke Malta, ide dari seorang teman baik di sini.
Kami baru benar-benar memutuskan akan pergi kira-kira 1.5 minggu sebelum waktu keberangkatan. Biasanya yang kebagian mencari informasi hotel dan tempat-tempat yang akan kami datangi, itu tugas saya. Tapi karena mendadak dan banyak hal yang saya urus dalam minggu tersebut, akhirnya suami yang mengurus semua hal untuk liburan kali ini. Dia bilang sudah ikutan paket Tour. Wah, saya kaget juga ya, kok kali ini mau ikutan Tour karena selama ini tidak pernah. Dia bilang paket yang ditawarkan murah. Oh ternyata setelah saya tanya lebih dalam, maksudnya paket tour ini adalah harga pesawat dan hotelnya saja. Dan memang jatuhnya murah sekali untuk ukuran satu minggu di sana. Jadi kami kali ini memanfaatkan jasa TUI. Dan testimoni dari kami, puas karena semua diurus termasuk penjemputan dari Bandara di Malta sampai ke hotel dan begitu juga saat kembali. Nah sehari-harinya, ya kami jalan sendiri, tidak ikut dengan paket tour yang mereka tawarkan, jadi lebih fleksibel.
Kami berangkat dari rumah jam setengah 9 pagi karena Air Malta, pesawat yang membawa kami ke Malta jadwalnya berangkat setengah 12. Kali ini kami hanya membawa satu koper besar dan masing-masing dari kami membawa tas punggung, semua untuk keperluan satu minggu untuk sekeluarga. Ternyata oh ternyata, sesampainya di Schiphol, membaca pengumuman, penerbangan mundur tiga jam. Haduhh kesel banget kalau ada jadwal mundur begini. Terbayang sampai Malta pasti sudah gelap karena lama penerbangan 3 jam. Singkat cerita, jam setengah tiga sore kami baru terbang dan sampai Malta jam setengah 6. Selama penerbangan, aman terkendali, hanya sedikit kendala minor saja. Kami baru sampai hotel sekitar jam 7 malam dengan keadaan yang luar biasa capek karena jadwal penerbangan yang mundur.
Kalau berbicara tentang Malta, dulu selalu saya mikirnya negara pulau ini selalu padat dengan turis, terlebih turis Eropa. Selain itu, saya juga berpikirnya yang bisa dikunjungi hanyalah pantai saja. Tetapi saya salah besar. Ada banyak hal yang baru saya ketahui sebelum berkunjung ke Malta karena sempat membaca sejarahnya dan juga saat ada di sana jadi bisa tahu secara langsung seperti apa dan bagaimana Malta itu sesungguhnya, termasuk mengamati orang-orang lokalnya. Pada tulisan kali ini, saya belum akan menuliskan tempat-tempat yang kami kunjungi, melainkan berbagi informasi tentang Malta dari pengalaman kami ke sana. Karena tulisan ini ternyata jadinya panjang, maka akan saya bagi menjadi dua bagian.
-
Sekilas Tentang Malta
Malta atau yang disebut sebagai Republik Malta adalah negara pulau. Kepulauan Maltese yang terdiri dari Malta, Comino, dan Gozo dikelilingi oleh birunya laut mediterania di selatan Sisilia. Karena letaknya juga dekat dengan Tunisia, maka pengaruh Afrika Utara juga ada di pulau ini. Malta yang tidak terlalu besar, yaitu hanya 27km panjang dan 14km lebar, menjadikan Malta termasuk 10 negara terkecil di dunia.
Bahasa resmi yang diguanakan di Malta adalah Bahasa Maltese dan Inggris. Bahasa Maltese merupakan percampuran antara bahasa Arab dan Italia. Karenanya saat pertama kali saya mendengarkan warga lokal berbicara, langsung saya mengenali aksen arabnya. Bahkan banyak jalan banyak yang masih menggunakan kosakata arab dan ada dua kota favorit para turis yang terdengar sangat Arabic, yaitu Rabat dan Mdina. Tidaklah heran karena bangsa Arab pernah memerintah negara ini selama 220 tahun sebelum akhirnya dikoloni oleh Inggris dan beberapa bangsa Eropa lainnya. Negara ini sangat bangga dengan Ksatria Malta yang legendaris, yang berjuang melawan Turki dan meluncurkan Perang Salib.
-
Musim Terbaik Mengunjungi Malta
Tidak ada waktu terbaik untuk mengunjungi Malta karena sepanjang tahun adalah waktu yang baik, matahari menyinari negara ini, bahkan saat musim dingin sekalipun. Sewaktu kami di sana, tidak sekalipun turun hujan dan suhu maksimal 20 derajat celcius. Jadi bisa dibayangkan betapa senangnya kami selama seminggu merasakan hangat matahari tanpa harus menggunakan jaket (meskipun kadang anginnya agak semriwing dingin ya), sedangkan suhu di Belanda sudah masuk ke angka minus di pagi hari. Dari beberapa artikel yang saya baca, lebih enak lagi jika mengunjungi Malta saat musim semi dan musim gugur. Jika musim panas, matahari terlalu terik dan yang pastinya penuh sesak turis juga karena musim liburan.
Karena kami ke sana bukan musim liburan, jadi berasa sekali kalau Malta itu sepi. Sepanjang minggu, yang sering kami temui adalah rombongan Oma dan Opa dan juga sebagian kecil keluarga dengan anak balita. Bahkan di hotel tempat kami menginap, lebih banyak rombongan Oma dan Opa. Kami kasak kusuk, kalau musim panas pasti hotel ini penuh dengan anak-anak muda. Syukurlah kami ke sana saat musim dingin dan bukan musim liburan jadi di mana-mana tidak penuh sesak dengan turis. Nah keuntungan lainnya, harga tiket pesawat dan hotelnya juga jadi super murah.
-
Malta Bukan Hanya Tentang Pantai
Seperti yang saya singgung sebelumnya, dulu saya mengira Malta itu hanya tentang pantai dan pantai. Ternyata saya salah. Sejarah Malta sangat menarik untuk diketahui dan banyak bangunan-bangunan bersejarah yang sangat indah. Tidak hanya tentang sejarahnya, alam Malta pun benar-benar membuat saya terpesona, indah. Selama kami di sana, terus terang tidak terlalu banyak tempat yang kami kunjungi karena liburan kali ini benar-benar santai. Kami benar-benar menikmati alam Malta dan keindahan bangunan dan sejarahnya. Menyusuri setiap sudut kota yang kami datangi, menyusuri gang-gangnya dan masuk serta duduk-duduk di depan bangunan-bangunannya yang indah.
Karena kami tinggal di negara yang sangat datar, begitu melihat ada bukit, kaki rasa gatel juga untuk trekking. Jadilah beberapa kali kami sempat trekking juga. Lumayan juga lho kami jalan kaki dan atau trekking kalau ditotal setiap harinya bisa mencapai 10km-15km. Begitu sampai atas, rasanya terbayarkan usaha naik saat melihat pemandangan laut yang luar biasa indahnya. Mungkin karena darah saya adalah anak pesisir, jadi kalau lihat laut rasanya seperti bertemu saudara kandung, riang dan gembira luar biasa.
Malta sangat cantik!
Untuk bagian satu, sampai disini dulu ya. Nanti akan saya lanjutkan ke bagian kedua tentang hotel yang kami tempati yang sangat cihuyy fasilitas dan lokasinya, tentang kemudahan transportasi di Malta, Kuliner Malta, Harga yang lebih murah, dan turis-turis yang datang ke Malta. Jadi, simak bagian selanjutnya
-Nootdorp, 19 Desember 2018-