Ngeblog Itu …

Cinque Terre, Italy

… sejauh ini menyenangkan buat saya. Perjalanan menulis di blog saya lewati berpindah dari beberapa platform, sepertinya mengikuti perjalanan status hidup saya pada waktu tersebut sampai saat ini. Dari Friendster, Multiply (MP), Tumblr, Blogspot, sampai saat ini sudah betah selama empat tahun lebih di WordPress (WP). Dari sekian platform sebelum WP, yang paling berkesan adalah MP dan Blogspot. Kalau MP, jadi banyak kenalan yang tulisannya super bagus (tapi terus terang saya lupa siapa saja namanya hahaha) sedangkan di Blogspot yang isinya kebanyakan adalah puisi dan cerpen, saya mempunyai kesempatan untuk berkolaborasi dengan beberapa orang menulis beberapa buku (pernah saya tulis ceritanya di sini). Masing – masing tempat mempunyai cerita tersendiri yang pastinya memberikan kenangan yang indah. Dulu berharap bisa berjodoh dengan salah satu yang menulis di MP, saking tulisannya bagus. Syukurlah tidak terjadi haha.

Nah kalau di WP, saya merasakan suasana yang berbeda. Awalnya blog ini dibuat oleh suami supaya saya tidak terlalu banyak menulis status-status tidak penting di FB selama kuliah S2. Maklum, ruwet dengan dunia perkuliahan apalagi pelariannya kalau tidak update status tak mutu di FB. Walaupun waktu itu saya aktif juga di twitter, tapi cari perhatiannya (caper) di FB. Suami saya tidak punya FB. Satu-satunya media sosial yang dia punya adalah twitter (itupun saya tidak paham cuitan yang dia tuliskan selalu kalau tidak politik ya tentang Bitcoin atau sejarah. Terlalu serius buat saya). Nah, kata suami daripada saya produktif tidak jelas di FB padahal tesis harus dikerjakan, dia mengusulkan bagaimana kalau dia membuat blog untuk kami isi bersama. Waktu itu saya sudah vakum di blogspot. Saya setuju usulnya. Jadi blog ini dibuat sebelum kami menikah, tapi mulai aktif diisi setelah kami menikah.

Awalnya dia rajin juga menulis di sini. Lama-lama dia makin sibuk dengan urusan pekerjaan, hobinya di dunia musik, dan kegiatan lainnya di luar pekerjaan, juga dia sibuk menulis di blognya sendiri, akhirnya blog ini hanya saya yang mengisi. Jadi, anggap saja sekarang blog ini milik saya, meskipun iuran pertahunnya tetap dia yang bayar haha.

Nah, di WP ini, saya sukanya karena beberapa alasan di bawah ini :

  • GAMPANG BERBALAS KOMENTAR

Di WP, saya merasakan untuk berbalas komentar atau meninggalkan komentar sangatlah mudah dan selalu mendapatkan notifikasinya. Mudah-mudahan meninggalkan komentar di blog ini juga tidak terlalu susah ya, setidaknya sekarang lebih mudah daripada saat awal-awal blog ini ada. Karena gampang berbalas komentar, jadi dengan beberapa bloger saya merasa dekat (saya ya ini yang merasa, entah mereka haha). Meskipun nyaris selalu membaca tulisan bloger yang saya ikuti, tapi saya tidak selalu meninggalkan komentar. Tapi percayalah, kalau saya sedang senggang, lebih memilih membaca tulisan di blog daripada membuka twitter.

  • MEMPUNYAI KESEMPATAN BERTEMU MUKA DENGAN BEBERAPA BLOGER

Kopi darat atau kopdar dengan beberapa bloger pertama kali saya lakukan di Belanda. Ceritanya ada di sini. Disitulah saya pertama kali ketemu dengan Crystal, Mbak Yoyen, Yayang, dan Indah. Sejauh ini yang masih sering ketemu, ya dengan Crystal karena memang tempat tinggal kami yang tidak terlalu jauh. Awalnya yang sangat grogi karena pertama kali punya pengalaman kopdar, setelahnya saya jadi santai kalau ketemu bloger yang sedang liburan ke Belanda, sudah menetap di Belanda, maupun yang baru pindah ke Belanda. Biasanya yang menghubungi saya untuk mengajak kopdaran adalah mereka yang biasa saling berbalas komentar dengan saya. Jadi begitu ketemu, tidak terlalu canggung lagi. Semoga nanti ketika kami punya kesempatan liburan ke Indonesia dan berkunjung ke beberapa kota, bisa bertemu langsung dengan bloger-bloger yang selama ini hanya saya kenal lewat tulisannya. Hayo, siapa mau ketemu saya? (PD banget nanya begini).

Baru-baru ini saya akhirnya bisa kopdaran dengan Astrid. Ini pertemuan pertama kali kami meskipun sudah tahu Astrid dari blog sebelum pindah ke Belanda, meskipun intensif WhatsApp an hampir setiap hari, dan meskipun kami sama-sama tinggal di Belanda tapi jaraknya saling berjauhan. Jadi ketika Astrid sedang ada kepentingan ke KBRI di Den Haag, kami sepakat ketemu di Restoran Pempek Elysha. Beberapa minggu kemudian kami bertemu lagi saat Astrid harus ke Den Haag lagi. Rasanya tentu saja senang setelah kenal sekitar empat tahun an, lalu bisa ketemu langsung dan komunikasi kami sampai sekarang tetap baik dan intensif. Foto dengan Astrid setelah melalui pertimbangan, lebih baik tidak saya tampilkan. Tapi bukan hoax ya saya bertemu dengan Astrid 😀

Selain itu, minggu kemarin, kami juga mendapatkan kunjungan singkat Yayang beserta kedua putrinya, Cinta dan Cahaya. Dengan Yayang, ini sudah pertemuan ke dua. Sedangkan Cinta dan Cahaya, ini pertama kali saya bertemu. Kesan saya terhadap si kembar, mereka sangatlah sopan tutur kata dan tingkah lakunya. Berbicara dengan saya seperti sudah kenal lama, gampang berbaur dan supel. Ah kesan saya terhadap mereka benar-benar melekat di hati. Mereka bukan hanya cantik secara fisik, tetapi cantik juga hatinya. Zij zijn zo lief en aardig kalau kata orang Belanda. Sementara saya dan Yayang berbincang seru, anak-anak juga bermain sendiri tidak kalah serunya. Saya dan Yayang meskipun baru dua kali ini bertemu, tapi entah kenapa rasanya seperti sering bertemu. Mungkin karena sering berbalas komentar di blog masing-masing dan sesekali mengirimkan pesan di wa. Dua jam berlalu tanpa terasa karena obrolan yang seru dan anak-anak bisa langsung berbaur. Terima kasih kadonya Yang!

Bersama Yayang
Bersama Yayang
  • BANYAK BELAJAR HAL BARU

Karena saya mengikuti tulisan dari beberapa bloger yang memang sesuai dengan minat baca, maka dari tulisan mereka pun saya jadi banyak tahu hal-hal baru dan pendapat-pendapat yang meskipun seringnya tidak sepemahaman tetapi tetap memberikan suatu pandangan baru. Tidak semua hal yang berbeda itu jelek, begitu juga sebaliknya. Namun, selama perjalanan ngeblog di WP ini, ada beberapa bloger yang tidak lagi saya ikuti lagi tulisannya alias unfollow karena memang sudah tidak sejalan dengan minat baca. Minat baca saya sebenarnya gampang : yang memberikan manfaat buat saya, tidak menyebarkan hal-hal yang negatif karena seringkali menuliskan keluh kesah, dan yang tidak terlalu mengumbar hal-hal yang sifatnya buat saya terlalu privasi. Itu saja. Bukan berarti yang mereka tulis salah, tidak sama sekali. Hanya kembali lagi, tidak sesuai dengan minat baca saya. Masalah apa yang ingin ditulis dalam blog masing-masing, itu sudah menjadi urusan si bloger dan penilaian dari saya jelas subyektif sifatnya. Saya juga mengikuti tulisan beberapa bloger yang baru saya kenal.

Cinque Terre, Italy
Cinque Terre, Italy
  • SARANA BELAJAR MENULIS YANG LEBIH BAIK DAN TEMPAT MENYALURKAN IDE DI KEPALA JUGA MENDOKUMETASIKAN HAL-HAL YANG PENTING

Saya suka menulis, tak terbantahkan (minimal dari keluarga dan teman-teman dekat tahu hal ini). Kesukaan saya terhadap menulis lahir karena saya suka membaca buku. Karena banyak ide yang berkeliaran di kepala sehingga saya butuh ruang untuk menampungnya, dalam bentuk tulisan lah yang saya rasa tepat dan menulis di blog mampu mengakomodasi ide-ide dan pendapat yang bertebaran di kepala. Menulis dan membaca adalah dua hal yang sangat berkaitan. Menulis di blog menjadi sarana juga untuk saya supaya bisa semakin baik dan menjadi lebih baik lagi berkomunikasi dalam bentuk tulisan. Saya suka menulis narasi yang panjang. Karenanya, tulisan di blog ini seringnya adalah tulisan panjang yang lebih dari 1200 kata.

Nah dari beberapa hal yang saya sebutkan di atas sebagai kelebihan yang saya dapat selama menulis di WP, di bawah ini juga ada beberapa hal yang saya masih patuhi sampai saat ini sebagai batasan saat saya menulis. Batasan ini dalam arti peraturan yang saya buat sendiri (dan waktu itu melalui diskusi bersama suami) supaya tetap masih ada ruang privasi bagi kami karena tidak semua hal perlu dibeberkan dalam ranah dunia maya.

TIDAK MENERIMA TULISAN BERBAYAR

Aturan tersebut saya tetapkan sendiri karena saya ingin tetap menulis sesuai tujuan awal blog ini dibuat yaitu sebagai media saya menyalurkan kesenangan menulis dan ide-ide yang ada di kepala serta sebagai tempat saya berlatih menulis yang lebih baik serta mendokumentasikan beberapa hal penting. Beberapa kali saya menerima email tawaran untuk bekerjasama dengan beberapa produk di Indonesia, tetapi saya tolak. Selain alasan di atas, juga ada alasan beban moral. Misalkan : Saya bertempat di luar Indonesia lalu mereview produk dari Indonesia yang mana saya tidak pernah mempergunakannya. Ya, bagaimana saya bisa memberikan pendapat yang jujur menggunakan produk tersebut. Tentang rejeki, Insya Allah masih ada banyak jalan. Saya tidak mau membohongi hati nurani dengan menuliskan sesuatu yang tidak sesuai hanya demi uang (atau lebih dikenal).

MEMBATASI TULISAN  YANG TERLALU PRIVASI TENTANG KELUARGA

Saya sangat membatasi tulisan yang terlalu privasi tentang keluarga. Meskipun sering saya menuliskan tentang kegiatan akhir pekan yang kami lewati ataupun tentang liburan yang kami lakukan, bahkan beberapa acara yang diadakan di rumah, tapi ceritanya hanya secara garis besar, tidak mendetail. Karena buat saya (dan suami), menjaga privasi keluarga tetap menjadi prioritas kami, tidak hanya dalam ranah blog tetapi juga di media sosial. Privasi yang kami jaga selain dalam hal bercerita juga dalam mengunggah foto. Salah satu contohnya : Saya tidak mengunggah foto memperlihatkan isi rumah kami secara menyeluruh atau mengunggah video yang memperlihatkan rumah kami tampak depan sehingga memperlihatkan nomer rumah. Misalkan seperti itu. Mungkin karena tidak banyak bercerita tentang keluarga secara detail, beberapa yang membaca blog ini menjadi penasaran tentang suatu topik, misalkan agama atau anak atau bagaimana kami bertemu. Seperti yang saya temukan di kategori pencarian ini. Dan ini bukan hanya sekali dua kali saya temukan. Karenanya, semakin banyak orang di luar sana yang penasaran dengan kehidupan kami, semakin saya berhati-hati menuliskan cerita yang berhubungan dengan keluarga. Kembali lagi, saya menulis di blog untuk menyalurkan kesenangan menulis, bukan untuk mencari tenar.

Kategori pencarian di blog kami. Tentang anak
Kategori pencarian di blog kami. Tentang anak
Kategori pencarian di blog kami. Tentang agama
Kategori pencarian di blog kami. Tentang agama

Jadi setelah saya menjelaskan ini, mudah-mudahan bisa memberikan sedikit info bahwa tidak semua hal tentang kehidupan kami, akan saya jadikan bahan tulisan. Ada banyak pihak yang harus tetap saya hormati dan jaga privasinya.

 

SEMOGA BERMANFAAT

Harapan saya, selama menulis di blog yang topiknya sangatlah beragam, bisa membuat yang membaca minimal tidak merasa sia-sia ketika mampir ke blog ini. Saya menerima banyak sekali email bertanya tentang beberapa hal yang berkaitan dengan apa yang saya tulis di sini atau yang belum saya tuliskan di sini misalkan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan di Belanda. Kalau bisa saya jawab, akan saya jawab. Tapi jika tidak, saya akan jawab tidak bisa. Misalkan ketika ada pertanyaan : bagaimana cara meyakinkan calon suami untuk masuk Islam. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini karena buat saya agama sifatnya sangatlah pribadi dan kondisi masing-masing orang berbeda. Ada pertanyaan yang sebenarnya sudah ada di dalam tulisan saya secara jelas (cuma mungkin kelewat membacanya atau memang malas membaca), maka akan saya arahkan bahwa dalam tulisan saya tersebut jawabannya sudah ada, mohon dibaca secara teliti dan cermat.

Meskipun banyak bloger yang saya kenal sejak awal sudah tidak aktif lagi ngeblog, mungkin karena faktor kesibukan atau berpindah ke media sosial yang lebih interaktif seperti Instagram atau Twitter atau memutuskan untuk berganti menjadi Vloger, semoga saya tetap konsisten sebagai bloger. Dan semoga kedepannya saya tetap bisa membaca tulisan rekan-rekan bloger yang lainnya. Hidup itu pilihan, menjadi bloger pun adalah pilihan. Jika nanti saya menghilang sesaat karena kesibukan bertambah, jangan sungkan-sungkan untuk bertanya kabar. Saya selama ini melakukan hak yang sama jika ada bloger yang lama tidak terdengar kabarnya. Yang rajin menanyakan kabar saya jika saya lama tidak menulis adalah Nana. Terima kasih Na buat perhatiannya. Sekarang saya punya waktu menulis sebelum tidur. Jadi setengah delapan malam saya sudah leyeh-leyeh di tempat tidur, akan saya pergunakan setengah jam untuk membaca buku, setengah jam untuk menulis di blog, setengah jam membuka twitter. Setelahnya berbincang bersama suami lalu waktunya tidur.

Selamat Hari Bloger Nasional 2018 untuk rekan-rekan bloger. Mengutip kata Puji, semoga Blog tetap hidup dan para bloger tidak banyak yang berguguran supaya dunia blog tetap meriah.

Selamat hari Sumpah Pemuda juga. Tulisan saya yang berkaitan dengan Sumpah Pemuda adalah : Sebutlah Bahasa Indonesia Secara Utuh dan Benar

-Nootdorp, 28 Oktober 2018-

Info : Dalam bahasa Indonesia, disebutnya bloger (ada di KBBI). Kalau dalam bahasa Inggris, disebut blogger.

Kulineran di Portugal

Dan lagi

Karena tulisan tentang road trip di Portugal pada akhir Maret sampai awal April lalu belum selesai juga, daripada tidak ada tulisan apapun tentang Portugal, kali ini saya mau membahas kulineran selama di Portugal. Kenapa judulnya bukan Kuliner Portugal melainkan kulineran di Portugal? Karena selama di sana kami tidak hanya makan makanan lokal Portugal saja, tetapi juga menikmati kulineran dari negara lain yaitu Itali. Ada ceritanya kenapa kami sampai berhari-hari makan makanan Itali. Simak cerita lengkapnya di bawah dan juga saya tulis beberapa tips disela cerita yang mungkin akan bermanfaat bagi siapapun yang akan ke Portugal.

Disclaimer, saya bukan food blogger ataupun food historian, jadi yang saya tulis di sini akan sangat jarang sekali ditemui tentang sejarah makanan ataupun rasa makanan secara sangat mendetail. Saya hanya seseorang yang mengaku tukang makan.

MAKANAN ITALIA

Sesampainya di kota pertama yaitu Porto, setelah menaruh barang di hotel, kami lalu jalan-jalan sejenak ke pusat kota. Sebelumnya hujan deras mengguyur. Tapi karena kami lapar dan hari itu bertepatan dengan saya ulangtahun, jadi inginnya makan malam sekaligus merayakan ulangtahun. Setelah putar sana sini sambil menikmati pusat kota Porto di sore hari dan kok ya mendung makin tebal menggelayut, kami memutuskan untuk mencari restoran apa saja yang kami lewati asal menunya masih bisa saya makan. Kok ya melewati restoran Italia dan ada menu Risotto. Ya sudah kami masuk ke sana.

Dari luar restorannya nampak biasa saja. Tetapi begitu masuk dan menuju ruang bawah, wah saya takjub dengan tata ruangnya yang klasik. Saya pesan Risotto bayam dan suami pesan entah pasta apa namanya. Saya puas dengan menu yang saya makan, Risottonya tidak terlalu creamy dan ada keju yang digoreng. Sah saya bertambah umur pada hari itu dirayakan di restoran Italia bersama keluarga yang saya cintai.

Saya makan Risotto bayam dan suami makan pasta
Saya makan Risotto bayam dan suami makan pasta

Malam kedua, masih di Porto. Kami kembali makan di restoran Italia tapi kali ini tempatnya persis di sebelah hotel. Ini restorannya lebih modern dan tempatnya lebih luas. Alasan kembali makan di restoran Italia karena suami mendadak perutnya tidak nyaman setelah makan Francesinha di Ribeira. Sekedar informasi saja, perut suami memang agak sensitif. Entah kenapa gampang sekali sakit kalau makanannya tidak bersih atau ada yang salah saat memasak. Sewaktu kami liburan ke Munster, dia juga sakit perut setelah makan Pizza. Heran ya, padahal selama di Indonesia saya ajak makan kaki lima dan segala macam jajanan di pinggir jalan, sehat-sehat saja dia. Tahun ini liburan, dua kali perutnya sakit. Bahkan saat di Porto yang terparah sampai harus ke IGD segala.

Karena saya memang suka sekali masakan Italia (mulai benar-benar suka sejak 2 tahun lalu liburan ke Italia), jadi makan di restoran Italia asli selalu membuat saya terpuaskan dengan makanannya. Apalagi Risotto, hobi berat saya makan ini. Tahun kemaren saya susah sekali makan terutama makan makanan Indonesia. Ajaibnya, dengan Risotto permasalahan susah makan teratasi. Saya sukanya Risotto Funghi yang tanpa krim. Jadi makanan Itali di bawah ini yang kami makan selama malam kedua dan ketiga di Porto. Total selama tiga malam di Porto kami malah makan malam di restoran Italia.

Risotto Funghi
Risotto Funghi
Lupa namanya apa tapi rasa kuahnya mirip sekali dengan kuah bakso
Lupa namanya apa tapi rasa kuahnya mirip sekali dengan kuah bakso
Spaghetti Seafood
Spaghetti Seafood
Sup Tomat Seafood plus potongan cabe rawit
Sup Tomat Seafood plus potongan cabe rawit

 

KULINER PORTUGAL

Nah, kali ini saya akan membahas kuliner asli Portugal yang beberapa sempat kami nikmati dan sempat saya abadikan di kamera (beberapa tidak sempat difoto). Jadi selama di Portugal kami pindah kota sebanyak 5 kali dan diantaranya mampir ke kota yang kami lewati. Kota itu adalah : Porto, Sintra, Lisbon, Coimbra, dan Braga. Di setiap kota, kami usahakan untuk mencicipi makanan lokal dengan catatan makanan yang bisa saya makan. Tapi karena Portugal juga terkenal dengan kulineran lautnya, jadi saya tidak perlu khawatir malah senang bisa makan makanan laut sepuasnya. Kuliner Portugal juga didominasi oleh makanan dengan daging Babi.

Hari kedua di Porto, kami makan siang di Ribiera. Restoran lokal ini letaknya persis di sebelah sungai. Karena Porto terkenal dengan sardennya, saya akhirnya memesan menu sarden goreng. Daging sardennya rasanya enak manis, berarti ikannya segar. Entah bumbu untuk menggoreng sardennya apa, tapi tidak terlalu asin dan terasa bawang putihnya.

Saya makan ikan sarden digoreng, suami makan Francesinha
Saya makan ikan sarden digoreng, suami makan Francesinha

Sementara suami memesan Francesinha, makanan asli Porto. Fracesinha ini terdiri dari roti tebal, daging (aslinya daging babi, tapi bisa minta juga yang tidak babi), terkadang ada sosis portugal, ditutupi oleh keju dan menggunakan saus tomat yang dicampur bir. Jika ke Porto, wajib mencoba ini. Aggy juga pernah menuliskan tentang Francesinha dan kuliner selama di Porto.

Nah, setelah makan ini, tidak beberapa lama kemudian suami muntah-muntah. Begitu terus sampai malam. Akhirnya karena muntah tidak berhenti sampai badannya lemas, dia pergi ke UGD terdekat dengan hotel. Syukurlah tidak sampai yang parah sekali. Nah karena keracunan inilah kenapa selama di Porto, makan malam kami selalu di restoran Italia, cari aman dengan makan yang pasti-pasti saja.

ini penampakan Francesinha awal suami keracunan
ini penampakan Francesinha awal suami keracunan
Entah karena lapar atau apa, sardennya enak banget. Padahal cuma digoreng biasa
Entah karena lapar atau apa, sardennya enak banget. Padahal cuma digoreng biasa

BACALHAU

Sewaktu di Porto, kami sempat mampir ke kota deket Porto yang ada pantainya yaitu Espinho. Nah di Pantai ini kali pertama saya makan Bacalhau, makanan asli Portugal. Jadi Bacalhau ini dasarnya adalah ikan Cod yang dikeringkan dan diasinkan. Jadi bayangan saya semacam ikan asin. Olahannya banyak macamnya. Yang saya makan pertama kali ini Bacalhau yang di kukus dimakan pakai kentang dan telur rebus, dan sayurannya direbus semacam kubis, wortel, dan yang hijau itu lupa sayur apa. Rasa ikannya agak asin dan asam segar. Di sini saya tidak tahan untuk tidak minta cabe. Adanya cabe rawit kering. Saya pikir tidak pedas, ternyata pedas sekali. Tombo kangen makan cabe. Bacalhau juga wajib dicoba jika datang ke Portugal.

Bacalhau makan di tei pantai di Espinho
Bacalhau makan di tepi pantai di Espinho

COIMBRA

Coimbra adalah nama salah satu kota yang kami kunjungi di Portugal. Kota kecil yang menyenangkan dan tidak terlalu banyak turis. Karenanya restoran yang ditemui juga banyak restoran yang masakannya benar-benar lokal. Salah satunya restoran yang kami datangi selama dua malam berturut. Letaknya strategis, ruangannya luas, pelayanannya cepat dan tentu saja makanannya enak. Di Coimbra dan Braga, semua restoran tutup jam 5 sore dan akan buka kembali jam 7 malam. Kalau di Porto dan Lisbon, mungkin karena kota besar, jadi tidak ada penetapan jam tutup dan buka seperti itu.

Restoran tempat kami makan selama dua malam di Coimbra
Restoran tempat kami makan selama dua malam di Coimbra

Di bawah ini pesanan saya malam pertama di Coimbra. Udang digoreng bawang putih ditaruh di atas roti yang disiram minyak zaitun dan bubuk cabe. Entah ini namanya apa saya lupa. Sayurnya saya pesan terong goreng. Udangnya juara rasanya, gurih dan aroma bawang putihnya terasa. Oh iya, selama di Portugal, kalau minta cabe rawit agak susah. Cuma di restoran Italia yang   dengan sigap kasih cabe rawit potong. Sedangkan restoran-restoran lainnya yang kami datangi katanya tidak punya cabe rawit segar. Ada untungnya juga, jadi saya bisa makan dengan rasa asli tidak tercampur oleh rasa cabe.

Suami makan steak, saya makan udang bawahnya ada roti. Enak banget ini!
Suami makan steak, saya makan udang bawahnya ada roti. Enak banget ini!

Nah ini Bacalhau kedua yang saya makan selama di Portugal. Kalau yang ini Bacalhaunya dipanggang disajikan dengan kentang, kubis, courgette, dan sedikit sayur rapini. Ini saya juga lupa namanya Bacalhau yang variasi apa.

Bacalhau dimakan pakai kentang. Juara rasanya
Bacalhau dimakan pakai kentang dan sayur kubis, courgette, dan sedikit sayuran namanya Rapini (entah apa ya namanya kalau di Portugal). Juara rasanya

 

BRAGA

Kota terakhir yang kami datangi adalah Braga. Terdengar familiar ya, seperti nama jalan di Bandung. Saya juga tidak tahu persis apakah ada hubungannya antara Braga di Portugal dan Braga di Bandung. Braga kota kecil, lebih kecil dari Coimbra letaknya tidak terlalu jauh dari Porto. Karena tidak terlalu banyak turis di sini, jadi banyak yang restoran menyediakan menu lokal dengan citarasa lokal juga.

Sup sayur apa ini lupa namanya
Sup sayur apa ini lupa namanya, dimakan pakai roti dan semacam perkedel singkong. Perkedelnya enak rasanya

Di Portugal, sayur yang terkenal adalah kubis dan yang satu kelompok dengannya seperti Rapini. Biasanya disajikan kalau tidak direbus ya ditumis dengan minyak zaitun lalu disajikan dengan zaitun seperti yang menu yang suami pesan ini. Makanan di Portugal pun disajikan kalau tidak menggunakan nasi, bisa juga dengan kentang.

Salmon panggang
Salmon panggang

Ini salah satu yang saya makan di Braga. Nasi kuning (nasinya memang berwarna kuning) yang ditaruh di atas bebek goreng. Jadi dibawah nasi kuning itu, ada bebek yang digoreng dengan sedikit tepung lalu dipotong-potong. Rasanya gurih dan asam. Oh ya, di Portugal menunya selain terkenal dengan makanan laut juga terkenal dengan menu yang menggunakan daging babi. Jika tidak bisa makan daging babi, ketika pesan tanyakan dulu apakah menunya dicampur daging babi atau tidak, untuk memastikan.

Nasi kuning dibawahnya ada bebek gorengnya
Nasi kuning dibawahnya ada bebek gorengnya

RAPINI

Jadi, Rapini ini adalah nama sayuran, satu keluarga dengan kubis. Kalau di Italia namanya Cime di rapa. Saya tidak tahu nama portugisnya apa karena waktu itu lupa bertanya. Saking terkesannya dengan rasa sayuran ini, sesampainya di Belanda saya bertanya apakah dijual sayuran ini di Belanda. Rasa sayurannya agak pahit tapi masih krenyes-krenyes. Padahal hanya ditumis biasa menggunakan bawang putih dan garam. Tapi rasanya benar-benar enak luar biasa, berbekas di kepala sampai sekarang bagaimana enaknya sayuran ini. Saya makan dua kali. Kalau ke Portugal, coba juga ya sayuran ini.

Sayuran yang hijau itu namanya Rapini
Sayuran yang hijau itu namanya Rapini

Nah yang nasi itu, semacam nasi goreng campur kubis, wortel, dan telur. Aduh itu Rapininya enak sekali! Saya masih teringat rasanya sampai sekarang.

Ini super enak. Paduannya pas sekali antara rasa nasi berrempah, udang, dan Rapini
Ini super enak. Paduannya pas sekali antara rasa nasi goreng berempah, udang, dan Rapini

PASTEIS DE NATA

Wah ini sih juaranya ya. Makanya saya taruh paling akhir. Setiap hari selama 10 hari di Portugal saya makan ini terus tidak ada bosannya. Sehari bisa dua sampai tiga kali makan. Manisnya tidak membuat eneg buat saya yang tidak terlalu suka makan makanan manis. Isiannya benar-benar leleh di mulut.

“Pastéis de nata is a Portuguese egg tart pastry dusted with cinnamon. It is also made in Brazil and other countries with significant Portuguese immigrant populations.” –WIKIPEDIA

Pasteis de Natas
Pasteis de Natas
Pasteis de Natas lagi
Pasteis de Natas lagi
Dan lagi
Dan lagi

Tidak hanya Pastéis de nata saja yang rasanya juara sebagai camilan, gorengan di bawah ini juga tak kalah enaknya. Saya tidak tahu persis namanya apa tapi isinya adalah kepiting dan satunya campuran udang dan ikan. Gurih dan rasa manisnya berbaur sempurna. Sebagai orang Indonesia, makan gorengan tanpa cabe rawit ya memang agak aneh rasanya, jadi tahan-tahan saja haha.

Dan lagi plus gorengan ala Portugal
Dan lagi plus gorengan ala Portugal

Begitulah cerita saya tentang pengalaman kulineran kami selama di Portugal. Semoga siapapun yang akan berkunjung ke sana, bisa merasakan pengalaman yang luar biasa juga dengan makanan Portugis yang memang enak-enak. Bisa berkunjung ke beberapa negara dan merasakan makanan lokalnya membuat lidah saya semakin kaya pengalaman akan rasa. Jadi bisa tahu rasa enak makanan selain makanan Indonesia dan juga membuka pengetahuan bahwa makanan enak itu tidak harus pedas, tidak harus ada cabe, dan tidak harus makan pakai nasi.

-Nootdorp, 21 Oktober 2018-

 

 

 

Pesta Masakan Manado Pada Musim Gugur yang Panas

Penuh dengan makanan Manado

Kok bisa musim gugur tapi panas? Musim gugur kali ini cuacanya benar-benar niet normaal kalau kata orang Belanda. Tidak normal, karena sampai pertengahan oktober masih saja suhunya di atas 20 derajat celcius saat siang menuju sore. Bahkan, sabtu minggu lalu, sampai 27 derajat celcius. Malah di Limburg kata teman saya sampai 30 derajat celcius. Musim gugur rasa musim panas. Tapi minggu depan dari prakiraan cuaca, kembali lagi ke suhu belasan dan hujan.

Sabtu minggu lalu saya beserta beberapa teman datang ke rumah Patricia di Wijchen, memenuhi undangan keluarga Patricia untuk makan masakan Manado. Undangan ini rasanya sudah terwacanakan sejak awal tahun. Baru matang terlaksana Oktober ini. Patricia berasal dari Manado dan dari keluarga Manado asli. Saya yang memang sangat menyukai makanan Manado -suka sekali- langsung antusias memenuhi undangan Patricia. Saya tidak mempunyai darah Manado. Namun sejak bekerja sering ditugaskan ke Manado, saya langsung jatuh cinta dengan makanan Manado. Benar-benar favorit di jiwa dan ragalah. Apalagi saya mempunyai beberapa saudara yang tinggal di Manado (menikah dengan orang Manado) tepatnya di Bitung, Tomohon, dan Tondano, makin punya alasan saya sering ke Manado. Sewaktu kami berencana liburan ke Indonesia, kami akan ke Manado. Selain untuk berkunjung ke saudara, juga untuk wisata kuliner dan menunjukkan ke suami betapa Manado kental sekali hubungannya dengan Belanda. Sayang di Belanda saya belum menemukan restoran Manado (atau mungkin ada yang tahu di mana?), hanya tahu pesanan langsung ke orang-orang Manado asli. Kalau dibandingkan dengan masakan Padang,saya lebih suka dengan masakan Manado. Lebih cocok di lidah dan selera saya.

Ok, kembali lagi ke undangan Patricia. Kami berangkat dari rumah jam setengah satu siang karena ke rumah tetangga dahulu untuk memenuhi undangan ulangtahun. Perjalanan satu setengah jam berkendara menuju Wijchen. Panasnya kentang-kentang sepanjang jalan. Begitu sampai dan masuk rumah, mata saya langsung jelalatan mencari meja makan haha. Maklum, sudah menahan lapar dengan sangat. Halaman belakang rumah Patricia sangat luas, jadi kami (saya dan beberapa anak kecil maksudnya) lesehan di rumput sementara yang lainnya duduk di kursi. Saking panasnya, beberapa anak kecil sampai harus ganti baju memakai baju seminimal mungkin. Sumuk maksimal.

Kami yang datang ini sebenarnya bukan pertama kali saya ceritakan di blog. Saya kenal dengan Patricia pun berasal dari blog sebelum pindah ke Belanda, yang dikemudian hari baru tahu ternyata kami sama-sama ikut Upload Kompakan di Instagram. Sekarang dia jarang nulis di blog karena kesibukan. Dua tahun lalu pertama kali kami kopi darat. Setelahnya dibeberapa acara kami juga bertemu. Walaupun sejak 3 tahun lalu saya sudah menghapus akun IG dan tidak punya lagi sampai sekarang, tapi pertemuan sesama anggota UK yang ada di Belanda lumayan sering, masih menjalin silaturrahmi. Tahun ini kalau tidak salah 3 atau 4 kali kami bertemu. Tidak bisa sering bertemu karena lokasi rumah yang berjauhan, juga kesibukan masing-masing dan juga menyesuaikan dengan jadwal Mbak Yulia ke Amsterdam. Mbak Yulia ini tinggalnya di Austria tapi tiap bulan pasti ke Amsterdam. Sedangkan anggota lainnya adalah Rurie, pemilik katering Kios Kana (akun IG nya @kioskana, kalau mau pesen bakwan malang enak di Belanda, kios kana juaranya. Masakan lainnya juga enak. Bukan endorse ini, testimoni pelanggan yang puas), Asri (pekerja kantoran, alumni S2 VU. Blognya jarang diperbarui karena kesibukan sebagai mbak-mbak kantoran). Kami berlima ini yang sering kumpul. Meskipun tidak lengkap, kadang ketemu dengan beberapa orang juga sering kami lakukan.

Nah ini dia masakan Manado yang penuh satu meja. Kata Patricia, orang Manado itu mempunyai tradisi kalau mengundang tamu, meja makan haruslah penuh dengan makanan. Tidak boleh ada ruang kosong. Kalau bisa malah numpuk piring ke atas. Intinya makanan haruslah berjubel di meja makan tidak memandang jumlah undangan. Meskipun satu atau hanya dua orang yang diundang, perlakuannya tetap sama dengan mengundang orang banyak. Begitu cara mereka menghormati tamu. Menarik juga ya filosofinya, mengingatkan saya dengan orang Jawa di pedesaan juga hampir sama seperti ini. Kalau mengundang orang, mereka akan masak besar-besaran juga. Padahal yang diundang tidak terlalu banyak, tapi masakan yang disajikan istimewa dan banyak jumlahnya. Suami Patricia sampai bertanya berapa keluarga yang datang. Begitu Patricia bilang hanya ada empat keluarga, suaminya langsung heran kenapa masak bisa seheboh itu kuantitasnya. Lalu Patricia menjawab, “Biasa, orang Manado ini yang punya hajat.”

Absen ya masing-masingnya : Puding gula merah (enaknya kebangetan!), dadar gulung (entah isi apa karena ga sempat makan ini, sudah terlalu kenyang), Panada (enak sekali ini, banget!), dabu-dabu, ayam goreng tepung (untuk anak-anak), dadar jagung (bikinan Rurie. Di Manado nyebutnya perkedel jagung ya?), Ayam bumbu RW, tumis sawi, ikan bakar rica, ikan goreng bumbu apa ya itu pokoknya cabe, tumis daun anggur (baru tahu masakan ini. Enak juga ya daun anggur ditumis), ikan bumbu entah warnanya kuning, peyek (buatan mertuanya Patricia yang orang Batak), Bruine bonensoep atau di Manado disebut Brenebon soup.

 

Penuh dengan makanan Manado
Penuh dengan makanan Manado

Ada beberapa hal yang saya baru tahu dari Masakan Manado. Bruine bonensoep atau Brenebon soup atau sop kacang merah, ini sup khas Manado. Saya tanya apakah asalnya dari Belanda karena namanya kok bahasa Belanda sekali. Patricia jawab, mungkin iya. Aslinya kalau di Manado menggunakan kaki babi sebagai kaldu dan dagingnya. Tapi karena banyak pendatang yang muslim di Manado, akhirnya disesuaikan buat mereka yang tidak makan babi, bisa menggunakan daging sapi yang ada lemaknya. Kemarin Patricia memasak menggunakan daging sapi yang ada lemaknya. Super lekker! saya sampai minta resepnya ke dia karena pasukan di rumah suka semua dan lahap makannya dengan soup ini.

Lekker!!
Lekker!!. Ini dabu-dabu

Lalu ada Ayam bumbu RW. Ada yang menyelutuk, bumbu RT ada ga haha, becanda. RW ternyata diambil dari bahasa Minahasa yang berarti Rintek Wuu yang artinya bulu halus (maksudnya bumbunya digiling sampai halus seperti bulu). Awalnya, yang menggunakan bumbu RW ini adalah anjing. Maksudnya Anjing bumbu RW. Tapi seiring berjalannya waktu, berkembang menjadi ayam, daging itik, kelinci, ataupun kucing bisa dimasak dengan bumbu RW. Nah, Mbak Yulia kaget kok bisa anjing bisa dimakan di Manado. Saya lalu menjawab, sewaktu saya sering ditugaskan ke Manado, pernah diberi tahu sopir taksi sana kalau orang Manado itu makan semua yang berkaki, kecuali kaki meja. Jadi kucing pun dimakan oleh mereka. Lalu pak Sopir itu juga cerita, jangan sampai lihat ada kucing berkeliaran, bisa ditangkap lalu dimasak. Mbak Yulia sampai terbengong mendengarkan cerita saya, dan Patricia pun mengamini. Saya lalu menambahkan, di Tomohon malah ada pasar tradisional yang terkenal menjual binatang-binatang yang “tak lazim” untuk dikonsumsi selain oleh masyarakat sekitar, seperti tikus hutan, anjing, ular phyton, kelelawar, monyet hitam, kucing. Babi juga dijual di sini. Nama pasarnya adalah Pasar Beriman Tomohon. Pasar ini ramai juga dikunjungi oleh turis.

Nah, di Manado makan singkong pakai dabu-dabu
Nah, di Manado makan singkong pakai dabu-dabu

Percakapan dengan Patricia menambah wawasan kami akan ragam kuliner di Indonesia, khususnya Manado. Oh iya, ada lagi satu makanan yaitu Puding Gula Merah. Duh ini enak sekali. Laris manis pula banyak peminatnya jadi cuma tinggal sepotong kecil di meja. Untungnya saya sempat sih membungkus bawa pulang (penting ini haha). Karena tidak punya banyak teman yang benar-benar asli Manado (dari keluarga Manado, lahir dan besar di Manado), maka kenal dengan Patricia selalu saja banyak cerita-cerita tentang kebiasaan orang Manado yang sebenarnya saya sudah tahu tapi tetap seru ketika diceritakan berulang kali misalkan orang Manado suka berpesta dan kebiasaan lainnya.

Ini favorit saya. Puding gula merah
Ini favorit saya. Puding gula merah
Saling silaturrahmi dalam satu piring sampai tidak muat
Saling silaturrahmi dalam satu piring sampai tidak muat

Setelah kenyang makan dan berbincang, Mbak Yulia mengusulkan untuk jalan-jalan ke hutan sekaligus hunting foto. Maklum, Mbak Yulia dan Patricia itu fotografer professional (Rurie juga). Yang lainnya tentu saja senang, lumayan kan dapat gratis difoto mumpung warna warni musim gugur sudah keluar. Kami ke hutan Alverna yang letaknya tidak jauh dari rumah Patricia. Betul warna daun warna warninya sudah keluar. Indah sekali. Saya tidak mengambil foto-foto dengan kamera Hp karena sibuk difoto haha sekaligus asyik menikmati pemandangan alam. Lumayan lah di sini lima keluarga bisa foto keluarga gratisan dengan hasil yang ciamik karena difoto dengan kamera canggih dan latar belakang musim gugur yang warna warni. Wah kalau menuruti jiwa narsis yang bergelora, ingin rasanya hasil foto-fotonya saya unggah di sini semua karena bagus-bagus. Tapi tahaann tahaann untuk kalangan terbatas saja 😀 cukup satu saja, lumayan bisa ganti foto profil beberapa akun.

Cuma ini yang saya abadikan. Salah satu sudut tempat kami berfoto ria
Cuma ini yang saya abadikan. Salah satu sudut tempat kami berfoto ria
Sesekali mejeng di blog sendiri. Foto oleh Mbak Yulia
Sesekali mejeng di blog sendiri. Foto oleh Mbak Yulia

Setelah puas berfoto ria, kami kembali lagi ke rumah Patricia. Kami harus segera pulang karena suami tidak terlalu suka menyetir kalau gelap sudah datang. Tidak lupa membungkus makanan (yang membuat saya tidak usah masak sampai senin bahkan sampai selasa besok, saking banyaknya) dan bertransaksi bakso dengan Rurie.

Senang sekali keseruan pertemuan akhir pekan ini. Saking serunya sampai saya euforia tidak karuan. Entah, meskipun cuma sebentar, tapi pertemuan kami benar-benar berkualitas. Ditambah makanan yang enak, pembicaran yang seru dan juga cuaca yang bagus. Lengkap sudah. Akhir pekan yang menyenangkan. Tot Volgende keer! 

Inilah kami. Saya, Patricia, Mbak Yulia, Asri, dan Rurie. Kata teman saya yang melihat foto ini "kok latar belakangnya kayak di Jonas" haha
Inilah kami. Saya, Patricia, Mbak Yulia, Asri, dan Rurie. Kata teman saya yang melihat foto ini “kok latar belakangnya kayak di Jonas” haha. Foto oleh Mbak Yulia

-Nootdorp, 14 Oktober 2018-

“Andaikan … “

Jika terus mengingat tentang indahnya msuim panas, maka saya tidak akan bisa melihat keindahan dari musim gugur. Warna daun yang mulai berubah dan langit yang masih cerah

Saat tahun pertama menikah, beberapa kali terlontar ucapan “Andaikan ya kita bertemu lebih awal,” yang lalu ditanggapi oleh suami “Andaikan bertemu lebih awal, keadaan kita tidak akan sesiap saat kita dipertemukan pada waktu yang tepat. Bersyukurlah bahwa pada akhirnya kita bertemu.” Saya mengamini ucapan tersebut (dia pernah menuliskan tentang hal ini pada saat ulangtahun pernikahan kami yang kedua. Membaca kembali tulisan dia, kok jadi mrebes mili sendiri, terharu). Andaikan dipertemukan lebih awal, kami masih ruwet dengan masa lalu masing-masing yang perlu diselesaikan. Kami masih sibuk mengurus ini dan itu. Memang betul, semua sudah sesuai rencanaNya bahwa kami dipertemukan saat semua dari masa lalu tidak lagi menjadi halangan kami untuk melangkah. Setelah itu, saya tidak pernah lagi berandai-andai perihal bagaimana dan saat kami bertemu. Saya percaya, semua yang sudah digariskan adalah skenario yang terindah.

Minggu lalu, saya menuliskan komentar pada tulisan Nana yang berjudul “Kembali ke Masa Lalu.”Komentar saya tersebut ada hubungannya dengan cerita di awal tadi. Saya mulai berhenti berandai-andai kembali ke masa lalu saat saya mulai belajar arti bersyukur yang sesungguhnya, tepatnya saat hidup dengan sadar saya jalani dan jauh dari kebisingan. Proses belajar yang bahkan masih berlangsung sampai saat ini dan sampai kapanpun selama masih ada nafas dalam tubuh. Seperti halnya dengan pelajaran Ikhlas yang selalu ada seumur hidup, pun dengan rasa syukur. Saya berhenti berucap atau berpikir : andaikan bisa kembali ke masa lalu, ketika melihat apa yang sudah saya jalani selama ini dan apa yang ada di kehidupan saat ini dan berpikir tentang masa depan.

Jika tidak ada masa lalu, saya tidak akan pernah belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih baik setiap harinya. Masa lalu buat saya seperti kaca spion yang fungsinya untuk mengintip ke belakang, tapi tidak melihat ke belakang bahkan kembali ke belakang. Sebagai tempat untuk mengintip, supaya tidak terjungkal ataupun melakukan kesalahan yang sama saat melangkah ke depan. Jika ada hal yang baik, masa lalu juga bisa jadi motivasi untuk melakukan yang lebih baik saat ini dan ke depan.

Jika saya terus berpikir tentang andaikan yang biasanya adalah pengalaman yang tidak nyaman, saya akan selalu membawa bara dalam hati dan pikiran, yang malah membuat hidup menjadi tidak tenang. Andaikan 3 tahun lalu saya tidak keguguran dan memaksakan tetap hamil, mental saya tidak akan sesiap saat ini. Saya tidak akan pernah belajar yang namanya kehilangan dan belajar mempersiapkan jiwa dan raga sebagai seorang Ibu. Andaikan saya tetap mencari-cari kesalahan dan membawa penyesalan itu sampai sekarang, saya akan menjadi orang yang merugi karena mengingkari rencana yang sudah digariskanNya. Andaikan saya tidak mau menerima penjelasan dokter bahwa keguguran tidak bisa dicari penyebabnya, tidak bisa dicegah karena hal tersebut adalah proses alami jika janin dan badan Ibu tidak satu tujuan, maka saya akan tetap tertimbun penyesalan dan mencari kambing hitam atas kejadian tersebut. Saya ikhlas menerima bahwa pada fase hidup, harus melewati proses kehilangan bayi dalam kandungan. Dia akan tetap jadi anak kami yang pertama dan akan kami ceritakan pada adik-adiknya bahwa mereka mempunyai kakak yang belum sempat mereka lihat dan hanya sesaat dititipkan dalam kandungan Ibunya. Yang sudah diambil, akan selalu kami kenang dalam hati dan doa. Tidak perlu kami menoleh ke belakang.

Jika terus mengingat tentang indahnya msuim panas, maka saya tidak akan bisa melihat keindahan dari musim gugur. Warna daun yang mulai berubah dan langit yang masih cerah
Jika terus berandai-andai bisa selalu hidup pada musim panas, maka saya tidak akan bisa melihat keindahan dari musim gugur. Warna daun yang mulai berubah dan langit yang masih cerah

Jika saya berpikir andaikan saya kembali pada saat hidup dengan karir yang saya inginkan dan melanjutkan kuliah sampai setinggi-tingginya, saya tidak akan bisa menerapkan ilmu saya pada hal lain yang juga berguna saat bekerja diluar bidang keilmuan dan latar belakang pengalaman kerja. Saat bekerja di rumah untuk para Oma dan Opa, saya tetap bisa menerapkan apa yang sudah saya dapatkan di masa lalu meskipun dengan cara berbeda. Saya mengambil kesempatan belajar banyak hal baru dan hati saya lebih tenang ketika bekerja tanpa harus membuktikan kepada khalayak ramai apa yang sudah saya capai, seperti yang saya lakukan di masa lalu. Saya lebih menghargai setiap detik tarikan nafas saat para Oma dan Opa bercerita tentang kehidupan mereka, tentang keluarga mereka, tentang sakit mereka, dan tentang kehidupan mereka di rumah tersebut. Karenanya, saya tidak mau berandai tentang kembali pada masa lalu.

Jika saya tidak melewati kegagalan beberapa kali akan menikah, saya tidak belajar yang namanya kecewa dan memaafkan. Jika saya terus terpaku pada kekecewaan masa lalu, saya lalu lupa untuk bersyukur bahwa saya diberikan kesempatan untuk kecewa supaya di masa depan, saya lebih berhati-hati untuk melangkah agar tidak membuat kecewa diri sendiri maupun orang-orang yang saya sayangi. Pun belajar untuk memaafkan hal-hal yang memang diluar kuasa. Terbaca terlalu sempurna, mungkin iya. Tapi dengan banyak hal yang sudah saya lewati, banyak hal juga yang akhirnya jadi guru dalam hidup saya, termasuk kegagalan dan rasa kecewa.

Jika ada yang bertanya pada saya, andaikan kamu bisa kembali ke masa lalu, apa yang ingin kamu perbaiki? saya jawab, tidak ada. Masa lalu adalah masa lalu yang tidak akan bisa dikembalikan lagi. Dan saya tidak mau terpaku pada hidup mengingat hal-hal yang sudah berlalu. Masa lalu menjadi bahan pembelajaran untuk saat ini dan masa depan supaya lebih baik dan makin baik lagi. Segala kecewa dan luka pada masa lalu, sudah saya letakkan, tinggalkan, dan saya jadikan pelajaran supaya tidak terulang di masa sekarang maupun masa depan. Segala hal yang menyenangkan pada masa lalu akan saya jadikan motivasi supaya saya menjadi orang yang makin baik kedepannya. Saya tidak mau membawa penyesalan dan bara apapun dari masa lalu. Semakin bertambah umur, banyak mengalami naik turun ritme kehidupan, maka makin banyak pula saya belajar tentang kehidupan. Saya ingin hidup sebaik-baiknya pada saat ini, bersyukur tentang apa yang ada sekarang, dan benar-benar menikmati setiap momen bersama mereka yang saya cintai maupun dengan orang-orang berlaku positif.

-Nootdorp, 10 Oktober 2018-

Belanda Kembali Menghangat

Pemandangan sepanjang sepedahan

Belanda kembali menghangat setelah sebelumnya sudah kembali ke cuaca fitrahnya yaitu hujan, angin, dan dingin. Hal itu wajar karena memang sudah masuk ke musim gugur. Sebenarnya matahari bersinar terang dan suhu menghangat pada bulan oktober itu tidak seperti biasanya. Saya ingat, tahun kemarin juga seperti ini. Walhasil pada musim dingin ampun-ampunan dinginnya dan sampai ekstrim bahkan beberapa kali turun salju yang sangat lebat. Dengan cuaca yang kembali menghangat pada bulan Oktober ini, semoga musim dingin nanti tidak terlalu ekstrim suhu dinginnya. Oh ya, saat ini langit mulai gelap sekitar jam 7 malam dan kembali terang sekitar jam 8 pagi. Jadi malamnya lumayan lama.

Ya sudah, musim dingin dipikirkan nanti saja. Sekarang dinikmati yang ada, yaitu memanfaatkan semaksimal mungkin aktifitas di luar rumah selama matahari bersinar terang dan hangat. Bagaimana tidak, walaupun tidak ada matahari selama tidak hujan saja kami pasti tetap jalan-jalan. Nah ini matahari muncul dan suhu hangat, pastinya kami tidak mau hanya sekedar duduk-duduk dalam rumah. Sampai minggu depan, konon suhu sampai 22 derajat celcius.

Nongkrong di danau
Nongkrong di danau

Hari Jumat minggu lalu, saat suhu menghangat sampai 22 derajat celcius, kami memutuskan untuk menghabiskan sore dengan nongkrong di danau dekat rumah. Kami sering sekali main ke sini. Berjalan kaki hanya sekitar 20 menit saja. Di danau ini ada fasiltas bermain untuk anak selain bisa main pasir selayaknya di pantai juga. Kalau musim panas, danau ini sangat penuh karena banyak yang berenang. Jika musim gugur seperti saat ini, anak-anak hanya bermain pasir dan beberapa permainan yang lain karena air danaunya tidak layak untuk dijadikan tempat berenang karena faktor dingin.

Kami menghabiskan waktu sekitar 1.5 jam di sini. Senang rasanya menikmati suasana sepi, melihat burung-burung di tepi danau, menghirup udara segar, dan merasakan hangatnya sinar matahari. Karenanya, saya sangat senang berlama-lama di sini jika keadaan memungkinkan.

Hari Sabtu, cuaca tetap sama. Kami yang awalnya tidak punya rencana ke luar rumah, tiba-tiba ketika makan siang, tercetus ide untuk sepedahan ke pusat pertokoan di kota sebelah. Tidak jauh, hanya 30 menit saja naik sepeda. Sekitar jam setengah 4 sore kami berangkat. Namun rencana hanya sekedar rencana. Ditengah perjalanan, tiba-tiba saya usul untuk ke taman saja karena sayang kalau cuaca cerah seperti ini dihabiskan di dalam pusat pertokoan. Suami setuju, akhirnya kami membelokkan sepeda ke taman yang biasanya kami datangi. Jadi taman ini tidaklah asing bagi kami.

Sepedahan
Sepedahan
Pemandangan sepanjang sepedahan
Pemandangan sepanjang sepedahan
Pemandangan sepanjang sepedahan
Pemandangan sepanjang sepedahan
Sampai di taman
Sampai di taman
Daunnya belum semua berubah warna
Daunnya belum semua berubah warna

 

Masuk lebih dalam ke hutan
Masuk lebih dalam ke hutan
Masih di taman
Masih di taman
masih di taman
masih di taman

Ah senangnya bisa kembali lagi ke sini setelah terakhir kalau tidak salah awal tahun kemarin. Kami berkeliling menikmati daun-daun yang mulai berubah warna dan duduk menikmati bekal biskuit yang saya bawa sambil berbincang dan merasakan nikmat hangat sinar matahari.

Setelah puas berkeliling sekitar 1.5 jam, kami memutuskan pulang karena tidak mau saat gelap kami masih di jalan. Saat mulai mengayuh sepeda, dari kejauhan kami mendengar banyak suara anak kecil. Suami bilang mungkin ada speeltuin atau taman bermain untuk anak di sana. Kami lalu ke arah suara tersebut dan ternyata untuk masuk ke sana harus membayar meskipun untuk anak dibawah 3 tahun gratis tetapi yang menemani tetap membayar. Taman bermain ini memang besar dan lengkap permainannya, jadi kami maklum kalau untuk masuk harus membayar. Biasanya kalau di perumahan, di setiap komplek ada taman bermain juga, tetapi kecil dan tidak lengkap permainannya.

Kami putuskan lain kali saja ke sini karena sudah telat untuk bermain dan kami melihat ada restoran di sampingnya. Membaca menunya ada Pannenkoek atau pancake. Kami belum pernah makan pancake di restoran sebelumnya karena biasanya hanya makan sesekali untuk sarapan di rumah dan sejujurnya saya tidak terlalu suka. Tapi tidak ada salahnya makan di restoran kan.

Pemandangan dari balkon
Pemandangan dari balkon

Ternyata restoran ini besar sekali. Bukan hanya restoran tapi juga ada tempat bermain bowling, tempat bermain anak dalam ruangan, dan tempat pertemuan. Ruang restoran saja dibagi beberapa ruangan. Restoran untuk anak-anak ada di ruangan tersendiri dan dengan desain ruangan seolah olah kapal laut. Aslinya mengadopsi cerita Pirates of the Carribean. Kami memesan 3 jenis pancake yaitu pancake dengan jahe, pancake ukuran kecil dan pancake dengan keju dan jamur. Ternyata enak juga pancake dengan aneka rasa seperti itu karena biasanya dimakan dengan gula, meses atau segala sesuatu yang manis.

Sudut yang desainnya seperti dalam kapal
Sudut yang desainnya seperti dalam kapal
Aneka rasa pancake
Aneka rasa pancake

Saya senang sekali akhir pekan ini kami habiskan waktu banyak di luar ruangan dan mencoba hal baru yang nampaknya sepele yaitu pancake. Tapi disetiap hal baru pasti akan ada pengalaman tak terlupakan bukan, karenanya kami sangat menikmati saat-saat seperti ini. Berkumpul bersama di akhir pekan.

Oh ya, akhir pekan ini saya memasak nasi kuning dengan pelengkap yang lumayan niat. Pelengkapnya adalah ayam goreng, orek tahu tempe, sambel pete, telur dadar, mie kuning, perkedel, dan sayur urap. Niat ya haha. Kalau sedang kepingin memang harus dituruti kalau tidak, akan kepikiran. Masak begini saya juga dibantu suami. Dia bagian bersih-bersih dapur setelah saya selesai memasak dan mencuci peralatan masak. Dan saya mikirnya akhir pekan adalah saat kami bisa makan siang bersama jadi setiap akhir pekan kalau sedang tidak ada undangan atau tidak ada rencana makan ke luar, saya masak yang sedikit berbeda dari biasanya. Senang semuanya lahap makan nasi kuning ini sampai nambah-nambah. Terharu saat sabtu malam menjelang tidur suami tiba-tiba menyelutuk :

Suami (S) : ga sabar besok siang

Saya (D) :  ada apa?

(S) : makan enak

(D) : hah di mana? Kan masih ada makanan di kulkas

(S)  :ya itu,nasi kuning kamu enak.

(D) : *merona lalu meleleh *lemah kena gombalan

Nasi kuning dengan pelengkap ayam goreng,orek tahu tempe, sambel pete, telur dadar, mie kuning, perkedel, dan sayur urap
Nasi kuning dengan pelengkap ayam goreng,orek tahu tempe, sambel pete, telur dadar, mie kuning, perkedel, dan sayur urap

Karena minggu depan cuaca masih menghangat, saya sudah mempunyai beberapa rencana untuk menikmati matahari di beberapa tempat, dengan catatan kalau tidak malas haha. Ya, selama cuaca masih ok, harus dinikmati dengan maksimal.

 

-Nootdorp, 7 Oktober 2018-

Science Centre di Delft

Minggu lalu cuaca lumayan “terik” dibandingkan minggu ini. Kenapa teriknya pakai tanda petik? Ya meskipun matahari bersinar nyentrong selama 5 hari, tapi angin dan dinginnya tak tahan aduhai membuat harus memakai jaket tebal. Maklum suhu sudah dikisaran 14 derajat celcius ke bawah. Tapi dengan adanya sisa-sisa matahari yang nongol, jadwal ke luar rumah harus dimaksimalkan karena tidak tahu kapan matahari akan nongol lagi.

Hari Rabu kami nongkrong di Delft. Matahari sedang bergembira sampai obral sinarnya sehingga kami bisa duduk leyeh-leyeh depan gereja sambil menikmati bekal dari rumah dan bersenda gurau. Oh ya, Delft ini adalah salah satu kota favorit saya selain Den Haag. Saya langsung jatuh cinta saat pertama kali ke sini tahun 2014. Suasana di Delft itu Cozy dengan bangunan-bangunannya yang masih mempunyai ciri khas bangunan tua tapi terawat dengan baik. Banyak turis datang ke sini tapi tidak sehiruk pikuk Amsterdam ataupun Den Haag. Kalau Den Haag sebenarnya juga tidak terlalu banyak turis, tapi memang penduduknya yang banyak. Kalau berkesempatan ke Belanda, silahkan mampir ke Delft dan rasakan perbedaannya dengan Amsterdam.

Delft saat cuaca cerah
Delft saat cuaca cerah

Hari kamis, makbedundug saya menerima pesan dari mahasiswa PhD sekaligus tempat belajar saya dalam dunia nak kanak children. Maureen sering membagikan ilmu dan pengalamannya  di blog dalam menyelami dunia anak-anak sebagai seorang Ibu maupun sebagai akademisi dan praktisi di bidang tersebut. Oh jangan salah, meskipun namanya nampak “barat”, medoknya Sorbeje asli. Saya pertama kali ketemu awal tahun ini sewaktu ada acara di rumah kami. Kenal lewat blog, twitter dan WhatsApp sudah lama. Ya beberapa tahun ini maksudnya.

Jadi, maksud dia kirim pesan ke saya, mengajak ketemuan di Delft mumpung cuaca masih cerah. Dia dan Stan -putranya- pengen ke Science Centre – museum science untuk anak-anak. Saya langsung cek jadwal dengan suami, hari sabtu kami tidak ada acara jadi saya langsung mengiyakan ajakannya. Sudah lama juga sebenarnya saya ingin ke museum ini tapi masih belum ketemu waktu yang pas. Saya langsung menghubungi Yayang mau mengajak juga siapa tahu Cinta Cahaya belum pernah ke sini. Sayang karena terlalu mendadak, Yayang yang bekerja pada hari sabtu tidak bisa bergabung dengan kami. Mudah-mudahan bulan depan bisa ketemu ya Yang!

Awalnya suami tidak mau ikut. Tapi entah kenapa saat makan siang tiba-tiba dia mengutarakan keinginannya untuk ikut. Ya tentu saja saya senang. Sekalian rame-rame. Rencananya saya akan berangkat naik bis. Tetapi karena dia ingin ikut, maka akhirnya kami naik sepeda. Jarak Science Centre dari rumah kami tidak terlalu jauh, hanya 20 menit jika naik sepeda. Jam 3 sore kami sudah tiba di sana. Tahu tidak, saya itu selalu berdebar-debar kalau melihat tulisan TU Delft dan ketika berada dalam area kampus ini. Maklum ya, memang sudah impian dan cita-cita saya sejak dahulu kala bisa kuliah di tempat ini. Jadi jangan bosan-bosan ketika membaca tulisan saya yang selalu mengungkapkan bahwa TU Delft adalah kampus impian. Mudah-mudahan suatu saat saya bisa kuliah di sini. Kalau tidak sampai PhD seperti Maureen, ya paling tidak bisa mencicipi program masternya.

Ruang depan Science Centre TU Delft
Ruang depan Science Centre TU Delft
Ruang tunggu. Berasa anak kuliahan lagi nongkrong sewaktu duduk di sini *ngayal jangan nanggung2
Ruang tunggu. Berasa anak kuliahan lagi nongkrong sewaktu duduk di sini *ngayal jangan nanggung2

Masuk ruang tunggunya saja langsung berasa sekali aura tekniknya. Jadi Science centre ini memang museum yang ditujukan untuk dikunjungi oleh anak-anak. Tiga tema dari tempat ini adalah Sains, Desain, dan Teknik. Science centre merupakan tempat semua alat atau bahan penelitian yang sudah dan sedang dilakukan oleh TU Delft. Jadi kita bisa menikmati hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa maupun para peneliti. Tiket masuknya jika mempunyai museumkaart, gratis. Jika tidak mempunyai, untuk anak berumur dibawah 7 tahun gratis, umur 7-17 tahun harga tiketnya €4, diatas 18 tahun €7, dan untuk seluruh keluarga maksimal 4 orang €17.5.  Tentang Science centre, lebih lengkapnya bisa dibaca di sini.

Tertera di keterangan, ini permainannya agak rumit. Minimal butuh waktu 20 menit. Kata Maureen "duh, hidup sehari2 sudah serus masa iya main pun musti serius. Pening"
Tertera di keterangan, ini permainannya agak rumit. Minimal butuh waktu 20 menit. Kata Maureen “duh, hidup sehari2 sudah serius masa iya main pun musti serius. Pening”
Disetiap ruangannya, enath di lantai, tembok ataupun langit-langitnya selalu bertebaran rumus-rumus. Mengingatkan saya akan masa lalu yang tertimbun rumus-rumus
Disetiap ruangannya, entah di lantai, tembok ataupun langit-langitnya selalu bertebaran rumus-rumus. Mengingatkan saya akan masa lalu yang tertimbun rumus-rumus

Beberapa alat peraganya bisa dimainkan. Misalkan main simulasi mobil atau bola yang jatuh dari langit-langit atau simulasi angin. Di beberapa ruangan juga banyak yang bisa dicoba untuk dimainkan.

Ini ruangan utamanya
Ini ruangan utamanya
Ruangan utama
Ruangan utama
Sampai langit-langit pun ada rumusnya
Sampai langit-langit pun ada rumusnya

Kalau ke sini bukan hanya bisa berkeliling di ruangan-ruangannya saja, tapi juga bisa mengikuti workshop yang diadakan dengan jadwal yang ada pada websitenya. Selain itu, jika ada yang ingin merayakan ulangtahun, juga bisa jauh hari menghubungi pihak Science centre sehingga acara ulangtahunnya bisa dirayakan di tempat ini. Kalau ingin mengikuti tour, bisa juga. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di sini. Oh iya, di halaman belakang, ada taman bermain juga. Sayang saya tidak bisa mengambil foto karena banyak anak yang sedang bermain di sini.

Tak terasa satu jam lebih kami berasa di sini. Senang rasanya berkeliling, melihat dan menjajal alat peraga yang ada. Saya dan Maureen juga sempat berbincang di taman belakang. Meskipun sak nyuk an ketemu tapi obrolan kami mendalam. Senang juga bisa berbagi cerita dengan Stan. Anak pintar dan supel. Stan ini bisa berbicara 4 bahasa lho. Jepang, Inggris, Belanda, dan Indonesia tentu saja. Jawa juga kalau mau dimasukkan. Sehat selalu ya Stan!

Kami lalu melanjutkan perjalanan ke Pusat Delft. Kalau hari sabtu ada pasar, jadi seru bisa berkeliling sambil melihat-lihat pasar. Tidak berapa lama karena haus, akhirnya kami nongkrong.

Camilan nongkrong kami. Saya di mana-mana memang selalu pesannya susu coklat haha *sebelum ada yang nanya
Camilan nongkrong kami. Saya di mana-mana memang selalu pesannya susu coklat haha *sebelum ada yang nanya

Itu yang dipiring adalah Tortilla disiram keju dan saus tomat ditambahi Jalapeno. Terus terang saya tidak terlalu suka. Jadi saya makan sedikit saja. Andaikan bisa makan bakso ya *yak ngayal episode kesekian pun dimulai.

Setelah sekitar 30 menit menikmati sisa sore, kami memutuskan pulang tapi mampir dulu ke toko buku. Sempat ketemu lagi dengan Maureen dan Stan yang sedang berjemur di depan Gereja sambil makan kentang goreng. Tot volgende keer Maureen en Stan!

Kesan saya tentang Science centre, seru! Tapi kata suami, biasa saja. Ya beda selera. Yang penting ada yang senang bisa menikmati dan bersenang-senang di sana.

Saat menulis ini, di luar matahari sedang gonjreng dan langitpun biru menawan. Kami sedang bersiap jalan-jalan ke danau.

-Nootdorp, 3 Oktober 2018-

 

Kebiasaan Membaca Buku di Era Digital

Buku yang membahas tentang ketergantungan terhadap teknologi dan internet

“Kami main Twitter, Instagram, sesekali ikut arus perdebatan yang tidak perlu, tapi kami juga tidak berhenti membeli buku. Kami generasi digital masih membaca buku, hanya saja dengan cara yang baru. Kami pegang handphone tiap hari, tapi kami masih membaca. Kami main twitter, sesekali ikut debat tak perlu, tapi kami tak berhenti beli buku. Handphone kami bukan cuma untuk ribut, tapi juga menggali ilmu. Kami generasi digital, kami masih membaca buku.”

-Bernard Batubara-

Berawal dari obrolan antara saya, Maya, dan Ryan di Twitter tentang pertanyaan Ryan mengenai “Banyak baca akan menambah wawasan. Tul? Gimana kalau malas baca lagi muncul?”, saya jadi punya ide untuk menuliskan topik ini. Sebenarnya yang awal-awal ngobrol hanya Ryan dan Maya. Namun karena topiknya cukup menarik karena sudah menyinggung tentang penyebab kemalasan membaca yang salah satunya adalah aktif di media sosial, maka saya ikut nimbrung.

Memang kalau mau dituruti ya, scrolling-scrolling itu tidak akan ada habisnya. Apalagi kalau punya akun di beberapa media sosial. Niatnya ingin buka A, terus selesai lanjut B, selesai lanjut C, eh tiba-tiba ada yang terlupa kembali lagi membuka A, lanjut lagi membuka D, lanjut begitu seterusnya sampai Indonesia masuk piala dunia. Beneran, kalau tidak membatasi diri bisa-bisa 2 jam waktu terbuang hanya dengan duduk manis sambil memelototi Hp. Ngaku kan sebenarnya yang kita buka dan baca itu seringnya ya tidak berfaedah, kadang membaca akun gosip, kadang membaca pertengkaran di twitter, atau membaca komen-komen tidak jelas di Instagram atau YouTube. Lah trus setelahnya apa yang kita dapat? malah kadang sering membuat nggrundel. Meskipun dari sana kadang ide untuk menulis di blog muncul. Mungkin misalnya dari dua jam berkutat dengan Hp, hanya 15 menit yang kita sisihkan untuk membaca hal yang bermanfaat, misalkan artikel, berita atau jurnal. Ini saya tidak dalam rangka menggeneralisir ya. Hanya pengamatan receh lingkungan sekitar, termasuk saya dahulu kala. Ini lain cerita kalau pekerjaannya memang mengharuskan berkutat dengan media sosial.

Saat ini terus terang saya tidak bisa lagi berlama-lama menatap layar entah itu laptop atau Hp atau tablet. Paling lama 20 menit itupun tidak terus-terusan, mata saya cepat lelah. Mungkin total dalam satu hari saya memelototi Hp tidak lebih dari 1.5 jam. Setiap keluar rumah, jika tidak ada janjian dengan siapapun dan tidak membutuhkan google maps, internet pasti saya matikan. Hp saya pergunakan jika ingin memotret makanan ataupun pemandangan. Selebihnya masuk tas. Saya setiap hari tetap aktif di media sosial terutama Twitter. Waktu aktif saya dalam bermedia sosial seringnya adalah pagi hari saat belum memulai beraktifitas dan malam saat sudah selesai semua. Tengah hari saat makan siangpun saya juga sesekali muncul, kalau situasi memungkinkan. Nah apa hubungannya aktif di media sosial dengan kebiasaan membaca?

Dari kecil saya memang suka sekali membaca buku (selain menulis), sampai saat ini. Jadi, karena memang kebiasaan membaca buku sudah mendarah daging, rasanya ada yang aneh kalau sehari saja tidak membuka buku. Oh ya, saya membacanya masih buku kertas, belum beralih ke buku elektronik semacam Kindle, walaupun saya punya hadiah ulang tahun dari Mama mertua. Mungkin karena faktor belum terbiasa jadi saya belum bisa menikmati membaca selain dari buku kertas. Nah, kalau saya tetap aktif bermedia sosial lalu kapan waktu membacanya disela kesibukan kegiatan sehari-hari?

Saya mempunyai cara yang saat ini cukup efektif untuk diterapkan dengan situasi saat ini. Situasi saya tentu saja. Jadi, saya kalau membaca buku itu pararel. Minimal 2 buku dan maksimal 3. Satu buku saya taruh di antara buku-buku yang ada di rak buku di ruang bawah, satu buku saya taruh di meja kamar tidur, dan satu buku saya taruh di ruangan perpustakaan kecil di lantai atas yang juga merangkap sebagai ruang menyetrika. Jadi setelah masak, lalu makan siang dan bersih-bersih ruang bawah, biasanya saya masih punya waktu sebentar untuk leyeh-leyeh. Saya manfaatkan untuk membaca buku  yang saya taruh di ruang bawah paling tidak bisa membaca 3 sampai 4 halaman. Setelahnya kami akan keluar jalan-jalan dan bermain di luar jika cuaca memungkinkan. Nah sore hari menjelang makan malam, biasanya ada waktu untuk istirahat sebentar di kamar, saya memejamkan mata paling tidak 10 menit. Setelahnya saya membaca buku yang saya taruh di meja samping tempat tidur. Lumayan terkadang bisa sampai 3 halaman. Jadi setiap hari saya bisa membaca paling tidak 5 halaman. Nanti kalau waktunya menyetrika, biasanya setelah menyetrika, sambil istirahat sejenak, saya melanjutkan membaca buku yang ada di ruang baca tersebut. Jadi rak-rak buku di rumah kami adanya hanya di ruang keluarga (di lantai bawah) dan di ruang perpustakaan lantai atas. Disetiap kamar tidur, bebas dari rak buku. Biasanya nanti selesainya akan bersamaan dari ketiga buku yang saya baca, ini juga tergantung tebal bukunya. Saat ini kalau keluar rumah, saya sudah tidak pernah membawa buku karena pasti tidak sempat membaca jika naik kendaraan umum.

Dengan strategi tersebut, lumayan bisa membuat saya teringat untuk selalu membaca buku. Saya mikirnya sih begini : Kalau saya punya waktu untuk berselancar di dunia maya, berarti tidak ada alasan buat saya untuk tidak ada waktu membaca buku. Memang, prioritas masing-masing orang berbeda, tapi buat saya pribadi, membaca buku masih menjadi prioritas penting. Dalam satu minggu, ada hari-hari memang sengaja tidak membaca buku, misalkan akhir pekan karena ada aktivitas lainnya. Walaupun tidak seambisius dulu harus bisa menyelesaikan sekian buku dalam setahun (meskipun saya ikut tantangan di goodreads tahun ini menargetkan membaca 50 buku, sampai saat ini akan menyelesaikan 25 buku), sekarang saya lebih santai karena menyesuaikan dengan kondisi dan situasi saat ini. Saya mengibaratkan membaca buku dan menulis itu seperti memberi makanan dan vitamin pada otak. Memberi asupan supaya otak terus sehat. Dengan membaca buku saya juga semakin banyak perbendaharaan kata dan wawasan semakin bertambah karena banyak hal baru yang saya dapatkan. Selain itu saya juga jadi banyak belajar bagaimana cara menulis yang benar, tepat dan efektif. Semakin hari semakin belajar untuk menulis secara baik dan benar.

Buku yang membahas tentang ketergantungan terhadap teknologi dan internet
Buku yang membahas tentang ketergantungan terhadap teknologi dan internet

Buku yang saya baca ya ada yang topiknya berat, ada yang biasa saja bahkan sekedar buku resep pun saya baca haha seperti dua buku resep di bawah ini. Setahun belakang ini saya sedang tertarik banyak membaca buku parenting. Kebanyakan yang saya baca dalam bahasa Inggris karena faktor kemudahan mendapatkannya. Tapi beberapa ada juga dalam bahasa Indonesia. Kalau untuk novel, saya lebih memilih membaca yang bahasa Indonesia walaupun tetap ada yang dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Belanda juga ada, biasanya buku anak-anak haha. Nah topik lainnya tidak tentu, adakalanya buku yang membahas depresi, ada yang membahas ketergantungan anak-anak dan orang dewasa terhadap teknologi dan internet, maupun topik spiritual. Ya tergantung suasana hati juga mau membaca buku yang mana. Saya mendapatkan referensi buku-buku bagus selain dari Goodreads juga dari Twitter. Banyak akun yang saya ikuti di twitter suka membahas tentang buku. Nah kalau topiknya saya suka, biasanya saya beli atau meminjam dari perpustakaan di dekat rumah. Dan juga beberapa blogger yang saya ikuti akunnya di goodreads yang sangat rajin membaca buku seperti Aggy atau Dita yang rajin menulis di blognya topik tentang buku.

 

Buku resep Baby Lead Weaning
Buku resep Baby Lead Weaning

Pagi ini, lewat akun twitter, saya membaca tulisan dari penulis Bernard Batubara di Medium (lengkapnya bisa baca di sini). Kutipannya adalah seperti ini dari tulisan tersebut maupun dari akun twitternya : “Kami main Twitter, Instagram, sesekali ikut arus perdebatan yang tidak perlu, tapi kami juga tidak berhenti membeli buku. Kami generasi digital masih membaca buku, hanya saja dengan cara yang baru. Kami pegang handphone tiap hari, tapi kami masih membaca. Kami main twitter, sesekali ikut debat tak perlu, tapi kami tak berhenti beli buku. Handphone kami bukan cuma untuk ribut, tapi juga menggali ilmu. Kami generasi digital, kami masih membaca buku.”

Sekarang sudah banyak sekali media untuk bisa membaca buku, tidak hanya buku dalam bentuk fisik. Semakin memudahkan. Selain yang sudah saya sebutkan panjang lebar di atas tentang keuntungan dan tujuan dalam membaca buku, sebenarnya ada satu lagi : Supaya anggota keluarga kami semuanya juga suka membaca buku. Memberi contoh adalah cara paling jitu. Misalkan, jika kita rajin menonton TV, maka anggota keluarga lain terutama anak-anak akan meniru dengan rajin menonton TV juga. Begitu juga dengan membaca buku. Jika kita rajin membaca buku, maka mereka pun akan mencontohnya. Konon anak-anak adalah peniru yang ulung dari orangtuanya bukan?

Begitulah cerita panjang lebar tentang kebiasaan saya dalam membaca buku di era digital ini.

Kalau kamu, apakah masih suka membaca buku? Memilih media apa, apakah buku dalam bentuk fisik atau yang lainnya? Lalu apakah punya strategi khusus dalam membaca supaya tetap eksis juga dalam bermedia sosial?

-Nootdorp, 26 September 2018-

Tentang Perasaan Tenang dan Bahagia

Schloss Mirabell and Garden - Salzburg

Agustus tahun ini tepat 3.5 tahun saya tinggal di Belanda dan belum sekalipun berjodoh untuk liburan ke Indonesia. Awalnya tahun ini kami sudah merencanakan dengan matang akan pulang akhir tahun, tetapi situasi berkata lain. Rencana kami menengok keluarga di Indonesia diundur mungkin ke tahun 2020. Selama 3.5 tahun di Belanda banyak sekali hal-hal positif yang saya rasakan. Bukan hanya yang secara tampak mata, tetapi juga yang tidak tampak mata. Dua hal yang sangat saya rasakan ada perubahan dalam diri saya adalah tentang rasa tenang dan rasa bahagia.

Bukan karena saya menikah dengan pria yang berbeda kebangsaan dan berbeda warna kulit lalu saya menjadi bahagia. Bukan karena saya tinggal di negara maju yang segala sesuatunya lebih teratur lalu saya menjadi tenang. Rasa tenang yang saya rasakan lebih kepada suasana hati. Selama di Indonesia mungkin saya sering mengabaikan kata hati, tidak terlalu banyak waktu untuk mengajak berdialog dan terlalu mendengarkan suara-suara di luar. Dan itu ternyata membuat saya tidak sepenuhnya bahagia dan tenang.

Dulu saya pikir hati dan kehidupan saya bahagia. Bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang yang tinggi, bisa bekerja sampai jenjang yang saya impikan dan inginkan, bisa mempunyai lingkungan pergaulan yang oke, bisa liburan ke sana sini dari hasil jerih payah sendiri, bisa membeli ini dan itu. Dulu saya pikir saya bahagia dengan itu semua, dengan semua yang saya miliki, dengan semua pencapaian dari hasil kerja keras. Sampai saya merenung dan berdialog dengan hati, dan pada satu titik saya tersadar bahwa kehidupan saya di Indonesia tidak sepenuhnya membuat bahagia. Saya bisa saja bangga dengan segala pencapaian dan hasil yang saya dapatkan. Tapi benarkah itu semua yang saya inginkan? Ternyata, saya terlalu ingin dilihat oleh khalayak ramai, ingin menunjukkan yang terbaik pada keluarga, ingin dilihat berhasil supaya bisa diterima oleh komunitas tertentu, tetapi saya lupa bertanya kepada diri sendiri bahwa apakah itu semua membuat saya tenang dan bahagia.

Rasanya melelahkan harus mencapai sesuatu bukan karena keinginan sendiri melainkan karena tuntutan. Tidak hanya tuntutan dari luar, tetapi juga tuntutan dari dalam kepala yang ingin “pamer” keberhasilan. Saya harus nampak bahagia meskipun dalam hati ada sesuatu yang kosong. Saya seperti selalu ceria walaupun rasanya asing dalam keramaian. Walaupun begitu, masih ada kepingan dalam hati saya yang merasakan kebanggaan atas semua pencapaian saya dulu.

Sejak menetap di Belanda yang berbeda segalanya dengan Indonesia, saya semakin sadar bahwa sebenarnya kebahagiaan itu kita sendiri yang menentukan, bukan karena sanjungan orang, bukan puja dan puji, bukan ditentukan oleh orang lain, pasangan, maupun anak. Membaca kalimat sebelum ini rasanya akan banyak yang mbatin : haduh, itu juga semua orang sudah tahu. Sayapun dulu tahu konsep seperti itu. Tapi saya tidak sadar, hanya pada tataran tahu. Sejak 3.5 tahun ini, saya semakin sadar karena di sini saya hidup tanpa tuntutan. Tidak menuntut diri sendiri untuk menjadi yang terbaik supaya dilihat orang, tidak memenuhi tuntutan luar supaya terlihat “normal” dalam hidup bermasyarakat. Saya lebih mendengarkan kata hati dalam ketenangan. Saya lebih sering mengajak berdialog hati dan pikiran. Dulu saya tidak sempat karena keriuhan yang ada, terlalu kemrusung. Saya tidak lagi melekatkan kebahagiaan saya pada kebendaan. Saya tidak lagi menggantungkan kebahagiaan kepada hal di luar diri saya.

Segala keputusan yang saya ambil selama di sini adalah keputusan yang saya buat secara sadar dan benar-benar melalui pertimbangan yang matang. Keputusan bekerja tidak sesuai dengan bidang keilmuan dan pengalaman kerja yang ternyata membuat saya jauh lebih bahagia dibandingkan ketika saya bekerja di Jakarta walaupun pekerjaan di sini ecek-ecek lah kalau dibandingkan dengan yang sebelumnya. Tapi saya bahagia. Akhirnya saya memutuskan berhenti dengan pertimbangan yang matang juga. Keputusan untuk mempunyai anak bukan karena sebagai ajang pamer dan bangga-banggaan semata atau supaya tidak ditanya terus karena kalau tidak mempunyai anak rasanya tidak “normal” di mata masyarakat Indonesia. Keputusan memiliki keturunan, saya (bersama suami) pikirkan secara matang dan bertanya beberapa kali pada hati apakah memang ini yang saya inginkan. Mempunyai anak akan merubah total hidup saya karena ikatannya seumur hidup dan saya harus siap dengan bekal ilmu dan harus konsekuen belajar sepanjang hidup dalam membesarkan anak, bagaimana dengan dananya apakah juga sudah siap, bagaimana dengan lingkungan apakah mendukung untuk memiliki anak, dan banyak pertimbangan lainnya. Saya bukan orang yang percaya bahwa anak datang dengan rejeki masing-masing. Yang saya percaya adalah setiap orang yang memutuskan untuk memiliki anak harus mempersiapkan sebaik mungkin masa depan anak dari segi dana sampai usia tertentu. Memiliki anak bukan hanya sekedar berapa kali bisa melahirkan, memiliki anak bukan sebagai pembuktian dan seberapa sering memajang foto mereka di ranah dunia maya, memiliki anak bukan untuk berkompetisi dalam hal cerita dengan sesama orangtua sejauh mana kemampuan anak, memiliki anak bukan karena supaya dinilai “normal” karena urutan setelah menikah adalah mempunyai anak. Memiliki anak adalah pilihan, karenanya saya memikirkan dan mempertimbangkan hal tersebut dalam ketenangan dan bertanya apakah itu akan membuat saya bahagia nantinya. Ketika keputusan sudah dibuat, artinya saya sudah siap dengan segala konsekuensinya, baik dan buruknya. Dan yang pasti, keputusan yang dibuat dalam keadaan hati dan pikiran yang tenang, kebahagiaanpun akan datang dengan sendirinya. Bahagia yang penuh kesadaran.

Schloss Mirabell and Garden - Salzburg
Schloss Mirabell and Garden – Salzburg

Mungkin memang ada masanya saya harus menjauh dari hiruk pikuk dalam arti yang sebenarnya dan dalam arti secara kiasan supaya saya lebih tau apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Lebih bisa berdialog dengan hati dan pikiran. Supaya saya hidup lebih sadar. Supaya saya bisa lebih bersyukur  Bahagia itu tidak perlu sesuatu yang ndakik ndakik. Bersyukur karena matahari muncul setelah dua hari hujan sehingga kami bisa jalan-jalan keluar, itu rasanya sungguh luar biasa bahagianya. Bersyukur diberikan kesehatan yang baik sehingga bisa duduk-duduk di taman sambil melihat angsa hilir mudik, itupun membuat bahagia. Bersyukur bisa mandi tanpa tergesa-gesa juga bahagia dari hal-hal yang kecil. Bersyukur bisa menyapa orang-orang yang selama ini saya jarang sapa, pun membuat saya bahagia. Bersyukur karena diberikan kesempatan untuk terus melanjutkan nafas detik demi detik. Lebih banyak bersyukur dan tidak terlalu membandingkan keadaan diri dengan sesuatu yang jauh diluar jangkauan adalah bahagia yang tidak terkira. Banyak ambisi yang ingin saya wujudkan. Tapi saat ini ambisinya lebih ke arah dalam, bukan ambisi ingin terlihat dari luar. Ambisi secara spiritual, begitu saya menyebutnya.

Jika banyak yang bilang saya lebih tertutup sekarang, mungkin iya mungkin tidak. Sebenarnya bukan tertutup, tapi saya sudah cukup bahagia dengan kehidupan saya saat ini, saya lebih tenang, jadi buat apa saya mengumbar-umbar. Saya bercerita yang perlu saya ceritakan saja. Yang sekiranya tidak perlu banyak orang tahu, ya saya simpan sendiri. Tidak semua kebahagiaan perlu diketahui khalayak ramai, begitu juga sebaliknya. Saya lebih memilih dan memilah mana yang patut dan layak dibagi. Sesederhana itu.

Semoga saya tidak pernah berhenti untuk selalu belajar tentang apapun itu sehingga akan banyak rasa syukur karena mengetahui banyak hal tanpa harus membandingkan dengan sesuatu yang diluar jangkauan, semoga saya bisa makin tenang dengan segala yang saya miliki dan ingin miliki dengan sadar. Semoga saya selalu bisa berdialog dengan hati dan pikiran sehingga makin tahu tentang tenang dan bahagia.

Semoga kita semua diberikan ketenangan dan kebahagiaan. Hidup di dunia sangatlah singkat, semoga kita bisa memanfaatkan apa yang ada secara maksimal  untuk kebaikan dan melakukan segala hal secara sadar.

-Nootdorp, 20 September 2018-

 

 

Pasar Raya Indonesia 2018

Ini lho penampakana rujak cingur yang makannya setahun sekali karena yang jual restorannya di Amsterdam, jauh dari rumah. Ciamik soro rasane

Tahun ini saya datang lagi ke Pasar Raya Indonesia yang memang acaranya digelar setiap tahun. Sejak tahun kemarin, acara ini diadakan di Rijswijk. Tahun-tahun sebelumnya diselenggarakan di Wassenaar. Karena yang di Rijswijk letaknya tinggal koprol dari rumah (congkak, karena saking dekatnya), ya pasti saya dengan sukacita datang lagi. Bedanya, kali ini saya tidak datang rombongan dengan teman-teman seperti tahun kemarin (ceritanya bisa dibaca di sini). Pada tahun ini acaranya diselenggarakan pada tanggal 14 sampai 16 September 2018. Saya datang pada hari sabtunya. Karena suami tidak ikut (seperti biasa, dia tidak suka acara dengan suara bising), jadi kami bertiga ke acara ini.

Kami sampai tempat sekitar jam 2 siang. Mau masuk saja antrinya panjang sekali. Untung kami bisa masuk melalui pintu khusus. Karena saya tidak ada janjian dengan siapa-siapa, saya langsung menuju stan masakan padang namanya Lapek Jo. Sempat saya kabari Crystal kalau saya sudah ada di sana. Siapa bisa bertemu karena Crystal juga di sana. Ternyata belum berjodoh. Saking ramenya.

Sejak jauh hari, saya memang niat ke Pasar Raya tahun ini ingin membungkus sebanyak mungkin makanan yang saya inginkan. Apalagi sejak rencana kami pulang ke Indonesia harus ditunda lagi, jadinya makin ada alasan untuk jajan makanan Nusantara haha. Nah karena niatnya membungkus makanan, dari rumah saya sudah makan siang dulu. Saya memasak lodeh ontong (jantung pisang), pete, tempe dan kacang panjang. Suami sampai nambah-nambah. Beda antara lapar dan enak memang tipis.

Lodeh ontong
Lodeh ontong

Untung saja antrian di Lapek Jo belum terlalu mengular jadi tidak harus lama menunggu. Saya membungkus Ikan bakar padang, tongkol balado setengah kilogram, dan sate kambing untuk suami. Setelah urusan perbungkusan selesai, kami langsung melipir ke stan yang menjual pisang goreng dan combro. Kami makan pisang goreng panas-panas, haduh nikmatnya. Beli dua rasanya ga cukup, pengen nambah tapi ingat pengen jajan yang lain. Sewaktu makan pisang goreng, saya mengabari Ananti siapa tahu bisa ketemuan. Mumpung sedang dalam satu ruangan. Ternyata berjodoh bisa ketemu. Berawal dari membaca blog dia, lanjut sering sahut menyahut di twitter, akhirnya ketemu di dunia nyata. Senang bisa ketemu dia walaupun tidak terlalu lama.

Kami lalu melanjutkan misi berburu makanan. Eh ternyata ada yang memanggil saya. Seorang kenalan. Kami ngobrol sebentar dekat panggung. Haduh, berisik saya sampai pening. Eh tiba-tiba ada Bapak Kedubes persis di sebelah kami ,sedang berfoto. Kenalan saya langsung heboh ingin berfoto juga dan menawari saya untuk foto bersama Pak Kedubes yang saya jawab, “Aku buru-buru nih, mau beli rujak cingur di Warung Barokah. Takut kehabisan.” hahaha congkak sekali mbak ini, foto bersama Bapak Kedubes ditolak demi beli rujak cingur :))) Rujak cingur ini memang enak, meskipun secara selera saya lebih suka rujak cingur Madura yang memakai petis ikan, bukan petis udang. Saya makan rujak cingur ini pada saat makan malam. Pedes memang karena sewaktu mengulek bumbu, saya minta cabe yang banyak. Sudah diingatkan oleh Ibu yang jualan kalau pedas. Saya bilang, “tidak apa-apa Bu. Saya lagi ngidam.” Ibunya hanya senyum ditahan melihat saya. Eh, keesokan harinya perut saya sakit. Beberapa kali harus ke WC. Akibat tidak mendengarkan peringatan Ibu penjual. Tidak apalah, setahun sekali makan rujak cingur.

Ini lho penampakana rujak cingur yang makannya setahun sekali karena yang jual restorannya di Amsterdam, jauh dari rumah. Ciamik soro rasane
Ini lho penampakana rujak cingur yang makannya setahun sekali karena yang jual restorannya di Amsterdam, jauh dari rumah. Ciamik soro rasane

Kami menjelajahi seluruh stan makanan dan stan-stan non makanan. Kesan saya, penataan stan pada tahun ini jauh lebih rapi dan lebih baik dibandingkan tahun kemarin. Penataan kursi dan meja untuk makan juga rapi. Intinya, semua lebih rapi dan lebih baik dibandingkan tahun kemarin. Meskipun dari stan makanan, tidak terlalu banyak dibandingkan tahun lalu. Tahun ini sedikit. Saya mengamati ada 4 stan yang antriannya panjang mengular. Yang pertama, stan makanan Padang Lapek Jo. Wah ketika kami pulang, sempat melewati stannya (kami pulang sekitar jam 4), antriannya sudah panjang sekali. Sampai penjualnya bilang kalau ada yang mau beli sate padang atau nasi padang musti nunggu setengah jam. Menu yang lainnya masih ada. Stan kedua, pempek Elysha. Ini sih sudah tidak diragukan lagi. Setiap acara pasti antriannya panjang. Padahal tahun ini buka 3 stan, tetap saja antrian membludak. Top memang. Untung dekat rumah restaurannya, jadi saya tidak ikutan antri. Stan ke 3, saya lupa sepertinya stan minuman segala macam es. Itu juga panjang sekali barisan antrian. Nah, stan terakhir ini yang sensasional lama antriannya, yaitu stan martabak namanya The Martabak House. Menunggu pesanan selesai minimal 2 jam. Untung lagi saya bukan penggemar martabak. Jadi terselamatkan dari antrian panjang. Ini yang ngantri sepertinya yang tempat tinggalnya jauh. Daripada pulang dengan tangan kosong kan.

Stan paling menguji kesabaran :)))
Stan paling menguji kesabaran :)))

Akhirnya bungkusan apa saja yang saya bawa pulang? Ikan bakar padang, tongkol balado setengah kilogram, sate kambing, rujak cingur, buntil, combro, oseng pare pete teri, botok, dan martabak telur. Banyak ya haha. Amanlah isi freezer. Disayang-sayang jadi pas lagi males masak perbekalan dikeluarkan. Sampai suami saya komentar melihat kami sampai rumah dengan banyak tentengan, “kayak besok mau perang saja menumpuk makanan.” Sebenarnya ada satu pesanan yang akhirnya tidak saya dapatkan yaitu asinan buah. Saking kepinginnya, saya sampai membuat sendiri. Duh, segar sekali setelah ditaruh di kulkas. Isinya : Mangga kemampo, mentimun, nectarin, dan apel hijau.

Asinan buah ala Deny
Asinan buah ala Deny

Percakapan saya dan suami tentang asinan ini (dia mencicipi dan ternyata doyan) :

Asinan buah atau aseman buah
Asinan buah atau aseman buah

Ya sudah, itu saja cerita saya tentang Pasar Raya Indonesia tahun 2018. Semoga kami bisa datang lagi ke acara ini tahun depan.

-Nootdorp, 16 September 2018-

Bieslanddagen 2018

Akhir pekan kali ini sebenarnya kami tidak ada rencana yang spesial. Ada teman yang datang ke rumah hari sabtu. Dia bersama suaminya. Saya buatkan tahu berontak aka tahu isi dan siomay ayam udang. Tidak sempat memfoto karena langsung diserbu. Kata mereka enak sampe nambah-nambah. Kalau kata saya siomaynya tidak sesuai yang saya harapkan rasanya. Tapi ya sudah, wong tamu dan suami saya suka, anggap saja memang enak. Menu makanan kami sekeluarga akhir pekan ini adalah cumi asin pete tempe super pedas dan sop sayuran daging plus buntut, dimakan pakai sambel kecap.

Cumi asin pedes
Cumi asin pedes

 Sabtu malam suami nanya, kami akan ke mana besok minggu. Saya usul ke Delft saja karena cuaca bagus. Akhirnya sepakat hari minggu kami akan ke Delft naik sepeda dari rumah dan setelahnya ke rumah Mertua. Prakiraan cuaca menyebutkan matahari akan cerah dan suhu akan sampai 22°C. Senang sekali. 

Minggu pagi seperti biasa suami olahraga ke luar. Sesampainya kembali di rumah, dia memberitahu lebih baik rencana ke Delft kota diganti ke acara lainnya yaitu Bieslanddagen. Wah tentu saja saya antusias. Kami pernah ke sini pada tahun 2016, saya pernah tuliskan di blog ini. Silahkan dicari jika ingin tahu lebih lengkap tentang acara ini. Bieslanddagen itu adalah pestanya petani dan peternak. Letaknya hanya 15 menit naik sepeda dari rumah. Acaranya di dekat hutan dan dalam area peternakan dan pertanian. Acara ini berlangsung tanggal 1 dan 2 September 2018.

Kami beberapa kali membeli sayur dan telur ayam di area ini. Jadi kalau beli sayur, kita bisa langsung memetik sendiri lalu menimbang dan uangnya taruh di kotak yang disediakan. Kalau ada kembalian langsung ambil di kotak itu juga. Harga per kg nya sudah ada di sana. Dan disediakan kalkulator juga. Intinya sistem percaya karena tidak ada yang menjaga. Beli telur ayam pun begitu. 

Nah, kami hari ini ke acara ini. Yang datang ke Bieslanddagen ini didominasi oleh keluarga dengan anak-anaknya. Acara ini gratis, disediakan beberapa fasilitas permainan pun gratis. Jadi anak-anak bisa bermain di alam terbuka, mendayung sampan, bermain bersama sapi dan kuda, melihat ayam-ayam dan masih banyak lagi permainan lainnya. Semuanya gratis. Bahkan ada beberapa stan yang menyediakan makanan dan minuman juga gratis.

Kali ini, kami mencoba naik traktor petani dengan duduk di atas jerami. Duh, saya senengnya minta ampun. Padahal cuma naik traktor gratisan. Entah, rasanya senang merasakan sensasi naik traktor, melemparkan ingatan ke masa kecil di desa, saya sering ikutan naik traktor di

Melihat anak-anak sangat menikmati segala macam permainan yang ada di ruang terbuka, saya dalam hati sampai berkata kalau mereka beruntung bisa bermain diruang terbuka dengan udara yang masih bersih dan tanpa harus membayar. Padahal letak area ini tidak jauh dari pusat kota Delft. Ya, anak-anak di sini memang hiburannya adalah bermain di taman, jalan-jalan ke hutan, memberi makan angsa di sungai, berenang di danau, bermain di taman bermain yang sudah di sediakan di setiap kompleks rumah, dan masih banyak kegiatan di ruang terbuka dengan fasilitas yang didukung oleh pemerintah. Hal-hal yang nampak sederhana, mungkin di tempat lain justru jadi sesuatu yang mewah karena sudah langka. Apakah di sini ada Mall? Jangan dibayangkan Mall seperti Tunjungan Plaza atau Galaxy Mall atau PIM, di sini tidak ada. Makanya mereka sudah sangat bahagia dengan kegiatan di alam yang gratis dan dengan udara yang bersih dan kegiatan lainnya misalkan ke perpustakaan. 

Naik traktor dengan duduk di kotak jerami benar-benar pengalaman baru buat kami kali ini. Kami dibawa berputar ke area peternakan dan pertanian. 

Begitulah cerita akhir pekan kami. Bagaimana akhir pekan kalian? Semoga akhir pekan kalian juga menyenangkan bersama orang-orang tersayang. 

-Nootdorp, 2 September 2018-