Ramadan Keempat di Belanda

Hari ini adalah hari ke 22 di bulan Ramadan tahun 2018. Tidak terasa ya minggu depan sudah lebaran. Semoga kita semua bisa dipertemukan dengan lebaran tahun ini, berkumpul bersama keluarga dan handai taulan serta diberikan umur yang berkah supaya bisa bertemu dengan Ramadan tahun-tahun selanjutnya dengan Ibadah dan amalan yang lebih baik.

Tahun ini adalah tahun ke empat Ramadan saya di Belanda. Ternyata setiap tahunnya saya selalu membuat tulisan tentang Ramadan. Jadi cerita Ramadan di Belanda seperti berseri. Jika ingin membaca cerita Ramadan tahun-tahun sebelumnya bisa diklik tautan di bawah ini :

Tahun pertama Ramadan di Belanda, durasi puasa sampai 20 jam karena bertepatan dengan musim panas. Tahun ini durasinya antara 18 sampai 19 jam di musim semi dan musim panas. Suhunya meskipun tidak sepanas musim panas pada bulan Juli dan Agustus, tapi tetap saja rasanya panas karena ada hari-hari sampai 30 derajat celcius. Semoga selalu dikuatkan untuk mereka yang berpuasa dengan durasi yang panjang disertai cuaca yang berubah dari hujan ke panas.

Di bawah ini adalah jadwal Ramadan tahun 2018

Jadwal Ramadan Den Haag 2018
Jadwal Ramadan Den Haag 2018

Dua tahun terakhir Ramadan sangat berbeda untuk saya. Memaknainya pun berbeda. Walaupun begitu, semoga tidak mengurangi niat saya untuk tetap beribadah, apapun itu. Ramadan tahun ini, tidak terlalu banyak yang bisa saya ceritakan karena kegiatannya seputar rumah, jalan-jalan menikmati sinar matahari kalau sedang muncul, belanja, me time jalan-jalan tanpa suami, makan mencoba beberapa menu baru di restoran, masak, leyeh-leyeh, bersih-bersih rumah, baca buku (Sudah menuju buku ke 11 yang saya baca setengah tahun ini), apalagi ya. Akhirnya makan nasi padang dan sate padang setelah lebih dari 4 tahun tidak makan nasi padang. Lumayan tombo kangen meskipun kalau ingat harganya ya agak nyesek. Saya belinya di Tong Tong Fair stan Lapek Jo. Ini bener-bener enak sampai sekarang rasanya saya ingat dengan baik. Yang di Belanda, kalau beli masakan padang di Lapek Jo saja. Adanya di Den Haag. Ini bukan tulisan berbayar, murni karena puas dengan rasanya.

Nasi Padang
Nasi Padang
Sate Padang
Sate Padang

Semoga tahun depan ada lebih banyak cerita yang bisa saya bagi pada saat Ramadan seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini saya tidak bisa berbagi banyak cerita, saya simpan dulu ceritanya.

Buat yang sedang persiapan akan mudik, semoga semuanya dipersiapkan dengan baik tidak ada yang ketinggalan. Semoga selamat sampai tujuan berkumpul bersama keluarga menyambut hari yang fitri. Sudah 4 kali lebaran saya tidak berkumpul dengan keluarga di Indonesia. Semoga suatu saat kami sekeluarga bisa berlebaran di Indonesia, kumpul keluarga dan makan masakan khas keluarga di sana.

Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir Batin.

Semoga Segala Amal Ibadah Selama Ramadan Menjadi Berkah dan Kita Semua Dipertemukan Dengan Ramadan Tahun-Tahun Mendatang

-Nootdorp, 7 Juni 2018-

Malas Mandi

Marken

Oke, mungkin ini adalah postingan paling tidak bermutu diantara postingan lainnya di blog ini. Tapi tak apalah. Daripada sebelum tidur digunakan buat melamun, lebih baik buat menulis saja. Kan lebih berfaedah, meskipun membuka aib sendiri haha.

Sesungguhnya saya tidak pernah menganggap kebiasaan malas mandi ini sebuah aib. Ya menurut saya biasa saja karena memang sejak kecil saya adalah anak yang paling susah disuruh mandi diantara anggota keluarga yang lain. Tinggal dan besar di kota pesisir, pastinya badan jadi cepat berkeringat ya. Ongkep nya itu lho ga nahan. Bergerak sedikit saja, badan basah keringat. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat saya untuk tetap malas mandi hahaha. Saya ingat sekali, kalau sudah waktunya mandi, handuk pasti saya kalungkan di leher. Lalu saya tidak langsung masuk ke kamar mandi. Ada saja yang saya lakukan, entah itu makan, ke rumah tetangga, nyapu atau sekedar leyeh-leyeh depan TV dengan tetap berkalungkan handuk. Lalu malampun tiba, ya akhirnya saya tidak mandi seharian hahaha. Eh, buat saya ini lucu sih kalau diingat. Handuk dikalungkan di leher seharian akhirnya dikembalikan lagi ke jemuran handuk.

Bapak dan Ibu adalah dua orang dalam keluarga yang hobinya mandi. Satu hari bisa lebih dari dua kali mandi. Bahkan Ibu saya selama di Belanda, tiap hari mandi. Padahal waktu Beliau di sini sedang musim dingin. Lalu suatu hari Ibu saya menyelutuk, ” Kok Ibuk tidak pernah melihat kamu mandi ya,” lalu saya jawab, “ya mosok musti aku jelaskan Buk.” Maksudnya ga usah dijelaskan kalau kebiasaan malas mandi sejak kecil masih bersemayam sampai saat ini haha.

Saya pernah tinggal di Surabaya selama 13 tahun dan nyaris 7 tahun di Jakarta. Dua kota ini kan panasnya tidak ketulungan. Ampun DJ, apalagi Surabaya. Oh ya, selama ngekos saya tidak pernah tinggal di tempat kos yang ber AC. Di rumah orangtua pun kami tidak punya AC. Jadi kalau sedang panas-panasnya, saya hanya mengandalkan kipas angin. Bahkan saya sering tidur kampus, demi bisa ngadem di ruangan ber AC. Dengan situasi yang seperti itu saja, ya saya tetap malas mandi. Entahlah, jiwa malas mandi ini terlalu kuat terpatri dalam tubuh. Dulu seringnya kalau pulang kerja, entah karena memang terlalu capek atau memang malas mandi, saya langsung tidur. Atau kalau malamnya mandi, berangkat kerja saya tidak mandi hahaha *ya Tuhan, bongkar rahasia :))). Intinya kalau sehari saya mandi dua kali berasa seperti rugi sekali.

Apakah suami tidak protes karena saya jarang mandi? oh tenang saja, dia tidak pernah ngeh kalau saya tidak mandi haha. Malah saya sering bertanya ke dia kapan saya terakhir mandi, saking saya lupa. Kenapa bisa lupa? karena meskipun saya tidak mandi dengan mengguyur seluruh badan dengan air, saya tetap membersihkan bagian-bagian badan yang wajib dibersihkan. Hal tersebut karena berhubungan dengan Ibadah. Ya ga usah disebutlah ya bagiannya. Nah karena tetap dibersihkan itulah, jadi saya selalu merasa badan saya bersih. Jadi berasanya sudah mandi. Makanya saya sering lupa kapan terakhir mandi dengan mengucurkan air ke seluruh tubuh. Kecuali musim panas ya, saya lebih rajin mandi. Panas di Belanda berbeda dengan panas di Surabaya atau Jakarta atau rumah orangtua yang di pesisir. Beda sekali. Meskipun “cuma” 30 derajat celcius, Ongkepnya lebih parah dan panasnya lebih menyengat. Itu kenapa saya jadi lebih rajin mandi. Bukan tiap hari mandi ya, tapi lebih rajin mandi dibandingkan yang biasanya.

Siapa bilang bule malas mandi. Suami saya mandinya lebih rajin dibandingkan saya. Musim dinginpun dia rajin mandi, apalagi musim panas. Ya tapi itulah yang namanya jodoh ya, saling melengkapi *pembenaran hahaha. Suami bilang saya tidak masalah jarang mandi, berarti membantu bumi berlangsung lebih lama. Membantu lingkungan supaya tidak banyak air yang terbuang *terhibur haha.

Kalau kamu, rajin mandi atau malas mandi? Pernah berapa lama dan paling lama tidak mandi?

—-Kalau nanti ketemu saya, tidak usah mbatin ya saya mandi atau tidak. Tanya saja langsung daripada menebak-nebak.

-Nootdorp, 4 Juni 2018-

Republik Twitter

Eh sik ya sebentar, aku tak ngecek Republik Twitter dulu

Kalimat itu yang sering kali muncul di grup WhatsApp (wa) yang isinya sahabat2 saya. Kami berlima sudah bersahabat sejak awal kuliah. Jadi sekitar 19 tahun lamanya. Kami sudah saling tahu baik buruk dan cerita masing-masing, secara personal yang tentu saja diceritakan karena pasti banyak juga yang disimpan sendiri. Nah, empat diantara kami mempunyai akun twitter. Diantara 4 ini, saya dan satu orang lagi yang aktif. Dua lainnya hanya sesekali karena faktor kesibukan. Bukannya saya dan sahabat saya tidak sibuk ya, justru karena sibuk juga akhirnya kami mencari hiburan lewat twitter. Dan buat saya pribadi, twitter sangatlah menghibur. Apalagi ketika kami terpisah tempat tinggal dan berbeda waktu, twitter juga tempat update berita terbaru lalu kami saling memberitahu di grup. Bukan hanya saling memberitahu, tapi seringnya juga akhirnya jadi bahan diskusi sampai bahan bercandaan.

Diantara semua media sosial yang pernah saya miliki (FB, IG, Twitter. Saya tidak pernah punya Path dan Snapchat), twitter lah yang selama ini awet tidak pernah saya deactive kan (saya juga tidak tahu apakah bisa karena tidak pernah mencoba). Kalau tidak salah, tahun ini adalah tahun ke sembilan atau ke sepuluh ya saya punya akun di twitter. Saya ingat sekali awal bergabung di twitter karena di kantor sedang jadi pengangguran dibayar alias makan gaji buta. Dulu masih bingung apa fungisnya RT, bagaimana cara pakainya. Masih kagoklah. Lalu saya ikut kuis di akunnya Detik. Menang beberapa kali dan hadiahnya dikirim ke kantor (saya dulu juga sering menang ikut kuis-kuis di IG, sewaktu masih punya akunnya). Sampai oleh orang kantor saya dijuluki ratu kuis twitter haha.

Setelahnya saya mulai follow akun-akun yang sesuai minat (misalkan tentang menulis, penulis atau akun yang sering membahas buku), diluar akun-akun berita dalam dan luar negeri juga akun personal yang menurut saya menarik (terutama yang lucu dan informatif). Sampai saat ini, saya tidak pernah ruwet mencari follower. Bukannya tidak penting, tapi sejak awal punya akun di twitter, murni hal tersebut untuk hiburan selain juga mendapatkan informasi yang bermanfaat secara cepat. Sama seperti prinsip bermedia sosial yang lainnya, semua akan berfaedah jika kita mengikuti akun yang tepat. Bersyukurnya, sampai detik ini akun-akun yang saya ikuti masih berfaedah. Di twitter juga saya bisa berinteraksi dengan beberapa rekan blogger dan percayalah, sangat menyenangkan. Ada beberapa yang selalu membuat saya tertawa ngakak setiap berbalas pesan. Sungguh twitter ini penemuan yang sangat membuat bahagia. Terbekatilah penemunya.

Jika ada keluhan atau pertanyaan ke suatu perusahaan, lebih cepat tanggapannya lewat akun twitter mereka dibandingkan lewat email. Saya pernah ingin mengganti jadwal pesawat KLM punya adik. Saya mengurus lewat akun twitter KLM. Wow! Cepat reaksinya. Kami saling berbalas DM. Begitupun ketika saya ingin mengurus sesuatu di Bank Mandiri, tanggapan lewat twitter lebih cepat daripada email yang saya kirimkan. Itu salah dua contohnya ya. Saya masih punya pengalaman beberapa lagi.

Tidak hanya itu, lewat twitter juga saya bisa ikut project menulis yang akhirnya bisa berperan dalam 4 buku. Ceritanya pernah saya tulis di sini. Media sosial itu bermanfaat kok, asal bijak saja menggunakannya (sok kasih nasehat, padahal pernah mutung gara-gara FB haha).

Saya menulis begini bukan dibayar twitter untuk promosi ya. Siapalah saya ini, wong pengikut saja cuma beberapa gelintir, tidak sampai 600. Saya menulis cerita tentang twitter karena memang selalu merasa terhibur. Disamping itu, ada saja bahan dari twitter yang membuat saya dan sahabat-sahabat tertawa terbahak. Jadi kalau kami sedang berdiskusi tentang sesuatu yang maha penting pun (contohnya tentang rumus statistik), eh ujung-ujungnya,“Sik yo rehat, aku tak ngecek Republik Twitter. Onok huru hara opo saiki.” —-Saking menghiburnya kehidupan di twitter.

Apakah saya punya pengalaman buruk di twitter? Sejauh ini belum pernah. Ya karena memang tujuannya tidak yang serius-serius sekali, jadi semua saya buat santai saja. Nge-tweet ya yang santai-santai yang tidak memancing keriuhan atau menambah keruh keadaan. Terkadang (yang sangat jarang) saya juga berbagi informasi. Yang sering, jelas pamer makanan hahaha. Karena seingat saya (seingat saya lho ini) tidak pernah menulis hal-hal yang jelek, mengumpat atau memaki-maki, jadi saya tidak pernah menggembok akun walaupun sedang dalam proses mencari pekerjaan misalnya. Ya apa yang mau digembok, wong yang ditulis hal yang biasa. Saya dan suami juga saling follow di twitter dan  99% tidak pernah berinteraksi, lha wong saya ndak paham apa yang dia tulis di twitter, terlalu serius. Sedangkan dia tidak terlalu paham juga apa yang saya tulis, wong pakai bahasa Indonesia sesekali bahasa Jawa (sangat kadang sekali pakai bahasa Belanda).

Dikala ada perpecahan pendapat tentang mereka yang bangga punya akun twitter atau mereka yang bangga punya akun IG, saya sih tidak peduli mau punya akun di manapun. Selama enjoy dan tidak terbebani, buat apa saling meninggikan. Santai wae. Saat ini saya tidak seaktif sebelumnya. Yang pasti setiap hari memang saya buka, walaupun cepat-cepat membacanya. Biasanya malam saat sudah santai atau di sela-sela hari saat sudah tidak ada huru hara dengan kegiatan harian.

Jadi, untuk saya dan para sahabat, twitter adalah sumber informasi tercepat, terkini dan juga sebagai sumber hiburan yang hakiki. Ada saja yang jadi bahan banyolan kami.

Kalian punya akun twitter? punya pengalaman seru apa di twitter?

-Nootdorp, 31 Mei 2018-

Tentang “Me Time”

Saya ini aslinya anak rumahan. Lebih senang menghabiskan waktu senggang di rumah daripada keluyuran. Enak banget kalau bisa leyeh-leyeh di kasur, baca buku, mendengarkan musik, tidur, makan, ulangi berkali-kali. Sewaktu masih di Indonesia dan berstatus karyawati, hari yang saya tunggu jelasnya adalah sabtu dan minggu. Di dua hari itu saya bisa sepuasnya tinggal di kamar. Syukur-syukur kalau dikasih makan sama Ibu kos, jadi saya tidak perlu masak atau sampai ke luar rumah beli makan. Bersantai di kamar itupun dengan catatan saya tidak ada pekerjaan ke luar kota pada akhir pekan. Yang pada kenyataannya malah sering ke luar kota. Me time saya dulu itu adalah ke toko buku, nonton bioskop, bersemedi di kamar, ke perpustakaan, lari pagi, ngelamun di beberapa taman di Jakarta (Taman Suropati lebih seringnya, nonton orang-orang latihan musik), ke pasar, masak, dan ke TMII nonton pertunjukan gratis di sana. Seringnya dulu me time itu beneran sendiri, karena saya memang lebih suka ke mana-mana sendiri. Jarang punya temen sih sejak dulu kala. Dan ya, tetap hidup damai sentausa sampai sekarang walaupun yang namanya teman bisa dihitung dengan jari tangan.

Nah, sejak menikah, tetap donk saya membutuhkan me time. Namanya juga awalnya seorang individu ya, jadi begitu menikah pun tetaplah jiwa individunya ada. Bersyukurnya saya mendapatkan suami yang satu pemikiran tentang hal ini. Jadi setiap bulan, kami pasti mempunyai waktu untuk sendiri. Entah saya yang ke luar rumah, dia yang ke luar rumah, atau kami berdua ke luar rumah dengan rute yang berbeda.

Nah, walaupun pada dasarnya saya orang rumahan, tapi saya juga tipe yang petakilan. Apalagi di Belanda ini kan matahari nongol bisa dihitung maksimal hanya beberapa hari dalam setahun. Jadi begitu matahari muncul apalagi kalau angin tidak begitu kencang, pastilah kaki saya gatal ingin ke sana ke mari. Selama hampir 4 tahun menikah, me time yang saya lakukan seringnya adalah saya yang ke luar rumah. Maklum, suami lebih orang rumahan dibanding saya.

Ke luarnya seringnya tidak jauh-jauh juga. Ke kota lain sekitaran kota kami tinggal. Tapi me time yang paling jauh saya lakukan adalah ke Berlin beberapa hari pada tahun 2016.

Kenapa sih masing-masing daru kami butuh waktu sendiri? Seperti yang saya tulis sebelumnya, karena walaupun kami menikah, tetapi tidak setiap waktu kami harus selalu runtang runtung terus bersama. Me time itu seperti nge-charge. Kami biasanya mulai “berpisah” tidak ketemu sebelum makan siang sampai setelah makan malam baru kembali bertemu. Kalau saya atau suami dalam perjalanan pulang, baru kami saling berkirim kabar kira-kira jam berapa sampai di rumah. Jadi selama satu hari tidak barengan itu, kami tidak saling berkirim kabar. Benar-benar menikmati waktu sendiri.

Rasanya bagaimana? Senang jelasnya. Kami sehari-hari sudah sangat disibukkan dengan kegiatan masing-masing dan kegiatan bersama yang berhubungan dengan rumah tangga. Jadi begitu ada kesempatan untuk melakukan sesuatu yang disukai tanpa harus bersama pasangan, pastinya senang. Tapi tidak semua merasa ini hal yang wajar lho, maksudnya keluar rumah tanpa suami menikmati kegiatan yang diinginkan. Tidak bergerombol bersama kenalan atau teman yang lain ya. Beberapa kali saya berjumpa dengan orang Indonesia dan ketika tahu saya kelayapan tanpa suami, langsung dikomentari ini itu (yang agak mengganggu telinga). Bahkan saya sering lho nonton bioskop sendiri. Lha wong nonton konser saja sendiri, suami tidak menemani. Ah ya wes lah. Wes biyasa dapat komentar apapun. Saya dari dulu memang tidak suka runtang runtung bergerombol. Lebih nyaman ke sana sini sendirian kalau tidak ditemani suami.

Kembali lagi ke hal me time. Sehari jauh dari masing-masing pasangan tentu saja membuat kangen lho. Entah, rasanya seperti kangen kayak masa muda dulu itu. Kalau sudah dekat dengan rumah, deg-degan rasanya mau ketemu suami sendiri hahaha norak ya. Tapi memang betul itu yang saya rasakan. Me time yang bisa menimbulkan kupu-kupu beterbangan di perut ketika kami bertemu kembali saat malam di rumah.

Beberapa minggu lalu, saya keluar rumah ke Den Haag hampir seharian tanpa suami. Kali ini jalan-jalan dan kulineran sekitaran Den Haag dengan 3 orang teman dekat. Dari jam 10 pagi sampai jam 8 malam sampai rumah. Ketika akan pulang menunggu tram, saya bilang suami kalau tramnya masih tunggu 5 menit lagi. Jadi kira-kira sampai rumah jam 8 malam. Saat sudah sampai di halte terakhir dekat rumah, keluar tram suami sudah menunggu. Lho saya terkejut, tumben dijemput padahal jalan kaki ke rumah cuma 5 menit. Lalu kami berjalan kaki bareng dan seperti biasa dia menggandeng tangan saya, lalu saya menggoda dia,”kok tiba-tiba kamu nongol. Tumben jemput.” Dia jawab,”iya nih sepi rumah. Aku kelimpungan padahal sudah menyibukkan diri ini itu.”

Dikasih kejutan dengan dia menjemput tanpa pemberitahuan saja sudah membuat saya tersenyum simpul pipi menghangat sepanjang jalan menuju rumah.

Kalau menurut kalian, apakah perlu punya me time? Kalau yang sudah berpasangan atau punya anak (-anak me time seperti apa sering dilakukan dan berapa lama?

-Nootdorp, 27 Mei 2018-

Minggu Kelabu

Harusnya hari ini, minggu 13 Mei 2018, adalah hari yang menyenangkan. Di Belanda (dan beberapa negara lainnya) hari ini diperingati sebagai Hari Ibu. Saya sudah membayangkan pagi hari saya akan dapat kejutan (entah itu apa) lalu sorenya kami sekeluarga akan ke rumah Mama karena memang sudah tradisi kalau Hari Ibu, seluruh keluarga akan kumpul di rumah Mama, yang artinya bisa ngobrol ngalur ngidul dengan semua dan tentu saja banyak makanan. Nyatanya, hari minggu ini menjadi minggu kelabu yang mampu memporakporandakan perasaan saya. Sedih sampai menangis, bingung sampai bengong, hati rasa tercabik-cabik mendengar dan membaca berita duka datang silih berganti.

Sekitar jam 3 dini hari (waktu Belanda) saya terbangun, lalu jam 4 saya kembali tertidur. Seperti biasa, saya buka dulu sebentar twitter untuk membaca berita apa yang ada di Indonesia atau dunia. Sebenarnya mata saya sudah sepet mengantuk, jadi membaca beberapa berita dengan setengah sadar. Saya tersentak begitu membaca ada berita bom meledak di beberapa Gereja di Surabaya. Seperti tidak percaya, Surabaya?! Bagaimana mungkin?!. Kota yang sempat saya tinggali selama 13 tahun adalah kota yang adem ayem meskipun penghuninya terkenal dengan keras dan cepat panasnya. Tapi percayalah, kota itu meskipun nampak galak dan garang, sesungguhnya sangatlah adem ayem. Masyarakatnya hidup berdampingan dengan segala perbedaannya. Bahkan saat kerusuhan di Jakarta tahun 98, di Surabaya ya aman dan adem ayem. Saya lalu menuliskan di grup wa sahabat-sahabat saya apakah benar ada bom di Surabaya. Lalu karena memang mengantuk sekali, saya tertidur kembali sampai jam 7 bangun. Dan kembali membuka twitter dan wa, ternyata benar adanya bom itu. Hati saya retak. Sedih campur kesal. Hal tersebut sempat teralihkan karena saya diberi kejutan satu buket bunga dan coklat sebagai hadiah dihari Ibu.

Sekitar jam 9 pagi, Ibu berkirim pesan di wa, menanyakan kabar kami sekeluarga. Setelahnya Ibu menyampaikan berita duka. Salah satu teman SMP saya yang juga rekan kerja Ibu, pagi dini hari meninggal dunia. Teman saya ini meninggalkan satu anak perempuan yang masih kecil dan seorang istri. Hati saya kembali remuk. Walaupun saya tidak dekat dengan dia, tapi saya kenal dengan baik bagaimana betapa baiknya dia, pintar dan juga pekerja keras sehingga dia bukan hanya PNS tetapi juga mempunyai beberapa usaha yang sukses. Saya ingat betul, sewaktu Ibu sedang dioperasi, ternyata Bapak dia juga sedang sakit. Kamar pasien saling berhadapan. Waktu itu dia sering menghibur saya untuk sabar menghadapi ujian hidup. Padahal keadaan dia tidak lebih baik dari keadaan saya, tapi dia tetap memberikan semangat untuk saya. Pada saat saya kawin, dia datang ke kawinan kami. Itu terakhir saya bertemu dia. Sewaktu Ibu ke Belanda, Ibu menyampaikan salam dari dia. Katanya kalau saya pulang, minta dikabari karena ingin berjumpa. “Belum juga aku sempat pulang As, kamu sudah pergi. Gone too soon! Semoga kamu tenang ya disisiNya dan semoga keluargamu diberikan kekuatan dan ketabahan.” Saya sedih jika teringat anak perempuannya, sudah kehilangan seorang Bapak diusia yang masih belia.

Menjelang siang, kembali saya sekilas membuka twitter. Begitu membaca bahwa ada anak-anak yang menjadi korban, perasaan saya kembali berkecamuk sedih. Anak-anak itu pasti dengan semangat bangun pagi dan senang karena akan beribadah di Gereja. Sesampainya di sana, ada bom meledak. Apa yang salah dengan mereka? Mereka ingin beribadah, berucap syukur pada Tuhan, ingin berdoa. Apa yang salah dengan mereka sehingga mereka yang tak tahu apa-apa ikut menjadi korban? Lalu saya kembali membaca bahwa dua orang anak kecil diajak Ibunya untuk membunuh, meledakkan diri. Kegilaan apalagi ini. Anak-anak itu masih kecil. Kenapa harus melibatkan mereka. Tugas mereka hanyalah bermain, bersenang-senang dengan teman-temannya. Kenapa harus diajak membunuh orang-orang yang akan beribadah? Sebenarnya apa sih yang dicari oleh para pembunuh ini? Apa yang sebenarnya mereka benci sehingga harus membunuh. Sebegitu bencikah mereka sampai harus membunuh? Punya hak apa mereka sebagai sesama makhluk Tuhan dengan pongahnya bisa bertindak sebagai pencabut nyawa? Tidak bisakah hidup berdampingan dalam perbedaan. Toh yang menciptakan berbeda juga Tuhan, lalu mengapa harus dilenyapkan perbedaan itu?

Sore hari kami ke rumah Mama. Begitu pintu terbuka, Mama langsung memberondong dengan banyak pertanyaan terkait Bom di Surabaya. Sudah saya duga akan banyak pertanyaan terlontar dan ada banyak pasang mata menunggu penjelasan dari saya. Yang keluarga kami sesalkan dan juga seperti kekesalan saya adalah kenapa harus melibatkan anak-anak?! Kenapa?!

Sore hari menjelang malam, kembali ada berita ledakan di Sidoarjo. Hari yang melelahkan terus terang untuk saya mendengar banyak berita duka dari tanah air. Banyak pertanyaan berkecamuk silih berganti datang dan pergi.

Terkait teman saya yang meninggal, saya kembali berpikir bahwa memang usia adalah rahasia Ilahi. Bahkan sedetik kedepan kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Hal ini semakin mengingatkan saya untuk mempergunakan waktu yang tersisa sebaik dan sebermanfaat mungkin. Nikmati secara maksimal waktu bersama orang-orang yang kita cintai dan sampaikan rasa sayang kita pada mereka. Berbuat hal-hal yang bermanfaat, karena kita tidak pernah tahu kapan saat itu akan datang. Kalau ingat kematian, rasanya ga ada nyali untuk sombong. Apa yang akan kita sombongkan karena semua ini memang hanya titipan, apa iya kita akan bawa semua ini ke liang kubur?

Terkait teroris, pertanyaan yang selama ini mengganjal saya adalah : banyak yang bilang bahwa terorisme itu jangan dikaitkan dengan agama karena perbuatan teror itu tak mengenal agama. Tapi kenapa selama ini teroris yang ada di Indonesia (saya hanya ingin fokus yang di Indonesia, karena mengamati hanya di Indonesia) selalu menggunakan atribut atau berpakaian secara Islam? Meneriakkan kalimat-kalimat yang ada di agama Islam? Lalu dengan kenyataan seperti itu, apakah tetap tidak bisa dikatakan bahwa teroris itu tidak beragama Islam? Toh nyata-nyata yang mereka lakukan katanya adalah jihad. Jihad macam apa, tujuannya apa? Kalau mereka ingin masuk surga dengan cara seperti itu dan ingin mengapling surga hanya untuk kaum mereka saja, monggo silahkan. Lebih baik saya tidak ada kaplingan di manapun daripada hidup saya merugikan orang lain dan membuat kerusakan saja. Sebenarnya apa yang mereka benci? Mengapa mereka sangat benci sehingga harus membunuh banyak orang? Oh Tuhan, banyak sekali hal-hal yang berkecamuk di kepala saya sampai saat ini lebih dari jam 10 malam saya masih belum bisa tidur. Masih memikirkan anak-anak kecil tak berdosa itu.

Doa saya teriring untuk para korban dan keluarga korban.

Dan untuk para pembunuh, Damn you Teroris!

-Nootdorp, 13 Mei 2018-

Urus Saja Takdirmu Sendiri

Pernah tidak bertemu dengan orang yang selalu saja ingin tahu detil kehidupan kita. Mulai dari bertanya tentang sudah punya pacar belum, pacarnya orang mana, sudah berkeluarga belum, sudah punya anak belum, suaminya orang mana, dan kalau perlu sampai bertanya berapa kali kamu kencing satu hari. Ya saking tidak ada kerjaan sampai urusan orangpun diurusin sampai detil. Atau memang kerjaan dia sudah selesai makanya banyak waktu untuk mengurusi kehidupan pribadi orang lain. Kalau hanya bertanya sekali atau dua kali sih tidak masalah ya. Tapi kalau sampai setiap bertemu topik pertanyaannya selalu sama padahal yang ditanyakan sudah masuk area pribadi dan jawaban yang diberikan pun sudah tegas tetapi tetap saja bertanya, rasa-rasanya orang tersebut sudah tidak punya urat malu.

Saya pernah (dan banyak) bertemu dengan tipe orang seperti ini. Saking parahnya, dia (dan mereka) karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari saya atau malah tidak bertanya langsung pada saya, malah mengorek-ngorek jawaban dari orang-orang yang dekat dengan saya. Bertanya ini itu yang jelas-jelas sudah mulai masuk ke ranah paling pribadi. Saya sampai heran luar biasa lho dengan tipe orang semacam ini. Apa ya yang ada di pikiran mereka kok ya punya energi yang luar biasa sampai ingin tahu setiap jengkal kehidupan orang lain.

Yang akan saya ceritakan sekilas ini berhubungan dengan cerita yang ada di gambar. Tulisan dalam foto tersebut bukan saya yang menulis tetapi saya dapatkan dari seorang teman jadi saya tidak tahu siapa awalnya yang menulis. Kalau ada yang tahu tolong kasih tahu saya sumbernya sehingga bisa saya sertakan linknya di foto tersebut.

Cerita ini berhubungan dengan pertanyaan tentang anak, tentu saja. Alkisah, pertanyaan tentang kapan punya anak itu dulu sudah bikin telinga saya kapalan seketika saking seringnya. Bahkan ada yang bertanya tentang program kehamilan apa saja yang pernah kami jalani. Kalau Ibu saya yang bertanya mungkin akan saya jawab ya (yang pada kenyataannya juga Ibu tidak bertanya tentang program kehamilan, cuma dulu suka nanya kapan saya akan memutuskan untuk hamil dan saya jawab dengan tegas untuk menghargai privasi kami dengan tidak terlalu jauh masuk dalam ranah RT kami). Nah, herannya ada lho orang yang dulunya paling sensitif kalau ditanya tentang anak karena memang lama punya anak, eh setelah (akhirnya!) punya anak lalu dengan gampangnya jadi tukang survey kepada orang-orang yang belum diberikan rejeki anak, bertanya tentang topik anak. Bahkan menanyakan tentang program kehamilan apa yang sedang atau pernah dijalani. Nih orang amnesia atau bagaimana, dulu sampai mengucilkan diri karena tersinggung kalau ditanya-tanya tentang anak, setelah Tuhan kasih kesempatan untuk dia punya anak kok ya tidak ada empatinya sama sekali. Bahkan sampai mengulik kabar terbaru bukan dari empunya langsung tapi dari orang lain. Kadar kesopanannya sungguhlah luar biasa perlu dipertanyakan.

Saya sangat menghindari bertanya kepada orang lain yang berhubungan dengan anak atau kehamilan. Sedekat apapun hubungan kami, kecuali yang bersangkutan cerita lebih dulu. Apalagi bertanya tentang program kehamilan yang sedang atau pernah dijalani, saya usahakan semaksimal mungkin supaya mulut tertutup rapat tidak bertanya yang bukan menjadi urusan saya, kecuali seperti yang saya sebutkan sebelumnya, yang bersangkutan bercerita lebih dahulu. Berceritapun saya pilah lagi, ini hanya butuh didengarkan atau ingin diberi masukan. Kalau ada orang yang bercerita, saya maksimalkan supaya tidak jadi kompetisi penderitaan, seperti yang sudah pernah saya tuliskan beberapa waktu lalu. Contohnya : ada yang sedang curhat perutnya begah sekali pas kehamilan umur 7 bulan. Saya tidak akan menimpali : kamu sih lumayan ya cuma begah, saya dulu 9 bulan tidak bisa makan sama sekali. Itu misalnya ya. Buat apa to kompetisi penderitaan macam itu. Malah menyakiti hati yang sedang curhat. Saya memperlakukan orang seperti saya ingin diperlakukan. Saya tidak suka membicarakan hal-hal pribadi kepada orang yang saya tidak kenal dengan sangat baik. Ibaratnya pada Ibu saya saja ada banyak hal yang tidak saya ceritakan, lalu kenapa saya harus bercerita macam-macam kepada orang yang kenal cuma selintas lalu, apalagi sampai cerita di media sosial. Itu bukan saya.

Kepada siapapun yang pernah dan sampai saat ini selalu tertarik dengan kehidupan privasi kami yang tidak kami ceritakan atau tampilkan kecuali dalam kehidupan nyata, apalagi sampai bertanya kepada orang lain hal-hal privasi tentang kami, tolong urus saja dunia kalian sendiri. Kami bukan orang terkenal, bukan pesohor, jadi tidak perlu sampai mengulik terlalu dalam yang bukan menjadi urusan kalian. Jika ada yang pernah “tertarik” dengan cerita kami tentang anak dan tidak bertanya langsung pada saya, kenapa nyali sekecil itu. Saya lebih menghargai yang langsung bertanya pada saya. Tidak harus tahu semua hal lho di dunia ini, bahkan sampai ngurusi RT orang. Punya anak itu bukan lahan pertandingan dan anak bukan ajang kompetisi. Apa sih yang ingin dicapai, medali apa yang ingin diraih, apa yang ingin dipamerkan. Urus saja takdirmu sendiri, urus RT mu sendiri, urus anakmu sendiri. Dan yang terpenting adalah tidak usah terlalu sibuk mengurusi takdir orang lain.

Everyone you meet is fighting a battle you know nothing about. BE KIND. ALWAYS.

-unknown-

-Nootdorp, 9 Mei 2018-

Tahun Ketujuh

Setiap tahun terasa seperti baru beberapa saat lalu. Tidak pernah terlupa sedikitpun detil setiap peristiwa sebelum dan sesudahnya. Seperti film yang selalu terputar lagi dan lagi dikepingan kenangan. Selalu ada rasa sesal, kenapa saya tidak di sana, bahkan sampai sekarangpun rasa itu tetap ada. Lalu selanjutnya saya pun berandai-andai, yang semestinya hal itu tak perlu saya lakukan. Hanya akan menambah sedih dan luka lama muncul kembali, walaupun sampai sekarang sebenarnya tak pernah tertutup, selalu menganga.

Setiap menjelang Ramadan terlebih lebaran, segala rasa berkecamuk di dada. Sedih dan pilu, itu yang pasti. Tetesan air mata selalu mengalir jika teringat hari itu. Terlebih jika saya melihat anak kecil sedang menghabiskan waktu dan bersenda gurau dengan Opa mereka. Ada yang terasa kosong di hati. Andaikan saja.

Konon katanya waktu yang akan menyembuhkan. Tapi saya selalu percaya bahwa sayalah yang harus berusaha keras untuk ikhlas dan menyembuhkan diri sendiri, bukan waktu. Sejak saat itu, hari di mana jadi titik balik kehidupan, saya mulai mempertanyakan segalanya-bahkan sampai saat ini. Harusnya saya lelah dan mengambil jeda untuk bernafas lalu berhenti. Tak perlu menggugat apa yang sudah tertuliskan. Saya hanya butuh waktu lebih untuk mengerti semua ini.

Tahun ini adalah tahun ketujuh saya tetap belajar apa namanya ikhlas. Entah butuh berapa tahun, saya tak terburu waktu. Menikmati prosesnya, bergulat dengan sakitnya dan berkawan dengan lelahnya. Banyak yang ingin saya ceritakan pada satu-satunya orang yang dulu selalu menjadi nomer satu untuk tahu saat saya sedih maupun senang.

“Bapak, tak perlu khawatirkan saya. Walaupun tak ada secara nyata, saya selalu percaya bahwa Bapak tak pernah benar-benar pergi, selalu ada disekitar saya. Dan saya yakin, tanpa perlu bercerita, Bapak pasti selalu tersenyum saat ini melihat apa yang dulu selalu Bapak doakan sudah dikabulkan. Tabungan doa untuk saya tentang sebuah keluarga. Saya butuh waktu untuk ikhlas, semoga itu tidak menghambat langkah Bapak.”

-Nootdorp, 6 Mei 2018-

Cerita Koningsdag 2018

27 April adalah hari ulang tahun Raja Belanda, karenanya ini menjadi hari libur nasional. Kemeriahan sudah dimulai pada 26 April malam. Pesta nampak di mana-mana terutama kota-kota besar. Malam hari ini dinamakan Koningsnacht. Banyak konser musik gratis diadakan. Tahun 2015 saat tahun pertama saya di Belanda, kami menikmati Koningsnacht sampai jam 12 malam di Den Haag. Menonton konser musik dari satu panggung ke panggung lainnya. Memang sangat seru. Tapi tahun-tahun berikutnya, kami habiskan Koningsnacht di rumah saja. Menonton TV atau ya seperti biasa tidur cepat. Koningsnacht tahun ini pun begitu. Kami memilih tinggal di rumah dan menonton film Wonder. Sejak tahun lalu saya punya bukunya, tapi masih belum selesai juga dibaca. Begitu melihat filmnya, yang ada nangis sesenggukan di beberapa bagian. Bukan karena jalan ceritanya yang sedih, tapi saya lebih melihat tentang hubungan Ibu dan anak laki-lakinya di film itu. Ah, film ini mengajarkan banyak hal-hal penting.

27 April bertepatan dengan hari Jumat. Sejak pagi saya sudah menyalakan TV, kebiasaan kalau Koningsdag karena ingin melihat liputan peringatan ulangtahun Raja. Tahun ini kota yang kebagian memperingati ulangtahun Raja adalah Groningen. Saya lihat di TV kok cuaca di Groningen cerah dan ada matahari, sementara di tempat saya tinggal kok mendung dan sedikit hujan. Wah, pawang hujannya tokcer di Groningen. Sementara saya masih sibuk di dapur memasak bebek, membuat sayur lodeh dan memasak bubur.

Jika Raja berulangtahun, pasang bendera depan rumah dan ditambahi kain warna oranye

Salah satu yang selalu saya nantikan kalau Koningsdag adalah pasar barang bekas atau disebut Rommelmarkt. Setiap orang berhak dan bisa berjualan apa saja pada hari ini, terutama barang-barang bekas. Bagaimana dengan harganya? Sangat sangatlah murah. Apalagi kalau jeli, bisa mendapatkan barang yang masih baru tapi harganya super miring. Tahun lalu sewaktu Koningsdag saya tidak bisa pergi ke luar rumah karena sedang tidak enak badan. Karena tahun ink sudah saya niatkan untuk ke Rommelmarkt disekitaran rumah saja. Tidak perlu sampai ke Den Haag kota atau Rotterdam.

Setelah makan siang dan menunggu cuaca lebih baik, kami menuju ke tempat kemeriahan Koningsdag di kampung tempat kami tinggal. Tidak terlalu jauh, hanya 10 menit jalan kaki. Ada panggung besar dengan penampilan beberapa Band, ada banyak sekali penjual barang bekas, ada banyak stan makana, ada banyak sekali permainan anak dan juga atraksi air.

]Salah satu group yang tampil Salah satu group yang tampil

Setelah saya berkeliling, ternyata di Rommelmarkt ini banyak sekali yang menjual barang-barang anak-anak. Saya tidak menyangka ternyata banyak anak-anak ya di sini. Kok seperti tidak melihat terlalu banyak anak-anak berkeliaran kalau hari biasa.

Yang dijual banyak barang-barang anak-anak Yang dijual banyak barang-barang anak-anak

Yang dijual banyak barang-barang anak-anak
Yang dijual banyak barang-barang anak-anak

Atraksi air seperti ini terakhir saya lihat sewaktu menonton Gay Pride di Amsterdam tahun 2015. Tidak menyangka di danau kecil yang sering kali saya lewati kalau akan ke danau besar dekat rumah, ternyata juga bisa dijadikan tempat atraksi seperti ini. Dan tidak menyangkanya lagi atraksi seperti ini ada di kampung tempat saya tinggal.

Atraksi Air Atraksi Air

Atraksi Air
Atraksi Air
Atraksi Air
Atraksi Air

Permainan anak-anak yang disediakan banyak sekali ragamnya. Salah satunya adalah panjat-panjatan ini. Kalau tidak ingat umur dan malu, pengen rasanya ikutan manjat-manjat juga. Tidak hanya atraksi ini, sepanjang jalan utama, masih ada banyak permainan anak.

Salah satu permainan anak Salah satu permainan anak

Sepanjang jalan ini penuh permainan anak-anak
Sepanjang jalan ini penuh permainan anak-anak

Saya kalap memborong 6 puzzles dari kayu dan beberapa alat musik yang kesemuanya seharga kurang dari €4. Kalau beli barunya mana boleh harga segitu untuk 9 barang yang saya beli. Kalau tidak jaga dompet, bisa kalap pengen beli ini itu. Setelah puas berkeliling dan langit mulai mendung lagi, kami mampir ke stan makanan. Saya ingin sekali makan sate, tapi begitu melihat satenya dimakan pakai roti, urung saya membeli. Lebih baik makan es krim saja.

Sate dimakan dengan lontong atau nasi itu sudah biasa. Cobalah sesekali sate dimakan dengan roti, dan bandingkan rasanya :D Sate dimakan dengan lontong atau nasi itu sudah biasa. Cobalah sesekali sate dimakan dengan roti, dan bandingkan rasanya 😀

Harum manis atau dalam bahasa Belandanya adalah Suikerspin
Harum manis atau dalam bahasa Belandanya adalah Suikerspin
Kami seperti biasa, apapun cucanya dan di manapun kapanpun selalu makan ice cream
Kami seperti biasa, apapun cucanya dan di manapun kapanpun selalu makan ice cream

Seperti biasa, Koningsdag selalu menyenangkan dengan berbagai macam kegiatan dan tentu saja Rommelmarktnya menjadi daya tarik utama. Semoga tahun depan kami bisa ikut bergabung di Rommelmarkt untuk menjual beberapa barang yang sudah tidak terpakai supaya gudang tidak terlalu penuh. Satu lagi dari kebiasaan orang Belanda yang saya kagumi adalah jika ada barang-barang yang tidak terpakai lagi dan mereka tidak ingin menjualnya, mereka tinggal taruh saja depan rumah dan menulis keterangan Gratis, jadi siapa saja boleh mengambilnya.
Nah kalau ini saya numpang mejeng dengan atribut koningsdag berwarna oranye, sepatunya saja :D Nah kalau ini saya numpang mejeng dengan atribut koningsdag berwarna oranye, sepatunya saja 😀

Kalau di bawah ini bonus cerita. Mau pamer hasil masakan saya. Lodeh ini adalah salah satu menu favorit di rumah. Kami doyan sekali makan lodeh terutama suami. Tapi cukup sebulan sekali aja paling sering menu ini tersedia.
Lodeh tewel, rebung, tahu, kacang panjang dan pete. Pakai balungan juga tapi ada di panci. Tak lupa bawang goreng andalan, beli di Inlly (haha disebut lagi) Lodeh tewel, rebung, tahu, kacang panjang dan pete. Pakai balungan juga tapi ada di panci. Tak lupa bawang goreng andalan, beli di Inly (haha disebut lagi)

Masakan bebek ala Madura ini termasuk salah satu andalan saya jika sedang ada acara atau sekedar ingin membawa buah tangan untuk teman. Sudah menerima banyak testimoni, kalau bebek buatan saya ini enak, bumbunya meresap dan yang terpenting tidak amis. Sambelnya juga katanya enak. Ini saya bukan menyombong, hanya menuliskan kebenaran haha. Nah karena hari Sabtu kami akan ke rumah seorang teman, salah satu masakan yang saya bawa ya bebek ini. Setelah diungkep selama dua hari, bebeknya saya masukkan di oven. Saya sudah jarang goreng menggoreng kalau tidak terpaksa. Selain malas, ya lebih praktis saja kalau dioven. Hasil dari satu buah bebek, bisa saya bagikan ke dua orang teman dan kami nikmati sendiri. Sekali masak, banyak mulut yang bisa terpuaskan.
Bagaimana, penampakannya sudah mirip Bebek Madura belum? Bagaimana, penampakannya sudah mirip Bebek Madura belum?

Kunjung ke rumah teman disuguhi ikan panggang, oseng daun pepaya, capcay, ayam bumbu saus, tempe goreng, lele goreng dan tak lupa sambalKunjung ke rumah teman disuguhi ikan panggang, oseng daun pepaya, capcay, ayam bumbu saus, tempe goreng, lele goreng dan tak lupa sambal

Begitulah cerita kami minggu lalu. Meskipun tidak terlalu banyak waktu yang saya punya karena harus mengerjakan pekerjaan domestik dan pekerjaan lainnya, semuanya berbagi tugas berdua dengan suami, tapi ide untuk menulis ada banyak di kepala, jadi saya sempatkan kalau ada waktu untuk selalu menulis.

-Nootdorp, 1 Mei 2018-

Pekan Terhangat di Musim Semi

Menuju danau Dobbeplass

Terhitung sejak hari selasa minggu lalu sampai saat saya menulis ini (hari senin) cuaca di Belanda secara keseluruhan menghangat dan cenderung panas, kecuali hari ini cuma gonjreng tapi hawanya semilir sejuk. Minggu lalu benar-benar hari ternyaman untuk saya, karena untuk suami katanya terlalu panas. Suhu setiap hari rata-rata bisa diatas 25 derajat celcius. Malah ada satu hari suhunya sampai 30 derajat celcius.

Karena keadaan seperti ini sangatlah jarang, apalagi di musim semi, maka mendadak saya jadi petakilan. Saya tidak betah di rumah, mendadak males masak, maunya ke luar rumah terus selama cuaca nyentrong seperti ini. Suasana hati mendadak gembira sekali. Senyum sepanjang hari. Riang gembira lah pokoknya. Ke luar rumah juga jadi lebih mudah. Cuma pakai sandal dan baju selapis. Merdeka banget rasanya. Saya inginnya kalau pagi sampai siang cuma leyeh-leyeh di halaman belakang. Rajin berbenah halaman depan dan belakang. Pokoknya halaman depan dan belakang mendadak jadi agak rapi (walaupun yang bagian depan tidak terlalu rapi sekali). Tahun ini saya tidak menanam apapun. Hanya mengandalkan tanaman-tanaman yang sudah ada. Semoga tahun depan bisa kembali bercocok tanam.

Kalau menjelang sore, kami seperti gasing jalan jalan ke sana sini. Dari jelajah taman sampai jelajah danau. Kenapa tidak ke pantai? karena membayangkan banyak orang di pantai saya sudah pusing duluan (ya kalau mau sepi, di kuburan Den!). Saya sampai bilang ke suami bahwa sejak tinggal di Belanda, saya jadi lebih menghargai yang namanya cuaca hangat (dan panas). Padahal kalau di Indonesia, marah-marah terus saya kalau cuaca panas. Ya tapi kan beda situasi, kalau di Belanda jarang cuaca panas karenanya lebih banyak bersyukur kalau panas datang.

Westbroekpark
Westbroekpark
Westbroekpark
Westbroekpark
Westbroekpark
Westbroekpark
Westbroekpark
Westbroekpark

Kalau di taman, kami beneran tidur di rumput-rumputnya melihat langit dan berjemur. Duh beneran nikmat sekali. Apalagi anginnya semilir ya, bikin ngantuk. Kalau tidak ingat punya tanggungan di rumah, saya bisa seharian di taman tiduran sambil baca buku.

Menuju danau Dobbeplass
Menuju danau Dobbeplass

Ada danau dekat rumah. Jalan kaki hanya 15 menit saja. Sewaktu kami ke sana, waduh ramainya tidak karuan. Semua berenang. Mau ambil foto saja sampai tidak bisa karena semua sudut ada orang pakai baju renang. Kan melanggar privasi kalau saya mengambil foto. kami duduk-duduk di bawah pohon, sesekali main pasir juga. Nah, beberapa hari setelahnya, kami ke danau ke kota sebelah di Zoetermeer. Ini danaunya lebih besar dari yang dekat rumah. Tapi ramainya juga tidak karuan. Sewaktu kami pertama sampai, saya mencium harum sate. Langsung dong ya saya mencari sumber harum sate itu, ternyata ada keluarga yang sedang memanggang sate dan panggangannya sama seperti panggangan di Indonesia. Langsung membayangkan makan sate pakai lontong trus minumnya es degan *halusinasi sesekali.

Kalau cuaca panas seperti ini saya memang seringnya membayangkan tukanhg jual makanan gerobak. Andaikan ada gerobak bakso, gorengan, dan es degan, sempurna sekali di pinggir danau makan semangkuk bakso pedas dan minum es degan *ngayal teruuusss!

Zoetermeer
Zoetermeer
Zoetermeer
Zoetermeer
Leyeh leyeh pinggir danau
Leyeh leyeh pinggir danau

Saking petakilannya, saya sampai tiba-tiba terpikir untuk ke pasar. Terakhir ke pasar Haagse, 3 bulan lalu sewaktu Ibu ada di sini. Ke pasar kali ini juga dipicu oleh suami yang belakangan ini mengeluh karena stok sambal habis. Setiap mau makan atau buka kulkas, dia selalu komentar “Sambelnya habis lho” “Kamu ga bikin sambal nih?” “Kok ada yang kurang ya makan tanpa sambal” “Kamu ada rencana bikin sambal kapan.” —-Saya merasa terteror dengan urusan sambal ini. Akhirnya demi mendapatkan cabe merah dengan harga murah, ke pasarlah kami naik tram, suami sih tidak ikut karena dia sedang belajar untuk ujian. Eh ternyata di pasar cabe rawit merah sedang langka. Di beberapa stan langganan tidak jualan karena katanya sedang mahal sekali. Untung saja mata saya melihat ada cabe rawit nyelip di jual di stan lainnya. Langsung saya borong semua. Selain untuk beli cabe, saya juga ingin beli ikan segar. Rencananya akan saya buat pepes. Selain itu saya juga cari buah naga, biasanya di pasar ada dengan harga murah. Eh, saya cari sampai teliti ternyata tidak ada.

Saking lamanya saya tidak ke pasar, beberapa langganan yang memang sudah hapal dengan saya sampai bertanya, “lama tidak ke pasar, stok cabe aman ya?” Hahahaha, maklum, saya kalau beli cabe sampai berkilo-kilo. Bukan buat diri sendiri saja, tapi titipan dari beberapa teman. Makanya sampai dihapalin oleh si pemilik stan. Belum lagi satu-satunya stan yang jual belimbing wuluh, pemiliknya sewaktu saya mau beli belimbing wuluh bilang, “setiap ada belimbing wuluh segar, saya selalu mbatin kamu lho. Kok lama tidak ke pasar.” ya beginilah kegiatan di pasar, selalu menyenangkan karena bertemu dengan banyak orang dan bisa sekalian cuci mata.

Langsung lahap makan pakai ikan beli di pasar meskipun menunya ga nyambung :)))
Langsung lahap makan pakai ikan beli di pasar meskipun menunya ga nyambung :)))
Sepanjang minggu bisa makan di halaman belakang. Ini makan pakai ayam panggang dan sisa bumbunya dipakai untuk masak Mie goreng
Sepanjang minggu bisa makan di halaman belakang. Ini makan pakai ayam panggang dan sisa bumbunya dipakai untuk masak Mie goreng

Hari Senin saya diawali dengan membuat stok sambal. Begitu melihat saya membuat sambal, sumringah lah muka suami. Berasa dapat lotere haha!

Sambel untuk suami
Sambel untuk suami

Bagaimana hari Senin kalian? Semoga awal minggu kalian juga menyenangkan yaaa. Minggu ini suhu di Belanda kembali pada angka belasan dan konon katanya beberapa hari kedepan akan turun hujan. Saatnya produktif lagi di rumah

-Nootdorp, 23 April 2018-

Ada Apa di Bulan Maret?

Coimbra

Bulan Maret selalu spesial di hati, karenanya saya selalu membuat rangkuman apa saja yang sudah dilalui di bulan Maret

  • Salju datang lagi

Awal bulan Maret salju datang lagi ke Belanda. Lumayan tebal juga. Dan cuaca semakin tidak menentu pada saat itu. Saya pikir musim semi akan semakin dekat, tapi cuaca minus tidak membuat keadaan jadi baik, apalagi suasana hati yang sudah bosan terkungkung jaket tebal dan ribet sekali kalau mau keluar padahal cuma mau beli tempe ke toko yang jaraknya cuma 5 menit jalan kaki.

  • Membuat Lumpia isi Rebung, Tahu dan Wortel

Saya itu doyan banget yang namanya lumpia isi rebung. Seringnya beli di toko Asia. Tapi, kalau beli mahal sekali. Per lumpia isi rebung dan ayam harganya €1.5. Kalau saya lagi rajin, lebih baik membuat sendiri. Nah pertengahan Maret lalu, saya lagi kepengen banget nyemil lumpia. Kepengennya sudah macam orang hamil yang ngidam. Lalu saya niati bikin lumpia isi rebung, tahu, dan wortel. Ternyata isinya kebanyakan. Walhasil saya bisa membuat sekitar 50 lumpia. Niatnya untuk stok di freezer, tapi saya pikir lebih baik dibagi ke tetangga dan Mama mertua. Tetangga senang sekali, trus dibarter dengan brownies. Kalau Mama mertua memang suka sekali dengan lumpia, apalagi bikinan menantunya *yang terakhir tambahan saya sendiri, ke PD an haha.

Kreasi Lumpia untuk tetangga dan Mama Mertua
Kreasi Lumpia untuk tetangga dan Mama Mertua
  • Setahun Lalu

Setahun lalu, seminggu sebelum ulangtahun saya menjadi hari yang tidak akan pernah kami lupa. Tanggal bersejarah kami menyebutnya.

  • Ulang Tahun

Akhir Maret adalah ulangtahun saya. Karena sudah terbiasa menghadiahi diri sendiri saat ulangtahun, maka kali ini saya memilih untuk membeli tas punggung dan pouch yang dibuat oleh Aggy. Nama produk ini adalah Astanya. Nama variannya adalah Sejuk dan Gula Jawa. Sejak awal lihat motif Sejuk dan Gula Jawa, saya langsung jatuh cinta. Dan karena memang saya suka sekali dengan tas punggung, belilah saya tas buatan Aggy ini (padahal dua tahun berturut lalu dikasih hadiah sama Mama mertua juga tas punggung. Beliau sampai heran, barang yang saya beli kalau tidak tas punggung, sepatu lari atau jalan, dan buku. Seputar itu saja). Saya belinya di sini. Saya suka tas dan pouchnya. Tasnya besar dan bisa menampung banyak barang. Pouchnya juga pas sekali sesuai dengan ukuran yang saya butuhkan.

Suka dua duanya!
Suka dua duanya!

 

Pada hari ulangtahun, saya sudah ribet sejak jam 3 pagi karena kami akan pergi ke Portugal pesawat jam 9 pagi. Makan malam ulangtahun, di restoran Italia di Portugal (haha ga nyambung sebenarnya, di Portugal tapi makannya Italy). Sebenarnya restoran ini juga pas nemu saja karena kami sudah capek dengan perjalanan satu hari dari Belanda ke Portugal. Eh tapi restorannya bagus sekali. Terkesan klasik. Saya makan menu favorit, apalagi kalau bukan Risotto.

Risotto Jamur dan Bayam. Duh ini enak sekali
Risotto Jamur dan Bayam. Duh ini enak sekali

Doa dan harapan saya setiap ulangtahun selalu sama, sehat dan bahagia selalu bersama keluarga kecil kami serta tidak menjadi orang yg lupa untuk selalu bersyukur atas apapun.

  • Roadtrip pertama kami tahun 2018 ke Portugal

Sewaktu menulis tentang liburan kami ke Münster, sedikit saya singgung kalau kami akan liburan dalam waktu dekat ke suatu tempat. Nah, suatu tempatnya itu adalah Portugal. Roadtrip selama 10 hari ini adalah kado ulangtahun suami untuk saya. Seperti biasa, setiap ulangtahun, saya ingin kadonya adalah jalan-jalan. Kalau kami sedang ada waktu dan uang, jalan-jalannya agak jauh. Jika uang dan waktunya mepet, jalan-jalan yang dekat saja. Senang kali ini bisa ke Portugal karena ke Portugal sebenarnya adalah rencana liburan musim panas tahun 2017. Tapi tahun lalu kami akhirnya roadtrip dengan rute yang berbeda. Selama 10 hari di Portugal, kami roadtrip berkunjung ke beberapa kota yaitu Porto, Lisabon, Sintra, Coimbra, dan Braga. Bersyukur semua lancar tanpa halangan yang berarti sejak berangkat sampai kami kembali ke rumah. Cerita lengkap tentang Portugal akan saya tulis pada postingan terpisah.

Coimbra
Coimbra
Porto
Porto
Kastil di dekat Braga
Kastil di dekat Braga

Oh ya, pulang liburan, saya turun 2kg lho. Meskipun mulut ngunyah tanpa henti karena makanan Portugal tidak ada yang tidak enak, tapi jalan kaki seharian dengan kontur kota yang naik turun, sukses merontokkan 2kg lemak di badan.

Nasi kuning syukuran
Nasi kuning syukuran

Beberapa hal itulah yang terjadi di bulan Maret. Saat ini, cuaca menghangat di Belanda. Senang karena bunga-bunga mulai bermekaran, saya bisa keluar rumah tanpa jaket tebal dan malah sudah pakai sandal terbuka.

-Nootdorp, 10 April 2018-