Sudah lama ya rasanya tidak bercerita tentang kegiatan akhir pekan, kangen juga menuliskan di blog ini. Maklum, akhir pekan kami akhir-akhir ini selalu saja ada kegiatan yang menyita waktu, begitu minggu malam, rasanya ingin leyeh-leyeh saja. Setelah kami road trip ke Italia, minggu lalu saya pergi sendiri ke Berlin untuk kopdaran dengan beberapa blogger yang tinggal di Jerman (Beth, Mia, Mindy), Austria (Mbak Dian), dan Edinburgh (Anggi). Jadi ini semacam girls trip. Kami meninggalkan sejenak para suami di rumah. Cerita lengkapnya menyusul akan saya tuliskan, atau follow saja blog mereka karena nampaknya mereka yang akan terlebih dahulu menceritakan keseruan yang kami lalui di Berlin. Jika punya akun Instagram, bisa melihat foto-foto keseruan kami dengan hastag #mbakyuropdiberlin.
Akhir pekan ini kami tidak ada acara khusus. Karena sudah lama tidak memasak pada akhir pekan, saya merasa kangen dengan dapur. Rasanya ingin mencoba memasak sesuatu yang baru, tapi yang tidak ruwet. Sabtu pagi suami pergi ke gym setelahnya belanja di supermarket, saya di rumah bersih-bersih kamar. Tiba-tiba saya ingin makan pecel untuk makan siang karena persediaan bumbu pecel masih ada dan di kulkas stok sayuran masih bervariasi karena jumat sepulang kerja saya dan suami pergi belanja sayur dan buah. Akhirnya kami makan siang dengan pecel lauk perkedel tahu panggang. Ini sambel pecelnya sangat pedes, tapi mas Ewald doyan meskipun makannya sambil bercucuran air mata dan ingus keluar dari hidung saking pedesnya dan dia harus berkali-kali membersihkan ingus. Saya bilang kalau kepedesan tidak usah dihabiskan, tapi dia bilang pedasnya masih bisa diterima oleh lidahnya. Level pedes suami rasanya semakin hari semakin meningkat seiring istrinya tega selalu menyajikan makanan dengan rasa pedas 😀
Setelah makan siang, saya bersiap untuk membuat kue. Jadi suami malamnya ada acara dengan kerabat. Si empunya acara ini vegan. Setelah mencari resep kue vegan kesana kemari, akhirnya saya cocok dengan resep kue vegan yang ada di youtube ini karena bahannya tidak ruwet dan proses membuatnya tanpa dioven. Bahan kuenya : Tepung Almond (karena saya tidak paham tepung apa yang diterangkan di youtube tersebut, akhirnya saya ganti sendiri dengan tepung almond), air kelapa, kelapa parut, cocoa powder, vanilla extract, kurma (pengganti gula). Ini semua bahannya dicampur menggunakan tangan. Bahan isi dan lapisan luarnya : kurma, air kelapa, avocado, cocoa powder, vanilla extract, dan apel. Untuk takaran bahan-bahannya saya memakai ilmu kira-kira jadi tidak pakai timbangan. Ini baru pertama kali saya membuat kue vegan, dan tanpa di oven. Suami sempat bertanya,”kalau kuenya sudah jadi bisa dimakan?” Wah yo embuh ya mas, ora tau nggawe sebelumnya :D. Dan setelah jadi, taddaaa ternyata kuenya enaaakkk banget. Lembut, tidak terlalu manis, dan yang penting sehat dan tidak ruwet membuatnya. Kue vegan ini setengah loyang dibawa suami ke acara, dan mereka semua suka. Ah senang rasanya baru pertama membuat dan langsung sukses. Sementara suami di rumah berkali-kali buka tutup kulkas untuk makan kue ini. Dia ingin selanjutnya saya membuat kue vegan saja karena menurut dia rasanya lebih enak dibandingkan kue yang biasa saya buat. Saya yang memang tidak terlalu suka jenis kue yang manis, hanya memakan satu kali saja kue vegan coklat tersebut.
Sabtu malam saat suami tidak di rumah, saya tiba-tiba ingin makan Tom Yum. Saya ingat masih punya bumbu Tom Yum di kulkas yang saya buat sendiri. Tapi sayangnya saya tidak punya stok seafood. Akhirnya saya membuat Tom Yum isi sayuran : jamur, sawi, kecambah ditambah irisan cabe rawit. Sabtu malam kencan dengan Tom Yum sambil cekikikan melihat lagi foto-foto di Berlin.
Kami memulai minggu pagi seperti biasa dengan olahraga. Saya lari 5km, suami bersepeda 50km plus lari 8 km. Lalu saya sibuk di dapur menyiapkan makan siang, suami membersihkan wc dan kamar mandi. Sehari sebelumnya, saya sudah mencari resep pastel tutup karena memang belum pernah membuat dan masih ada stok kentang. Ternyata membuat pastel tutup itu gampang, tidak seruwet seperti yang saya bayangkan. Isi dari pastel tutup ini : wortel, sawi, buncis, jamur, soun, prei dan brokoli. Tinggal oseng-oseng isinya, masukkan di pinggan tahan panas, tutup dengan kentang rebus yang sudah dihaluskan, masukkan oven 190 derajat selama 22 menit. Setelah dicoba ternyata enaakk rasanya, meskipun kentangnya tidak memakai susu, keju ataupun telur. Kentangnya saya campur dengan sedikit tepung supaya agak merekat. Suami suka dengan pastel tutup ini. Hanya satu kritiknya, kok ga dikasih cabe. Duh mas, lidahmu kok lebih mengIndonesia sekarang, apa-apa harus pedas :p. Sisa adonan kentangnya saya buat perkedel panggang untuk lauk suami makan siang di kantor. Dan inilah penampakan pastel panggang pertama saya. Kami makan 3/4 loyang dan selebihnya saya bagi ke Mama mertua.
Setelah makan siang dan kekenyangan pastel panggang, suami melanjutkan aktivitas menyapu dan membersihkan karpet sementara saya menjemur baju. Sekitar jam 3 kami pergi ke toko tanaman untuk membeli beberapa bunga karena bunga-bunga yang ada di rumah mati semua selama kami tinggal liburan. Setelah dari toko tanaman kami ke rumah Mama. Saya membawa pastel tutup dan kue vegan coklat. Setelah dicoba Mama, beliau sukaa sekali pastel tutup dan kue vegan coklat tersebut. Wah saya girang bukan kepalang. Mama adalah penikmat masakan saya yang paling jujur. Kalau masakan saya tidak enak, beliau akan bilang tidak enak dan makanan saya selebihnya akan dikembalikan. Untung saja selama ini baru satu kali masakan saya yang dibilang tidak enak dan dikembalikan. Kalau tidak salah semur tempe. Selebihnya beliau suka, bahkan tumis pare pete pedes pun beliau suka. Beliau ini suka makanan pedas. Kalau akhir pekan saya memang memasak agak banyak agar Mama juga bisa ikut makan masakan saya. Kalau saya sedang tidak bisa main ke rumah Mama, maka makanan akan saya titipkan pada suami karena suami setiap minggu pasti ke rumah Mama.
Setelah dari rumah Mama kami mengayuh sepeda diiringi angin yang super kencang, gerimis, dan mendung yang memang menggelayut sejak pagi. Musim panas di Belanda matahari muncul hanya sesekali. Selebihnya tetap mendung, hujan dan angin kencang. Akhir pekan kami tutup dengan berbincang ditemani kerupuk, teh jahe, kue coklat vegan dan mendung. Akhir pekan yang menyenangkan karena saya akhirnya kembali lagi ke dapur. Memasak selalu membuat saya bahagia.
Bagaimana cerita akhir pekan kalian?
-Den Haag, 7 Agustus 2016-