Catatan Kuliner : Semarang – Jogjakarta – Solo

Pecel didepan Pasar Beringharjo. Kalau melihat foto ini selalu kangen kota Jogjakarta.

Update : Ini sebenarnya postingan lama, tapi gara-gara saya ngubek folder foto, akhirnya menemukan foto-foto liburan saya dengan teman-teman sekitar tahun 2009 di Jogja, akhirnya saya update sekalian rekomendasi tempat makan yang di Jogja. Saya posting ulang siapa tahu ada yang akan ke Jateng libur panjang besok dan ingin wisata kuliner.


Menjelang akhir pekan seperti ini rasanya ingin ngabur sebentar buat jalan-jalan ya. Melepaskan sedikit penat karena rutinitas harian yang tidak ada habisnya. Kalau menuruti pekerjaan, memang tidak akan pernah selesai. Perlu sesekali memanjakan diri untuk berlibur disuatu tempat, membuat rileks pikiran dan badan. Tidak harus jalan-jalan serius, wisata kuliner juga bisa membuat hati senang. Tidak harus makanan yang mahal, yang penting hati riang.

Saya dan Mas Ewald suka makan dan mencoba beragam makanan baru, kecuali unggas dan daging buat saya. Nah, mumpung Mas Ewald sebulan di Indonesia, saya ingin memperkenalkan beragam makanan Indonesia. Supaya dia tahu kalau makanan Indonesia itu tiada duanya dan selalu membuat kangen siapapun yang merantau keluar negeri.

Dibawah ini beberapa tempat makan yang kami datangi ketika jalan-jalan pada bulan Agustus 2014 di 3 kota yaitu Semarang, Jogjakarta, dan Solo. Tempat makan di 3 kota ini kebanyakan saya kenal karena pernah mendatangi sebelumnya (saya sering ditugaskan di 3 kota ini sewaktu bekerja). Jadi bukan dari rekomendasi atau tempat yang jadi rujukan website travelling, melainkan dari pengalaman pribadi. Tetapi ada juga tempat yang kami datangi karena tidak sengaja, kepepet sudah kelaparan dan malas mencari tempat lainnya, eh ternyata tempatnya nyaman.

SEMARANG

1. Bandeng Juwana

    Jl. Pandanaran 57, Semarang. Website : http://www.bandengjuwana.com

Restoran Bandeng Juwana yang terletak di Jalan Pandanaran ini saya ketahui pertama kali sewaktu sering ditugaskan ke Semarang oleh kantor. Awalnya tidak tahu kalau dipusat oleh-oleh ini terdapat tempat makan di lantai 2. Tempatnya nyaman, makanannya enak, harga bersahabat. Kami 2 kali makan ditempat ini. Oh iya, kita juga bisa memesan lumpia dengan bermacam variasinya di lantai satu, kemudian diantar ke lantai 2.

DSC_0174
Restaurant dan Pusat Oleh-Oleh
DSC_0175
Lumpia yang kami pesan belum datang. Menu yang kami pesan oseng jamur, oseng pare, garang asem bandeng, semur bandeng, oseng daun pepaya, bakwan jagung, es dawet, dan teh tawar. Total yang harus dibayar tidak sampai 100 ribu
Lantai satu sebagai pusat oleh-oleh
Lantai satu sebagai pusat oleh-oleh

 

2. Noeri’s Cafe

    Jl. Nuri no. 6 – Kota Lama, Semarang

Nah, Cafe ini tidak sengaja kami temukan karena aslinya salah jalan. Jadi setelah membeli tiket ke Jakarta dari Stasiun Tawang, kami ingin ke Gereja Blenduk. Tapi kami tidak tahu arah kesana lewat jalan mana. Akhirnya kami gambling lewat jalan kecil, persis depan stasiun. Ketika berjalan melewati tempat ini, kami merasa tidak ada yang spesial. Seperti Cafe biasa pada umumnya. Mas Ewald sempat berhenti untuk mengambil gambar dari depan. Tiba-tiba dari dalam ada seorang lelaki yang mempersilahkan masuk. Kami ragu-ragu karena memang tidak berencana untuk makan, selain itu hari sudah menjelang malam. Tapi Mas Ewald bilang, mampir saja sebentar. Setelah masuk, Wow! kami ternganga. Interiornya benar-benar vintage dan barang-barang yang ada disana antik semua. Jadi Cafe ini memang didirikan untuk menyalurkan hobi pemiliknya yang merupakan kolektor benda antik professional, Pak Handoko. Tema Cafe ini adalah kolonial. Mas Ewald tentu saja girang melihat banyak benda yang sangat Belanda. Lebih lengkap tentang Noeri’s Cafe akan saya ceritakan lengkap pada postingan berbeda. Pada akhirnya kami tidak menikmati makan dan minum disini, hanya tour singkat yang dipandu oleh salah satu pengelola Cafe yaitu Pak Wawan. Saya sempat melihat sekilas menu makan dan minum, tidak berbeda dengan Cafe pada umumnya. Makanan dan minuman ringan. Jika ingin mencari alternatif Cafe dengan suasana yang berbeda, sangat disarankan ke Noeri’s Cafe

DSC_8514_1

DSC_0201
Interior Noeri’s Cafe
DSC_0202
Mesin di Kasir yang antik
Noeri's Cafe
Pajangan di dinding yang sangat kental suasana kolonial di Noeri’s Cafe
DSC_0200
Berpuluh radio antik. Dan semuanya masih berfungsi dengan baik

 

3. Toko OEN

    JL Pemuda, No.52 Semarang. Website : http://tokooen.com/

Pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Toko Oen. Toko yang terkenal dengan es krim yang rasanya super lezat itu, terletak tidak jauh dari kota lama Semarang. Toko Oen adalah toko roti dan kue pertama di Yogyakarta yang berdiri tahun 1922. Berikutnya menyusul dibuka di Semarang, Malang dan Jakarta. Akan tetapi, tahun 1958 Toko Oen di Yogyakarta dan Jakarta ditutup, sementara yang di Malang dibeli seorang pengusaha. Kini hanya tersisa Toko Oen di Jalan Pemuda 52, Semarang. Toko Oen di Semarang telah berdiri sejak 1936, bangunannya barcat putih dengan kaca besar dan pintu kayu yang masih lekat nuansa klasik. Toko Oen dibangun dengan model jendela dan atap melengkung tinggi meniru desain yang popular di Eropa abad ke-19. Interior bangunannya masih asli ditambah langit-langit yang tinggi dan digantungi lampu-lampu elegan. Furniture resto ini juga menarik karena dilengkapi sebuah mesin kasir tua, jam kayu kuno besar, dan sebuah piano kuno berwarna hitam. Suasana ruangannya menenangkan berpadu dengan lagu-lagu klasik yang mampu membangkitkan nostalgia. Tepat di depan pintu masuknya terpampang etalase dan toples kaca besar berisi kue-kue kering. Sejak dulunya Toko Oen merupakan tempat makan orang-orang Belanda. Bahkan hingga kini pun toko ini tetap menjadi tujuan wajib wisatawan asal Belanda yang datang ke Semarang. (sumber : Wonderful Indonesia)

Mas Ewald senang sekali disini karena suasananya yang kental dengan negeri Belanda. Kami sebenarnya tidak membeli makanan yang banyak. Hanya mencicipi Es Krim yang terkenal enaknya. Niatnya ke Toko Oen sih ingin menumpang Wifi. Duduk berlama-lama hampir satu jam dengan bermodalkan segelas Es Krim. Tapi benar, Toko Oen sangat kami rekomendasikan selain tempatnya yang nyaman juga Es krimnya yang lezat.

DSC_0218

DSC_0216

DSC_0217
Setelah lulus A1 2 bulan lalu, ngertilah saya baca ini *hahaha congkak

 

 4. Bakmi Djowo Doel Noemani

Nah, Bakmi Djowo ini juga tidak sengaja kami temukan. Setelah selesai Mas Ewald Tour Lawang Sewu, kami merasa lapar, tapi tidak ingin makanan yang terlalu berat. Kami sepakat untuk makan seadanya yang kami temukan sepanjang jalan menuju hotel. Ternyata didepan hotel Amaris, tempat kami menginap, ada tempat makan yang pembelinya terlihat banyak sekali. Tanpa pikir panjang kami pun menghampiri. Ternyata Bakmi. Setelah bakmi yang kami pesan datang, dan karena kelaparan, kamipun makan tanpa banyak bicara. Rasanya enak sekali. Kami memesan Bakmi Goreng. Mas Ewald sampai tambah 1 piring lagi. Mas, luwe nemen yo kok sampek nambah hehe. Porsinya menurut saya pas, tidak terlalu banyak maupun sedikit. Harganya juga tidak mahal per porsinya Rp 8000 kalau tidak salah ingat untuk sepiring Bakmi Goreng. Yang membutuhkan tempat makan dimalam hari, datang saja ke Bakmi Djowo Pak Doel Noemani.

Foto dipinjam dari http://bakmiedjowodoelnoemani.blogspot.com/
Meskipun kelas warung, karyawannya pakai seragam batik yang berganti setiap hari. Dan rasa khas bakmienya didapat dari cara memasaknya yang menggunakan Anglo
Meskipun kelas warung, karyawannya pakai seragam batik yang berganti setiap hari. Dan rasa khas bakmienya didapat dari cara memasaknya yang menggunakan Anglo
2 kali kesini ga sempat difoto, kebur habis karena kelaparan. Foto dipinjam dari http://wisatasemarang.wordpress.com/page/3/?pages-list
2 kali kesini ga sempat difoto, keburu habis karena kelaparan. Foto dipinjam dari http://wisatasemarang.wordpress.com/page/3/?pages-list

JOGJAKARTA

1. Pasar Bringharjo

Setiap ke Jogjakarta, saya tidak pernah absen menyempatkan diri untuk sarapan di bagian depan Pasar Bringharjo. Rasa makanannya khas rumahan dan pilhan makanannya beragam. Tempat makan depan Pasar yang terletak di Jalan Malioboro ini menyedikan segala macam jenis sate, pecel, mie, baceman, gudeg, dan lainnya. Harganya tentu saja sangat bersahabat. Kalau sudah disini, dipastikan pasti kalap mata. Rasanya semua ingin disantap. Silahkan mampir kesini jika ingin mencari alternatif tempat untuk sarapan

DSC_0141
Segala makanan ada di emperan Pasar Bringharjo
DSC_0142
Sarapan disini selalu membuat ketagihan untuk kembali datang. Rasanya mak nyuss 🙂 *Aduh saya jadi lapar sluruuphh

 

2. Jejamuran

    Jl. Magelang KM 10 Yogyakarta /Sleman

Jejamuran ini salah satu tempat yang saya selalu kunjungi jika mendapat tugas kantor ke Jogjakarta. Saya mengajak Mas Ewald kesini karena ingin menunjukkan bahwa jamur bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan yang sangat lezat. Kami ke Jejamuran ini setelah dari Borobudur. Jadi kami turun di perempatan sleman, kemudian jalan kaki sekitar satu kilo ke arah kiri dari perempatan sleman arah dari Borobudur. Untuk menuju ke Jejamuran, tidak ada kendaraan umum yang melintas karena tidak terletak dijalan besar. Jejamuran berdiri sejak tahun 1997 dan pemiliknya adalah Pak Ratidjo, seorang pengusaha jamur. Semua menu yang tersedia disini berbahan dasar Jamur. Cocok untuk mereka yang vegetarian. Jika ingin berkunjung,  tempat makan khas jamur ini buka dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 21.00. Sekedar saran, jika datang pada siang hari, usahakan sebelum jam makan siang, karena bisa dipastikan restoran yang memiliki parkir luas ini, penuh pengunjung terutama para pegawai kantor di seputaran Kota Yogyakarta. Rasa enak, namun harga tidak menguras kantong.

Rendang Jamur, Tongseng Jamur, Sate Jamur, Asem-asem Jamur. Yummyy!!
Rendang Jamur, Tongseng Jamur, Sate Jamur, Asem-asem Jamur. Yummyy!! Minumnya Es Kencur nambah 3 kali hahaha haus banget setelah jalan 1 km. Segeerrr. Kami membayar cukup 100 ribu saja

 

3. Legian Garden Restaurant

    Jl. Perwakilan no. 9, second floor across Ibis Hotel and Malioboro Mall, Yogyakarta Website : http://legianrestaurant.weebly.com/

Restoran Legian ini juga salah satu tempat yang kami temukan tanpa sengaja. Jadi, pada saat itu seharian kami penuh drama menuju Museum Ullen Sentalu. Akses kendaran umum yang susah menuju dan dari Ullen Sentalu-Jogja membuat energi kami terkuras karena harus berganti berkali-kali kendaraan umum. Setelah turun dari TransJogja, kami memutuskan untuk makan di mall Malioboro saja karena malas dan terlalu capek kalau harus cari-cari lagi tempat makan. Tiba-tiba sebelum mall persis kami melewati tempat ini. Saya bilang ke Mas Ewald, yuk kita lihat sebentar. Setelah naik kelantai 2, kami langsung suka dengan tempatnya. Konsepnya adalah restoran diatap semi outdoor yang berkonsep kebun. Jadi suasananya sejuk karena semilir angin juga romantis karena seperti makan ditengah kebun ditemani temaram lilin. Makanannya enak, harga tidak terlalu mahal, suasananya pun romantis. Perfect!. Oh iya, saya melihat pengunjungnya banyak yang bule.

Sate Jamur, Ikan Bakar ukuran jumbo, Tumis Kangkung, Minuman Rempah
Sate Jamur, Ikan Bakar ukuran jumbo, Tumis Kangkung, Minuman Rempah 2 porsi. Sekitar 150 ribu
Restoran di atap semi outdoor nuansa taman
Restoran di atap semi outdoor nuansa taman. Cozy

 

4. The House Of Raminten

     Jl. FM Noto 7, Kotabaru, Yogyakarta

The House of Raminten juga tempat makan yang selalu saya kunjungi jika ke Jogja. Menurut saya, rasa makanannya sangat biasa dan harganya murah meriah. Tapi entah kenapa meskipun rasanya biasa, saya selalu ingin kembali datang kesini. Mungkin saya suka dengan suasananya yang unik. Jadi sejarah The House of Raminten adalah diawali dari hobby, Hamzah.HS yang sangat menyukai makanan dan minuman tradisional yaitu jamu dan sego kucing dan juga rasa sosialnya yang tinggi akhirnya Hamzah.HS membuka suatu peluang usaha yang diberi nama The House of Raminten. Dimana nama Raminten adalah nama tokoh yang diperankan oleh Hamzah HS dalam sebuah sitcom di Jogja TV yang ditayangkan setiap Minggu jam 17.00 dengan judul Pengkolan. The House Of Raminten sendiri buka 24 jam dengan nonstop musik gamelan. Untuk lebih lengkap tentang sejarahnya, bisa dibaca disini

Selain nama-nama menunya yang unik, pramusajinya juga selalu menggunakan kostum yang khas. Selalu menggunakan kemben atau kebaya untuk wanitanya, berjarik dan berompi untuk yang pria.

DSC_8178

Disediakan sudut ruang untuk belajar membatik
Disediakan sudut ruang untuk belajar membatik
Lesehan
Lesehan
Sarapan porsi Jumbo karena kelaparan setelah semalaman naik kereta api ekonomi dari semarang. Gudeg komplit, Sambel Tempe Penyet, Tempe Mendoan, Lumpia, Minuman Rempah
Sarapan porsi Jumbo karena kelaparan setelah semalaman naik bis dari Surabaya. Gudeg komplit, Sambel Tempe Penyet, Tempe Mendoan, Lumpia, Minuman Rempah, es cendol. Kami membayar semuanya tidak sampai 60 ribu
Minuman Susu Perawan Tancep. Unik ya, gelasnya berbentuk payudara
Minuman Susu Perawan Tancep. Unik ya, gelasnya berbentuk payudara

 

5. Gudeg dan Ronde

Makanan lainnya yang tidak boleh lupa untuk dicicipi ketika datang ke Jogjakarta tentu saja Gudeg dan Ronde. Waktu itu, kami tidak memilih secara khusus pergi ke Gudeg yang terkenal di Jogja. Kami makan gudeg pun karena sudah lapar setelah berkeliling di Keraton Jogja. Jadi kami makan seadanya disekitaran pintu keluar Keraton Jogja. Saya dan Mas Ewald sama-sama bukan penyuka manis. Jadi untuk Gudeg, kalau tidak terpaksa, kami akan mencari alternatif makanan yang lainnya.

Sedangkan Ronde, kalau malam pasti banyak sekali ditemui disetiap sudut Jogja. Kami menikmati wedang ronde didepan hotel kami menginap, yaitu Ameera Boutique. Wedang Ronde merujuk pada air jahe panas (wedang adalah bahasa Jawa yang merujuk pada minuman panas) yang disajikan bersama dengan ronde. Air jahe juga bisa menggunakan gula kepala, diberi taburan kacang tanah goreng (tanpa kulit), potongan roti, kolang-kaling, dan sebagainya. Sedangkan ronde adalah makanan tradisional China dengan nama asli Tāngyuán (Hanzi=湯圓;penyederhanaan=汤圆; hanyu pinyin=tāngyuán). Nama tangyuan merupakan metafora dari reuni keluarga (Hanzi=團圓;penyederhanaan=团圆) yang dibaca tuányuán (menyerupai tangyuan). Ronde terbuat dari tepung ketan yang dicampur sedikit air dan dibentuk menjadi bola, direbus, dan disajikan dengan kuah manis (Wikipedia)

Gudeg

Ronde
Ronde

DSC_0171

6. Oseng-oseng Mercon Bu Narti

Oseng mercon ini letaknya kalau tidak salah waktu itu di Jl. KH Ahmad Dahlan (mudah-mudahan tidak pindah). Oseng-oseng yang berisi kulit, tulang muda, gajih, dan kikil ini dimasak dengan sekitar 6-7kg cabe rawit merah untuk 50kg koyoran. Kenapa disebut mercon?karena rasa pedasnya yang meledakkan mulut, dan rasanya seperti melelehkan lidah. Teman saya yang memakan oseng-oseng mercon ini sampai kebingungan meredakan rasa pedasnya dengan meminum teh hangat berkali-kali. Saya yang waktu itu makan lele bakar dengan sambel dari oseng-oseng mercon ini saja rasanya tidak sanggup menghabiskan, saking pedasnya. Tetapi meskipun pedas, rasanya memang mantap. Nasi hangat panas disantap dengan sambel atau oseng-oseng mercon ditemani dengan lele bakar dan teh hangat plus kerupuk. Haduh, saya jadi lapar.

Oseng-oseng mercon
Oseng-oseng mercon. Foto pinjam teman.

DSCN0268

SOLO

Kami singgah ke Solo hanya beberapa jam. Kami pergi dari Jogjakarta menuju Solo menggunakan Pramex. Mas Ewald ingin melihat Kraton Solo. Saya sudah bercerita sebelumnya kalau Mas Ewald ini suka sekali dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan sejarah. Karenanya, dia selalu mengajak ke tempat yang bersejarah, seperti museum dan yang lainnya.

Kalau saya ke Solo, pertama kali yang ingin saya tuju untuk makan adalah Spesial Sambal (SS). Sebenarnya SS ini tidak hanya ada di Solo, di beberapa kota juga sudah ada cabangnya. Tapi entah kenapa saya makan SS ini hanya kalau sedang di Solo. Di Solo pun, lokasinya ada di beberapa titik. Karena saya adalah penggila sambal, tentu yang saya buru adalah berbagai jenis sambal yang enak sekali rasanya dan tingkat kepedasannya pun bisa disesuaikan dengan permintaan pembeli. Yang ingin merasakan berbagai jenis sambal, silahkan ke SS untuk merasakan sensasi kepedasannya.

DSC_8367
Spesial Sambal yang terletak dekat terminal Solo
Makanan sebegini banyak tidak sampai 70 ribu. Aneka jenis sambalnya benar-benar bikin kalap mata. Semuanya tandas tidak bersisa :)
Makanan sebegini banyak tidak sampai 70 ribu. Aneka jenis sambalnya benar-benar bikin kalap mata. Semuanya tandas tidak bersisa 🙂

Begitulah catatan kuliner dari perjalanan kami Semarang – Jogjakarta – Solo. Semoga bisa memberikan rekomendasi tempat makan bagi yang ingin jalan-jalan disekitar 3 kota tersebut.

Punya pengalaman kuliner di 3 kota tersebut? Ada tempat favorit makan dikota-kota tersebut? yuk berbagi disini ^^

Selamat berakhir pekan ^^

-Situbondo, 12 Desember 2014-

Update : -Den Haag, 4 Februari 2016-

Saya lapar sekali malam-malam lihat foto makanan disini. Duh, kangen dengan Jogja! Selamat berlibur panjang ya buat yang di Indonesia.

PS : Semua foto adalah dokumentasi pribadi kecuali yang kami pinjam menggunakan keterangan.

Schiphol Setahun Lalu

Ketika menulis ini, pada waktu yang sama setahun lalu saya sedang berada dipesawat yang akan  menuju negara tempat orang yang saya cintai berada. Dengan membawa 55kg dibagasi dan 10kg kabin (kelebihan bagasi 25 kg, tertolong dengan kartu GFF 15kg, 10kg sisanya lolos karena kebaikan hati petugas Garuda. Jasamu sungguh tak terkira Pak ^^), total jarak tempuh 20 jam dari Surabaya menuju Belanda (hanya transit satu kali di Soetta) menjadi sangat lama karena rasa ingin cepat jumpa dengan suami tercinta. Saya tidak mengindahkan nasehat dari salah satu Professor untuk menunggu sampai wisuda tiba, baru berangkat ke Belanda. Jangankan menunggu sampai satu bulan, rasanya selesai sidang tesis dan dinyatakan lulus, saya ingin kabur ke bandara kemudian terbang ke Belanda, kalau tidak ingat revisi yang harus diselesaikan supaya dinyatakan lulus dari ITS. Karenanya, tiga minggu setelah sidang tesis, setelah memenuhi semua kewajiban, kaki melangkah riang menuju pesawat yang akan terbang ke negara tempat saya akan memulai segala petualangan bersama orang tersayang.

Selama dipesawat, saya yang biasanya langsung tertidur ketika pesawat lepas landas, menjadi tidak bisa mengatupkan kelopak mata dengan mudah. Beberapa film sampai khatam saya tonton untuk membunuh waktu. Tidak terhitung berapa kali saya menyembunyikan senyum yang tanpa sadar mengembang karena membayangkan bagaimana rasanya bertemu suami kembali setelah hampir 6 bulan terpisah. Apakah jambangnya tidak lupa dicukur ketika menjemput saya, baju seperti apa yang dia kenakan, apa yang harus saya lakukan ketika bertemu dia. Rasanya seperti saat pertama kali kami berjumpa di Bandara Juanda, saat saya menjemput dia, deg-degan perut mulas dan terasa kupu-kupu beterbangan diperut. Bahagia namun juga cemas karena pertemuan pertama, campur aduk tidak terhingga.

Saat meninggalkan Bandara Juanda dengan diantar beberapa teman kuliah (mereka iba dengan saya yang pergi sendirian tanpa ada yang menemani, padahal saya sudah terbiasa kesana sini sendiri), tidak ada rasa ragu sedikitpun terbersit dihati tentang bagaimana masa depan saya di Belanda. Satu kebimbangan yang muncul hanyalah saat memikirkan tentang Ibu. Apakah ibu baik-baik saja saat saya tinggalkan, bagaimana kalau Ibu sakit, bagaimana kalau Ibu ada masalah. Segala keraguan itu menyesakkan dada apalagi teringat saat ibu memeluk saya dengan berderai air mata sewaktu saya pamit meninggalkan Situbondo, seminggu sebelum saya berangkat ke Belanda. Doa saya waktu itu semoga kami diberikan umur panjang untuk bisa saling berjumpa kembali.

Tiba di Schiphol 30 Januari 2015 sekitar jam 10 pagi, karena terlalu deg-degan akan bertemu suami, saya sampai lupa wajahnya seperti apa. Saya menolehkan kepala kekanan dan kekiri beberapa kali untuk mencari sosoknya, padahal dia sudah berdiri tepat dihadapan dengan tersenyum hangat dan membawa satu buket bunga dengan cover berwarna merah, warna favorit saya. Musim dingin dengan hamparan es dibeberapa sudut luar Schiphol tidak terlalu saya rasakan terlalu dingin yang menggigit, ketika suami menggenggam tangan saya seraya mendorong 65kg barang-barang menuju stasiun kereta. Hangat yang menyeruak didalam hati karena hari itu, saat kaki melangkah keluar dari Schiphol, saya berkata dalam hati “selamat datang Deny, selamat memulai petualangan bersama kekasih hati, selamat mewujudkan segala mimpi dinegara ini yang telah kau susun dengan rapi.”

Setahun berjalan cepat tanpa terasa. Jatuh bangun tentu saja mewarnai perjalanan ini. Peristiwa manis dan pahit datang silih berganti, tetapi tentu saja lebih banyak cerita bahagia dibanding duka karena saya selalu menikmati setiap prosesnya. Saya betah tinggal di Belanda, betah sekali. Banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan selama setahun ini. Saat sedang menulis postingan ini, saya sembari menyaksikan final The Voice of Holland ditemani seloyang Pizza Tuna sementara suami sedang bekerja diruangannya. Secara perlahan saya menyusun kepingan ingatan tentang pengalaman selama setahun kebelakang.

Awal datang ke Belanda, saya sama sekali tidak bisa berbicara menggunakan bahasa Belanda, meskipun sudah lulus ujian A1 di Kedutaan Belanda di Jakarta. Saya hanya mengerti beberapa kata saja, tidak paham bagaimana menyusun kalimat. Bahkan saat dua bulan pertama disekolah, saya merasa frustasi, sering menangis karena tertinggal jauh dari murid-murid yang lain. Setiap pulang sekolah, kepala saya selalu pusing. Tetapi sejak dulu saya selalu menerapkan pantang menyerah dalam setiap langkah. Kalau yang lain bisa kenapa saya tidak, begitu yang selalu saya ucapkan. Mengejar ketertinggalan dengan belajar berkali lipat lebih keras, langsung praktek berbicara menggunakan bahasa Belanda dengan suami, keluarga dan semua orang yang saya temui, memberanikan diri melamar pekerjaan, dan mengikuti beberapa kerja volunteer sangat membantu perkembangan bahasa Belanda saya. Dari yang awal datang masih takut dan gagap kalau ingin berbicara, sekarang saya sudah berani, lebih percaya diri untuk berbicara menggunakan bahasa Belanda, meskipun masih jauh dari sempurna. Sekolah selama 9 bulan akhirnya selesai juga dua minggu yang lalu.

Selama melamar pekerjaan, sudah dua kali diterima kerja dalam waktu yang berbeda. Tetapi dua kali juga saya mengundurkan diri padahal dua pekerjaan tersebut adalah dua bidang yang berbeda yang memang saya suka. Saya mengundurkan diri dari pekerjaan pertama karena sebuah alasan idealisme. Saya mengundurkan diri dari pekerjaan kedua karena jadwalnya tidak cocok dengan jadwal saya sekolah. Karena pengalaman tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk tidak melamar kerja dahulu sampai saya lulus ujian Bahasa Belanda. Hal tersebut juga didukung oleh suami. Kata dia “kamu kenapa terburu-buru cari kerja, ikut beberapa kegiatan saja dulu untuk memperlancar bahasa Belandamu. Satu persatu diselesaikan, jangan terlalu ambisi. Semua ada waktu yang tepat.” Sebagai gantinya, saya mendaftar untuk menjadi volunteer dibeberapa tempat, tepatnya tiga tempat. Ya, saat ini saya sedang asyik menikmati kegiatan volunteer dari pemerintah kota Den Haag yang bernama The World in Your Classroom yang pernah saya lakukan dibulan Nopember lalu. Minggu lalu saya melakukan presentasi di SG Dalton Voorburg, dan minggu kedua Februari saya juga akan datang disalah satu sekolah di Den Haag. Kegiatan volunteer lainnya adalah dirumah yang dikhususkan untuk orangtua (verpleeghuis). Tugas saya disana menemani beberapa oma dan opa dua kali dalam seminggu. Dan kegiatan volunteer yang terakhir adalah menjadi tukang masak dan menemani anak-anak difabel dirumah khusus untuk gehandicapten. Kalau sedang senggang saya akan ceritakan tentang masing-masing dua kegiatan volunteer yang saya sebutkan terakhir. Letaknya tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 30 menit naik sepeda. Kegiatan volunteer ini benar-benar sangat membantu saya untuk praktek bahasa Belanda, menambah pengalaman bersosialisasi dan beradaptasi, selain juga bisa membantu mereka yang membutuhkan.

Presentasi tentang Indonesia disalah satu sekolah di Voorburg - Belanda
Presentasi tentang Indonesia disalah satu sekolah di Voorburg – Belanda.  Foto ini diposting dengan seijin Guru yang bersangkutan dan murid-murid disana.

Untuk masalah cuaca, sejauh ini saya sudah bisa berkompromi. Tidak terlalu sering mengeluh kalau muka terasa beku kena timpa angin dan cuaca yang dingin. Tetapi masih tetap ngomel-ngomel kalau sedang naik sepeda trus tiba-tiba angin kencang datang dan saya terjatuh dari sepeda (sudah beberapa kali saya terjatuh dari sepeda karena angin yang sangat kencang). Kesal rasanya kalau naik sepeda tiba-tiba hujan dan angin kencang. Tapi ya harus diterima dengan lapang dada, hidup kan tidak selamanya harus nyaman sentausa. Berangkat sekolah dipagi hari saat masih gelap meskipun jam sudah menunjukkan pukul 8 diiringi rintik hujan, suhu 5 derajat bahkan beberapa waktu lalu sempat turun disuhu -4, maupun tetap berangkat ke tempat volunteer untuk melaksanakan tugas. Tidak ada alasan untuk tidak berkegiatan meskipun dicuaca dingin. Kemudian frekuensi saya nyasar sudah jauh berkurang karena sekarang sudah bisa mengikuti arahan google maps dengan baik.

Selain beberapa kegiatan yang saya sebutkan diatas, saat ini juga sedang fokus dengan beberapa project pribadi maupun project komersil. Saya tipe orang yang tidak terlalu betah tinggal dirumah tanpa berkegiatan. Karenanya saya selalu mengikuti kegiatan yang membuat saya bisa mengembangkan kemampuan yang saya miliki atau untuk menambah pengetahuan dan memperluas pergaulan. Kalaupun memang saya sedang tidak ada kegiatan diluar rumah (misalkan ikut kelompok diskusi diperpustakaan kota), saya berusaha untuk melakukan sesuatu yang membuat otak saya terus bekerja, kalaupun bisa mendatangkan penghasilan, itu lebih baik lagi :D. Saya paling tidak betah dirumah seharian tanpa melakukan sesuatu. Ya minimal membaca buku atau belajar atau menulis atau mengerjakan riset seperti yang saat ini saya lakukan sebagai salah satu project yang bersifat komersil atau apapun itu yang penting tidak diam dan badan tetap bergerak.

Pengalaman setahun di Belanda yang sangat berkesan. Semoga tahun-tahun mendatang akan semakin banyak pengalaman berharga, kesempatan dan peluang baik yang bisa saya tangkap. Semoga rencana untuk mewujudkan mimpi-mimpi bisa terlaksana dengan baik. Saya tetap rindu rumah di Situbondo, rindu saudara-saudara di Ambulu, kangen dengan Ibu dan adik-adik juga keponakan, dan kangen dengan kamar saya. Semoga suatu saat saya ada kesempatan pulang, entah kapan. Terima kasih untuk beberapa yang menanyakan keberadaan saya melalui twitter, whatsapp, dan email karena tidak pernah muncul lagi dibeberapa sosial media maupun vakum sementara diblog. Prioritas saya berbeda sekarang. Saya sedang khusyuk dan fokus berkarya didunia nyata, begitu saya menyebutnya, jadi saya vakum dulu dibeberapa sosial media maupun digrup whatsapp (saya hanya punya 3 grup). Tapi saya masih sesekali akan ngeblog dan wira wiri di twitter 🙂

IMG_1217

Selamat berakhir pekan. Sabtu ini kami akan kencan merayakan 1 tahun saya di Belanda dengan nonton The Revenant. Dan nampaknya blog kami ini juga sedang mengalami gangguan sejak 2 minggu lalu. Suami sedang sibuk luar biasa dikantornya, sedangkan saya tidak tahu caranya membetulkan gangguan ini. Jadi saya pasrah menunggu dia senggang untuk menangani kerusakan blog ini.

Update : Blognya sudah direparasi oleh bagian IT (baca:suami), jadi kolom komennya sudah ada lagi setelah sempat menghilang 😀

-Den haag, 30 Januari 2016-

Cerita Seputar Karier Memasak

Kue ulang tahun pertama

Wahaha judulnya sok iyes.

Tidak terasa hampir satu tahun saya tinggal dinegara yang cuacanya silih berganti antara hujan dan angin, walaupun sesekali matahari muncul juga. Banyak hal-hal baru yang saya temui ketika menjadi seorang imigran. Bukan hanya adaptasi lingkungan, cuaca, bahasa, kenalan baru, orang-orang baru, kegiatan baru, bahkan adaptasi makanan. Saya suka tinggal di Belanda dengan udaranya yang segar dan terasa nyaman dipernafasan (saya punya sinusitis akut, sudah operasi dua kali tetapi semenjak tinggal di Den Haag tidak pernah kambuh), transportasinya, fasilitas kesehatan, cepat kalau berurusan dengan instansi pemerintahan, banyak fasilitas yang gratis dan menunjang adaptasi saya sebagai imigran, toko dan pasar yang menjual segala jenis bumbu dan bahan masakan Indonesia, restoran halal yang gampang dijumpai, dan restoran Indonesia yang bertebaran disana sini. Intinya, di Den Haag semuanya ada. Meskipun nampaknya disini semua lengkap, adakalanya saya tetap rindu dengan beberapa hal yang ada di Indonesia. Rindu menggunakan pakaian yang tidak bertumpuk-tumpuk (disini dingin, jadi kalau keluar rumah harus menggunakan pakaian yang berlapis dengan segala perlengkapannya), mbok tukang pijat di Situbondo (bahkan suami sampai pijat 3 kali selama 1 bulan disana), dan terutama saya kangen dengan makanannya.

Sebelum pindah, saya tidak cukup mencari informasi tentang tempat untuk mendapatkan bumbu-bumbu untuk memasak makanan Indonesia. Karena itulah saya membeli bumbu instant di Indonesia sebanyak-banyaknya yang kemudian dikirim ke Belanda. Selang satu bulan setelah saya datang, barulah seorang kenalan mengajak ke Haagse Markt, pasar tradisional yang super lengkap di Den Haag. Tidak hanya lengkap, harga barang-barang yang dijual disana sangat murah. Selain itu, suami juga menunjukkan toko oriental yang menjual semua bumbu untuk masakan Indonesia (kapan-kapan saya akan membahas tentang toko ini secara terpisah). Pada akhirnya, bumbu instant yang dikirim tersebut tidak tersentuh dan saya bagikan ke beberapa kenalan. Awal saya tinggal di Den Haag, setiap akhir minggu kami selalu menjelajah restoran Indonesia, hanya ingin sekedar tahu rasa makanannya seperti apa. Beberapa saat kemudian, setelah saya cukup tahu dengan beberapa restoran Indonesia yang ada di Den Haag, perburuan makanan diakhir pekan frekuensinya berkurang secara bertahap. Ada yang makanannya cocok dengan lidah saya, ada yang tidak. Karenanya saya mulai bertekad untuk belajar memasak sendiri makanan-makanan yang saya inginkan.

Sejak kecil, saya memang suka sekali memasak. Ibu memiliki usaha katering di Situbondo sebagai pekerjaan kedua selain profesi Beliau sebagai guru. Karenanya, membantu ibu sejak usia 7 tahun, mengenali bumbu-bumbu dan segala jenis masakan Indonesia bukanlah hal yang baru buat saya. Saya cinta memasak. Namun ketika usia 15 tahun meninggalkan rumah untuk tinggal dikota Surabaya, saya nyaris jarang memasak lagi karena fasilitas kos saat itu termasuk dengan makan. Hal tersebut berlangsung sampai saya sebelum pindah ke Belanda. Apalagi sebagai anak kos, akan cukup simpel kalau membeli makanan jadi. Ditunjang lagi sejak mengikuti Food Combining, saya lebih sering mengkonsumsi sayuran mentah. Kesempatan saya memasak kalau pulang ke Situbondo. Karenanya, ketika pada akhirnya saya memiliki dapur sendiri, rasanya gembira luar biasa, seperti menemukan ruang kerja, seperti menemukan hobi lama kembali lagi. Kalau untuk makanan Indonesia, saya tidak mempunyai banyak kesulitan ketika memasak. Takaran bumbu biasanya saya memakai perkiraan atau feeling.

Hidangan lebaran : lontong sayur, opor ayam, dan sambel goreng telur puyuh kentang pete.
Hidangan lebaran : lontong sayur, opor ayam, dan sambel goreng telur puyuh kentang pete.

Saya baru menemui kesulitan ketika mulai ada niatan untuk membuat kue. Kebetulan pada saat itu saya ingin sekali makan kue coklat. Akhirnya saya menemukan resep mud cake diblog Ria. Karena belum pernah membuat kue sebelumnya, jadi saya buta pengetahuan tentang tepung. Saya sampai bertanya beberapa kali ke Ria tentang jenis-jenis tepung. Nah, ketika kopdar dengan Mbak Yoyen, akhirnya ada kesempatan untuk bertanya jenis-jenis tepung di Belanda. Waktu itu saya cerita ke Mbak Yoyen kalau ingin sekali membuat kue, tapi takut tidak jadi. Mbak Yoyen memberi semangat kalau saya harus mencoba. Akhirnya pulang kopdar saya bersemangat untuk segera membuat mud cake. Tantangan selanjutnya adalah mempelajari cara kerja oven. Bersama suami, saya membaca secara seksama petunjuk penggunaan oven. Agak canggung juga awalnya, takut bantet tidak bisa dimakan, atau takut gosong. Tapi begitu hasilnya keluar, terharu rasanya karena berhasil bisa dimakan. Saya sampai loncat-loncat kegirangan. Seminggu kemudian, salah satu keponakan berulangtahun. Saya mengusulkan ke Mas Ewald untuk memberi kado kue ulang tahun. Asli ini semacam uji nyali. Saya tidak ada bayangan sama sekali membuat kue ulang tahun itu bagaimana. Akhirnya nekad dengan bahan dasar mud cake kemudian saya hias dengan coklat dan beberapa hiasan lainnya. Saya sebenarnya tidak tahu rasanya seperti apa, pada waktu itu hanya berdoa semoga para undangan, adalah keluarga dan teman-teman yang berulang tahun, ketika memakan tidak tiba-tiba sakit perut. Ternyata mereka suka sekali dengan kuenya. Habis ludes, padahal ada 2 kue ulang tahun lainnya. Saya dipuji Mama mertua dan saudara-saudara. Pulang dari acara, senyum tidak putus tersungging dibibir.

Kue ulang tahun pertama
Kue ulang tahun pertama

Setelah pengalaman tersebut, ketika menghadiri beberapa acara ulang tahun teman suami, dia meminta saya untuk membuat kue ulang tahun sebagai kado. Saya dengan senang hati membuat aneka kue ulang tahun variasi lainnya. Dan sejauh ini masih diterima dengan baik, dibilangnya sih sesuai dengan selera mereka. Malah ketika dua keponakan berulang tahun awal tahun ini, ibunya memesan kue ulang tahun pada saya. Awalnya aneh, kok keluarga memesan kue, yang artinya membayar. Tapi kata suami tidak apa-apa karena keinginan yang berulang tahun. Akhirnya saya buatkan, lumayan uangnya untuk membeli buku. Lain cerita kue, lain cerita masakan Indonesia yang dimakan oleh keluarga dan teman-teman suami.

Beberapa kali suami mengundang keluarga dan teman-temannya untuk makan dirumah. Saya bertanya mau masak apa *nantangin, padahal cuma bisa masakan Indonesia. Untungnya suami bilang kalau teman-teman dan keluarga tidak ada masalah jika disajikan makanan Indonesia. Saya dengan senang hati memasak makanan Indonesia, sekalian untuk memperkenalkan ke mereka betapa Indonesia kaya akan kulinernya, *sekalian promosi juga siapa tahu mereka mau pesan ke saya :D. Sejauh ini, komentarnya positif, makanan yang saya sajikan selalu ludes tidak bersisa karena mereka selalu nambah dan nambah lagi. Bahkan ada teman suami dengan terus terang meminta ijin nasi kuning dan sayur urap serta perkedel tahu untuk dibawa pulang. Saya malah senang karena tidak harus menyimpan makanan dikulkas.

Kiri : makan untuk berempat. Menu : Nasi kuning, urap sayur, ayam suwir pedas, perkedel, tahu, tempe, kerupuk, sambel goreng telur puyuh kentang. Dessert puding. Kanan makan untuk berenam. Menu : martabak, mie goreng, ayam panggang, oseng sayuran, tempe tahu.
Kiri : makan untuk berempat. Menu : Nasi kuning, urap sayur, ayam suwir pedas, perkedel, tahu, tempe, kerupuk, sambel goreng telur puyuh kentang. Dessert puding. Kanan makan untuk berenam. Menu : martabak, mie goreng, ayam panggang, oseng sayuran, tempe tahu.

Suatu waktu, suami bilang akan ada meeting untuk divisinya. Saya diminta tolong memasak untuk seluruh anggota meeting kalau tidak salah berjumlah 10 orang, menunya terserah saya. Akhirnya saya putuskan untuk membuat menu terdiri dari nasi kuning, perkedel kentang, urap sayur, ayam bumbu kuning dan dessert puding. Saya tempatkan semua perbox. Pulang kerja suami girang karena teman-temannya menyukai dan tandas tidak bersisa. Beberapa waktu lalu, saya menerima pesanan dari kantor suami tetapi berbeda divisi, untuk meeting, masakan Indonesia juga. Lumayan, buat tambahan beli cabe dipasar. Ketika ulang tahun suami sebenarnya saya ingin memasak sendiri untuk 25 undangan (keluarga dan teman), tetapi karena paginya harus menemani dia ujian thesis dan dia tidak mau saya terlalu capek didapur, akhirnya menu utama pesan yaitu nasi tumpeng lengkap dan es cendol. Saya tinggal menyiapkan camilan saja.

Menu tambahan ketika suami ulang tahun untuk 20 undangan : Baso daging dan baso tahu, lumpia sayur, siomay, cupcake. Menu lainnya pesan.
Menu tambahan ketika suami ulang tahun untuk 25 undangan : Baso daging dan baso tahu, lumpia sayur, siomay, cupcake. Menu utama pesan.

Mas Ewald suka sekali masakan Indonesia, bahkan sejak sebelum bertemu saya. Karenanya, saya tidak menemui kesulitan dalam hal menyiapkan makanan. Dia akan makan apapun yang saya masak, kecuali udang karena dia tidak suka. Ikan asinpun masih mau mencicipi sedikit, apalagi sambel trasi dan pete yang merupakan favoritnya. Sambel wajib ada disetiap makanan Indonesia, ataupun disetiap saya masak kalau tidak terasa pedas, dia akan protes. Syukurlah saya juga doyan pedas. Saya tidak makan daging dan unggas, suami masih makan meskipun porsinya tidak banyak. Sesekali saya masih memasak rendang, ayam panggang, baso daging, maupun soto ayam favoritnya. Untuk masalah rasa, ketika memasak makanan yang saya tidak makan, saya memakai feeling dan dengan bantuan suami. Saya memasak besar setiap sabtu atau minggu, untuk persediaan lima hari kedepan. Seringkali Mama mertua saya bagi juga. Beliau adalah ahli rasa yang saya percaya karena selalu jujur. Pernah suatu ketika saya memasak semur tempe, dirasakan, ternyata tidak suka rasanya. Saya disuruh bawa pulang lagi. Saya malah senang yang seperti itu, daripada dibuang. Masakan yang selama ini saya masakkan untuk Mama : rendang, gado-gado, soto ayam, rawon, kaasstengels (Beliau sampai tidak percaya saya membuat sendiri kaasstengels ala Indonesia karena katanya seperti rasa ditoko kue, enak :D), beberapa kue, nasi kuning urap sayur, perkedel tahu, dadar jagung, dan beberapa masakan lainnya. Beliau juga suka pedas dan doyan makan pete.

Sayur pecel teme tahu, asem-asem ikan, fuyung hai, rawon sayur, martabak, tahu gejrot.
Sayur pecel tempe tahu, asem-asem ikan, fuyung hai, rawon sayur, martabak, tahu gejrot.
Mie jamur baso, tahu dan ote-ote petis, lodeh tewel perkedel tahu dan dadar jagung, kaasstengels, soto isi sayura dan perkedel kentang, sambel tempe dan pepes jamur.
Mie jamur baso, tahu dan ote-ote petis, lodeh tewel perkedel tahu dan dadar jagung, kaasstengels, soto isi sayuran dan perkedel kentang, sambel tempe dan pepes jamur.

Tinggal dinegara yang serba mahal dan tidak semua bahan bisa didapat, butuh kreatifitas tersendiri. Saya suka makan telur asin, tapi kalau beli disini mahal. Akhirnya saya belajar cara membuat telur asin dari telur ayam. Meskipun harus menunggu selama 3 minggu hanya untuk sekedar makan telur asin, saya masih bersyukur, lumayan tombo kangen. Begitu juga kalau makan rawon sayuran, saya ingin pendampingnya sambel trasi kecambah pendek. Tetapi kecambah pendek saya belum pernah jumpai disini. Akhirnya saya membuat sendiri dari kacang hijau yang dilembabkan. Hanya untuk makan kecambah pendek harus menunggu satu malam, tidak mengapa daripada ngiler. Hal-hal tersebut yang membuat saya merasa masih baik-baik saja di Belanda, karena beberapa masakan Indonesia masih bisa saya buat sendiri. Seperti akhir pekan lalu tiba-tiba ingin makan nasi bakar ikan asin, akhirnya setelah berkutat didapur, saya dan suami bisa makan siang dengan nasi bakar. Nah, nasi bakar ini menjadi menu makan siang suami dikantor selama 2 hari. Walhasil teman-temannya penasaran suami ini sebenarnya makan apa, setelah dijelaskan, mereka jadi tertarik pesan untuk minggu depan. The power of nasi bakar.

Nasi bakar isi pete, jamur, tahu dan kemangi.
Nasi bakar isi pete, jamur, tahu dan kemangi.

Tidak semua masakan memang bisa saya buat sendiri. Misalkan pempek atau baso ikan saya masih belum bisa membuatnya. Akhirnya ya pesan. Intinya ketika mampu membuat masakan atau kue dengan hasil yang memuaskan, saya lalu mencari-cari lagi resep lainnya untuk dipraktekkan. Terharu adalah ketika bisa membuat sendiri martabak manis dan pizza. Memasak sendiri itu lebih menyenangkan, jika kita memang punya waktu. Selain bahannya kita tahu dengan pasti, lebih murah, dan tentu rasanya bisa kita atur sesuai selera.

Banan cake, martabak manis a.k.a terang bulan, cupcake, pizza tuna jamur paprika.
Banana cake, martabak manis a.k.a terang bulan, cupcake, pizza tuna jamur paprika.

Sumber Resep

Apakah masakan saya hasil dari mengolah resep sendiri? Sebagian kecil sekali iya, tapi sebagian besar tidak. Saya belum pada tahap untuk membuat resep sendiri, masih pemula, jadinya masih mencontek. Ada beberapa sumber ide memasak dan resep :

Ibu dan Bude

Saya selalu rindu masakan Ibu dan Bude. Saya ingin memasak dengan rasa yang selama ini saya ingat. Merekalah sumber inspirasi saya dalam memasak maupun bertanya tentang segala macam resep.

Blog

Blog Mbak Yo : Lo Foodie https://lofoodie.wordpress.com (Blog Mbak Yo ini sangat membantu pemula seperti saya. Resep masakannya mudah dipahami, langkahnya jelas dan hasilnya maksimal enak. Sebagian besar foto masakan diatas dari resep diblog Lo Foodie), Blog Ria https://ohdearria.wordpress.com, Blog Mbak Rachmah http://kedaikuistanaku.blogspot.nl/, Blog Melly : http://mellyloveskitchen.com, dan Blog Beth https://zbethz.wordpress.com/

Instagram

Sewaktu masih aktif IG, saya suka mencari ide masakan dari akun-akun berikut ini : @anitajoyo, @icha.savitry, @tiyarahmatiya, @bundnina_, @omah_ijo, @s_fauziah (Beberapa masakan Puji membuat saya ngiler, akhirnya latah ikutan bikin), dan @isnasutanto. Pada akun mereka tersebut langsung disertakan resepnya. Gampang tinggal mencontek saja atau dimodifikasi sedikit.

Youtube

Youtube tentu saja menjadi rujukan dalam mencari resep. Berikut adalah akun favorit saya : Masaktv.com, Kokiku tv, Bake like a pro, Rasamasa, Gemma Stafford, atau simpel tinggal ketikkan resep apa yang diinginkan, sebagian besar saya temukan di youtube.

Grup Whatsapp dan Google

Saya hanya mempunyai 3 grup whatsapp. Dua grup berisi teman-teman di Indonesia, satu grup berisi ibu-ibu yang tinggal di Eropa, grup ini namanya MbakYurop. Saya banyak mendapatkan ide makanan maupun resep dari grup MbakYurop.

Begitulah cerita panjang saya tentang perjalanan karier memasak selama hampir satu tahun. Kalau misalkan nanti saya sudah bekerja diluar rumah, entah masih bisa lagi atau tidak untuk tetap konsisten memasak. Mudah-mudahan tetap ada waktu, karena saya cinta memasak.

Selamat berakhir pekan, selamat memasak untuk keluarga dan teman-teman tercinta. Saya mau mencoba membuat onde-onde dan dawet nangka akhir pekan ini. Kalian berencana memasak apa? Ada akun atau blog favorit tidak untuk mencari resep masakan, boleh dong dibagi disini 🙂

-Den Haag, 14 Januari 2016-

Semua foto diatas adalah dokumentasi pribadi

Berkunjung ke Pusat Kota Gouda

Pasar Keju Gouda

Jika mendengar kata Gouda, apa yang ada dipikiran? Yap, Keju! Meskipun bukan penyuka keju, tetapi sejak tinggal di Indonesia saya sudah familiar dengan Gouda karena saat menyusuri lorong susu dan keju di supermarket, keju Gouda dengan mudah dapat ditemukan. Di Belanda, tiga kota penghasil keju yang terkenal adalah Gouda, Edam, dan Alkmaar. Gouda menyumbang sekitar 60% produksi keju di Belanda. Meskipun Gouda lekat dengan keju, sesungguhnya ada sisi menarik lain dari kota Gouda. Ketika berkunjung ke pusat kota Gouda, maka akan terlihat beberapa bangunan bersejarah dengan bentuk yang menawan, kanal dengan undakan, maupun taman disudut kota.

Balai Kota (Stadhuis) Gouda
Balai Kota (Stadhuis) Gouda

Gouda terletak diprovinsi Zuid Holland. Selain terkenal dengan keju, kota ini juga dikenal sebagai penghasil stroopwafel dan lilin. Ada beberapa acara terkenal di Gouda yang seringkali menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung, salah satunya adalah Pasar Keju Gouda. Pada awal April sampai akhir Agustus setiap tahun, tepatnya hari kamis pukul 10.00 – 12.30 salah satu pasar keju tradisional di Belanda digelar di Gouda. Kenapa disebut tradisional? Karena petani membawa langsung keju ke pasar (yang terletak disekitar Stadhuis) dengan menggunakan gerobak yang disebut brik, proses uji kualitas, ditimbang digedung timbang, diberi harga, kemudian dijual. Menyenangkan jika berada dipasar seperti ini adalah bisa mencicipi keju secara gratis. Sayang sekali tahun kemarin saya tidak bisa menyaksikan secara langsung pasar keju ini karena hari dan jamnya bertepatan dengan saya sekolah. Beruntungnya saya mendapatkan salah satu foto dari Rurie.

Pasar Keju Gouda
Pasar Keju Gouda. Foto : Rurie

Saya mengenal Rurie dari Melly yang tinggal di Jerman. Beruntung akhirnya saya kenal dengan Rurie, jadi punya alasan untuk berkunjung ke Gouda. Maklum, Gouda dan Den Haag jaraknya tidak terlalu jauh, secara psikologis biasanya kalau tempat yang dekat dikunjunginya menyusul dikemudian hari, justru tempat yang jauh didatangi lebih dahulu. Rurie punya usaha katering spesialis makanan Indonesia bernama Kios Kana. Kios Kana ini menerima pesanan dan pengiriman dari dan ke seluruh Eropa. Saya beberapa kali pesan ke Kios Kana untuk makanan yang tidak bisa (belum bisa lebih tepatnya) saya buat sendiri, contohnya baso ikan, ikan asin, cumi asin, pempek, dan lumpia semarang isi tahu. Saya ketagihan dengan Ikan asin dan cumi asin buatannya, oh iya baso ikannya juga enak sekali. Kios Kana ini kios serba ada, tidak hanya menyediakan beragam masakan Indonesia, tetapi juga beberapa barang atau bumbu yang berhubungan dengan Indonesia, semuanya (diusahakan) ada. Selain usaha Katering, Rurie juga seorang fotografer dan mempunyai usaha fotografi bernama Rurie van Sark Photography.

Saya kerumah Rurie dalam rangka menjaga putrinya yang masih bayi. Akhirnya Rurie mengajak saya untuk berkeliling ke pusat kota Gouda. Karena saat itu cuaca sedang panas dan bertepatan dengan bulan Ramadan yang 19 jam jadinya saya tidak mau uji nyali berkeliling terlalu lama, menghemat energi menuju buka puasa jam 10 malam. Beberapa tempat dibawah ini yang saya datangi :

De Waag atau gedung timbang selain menjadi tempat untuk penimbangan keju ketika pasar keju dilaksanakan, juga berfungsi sebagai museum keju dan beberapa kerajinan tangan dipajang disana.

De Waag
De Waag
Timbangan Keju
Timbangan Keju
Keju Gouda
Keju Gouda

 

Salah satu sudut De Waag
Salah satu sudut De Waag

Balai kota atau dalam bahasa Belanda adalah Stadhuis selain menjadi tempat kantor pemerintahan juga sebagai pelaksanaan pernikahan. Stadhuis Gouda ini dibangun pada tahun 1450. Pada saat saya sedang kesana, sedang berlangsung satu pernikahan.

Stadhuis Gouda
Stadhuis Gouda
Stadhuis dimalam hari. Foto : Rurie
Stadhuis dimalam hari. Foto : Rurie

Sint Janskerk adalah adalah gereja dengan tinggi 123meter yang menjadikan gereja tertinggi di Belanda dan terkenal didunia karena kemegahan 72 jendela kaca patri.Gereja ini pernah mengalami kebakaran hebat pada tahun 1552.

Sint Janskerk
Sint Janskerk
Bagian dalam Sint Janskerk. Sumber : http://www.sintjan.com/
Bagian dalam Sint Janskerk. Sumber : http://www.sintjan.com/

Selain bangunannya, taman dan kanal-kanal di Gouda juga sangat menarik. Berjalan diseputar pusat kota (centrum) Gouda tidak akan membosankan Saya lupa untuk memotret pusat perbelanjaan di Gouda.

Kanal di Gouda
Kanal di Gouda
Salah satu taman di Gouda
Salah satu taman di Gouda

Selain terkenal dengan pasar keju, setiap bulan Desember di Gouda ada festival cahaya atau disebut Kunslicht. Puncak acaranya ketika ribuan lilin dinyalakan serentak (yang disebut Kaarstlicht) di Markt Square diiringi oleh paduan suara Natal.

Kunslicht. Foto : Rurie
Kunslicht. Foto : Rurie
Kunslicht. Foto : Rurie
Kunslicht. Foto : Rurie

Setelah saya ajak berkeliling ke Pusat Kota Gouda melalui tulisan ini, tertarik untuk mengunjungi Gouda? Info tentang Gouda bisa didapat langsung pada website resmi kota Gouda.

-Den Haag, 10 Januari 2016-

Semua foto yang tidak ada keterangan sumbernya adalah dokumentasi pribadi.

Tentang Bahasa Isyarat dan Perasaan

Sore tadi ketika saya sedang menunggu adonan pizza mengembang (pizza pertama bikin sendiri *info penting *karena bangga :D), entah kenapa pikiran melayang pada beberapa kejadian yang ada hubungannya dengan bahasa isyarat. Beberapa tahun lalu, saya dan dua teman berlibur ke Vietnam. Itu pertama kali saya ke Vietnam. Waktu itu saya bertanya ke salah satu teman, apakah di Vietnam masyarakatnya bisa menggunakan bahasa Inggris. Dengan mantap dia menjawab, bisa!. Jawaban tersebut sangat melegakan, maklum saya belum pernah ke luar negeri selain Malaysia pada saat itu. Jadi saya tidak membayangkan bagaimana cara berkomunikasi kalau misalkan di Vietnam tidak menggunakan bahasa Inggris. Sesampainya di Ho Chi Minh, semua masih baik-baik saja, bahasa belum menjadi kendala karena kami juga tidak terlalu banyak bertanya.

Namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Ketika beranjak menjauh dari Ho Chi Minh, tepatnya saya lupa dimana, tapi pada saat itu kami sedang ikut tour menyusuri sungai Mekong. Disalah satu tempat, perahu yang kami naiki berhenti untuk memberikan kesempatan kepada penumpang mengitari sebuah pulau. Karena pada saat itu waktu yang diberikan lama, saya bilang kepada kedua teman untuk sholat dahulu. Mereka mengiyakan. Lalu kami kebingungan mencari tempat untuk sholat, berharapnya waktu itu ada musholla atau tempt kecil untuk sholat. Setelah berputar sekian lama, tempat yang dicari tidak kunjung ketemu. Akhirnya kami bertanya kepada seorang petugas yang sedang berjaga didepan sebuah bangunan.

DSC_0361

Teman saya yang memulai bertanya dalam bahasa Inggris, menanyakan tempat untuk sholat. Petugas tersebut nampak kebingungan. Wah, gawat. Bapaknya ga bisa bahasa Inggris, batin saya. Ternyata benar, beliau tidak mengerti apa yang kami bicarakan, malah menjawab menggunakan bahasa Vietnam. Kami yang gantian menjadi bingung. Lalu saya mencoba menggunakan bahasa isyarat. Saya gerakkan kedua tangan menyerupai orang sholat. Beliau menunjukkan raut muka bertambah bingung. Saya dan teman-teman saling berpandangan. Lalu seorang teman mengeluarkan kertas dan menggambar gereja dengan simbol salib diatasnya lalu dia menambahkan dengan isyarat tangan yang ditelungkupkan didepan dada seperti sedang berdoa. Bapak ini tetap tidak mengerti. Kami akhirnya menyerah lalu mencoba mencari sendiri tempat yang bisa dibuat sholat. Setelah berkeliling kembali, akhirnya kami menemukan satu tempat yang (menurut kami) layak untuk sholat. Tempat itu seperti kuil kecil, dengan banyak dupa disalah satu sudutnya. Kami mengira pasti tempat tersebut sebagai tempat sembahyang orang-orang yang datang ke pulau tersebut. Lalu disinilah kami akhirnya sholat, anggap saja layak karena hanya tempat ini yang kosong. Saya dan teman-teman selalu tertawa sendiri kalau mengingat kejadian sholat dan kejadian menggunakan bahasa isyarat dengan bapak tersebut.

Sholat di kuil
Sholat di kuil

Lain kisah di Vietnam, lain pula kisah di Belanda. Pada saat hari pertama sekolah bahasa Belanda, seluruh calon siswa ditempatkan dalam satu ruangan besar. Hari itu agendanya adalah welcome party dan ujian umum. Saya duduk dengan seorang gadis cantik berambut pirang bertubuh tinggi semampai dengan raut muka mirip Christina Aguilera. Saya menebak mungkin dari Amerika. Saat jeda, saya mengajaknya berkenalan dengan menggunakan bahasa Inggris, maklum saat itu saya baru sedikit bisa berbicara menggunakan bahasa Belanda. Dia nampak kebingungan, tidak menjawab pertanyaan saya. Lalu dia ganti bertanya “Arabisch?” saya menggelengkan kepala. Sesungguhnya saya pernah belajar bahasa Arab saat sekolah Madrasah Ibtidaiyah, tapi itu sudah lama berlalu. Saya hanya ingat beberapa kata saja dan jika ada yang berbicara menggunakan bahasa Arab, mengertipun hanya sedikit.

Singkat cerita, akhirnya komunikasi dengan gadis tersebut sedikit terpecahkan menggunakan gambar dan bahasa isyarat. Saya lupa asalnya darimana, tapi dia hanya bisa berbahasa Perancis dan bahasa Arab. Sedangkan saya bisa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Jadinya kami tidak nyambung dari segi bahasa. Tetapi kendala tersebut masih bisa teratasi dengan menggunakan bahasa isyarat tubuh dan bahasa gambar (atau simbol).

Banyak yang merasa tidak nyaman untuk melangkahkan kaki ke negara baru ataupun ke tempat baru karena kendala sesuatu yang berbeda dengan apa yang sudah menjadi kebiasaan sebelumnya. Berbeda bahasa ataupun berbeda kultur, bahkan yang menjadi sumber ketakutan adalah beda pergaulan. Memulai sesuatu dari awal, meninggalkan zona nyaman, mencari teman baru, belajar bahasa baru, adaptasi yang tidak mudah ataupun takut kehilangan teman. Tetapi jika kita sedikit lebih kreatif dan menggunakan segala kemampuan yang kita punya, sesungguhnya hal-hal yang kita takutkan tidak sepenuhnya akan jadi nyata. Contohnya : jika terkendala bahasa, toh kita masih bisa menggunakan bahasa isyarat atapun dengan bahasa tulisan atau simbol-simbol. Jika terkendala dengan makanan, toh kita masih bisa memasak sendiri. Tidak bisa memasak, artinya kita diberikan kesempatan oleh keadaan untuk belajar memasak. Banyak hal-hal yang bisa diatasi asal kita mau sedikit kreatif. Jika kita tidak mencoba menuju sesuatu yang baru, lalu bagaimana caranya kita mendapatkan pengetahuan yang baru dan mendapatkan pengalaman baru? waktu terus berjalan, apakah kita sudah cukup puas dengan keadaan yang sekarang?

Namun rupanya bahasa isyarat tidak sepenuhnya dianjurkan ketika kita dihadapkan pada keadaan yang melibatkan perasaan. Ada kalanya seseorang berharap jika mengirimkan sinyal-sinyal atau menggunakan bahasa isyarat, maka orang yang dituju akan mengerti dan menangkap sinyal tersebut. Jika dikaitkan dengan jenis kelamin, maka hal ini tidak bisa diterima oleh semua kalangan. Masih ada yang berpendapat kalau wanita tidak pantas untuk mengirimkan isyarat atau sinyal terlebih dahulu jika dia suka dengan seorang pria, tidak elok dan tidak pantas, mungkin begitu logikanya. Tapi jika tidak dikatakan secara terang dan jelas, bagaimana pria tersebut mengerti apa yang tersirat dan tersurat. Dengan mengatakan secara terus terang, toh kemungkinannya hanya dua : gayung bersambut atau perlahan mundur. Tapi setidaknya hati menjadi lega, daripada memendam perasaan tapi setiap hari selalu uring-uringan. Hidup hanya sekali, mengambil resiko terkadang harus dilakukan karena kita tidak tahu kapan kesempatan yang sama akan kembali datang.

Begitu juga diposisi sebaliknya. Jika seorang pria sedang menaruh hati pada wanita, lebih baik katakan secara jelas dan gamblang. Sudah tidak jamannya lagi memberi kode-kode yang tidak susah dimengerti dan malah membuat pusing dikemudian hari. Sudah tidak musimnya lagi tebak-tebak buah manggis. Memang benar bahwa semua butuh proses dan tidak bisa grasa grusu, tetapi ya jangan terlalu memakan waktu. Maka jangan salahkan jika si dia kemudian sudah menjadi milik yang lainnya, jika si pria memberi harapan yang tidak jelas dan menggantungkan keadaan terlalu lama.

Jadi, apakah ada hubungannya bahasa isyarat dan perasaan? tentu saja ada. Terkadang perasaan tidak cukup peka menterjemahkan bahasa isyarat yang didepan mata, pun logika tidak bisa diajak bekerjasama mentafsirkannya. Semacam algoritme yang susah dipahami alurnya. Jika berhubungan dengan hati, jangan suka menggantung atau digantung. Yang pasti-pasti saja karena yang pasti seringkali tetap membingungkan apalagi yang tidak pasti. Tetapi jika berbicara keadaan dua orang dewasa, ada beberapa hal yang memang tidak bisa diterapkan. Dua orang dewasa terkadang tidak ingin terlalu pelik dengan situasi. Asal hati sudah satu dimensi, maka yang paling diperlukan adalah saling mengerti, bukan lagi kata-kata yang mampu mereduksi arti.

Jadi, ada diposisi mana kamu sekarang? sedang menuju perubahan lebih baik, sedang digantung oleh seseorang, sedang menggantungkan seseorang, pernah pada dua situasi sebelumnya, atau sudah cukup puas dengan keadaan saat ini? Semua memang pilihan, dan hanya kita yang bisa merasakan keadaan seperti apa yang diperlukan.

-Den Haag, 6 Januari 2016-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi

Cahaya Persahabatan di Amsterdam Light Festival 2015

“Kamu ini kok tau aja sih ada acara dimana-mana?”

“Makanya, gaul donk didunia maya :p”

Begitulah percakapan singkat kami ketika saya mengutarakan ingin melihat Amsterdam Light Festival (ALF). Bahkan guru dikelas sering menanyakan pada saya tentang acara-acara akhir pekan disekitar Den Haag saat kelas hari kamis berakhir. Beliau mengatakan bahwa saya seperti duta wisata Den Haag karena selalu tahu agenda Den Haag diakhir pekan. Padahal saya tahunya dari Instagram, pada saat dulu masih aktif. Kalau sekarang saya mengandalkan informasi dari twitter. Begitu juga saat membaca ada Amsterdam Light Festival, saya mengetahuinya dari twitter. Karena memang suka dengan gemerlap lampu, tentu saja saya antusias untuk menyaksikan secara langsung kemeriahan festival ini. Apalagi ketika seorang kenalan dari Jerman, master lampu saya menyebutnya karena bidang keilmuan dan bidang kerjanya tidak jauh-jauh dari lampu, menceritakan tentang bagusnya ALF.

Amsterdam Light Festival tahun 2015 yang diadakan sejak 28 Nopember 2015 dan akan berakhir pada 17 Januari 2016, mengangkat tema Friendship. Festival yang pada tahun 2015 memasuki tahun keempat ini diikuti oleh berbagai negara. Tercatat yang mendaftar 34 negara dengan lebih 350 konsep. Tetapi juri memutuskan untuk menyeleksi dan terpilih 34 karya seni dan instalasi dari 100 finalis yang ditampilkan pada Water Colors (bisa dilihat menggunakan perahu) dan Illuminade (bisa dilihat kalau memilih rute jalan kaki). Mengapa Friendship dipilih sebagai tema edisi keempat ini, karena persahabatan adalah tema universal yang tidak akan pernah terkikis oleh waktu, ya dalam bahasa kerennya tak lekang oleh waktu (Jadi ingat lagu Kerispatih *info ga penting :D). Aristoteles mendeskripsikan “My best friend is the man who in wishing me well wishes it for my sake”. Melihat menariknya tema ini, maka para arstitek dan pekerja seni mencoba menuangkannya dalam bentuk seni dan instalasi lampu.

Kami sampai di Amsterdam Centraal pukul 17.30 pada hari Natal kedua. Niatnya ingin melihat instalasi menggunakan perahu. Apadaya ternyata tiket untuk semua perusahaan perahu ludes terjual. Salah kami juga memutuskan untuk naik perahu didetik-detik terakhir akan pergi. Kalau naik perahu, menyusuri kanal untuk melihat Water Colors ditempuh selama 75 menit dengan membayar €20/orang. Jadi kalau tahun depan ada yang berencana melihat Amsterdam Light Festival, lebih baik membeli secara online jauh hari supaya tidak kehabisan.

Amsterdam Centraal
Amsterdam Centraal
Perahu-perahu yang akan membawa menjelajah kanal-kanal di Amsterdam.
Perahu-perahu yang akan membawa menjelajah kanal-kanal di Amsterdam.

Akhirnya kami memutuskan untuk mengambil rute Illuminade yaitu berjalan kaki menyusuri kanal. Berbekal buku panduan yang dibeli suami dipusat informasi seharga €3.5 kami tidak hanya menyusuri kanal sesuai dengan rute kapal, tetapi bisa juga singgah dibeberapa taman yang ada instalasi lampunya. Salah satu yang bisa ditemui di Illuminade adalah Instalasi Infinitive Support. Menurut Lightform sebagai penggagasnya, Infinitive Support mempunyai makna “To us, friendship means supporting one another through thick and thin. As far as we’re concerned, friendship is never ending.

Oranje untuk rute Illuminade, hijau untuk rute water colors
Oranje untuk rute Illuminade, hijau untuk rute water colors
Infinitive Support
Infinitive Support

Selama berjalan untuk berburu cahaya persahabatan tersebut, saya dan suami sempat berbincang agak serius tentang persahabatan. Dia tahu bagaimana jatuh bangunnya saya memupuk kepercayaan kembali karena pernah dikhianati oleh sahabat, dan dia tahu bagaimana saat ini saya sedang krisis kepercayaan tentang arti sebuah persahabatan. Namun diujung pembicaraan, saya mengatakan pada Mas Ewald “Sejak awal, kamu bukan hanya sebagai suamiku. Aku meletakkan kepercayaan kepadamu juga sebagai seorang sahabat. Aku menikah dengan sahabat terbaikku.” Yang tentu saja disambut dengan kembang kempis hidung suami karena dipuji-puji.

Bands of Friendship karya Santosh Gujar dan Vikas Patil dari India. Sembilan lingkaran ini mempunyai arti "Endless friendship and has been positioned in such a way that the spectator may look at themfrom different angles with changing meaning from every perspective"
Bands of Friendship karya Santosh Gujar dan Vikas Patil dari India. Sembilan lingkaran ini mempunyai arti “Endless friendship and has been positioned in such a way that the spectator may look at themfrom different angles with changing meaning from every perspective”

Dibawah ini adalah salah satu favorit saya yaitu Run Beyond karya Angelo Bonello dari Italy. Setiap gerakan simbolnya menyala secara bergantian dan cepat. Diawali dengan berlari, melompat, mendarat, berguling dan berdiri. Mungkin ini diartikan sebagai sebuah kebebasan dalam tali persahabatan.

Run Beyond
Run Beyond

Dua kepala yang sedang berbicara ini juga konsepnya unik. Talking heads karya Victor Vicsek dari Hungary mengisahkan tentang ekspresi dari masing-masing orang. Seorang sahabat tidak harus memberikan banyak kata ketika sahabatnya sedang ingin mengeskpresikan situasi yang sedang dihadapi. Bahkan dua orang bisa saling berkomunikasi hanya dengan ekspresi muka dan tatapan mata. When you look sad, i’m inclined to comfort you. When i laugh, it means that i invite you to join me in laughing.

Talking Heads
Talking Heads

Beberapa dibawah ini adalah beberapa instalasi yang mencerminkan arti persahabatan

A tale of two cities
A tale of two cities
Friendala karya Macarena Meza Daniela Orellana - Chile
Friendala karya Macarena Meza Daniela Orellana – Chile

SMALLALF2015-61

Hiyaa, mau aja disuruh istrinya pose begini :D
Hiyaa, mau aja disuruh istrinya pose begini 😀

Saat itu untungnya cuaca cerah, tidak ada hujan sedikitpun. Meskipun begitu, angin tetap kencang dan membawa hawa dingin yang menggigit. Karenanya foto-foto disini beberapa ngeblur karena saya tidak kuat dingin jadinya tangan agak goyang ketika mengambil gambar ditambah angin juga. Tapi semua jadi terbayarkan ketika melihat pemandangan kanal dan bulan yang bersinar terang. Sungguh, suasananya benar-benar romantis.

SMALLALF2015-137

Sudah mirip Venesia belum? *nanya soalnya belum pernah kesana :D
Sudah mirip Venesia belum? *nanya soalnya belum pernah kesana 😀

Saat sedang asyik berjalan, tiba-tiba suami melihat ada restauran Indonesia menyempil. Begitu membaca menunya dan membaca ada soto ayam disana, dia jadi galau ingin makan disini. Ya, dia memang selalu lemah iman dengan soto ayam. Makanya kalau saya sedang kehabisan ide mau memasak apa, soto ayam paling tepat dihidangkan. Tapi akhirnya kami tidak mampir kesini, mungkin lain waktu karena waktu sudah merangkak menjelang tengah malam. Dari daftar menunya, saya bisa makan disini.

Lain kali harus dicoba kesini
Lain kali harus dicoba kesini
Pusat Perbelanjaan
Pusat Perbelanjaan

Tidak terasa, 5 jam sudah kami berjalan kaki berjalan menyusuri kanal dan taman untuk melihat cahaya dan merenungi arti persahabatan melalui instalasi seni ini. Cuaca cerah, cahaya lampu yang penuh arti, dan suami yang menemani merupakan kombinasi yang nyaris sempurna untuk menempuh jalan lebih dari 3km. Karena tidak ada yang sempurna didunia ini.  Kami tidak menyesal tidak bisa menyusuri kanal dengan menggunakan perahu karena dengan berjalan kaki ternyata lebih banyak yang bisa dilihat disamping lebih murah dan lebih sehat juga. Seperti hidup, kadang yang kita dapatkan tidak selalu sama dengan yang kita harapkan. Namun seringnya malah itu yang lebih baik buat kita karena percaya saja bahwa Tuhan tahu yang terbaik untuk hambaNya selama kita tidak putus berusaha dan berdoa.

SMALLALF2015-208

Buat saya, teman ada yang datang dan pergi silih berganti. Kalau bisa dan layak untuk dipertahankan, maka akan saya perjuangkan. Kalau tidak bisa dan tidak mampu lagi saya perjuangkan untuk bertahan, maka saya akan ikhlaskan untuk pergi dan berlalu. Hubungan persahabatan yang dipaksakan, yang datangnya tidak lagi dari hati, lebih baik direlakan untuk pergi.

What certain is that friendship isn’t bound to any laws ad that we can be friend whomever we want and decide for ourselves what this friendship implies. Whether we call somebody a friend or a good acquaintance is entirely our own decision. Friendship can be short-lived or they can last a lifetime. They are intense or exist at a distance by means of social media. Friendship are available in a thousand different colors

 

 

Friendship as a natural bond between good people, reciprocal and without ulterior motives

-Socrates-

-Den Haag, 3 Januari 2016-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi

2015 – Tahun Pembelajaran

Senangnya kalau akhir tahun begini membuat tulisan tentang rekapan perjalanan yang sudah dilalui dalam satu tahun. Awalnya membuat tulisan seperti ini karena ikut GA Lia tahun 2014 dimana waktu itu menulisnya setelah mendapat kepastian visa saya ke Belanda sudah turun. Tahun 2014 adalah tahun penuh kejutan. Nuansa ditahun lalu seperti permainan Halilintar di Dufan. Turun naik dan sangat cepat ritmenya. Tidak disangka tidak dinyana pada tahun tersebut bertemu jodoh dan beberapa bulan kemudian menikah, padahal lagi ruwet dikejar dosen pembimbing karena tesis belum selesai. Eh, si mas jodoh ini muncul, Alhamdulillah. Awalnya yang niat hanya fokus ke tesis, harus mikir kawinan dan mengurus dokumen bolak balik Jakarta. Bukan hanya mengurus dokumen, tapi belajar bahasa Belanda juga, menyempatkan ke Belanda juga meskipun hanya 2 minggu karena dosen pembimbing tetap dengan setia meminta laporan perkembangan tesis. Kalau sekarang dipikir, kok bisa ya melewati tahun 2014 dengan segala hingar bingarnya sampai ngos-ngosan sendiri kalau dingat-ingat.

Tahun 2015 hampir bertolak belakang karena lumayan agak santai ritmenya. Tahun 2015 saya sebut sebagai tahun pembelajaran buat kami berdua, terutama buat saya. Kenapa? karena hampir setiap saat isinya belajar dalam arti sesungguhnya maupun belajar secara filosofi. Belajar bahasa Belanda lebih dalam, suami belajar bahasa Indonesia, belajar saling memahami dengan suami karena baru tahun ini kami berkumpul kembali setelah menikah dan LDM hampir selama 6 bulan, belajar sabar, belajar berdamai dengan masa lalu supaya perlahan bisa menghilangkan trauma, belajar memasak dan membuat kue, belajar bersosialisasi dengan lingkungan baru, belajar beradaptasi dengan cuaca Belanda, belajar dunia perbloggingan, belajar menerima kenyataan kalau ada yang menggosipkan dibelakang padahal saya bukan orang terkenal, dan belajar beberapa hal lainnya. Banyak sekali ilmu baru yang saya dapatkan ditahun ini, terutama ilmu sabar yang memang tidak ada batas waktu untuk ditekuni. Selain itu, tahun ini juga saya belajar untuk mengenal orang-orang baru, kenalan dari blog ataupun kenalan dari Instagram. Dan hey, belajar itu memang selalu menyenangkan meskipun dalam prosesnya kadang terasa pahit juga, tapi belajar selalu membawa manfaat. Postingan dibawah ini agak panjang karena isinya rekapan.

Januari 2015

Awal Januari, bertepatan dengan 5 bulan usia pernikahan, akhirnya saya lulus kuliah! Setelah drama molor satu semester dan harus ganti topik tesis sebanyak 3 kali, akhirnya lulus juga. Leganya luar biasa karena selain bebas menyandang gelar alumni, juga bisa segera menyusul suami. 2 minggu setelah sidang tesis dan dinyatakan lulus, saya berangkat ke Belanda (akhirnya tidak ikut wisuda dan sampai saat ini Ijazah masih disimpen bagian administrasi Institut). Pindah untuk memulai kehidupan baru dinegara baru. Karena terlalu grogi akan bertemu suami setelah 6 bulan terpisah, saya sampai tidak mengenali sewaktu dia jemput dibandara. Baru sadar ketika dia memanggil nama saya sambil bawa bunga. Bulan Januari belajar untuk tidak takut akan segala sesuatunya. Menanggalkan kekhawatiran tentang masa depan dinegeri orang maupun kekhawatiran meninggalkan Ibu dan adik-adik di Indonesia. Semua akan baik-baik saja, itu mantra yang sering saya ucapkan.

Barang bawaan segambreng, pantas saja over 10kg hahaha *ketawa pait *Tapi ga kena denda
Barang bawaan segambreng, pantas saja over 10kg hahaha *ketawa pait *Tapi ga kena denda

Februari 2015

Bulan ini isinya tentang adaptasi awal. Mengenali transportasi di Belanda dengan belajar kesana sini sendiri sampai sering nyasar. Pertama kali tahu kalau ada pasar murah meriah di Den Haag namanya Haagse Markt. Bulan Februari adalah belajar adaptasi. Bahkan baru melihat dengan mata kepala hujan es dan hamparan es. Senangnya adalah saya ikut CPC loop Den Haag untuk jarak 10km. Race kedua saya yang 10km setelah Bromo Marathon tahun 2014. Sedangkan suami mengikuti yang jarak 21km. Ini kali kedua kami ikut race yang sama meskipun berbeda jarak tempuh. Semoga 2016 kami bisa sama-sama ikut race 21km.

Dulu lihat pemandangan seperti ini difilm-film. Sekarang bisa lihat sendiri didepan mata hamparan es dimana-mana
Dulu lihat pemandangan seperti ini difilm-film. Sekarang bisa lihat sendiri didepan mata hamparan es dimana-mana

Maret 2015

Nuansa dibulan Maret campur aduk antara senang dan sedih. Papa mertua meninggal dunia setelah satu minggu sakit. Kepergian yang mendadak karena sebelumnya beliau tidak pernah sakit serius. Kami belajar mengikhlaskan. 22 Maret 2015 saya pertama kali merasakan yang namanya kopdar blogger. Karena masih baru dalam dunia blog, jadinya waktu ketemu blogger-blogger lainnya agak sedikit gugup diawal. Namun setelah bercakap-cakap akhirnya malah kami lupa waktu, ngobrol berjam-jam. Akhir bulan saya berulangtahun yang dirayakan dengan mengunjungi Giethoorn, desa cantik di Belanda yang dijuluki Venesia di utara. Sudah lama saya ingin kesini sejak melihat foto-foto cantik Giethoorn bersliweran di Instagram. Akhirnya kesampaian. Selain kado ulangtahun ke Giethoorn dan beberapa tempat lainnya dari suami, ada kado lain juga dari Yang Kuasa : saya hamil!. Ketika tahu kalau hamil, jujur perasaan pertama langsung sedih karena saya merasa belum siap hamil secepat ini. Harapan saya hamil tahun 2016 meskipun kami juga tidak sengaja menunda. Jadi sedikasihNya, Alhamdulillah dikasih cepat. Kalau suami tentu saja senang saya hamil. Jadi perasaan ketika hamil campur aduk, antara sedih dan senang, bingung dan gembira karena masih banyak rencana ini dan itu yang ingin direalisasikan. Dari yang saya rasakan, hamil itu butuh kesiapan mental. Dan karena saya tipe yang tertutup untuk hal-hal tertentu, jadi begitu tahu hamil, beritanya disimpan saja. Yang tahu hanya keluarga inti. Teman-teman tidak ada yang tahu. Bulan maret ini saya belajar untuk menerima keadaan akan beberapa hal yang terjadi, senang maupun susah.

Giethoorn
Giethoorn

April 2015

Akhirnya dibulan ini saya masuk sekolah bahasa Belanda selama 6 bulan kedepan. Senang karena belajar bahasa baru dan bertemu dengan orang-orang baru. Entah kenapa sejak dulu saya selalu senang suasana belajar disekolah meskipun benci ketika ujian tiba. Ya, saya belajar bahasa Belanda, memenuhi kewajiban ujian untuk memperpanjang masa tinggal di Belanda. Selain itu tentunya supaya bisa bersosialisasi dengan masyarakat menggunakan bahasa Belanda, (Insya Allah) meneruskan kuliah, maupun mencari kerja. Yang berkesan dibulan ini adalah Koningsdag yaitu hari dimana raja berulangtahun dan ini menjadi libur nasional, seluruh rakyat Belanda bersuka cita merayakan dengan menggunakan baju berwarna oranye, ada beberapa live music gratis juga vrijmarkt yaitu pasar second hand diseluruh Belanda. Bulan ini saya mulai belajar banyak mengenal budaya di Belanda dan bahasanya.

Totalitas di Koningsdag, kostum oranye. Kata teman tinggal dibelah terus dimakan (Dipikir jeruk :D)
Totalitas di Koningsdag, kostum oranye. Kata teman tinggal dibelah terus dimakan (Dipikir jeruk :D)

Mei 2015

Kami mendatangi Tong-Tong Fair 2015, bazar produk asia yang konon terbesar di Eropa. Mungkin lebih tepatnya ini bazar produk Indonesia ya, karena sebagian besar yang dijual adalah barang-barang dari Indonesia termasuk kulinernya. Bulan Mei suami mengikuti 2 event lari yaitu Brandgrens Run 2015 dan Royal Ten. Dibulan ini kami mendapatkan musibah yaitu saya keguguran. Tidak dapat dipungkiri sedih pastinya kehilangan bayi dalam kandungan. Tapi saya ambil hikmahnya bahwa semua sudah rencanaNya. Mungkin karena memang saya yang belum siap atau mungkin memang belum saatnya untuk diberikan amanah. Saya baru menuliskan ceritanya diblog 2 bulan lalu karena ingin berbagi bahwa disetiap musibah Insya Allah ada hikmahnya. Semua akan indah pada saat yang tepat, tidak terlalu cepat maupun tidak terlalu lambat. Bulan ini kami belajar untuk ikhlas.

Ada becak di Tong Tong Fair 2015
Ada becak di Tong Tong Fair 2015

Juni 2015

Ramadhan pertama di Belanda dengan durasi 19 Jam. Untungnya cuaca di Belanda tidak terlalu panas jadi tidak terlalu masalah. Penyesuaian yang lumayan berat untuk urusan sholat dan sahur. Sempat keteteran diawal tapi setelah berjalan beberapa waktu akhirnya sudah mengenal ritmenya. Sebelum Ramadhan tiba, kami sempat berkunjung ke Arnhem untuk melihat Sonsbeekmarkt dan Bronbeekmuseum. Tidak ketinggalan, kami juga nonton konser Duran Duran dan UB40 (haha jadul ya). Sebenarnya yang suka Duran Duran itu saya, suami sebagai pengawal setia saja. Tapi dia menikmati konser ini juga karena kami memang suka datang ke konser musik bersama. Nonton konser penuh perjuangan menahan haus karena sudah masuk Ramadhan. Bulan ini kami belajar lebih sabar karena puasa Ramadhan.

Duran Duran
Duran Duran

Juli 2015

Awal bulan Juli akhirnya suami lulus S2 dari Leiden University bertepatan dengan ulangtahunnya. Jadi syukurannya dirayakan berbarengan dengan makan nasi tumpeng seluruh keluarga dan teman-teman dia. Saya menunggu sampai adzan Maghrib lalu dengan sigap dan lahap makan nasi tumpeng. Bulan Juli ini juga untuk pertama kali saya muncul di TV Nasional Indonesia (karena networking Beth) dalam acara Live berbagi pengalaman puasa di Belanda. Selain itu saya juga dijadikan narasumber salah satu project menulis Mbak Emiralda. Nampaknya sewaktu bulan puasa saya menjadi artis dadakan. Lebaran pertama di Belanda saya lalui dengan makan gratisan diacara KBRI bersama suami. Lumayan mengobati sedih karena tidak bisa kumpul dengan keluarga. Bulan ini kami belajar arti silaturrahmi.

IMG_3018.JPG

Agustus 2015

Ulangtahun pernikahan yang pertama. Kami merayakan di Texel dan kebetulan ada festival hasil laut tahunan disana. Bulan Agustus rupanya salah satu bulan yang banyak festival di Belanda. Kami berkesempatan melihat Gay Pride di Amsterdam dan suami mengikuti Sail Amsterdam 2015 lalu kami juga melihat festival kembang api Internasional di Scheveningen. Senang karena festival-festival disini gratis. Jadi selama bulan Agustus kami rajin nonton festival. Kabar tidak menyenangkannya adalah salah satu kenalan yang kami kenal dengan baik ternyata memfitnah kami (terutama saya) dibelakang. Ternyata kami tidak cukup baik mengenal dia karena terbukti dia mengumbar omongan jelek yang dia karang sendiri. Entahlah, mungkin dia iri. Bulan ini kami belajar tentang arti kepercayaan.

IMG_3651.JPG

September 2015

Rasanya seperti mimpi saya bisa bertemu dengan Pak Ahok dan foto bersama (rame-rame maksudnya). Saya sudah mengidolakan beliau semenjak pertama beliau muncul bersama Pak Jokowi. Gaya beliau bicara membuat saya terpana. Maklum saja, saya penyuka lelaki yang kalau bicara apa adanya tanpa basa basi seperti beliau, ceplas ceplos. Tidak akan lupa rasanya berjabat tangan dengan beliau. Ada dua acara dibulan ini yang berhubungan dengan kulineran yaitu acara KBRI Pesta Rakyat dan Food Truck Festival. Selain kami suka nongkrong dikonser musik, kami juga hobi datang ke acara kulineran, apalagi gratisan *ini harapan semua orang juga kaliii 😀. Bulan ini saya belajar bahwa yang namanya mimpi tidak pernah salah. Mimpi saja setinggi langit, siapa tahu suatu saat semesta akan berkonspirasi mewujudkannya, seperti ketika saya akhirnya bertemu Pak Ahok.

Ibu yang dibelakang dong, Juara ngajak Pak Ahok Selfie :D
Ibu yang dibelakang dong, Juara ngajak Pak Ahok Selfie 😀

Oktober 2015

Salah satu mimpi saya yang lain terkabulkan. Saya bisa bertemu Dewi Lestari dan berfoto bersama serta tidak lupa minta tanda tangan dua bukunya yaitu Gelombang dan Partikel di Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 dimana Indonesia menjadi Guest of Honor. Semua teman dekat sudah tahu bagaimana saya tergila-gila dengan Dee sejak dia masih tergabung dengan Rida Sita Dewi (RSD). Bulan Oktober ini adalah bulan penuh mewujudkan impian ceritanya karena sejak 7 tahun lalu saya ingin sekali bisa datang ke FBF. Diacara ini saya juga bertemu Mindy dan Febi pertama kali. Dan satu lagi saya berfoto bersama Andrea Hirata serta meminta tanda tangan dibukunya yang berjudul Ayah. Bulan ini saya kembali belajar untuk tidak takut bermimpi.

Akhirnya kesampaian juga foto bersama
Akhirnya kesampaian juga foto bersama idola

Nopember 2015

Kami lupa pastinya kapan blog ini berulangtahun. Tapi dibulan Nopember saya membuat satu tulisan tentang ulangtahun pertama blog. Ternyata menyenangkan punya blog. Jadi mengetahui blog-blog lainnya yang memberikan banyak pengetahuan baru, menyambung silaturrahmi juga dengan kopdar. Saya bertemu beberapa blogger yang berkunjung ke Den Haag kemudian kami kopdar. Sejak Nopember saya bertekad untuk mulai belajar lebih serius tentang dunia blog, segala ilmu dibaliknya serta istilah-istilah yang saya tidak mengerti sebelumnya. Saya juga mulai melebihkan frekuensi untuk blogwalking dan mengenal lebih banyak blogger supaya ilmu yang didapat juga bertambah. Bulan ini kami berkesempatan menghadiri dua acara musik gratis yang diadakan oleh KBRI. Tidak tanggung-tanggung yang mengisi acara adalah Dira Sugandi, Dwiki Darmawan, Tohpati, dan Saung Angklung Udjo. Saya juga mulai mengikuti beberapa kegiatan volunteer disekitar Den Haag salah satunya TWIYC.

image4

Desember 2015

Pasar Natal di Köln-Jerman menjadi tujuan kami dibulan Desember ini sekaligus mengunjungi beberapa tempat disana. Kesampaian juga akhirnya datang ke Köln dan berkeliling ke beberapa Christmas Market serta Katedral dan juga Museum. Dibulan ini saya merasakan suasana Natal pertama di Belanda bersama bersama suami dan keluarga. Bulan ini kami belajar tentang arti perbedaan. Bahwa perbedaan bukan untuk diperdebatkan melainkan disyukuri. Beda itu indah.

Oh iya, saya menulis satu artikel diblog Mamarantau tentang Frankfurt Book Fair 2015 dan kemarin sudah tayang 🙂

Pohon dan hadiah-hadiah dibawahnya. Rasanya saya ingin menjejerkan pot kemangi disana, kado untuk suami :D
Pohon dan hadiah-hadiah dibawahnya. Rasanya saya ingin menjejerkan pot kemangi disana, kado untuk suami 😀

Ternyata selain menjadi tahun penuh pembelajaran, 2015 merupakan tahun yang penuh pengalaman pertama buat kami. Ya karena baru tahun ini kami melewati segala sesuatunya bersama sebagai suami istri. Banyak suka duka yang sudah terlewati. Yang baik kami ambil manfaatnya, yang tidak menyenangkan kami ambil hikmahnya.

Semoga ditahun 2016 langkah kami lebih bermanfaat. Target kami tahun depan tidak muluk-muluk : semoga kami bisa makin lebih banyak bersyukur, makin bisa memberikan manfaat kepada yang membutuhkan dalam bentuk apapun, hidup lebih sehat, dan beberapa rencana baik kami diijabah Allah sehingga bisa terwujud nyata. Kalau target pribadi saya : 2016 lebih sibuk didunia nyata (karenanya sudah 2 bulan ini sedang deactive FB dan cuti IG), lulus ujian bahasa Belanda dan target membaca minimal 50 buku terpenuhi (karena tahun 2015 lebih banyak membaca buku pelajaran bahasa Belanda saja). Semoga keberkahan, kebahagiaan, dan kesehatan yang baik selalu menyertai langkah kami dan keluarga, juga teman-teman semua di tahun 2016. Selebihnya seperti biasa, kami persilahkan tahun 2016 datang dengan segala kejutan yang sudah dipersiapkanNya.

Hidup itu seperti berlari marathon, tak ada tempat pemberhentian dan selalu butuh perjuangan sampai pada satu titik bernama impian

-Ninit Yunita-

PicsArt-1

Natal Pertama di Belanda

Pohon dan hadiah-hadiah dibawahnya. Rasanya saya ingin menjejerkan pot kemangi disana, kado untuk suami :D

Saya terlahir ditengah keluarga besar yang multi agama, terutama dari keluarga Ibu. Pemeluk 5 agama di Indonesia, penganut kepercayaan bahkan pemeluk agama Shinto juga ada dalam keluarga besar. Jadi, saya tumbuh dalam keberagaman agama dikeluarga. Tidak mengherankan kalau sedang berkunjung ke rumah Mbah di Nganjuk pada saat Lebaran atau liburan Natal, keluarga besar ramai berkumpul dan ikut bersuka cita dengan perayaan yang sedang berlangsung. Suasana kumpul keluarga tersebut yang membekas dalam ingat saya sampai sekarang. Betapa saya sangat senang kalau bertemu sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan perpaduan dari berbagai macam suku dan agama. Kehangatan keluarga, makan-makan, bercengkrama, ataupun sekedar tertawa tanpa henti tanpa tahu apa yang menjadi pemicunya. Tetapi kesenangan tersebut surut teratur dikala usia sudah menginjak difase pertanyaan “kapan kawin?”yang melucur seperti petasan : riuh memekakkan telinga.

Ibu sejak SD sampai SMA menempuh pendidikan disekolah Katolik. Karenanya, bukanlah hal yang baru buat saya mendengar cerita beliau tentang Misa, Doa Novena, Rosario, Komuni, bahkan beberapa lagu misa ataupun lagu lainnya seperti Ave Maria, Malam Kudus (yang ternyata lagu aslinya ditulis dalam bahasa Jerman berjudul Stille Nacht) sudah biasa saya dengarkan karena beliau sering memutarkan sewaktu saya dan adik-adik masih kecil. Tidak dapat dipungkiri ketika dirumah memutarkan lagu-lagu tersebut, keluarga kami menuai protes tetangga kanan kiri kenapa keluarga Islam memutar lagu agama Katolik. Tapi Ibu tidak peduli dan tutup telinga dengan gunjingan tetangga. Toh yang mengerti tujuan kenapa Ibu melakukan itu adalah kami anggota keluarga, itu yang paling utama. Mungkin sikap seperti itu yang akhirnya saya tiru, tidak peduli tudingan sana sini saat mulai menjalin kasih dengan mereka yang berbeda keyakinan. Ketika akhirnya saya serius dengan seorang lelaki beragama Katolik, saat itu juga saya tahu bahwa hubungan kami tidak akan pergi kemana-mana, jalan ditempat, bahkan akhirnya harus menghadapi kenyataan bahwa kami tidak bisa dipersatukan. Pada saat itu kami tidak cukup ilmu untuk memahami ajaran agama masing-masing, sehingga tidak mampu menjawab banyak pertanyaan yang mencuat diantara kami. Namun saya harus berterima kasih kepada dia karena membukakan mata bahwa ternyata saya tidak terlalu paham dengan agama yang saya yakini, karenanya saya menjadi terpacu untuk belajar lebih dalam.

Saya masih belajar dan terus mencari jawaban sampai sekarang atas segala pertanyaan yang muncul tidak ada habisnya tentang banyak hal. Dalam proses belajar itu saya lebih banyak diam dan menjadi pengamat. Mengunci mulut dan menjaga jemari tangan agar tidak menjadi “hakim dadakan” dengan menuding ini dan itu. Jika ada yang tidak sesuai atau saya belum yakin akan suatu perkara, saya memilih untuk diam dan memperbanyak ilmu daripada sibuk menyalahkan atau mengumbar opini pribadi yang tidak jelas kebenarannya. Saya meyakini apa yang saya yakini dengan tidak menutup pintu hati dan pikiran untuk belajar sebanyak-banyaknya ilmu supaya tidak menjadi sempit pengetahuan dan tidak mudah mengkerdilkan orang yang mempunyai pendapat berbeda. Salah satu Quote Mother Teresa yang saya suka adalah “If you judge people, you have no time to love them.” Saya bersyukur dibesarkan dari keluarga dengan background beragam, sehingga kami tidak ada waktu untuk mencari pembenaran akan masing-masing keyakinan karena kami lebih banyak waktu untuk menghormati perbedaan yang ada dengan cara yang lebih bijaksana dan pikiran terbuka. Ketika di Indonesia masih saja timbul pro dan kontra tentang memberikan ucapan selamat Natal, saya di Belanda sedang menikmati suasana Natal pertama bersama suami dan keluarga.

Dua minggu menjelang tanggal 25 Desember, suami tiba-tiba mengusulkan untuk membeli pohon beserta hiasannya. Dia sangat bersemangat sekali karena sudah lama tidak melakukan tradisi Natal ini. Saya menemani dia memilih pohon yang sesuai untuk ditaruh dirumah dan beberapa hiasan yang cocok supaya pohonnya meriah. Saya juga sangat antusias memilih beberapa lilin beraroma yang akhirnya saya tempatkan dibeberapa sudut ruang. Aroma yang saya pilih adalah vanila, jeruk, strawberry dan anggur. Rumah kami penuh dengan wewangian buah, terasa manis dan menyegarkan juga menenangkan pikiran. Akhirnya proses menghias pohonpun selesai dimana ternyata suami yang banyak berperan sementara saya tetap sibuk dengan tugas mengolah pangan. Saya senang melihat pohon dengan kerlip lampu dan hiasan warna warni yang menghiasi pojok salah satu ruang keluarga. Berasa meriah dan membuat hati riang. Pohon pertama kami.

Saya bertanya pada suami tentang tradisi tukar kado. Ternyata dikeluarganya tidak lagi ada tradisi tukar kado ketika suami dan adik-adiknya beranjak remaja. Jadi kalau Natal tiba, mereka hanya merayakan dengan cara berkumpul bersama, tanpa tukar kado, tanpa ucapan. Jadi Natal dimaknai sebagai kumpul keluarga dan waktunya libur panjang. Itu saja, tanpa ada embel-embel agama. Natal kali ini berbeda karena Papa sudah tidak ada lagi diantara kami. Tahun lalu menjadi Natal terakhir bagi seluruh keluarga berkumpul bersama Papa, dimana tahun lalu saya masih terbenam diantara persiapan menjelang detik-detik sidang tesis di Surabaya. Jauh dari suami dan seluruh keluarga di Belanda yang merayakan Natal dengan makan malam bersama disalah satu Restoran. Karenanya tahun ini saya sangat antusias : pengalaman pertama melalui Natal bersama seluruh keluarga suami. Suami mengatakan tidak ada acara tukar kado, yang kemudian saya yakinkan berulangkali apakah memang benar-benar tidak ada, akhirnya saya tidak menyiapkan kado apapun, bahkan untuk dirinya.

Sehari menjelang Natal, saya sibuk pergi ke pasar dan berkunjung ke centrum untuk berbelanja ditoko oriental dan beberapa supermarket karena pada tanggal 25 Desember semua toko tutup kecuali beberapa restoran tetap buka. Pasar dan centrum tidak seramai biasanya. Mungkin karena banyak yang sedang pergi liburan musim dingin. Saya senang karena mendapatkan kemangi ditoko oriental, mengirimkan foto ke suami dan mengatakan kalau saya sudah mendapatkan hadiah natal buat dia yaitu pohon kemangi. Dia sangat senang makan kemangi apalagi kalau dicampur dengan sambel tempe penyet. Waktu itu saya hanya bercanda karena memang tidak ada acara membelikan kado. Saya bahkan tertawa geli melihat diri sendiri menenteng pohon kemangi sementara orang-orang banyak yang menenteng buket bunga. Bahkan kondektur kereta sempat bertanya pohon apa yang saya bawa, sampai dia mencium aromanya. Surga dunia ini bisa makan tempe penyet kemangi di Belanda.

Salah satu stan ikan dipasar yang memasang Santa
Salah satu stan ikan dipasar yang memasang Santa
Kemangi mejeng difoto :D
Kemangi mejeng difoto 😀

Pulangnya saya melewati langganan tempat membeli Oliebollen sepulang sekolah. Ini adalah cemilan khas untuk menyambut tahun baru di Belanda. Saya menyebutnya seperti roti goreng kemudian ditaburi gula halus. Ada berbagai macam variasinya, tetapi favorit saya adalah yang original. Oliebollen ini rasanya lembut tapi sangat mengenyangkan. Harganya juga terjangkau, € 0.90 perbiji yang original. Saya biasanya beli dua untuk cemilan sambil jalan menuju rumah. Oh iya, Oliebollen ini kalau menyebut jamak. Kalau satu disebutnya Oliebol.

IMG_7367

Oliebollen
Oliebollen

Saat suami pulang kantor, dia membawa tas besar. Saya bertanya dia ada acara apa kok membawa barang banyak. Lalu dia menjawab itu adalah kado untuk tanggal 25 Desember. Wah, saya kaget kok tiba-tiba dia membeli kado padahal kan perjanjiannya tidak ada acara tukar kado. Dia bilang itu adalah surprise sambil tersenyum jahil kepada saya. Aduh, saya jadi merasa bersalah tidak membeli apa-apa buat dia, sambil nengok pohon kemangi yang bersender manis dekat jendela.

Pohon dan hadiah-hadiah dibawahnya. Rasanya saya ingin menjejerkan pot kemangi disana, kado untuk suami :D
Pohon dan hadiah-hadiah dibawahnya. Rasanya saya ingin menjejerkan pot kemangi disana, kado untuk suami 😀

Pagi hari kami makan pagi bersama. Ini adalah hal yang luar biasa karena baru kali ini kami menghabiskan waktu untuk makan pagi bersama. Saya pernah bercerita dalam tulisan Fakta dalam Rumah Tangga kami, bahwa kami berbeda keyakinan tentang menu sarapan. Karenanya kami tidak pernah makan bersama. Tetapi pagi itu berbeda. Kami duduk dimeja makan sambil menyantap roti Jerman pemberian Beth dan minum teh sembari mendengarkan musik yang mengalun dari piringan hitam artis Nana Mouskouri. Lagu-lagu seperti Ave Maria, Silent Night, God Rest Ye Merry Gentlemen, Littel Drummer Boy dan masih beberapa lagu lainnya mengiringi pagi yang dingin dan abu-abu (maklum langitnya abu-abu dan tidak ada salju). Setelahnya acara buka kado dan saya terkejut mendapati isinya yang tidak terduga. Kejutan manis dari suami karena barang-barangnya sangat berguna. Jingkrak-jingkrak, peluk dia sambil mengucapkan terima kasih. Kalau melihat rekaman video detik-detik saya membuka kado jadi tertawa sendiri, maklum tidak pernah ada acara buka kado sebelumnya, jadinya semacam norak *ngaku.

Roti dari Jerman. Kalau tidak salah namanya Weihnachtsstollen.
Roti dari Jerman. Kalau tidak salah namanya Weihnachtsstollen.

Setelah makan siang, kami kerumah Mama. Ternyata disana sudah berkumpul keluarga yang lain. Keluarga suami ini anggotanya tidak banyak. Suami beserta adik-adiknya, anak-anak mereka, serta Papa (saat masih hidup) dan Mama. Jadi benar-benar keluarga inti. Mama menyediakan aneka makanan yang lezat-lezat. Kami menikmatinya sambil bercengkrama dan melihat foto-foto Papa Mama saat masih muda. Kami bernostalgia dengan kenangan saat Papa masih ada. Saat jam 5 sore, kami pamit pulang karena Mama ada acara makan malam bersama adik suami dirumahnya sedang kami akan makan malam di restoran Sushi di Centrum. Wah, senang sekali saat kami berjalan di Centrum yang jelasnya lengang, hanya segelintir orang yang melintas.

Centrum yang lengang
Centrum yang lengang
Pohonnya besar sekali didalam mall.
Pohonnya besar sekali didalam mall.

Setelah makan malam, kami berjalan-jalan sebentar. Ternyata saya mendapati beberapa supermarket masih buka. Langsung saya membeli telor ayam karena sehari sebelumnya saya lupa membeli yang berakibat paginya saat akan membuat dadar jagung tidak mencampurkan dengan telur, nekat saja saya masukkan oven, ternyata rasanya enak juga *dipuji sendiri haha. Untuk kendaraan umum seperti tram, bis dan kereta masih beroperasi seperti biasa. Bahkan saya melihat banyak taksi yang juga masih melintas.

Stasiun yang lengang. Meskipun dingin menggigit, makan es krim tetap jalan terus.
Stasiun yang lengang. Meskipun dingin menggigit, makan es krim tetap jalan terus.

Sangat menyenangkan melewati suasana Natal di Belanda. Pengalaman pertama saya. Mengingatkan akan kenangan masa kecil bersama seluruh keluarga besar saat Natal datang. Kehangatan yang tercipta diantara perbincangan dan gelak tawa. Memang masih banyak tanya dalam kepala saya, dan butuh waktu untuk mencari jawabnya. Tetapi hal tersebut tidak mengurangi keriangan marasakan suasana Natal pertama bersama suami. Akhirnya tahun ini kami bisa melewati bersama, saling introspeksi, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya. Setiap perbedaan jika disikapi dengan bijaksana, paham dan mengerti batasannya serta tidak merasa benar sendiri, maka semua akan indah berdampingan penuh harmoni.

My religion is very simple. My religion is kindness

-Dalai Lama-

-Den Haag, 27 Desember 2015-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi

Christmas Market di Köln – Jerman

Seperti yang pernah saya tuliskan pada postingan terdahulu bahwa tujuan saya dan suami ke Köln karena ingin mengunjungi Christmas Market. Ini kunjungan pertama kami, karenanya sangat antusias meskipun hujan deras sepanjang perjalanan hampir 3 jam dari Den Haag sampai di Köln. Bahkan di Köln sendiri hujan tidak berhenti sampai malam hari kami menuju Kerpen untuk menginap dirumah Beth. Saya pikir dengan hujan, sedikit angin dan suhu sekitar 5 derajat celcius, tidak banyak orang yang datang ke beberapa tempat Christmas Market. Tetapi saya salah. Dari empat tempat yang kami datangi, semuanya penuh, meskipun tidak sampai uyel-uyelan. Biasanya saya melihat suasana seperti ini (Christmas Market) di film-film menjelang Natal. Sekarang bisa merasakan sendiri. Rasanya senang luar biasa. Atmosfirnya susah dikatakan karena larut dengan suasananya. Dulu sewaktu di Surabaya atau Jakarta, saya senang ke mall menjelang Natal begini. Melihat lampu warna warni, hiasan natal, mendengarkan lagu-lagu. Sama senangnya kalau masuk bulan puasa dan menjelang Idul Fitri, saya juga suka ke mall, selain karena menikmati suasananya, juga berburu barang diskon :D.

Ada Lima Christmas Market yang terkenal di Köln yaitu : Cathedral Christmas Market, Angel’s Christmas Market, Old Town Christmas Market, Harbour Christmas market, Gay and Lesbian Christmas Market. Kami mengunjungi tiga tempat pertama dan satu Christmas market kecil, simpel karena lokasinya berdekatan jadi bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari satu lokasi satu ke lainnya. Christmas Market ini berlangsung sejak 23 November sampai 23 Desember 2015. Masing-masing tempat mempunyai keunikan tersendiri. Terutama dari simbol yang ada distandnya.

Cathedral Christmas Market

Cathedral Christmas Market ini letaknya persis didepan (depan atau mana ya, saya juga rancu bagian depannya mana :D) Köln Cathedral yang juga tepat didepan The Roman-Germanic Museum. Yang khas adalah pada semua stand tendanya berwarna merah dan ditengah-tengan area ada pohon natal tinggi sekali.

Cathedral dimalam hari
Cathedral dimalam hari

IMG_7272

IMG_7273

IMG_7274

IMG_7275

IMG_7276

IMG_7277

Angel’s Christmas Market

Angel’s Christmas Market ini terletak di Neumarkt, kira-kira 10 menit berjalan kaki dari Cathedral Christmas Market. Stand disini khas dengan patung Angel diatap bagian depan.

IMG_7279

IMG_7280

Lihat ada Angel diatas kan?
Lihat ada Angel diatas kan?

IMG_7282

IMG_7283

IMG_7284

Ini sayur, tapi saya tidak tahu sayur apa :D cuma numpang lewat trus motret.
Ini sayur, tapi saya tidak tahu sayur apa 😀 cuma numpang lewat trus motret.
Ingin punya patung Angel seperti itu
Ingin punya patung Angel seperti itu

Old Town Christmas Market

Sesuai dengan namanya, Christmas Market ini terletak di Old Town. Pada saat perang dunia kedua, hampir 72% area kota Koln hancur, penuh puing termasuk area Old Town. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali area ini yang sudah terkenal disegala penjuru dunia karena terdapat Katedral, Gereja Roma Groß St. Martin (St. Martin) dan Balai Kota. Di Old Town Christmas Market ini uniknya adalah terdapat arena Ice Skating. Suami menawarkan apakah saya mau mencoba? Wah Mas, jalan saja sering jatuh tanpa sebab, apalagi Ice Skating.

FullSizeRender

FullSizeRender_1
Mejanya berbentuk kuda

IMG_6896

IMG_6901
Memberi nama di tapal kuda

IMG_6902

IMG_6926

IMG_6958

IMG_7023

Arena Ice Skating
Arena Ice Skating

IMG_7290

Gluhwein
Gluhwein

Karena terlalu antusias keliling semua lokasi sambil incip-incip gratis makanan yang boleh saya makan, kami sampai lupa membeli sesuatu untuk kenang-kenangan. Sampai dirumah suami bergumam “lho kok kita ga beli apa-apa ya. Cuman makan ini itu gratisan haha” untungnya Mas Ewald membawa pulang gelas Glühwein. Oh ya, yang belum tahu Glühwein menurut suami adalah minuman yang terbuat dari campuran dari anggur merah, rempah (kayu manis, cengkeh, adas), kulit jeruk atau lemon. Bahan-bahan tersebut kemudian dipanaskan dan biasanya disajikan dalam cangkir. Minuman ini benar-benar populer di Christmas Market. Kata suami rasanya enak. Dia sampai minum 3 cangkir ditempat yang berbeda.

Begitulah pengalaman kami mengunjungi Christmas Market di Köln – Jerman. Senang? luar biasa pastinya. Sudah tidak sabar ingin berkunjung ke Christmas Market dikota lainnya di Jerman tahun depan.

Selamat hari senin ya semua. Sudah libur atau menjelang libur Natal ya ini? Kalau belum libur, pasti sudah tidak konsentrasi kerja lagi ya sekarang 🙂 Jadi teringat dulu sewaktu masih kerja di Jakarta, akhir tahun adalah saat yang paling dinanti semua karyawan dikantor saya, karena kami pasti mendapatkan libur akhir tahun selama 2 minggu dan mendapatkan bonus akhir tahun :).

-Den Haag, 21 Desember 2015-

Semua foto disini adalah dokumentasi pribadi.

Tentang Usia

“You look so young if you say that you are a married woman. I guess your age is around 23 years old”

Bukan hanya sekali atau dua kali hal tersebut terlontar ketika ada yang bertanya tentang status saya selama 10 bulan tinggal di Belanda, keluarga suami juga mengira saya masih berusia 24 tahun ketika tahun kemarin pertama kali diperkenalkan pada keluarga inti. Bahkan beberapa malam lalu ungkapan serupa juga saya terima ketika menghadiri pertemuan rutin volunteer di Den Haag. Awalnya tentu saja senang bukan kepalang dan rasanya ingin beradegan seperti difilm-film India, berlari mengelilingi taman lalu berputar diantara pepohonan, karena terlalu bahagia bahwa mereka mengira usia saya masih dibawah 25 tahun. Saya ingat sekali hari pertama di sekolah bahasa Belanda, ketika sesi perkenalan yang salah satunya adalah menyebutkan status dan usia. Semua siswa diruangan (sekitar 15 orang) yang awalnya hening, menjadi berisik ketika saya menyebutkan usia dan status. Mereka tidak percaya saya sudah berusia diatas 30 tahun. Bahkan guru saya pun sampai menanyakan 2 kali tentang usia, memastikan bahwa yang didengarnya adalah benar. Yang selalu membuat tertawa kalau mengingatnya adalah salah satu teman sampai ingin melihat identitas saya, memastikan bahwa saya benar-benar berusia sesuai yang disebut pada saat sesi perkenalan. Dulu saya beranggapan kalau ada yang bereaksi seperti itu ketika pertama kali pindah ke Belanda hanya sekedar basa-basi, ingin menyenangkan hati saja. Tapi saya langsung teringat, orang Belanda kan bukan tipe yang basa-basi. Jadi yang terlontar ya sesuai dengan yang dipikirkan. Kalau ada yang penasaran saya usia berapa, bisa dikira-kira dari cerita tentang masa kuliah.

Saya juga sering mendengar dari pembicaraan sesama orang Indonesia bahwa Asian memang terlihat lebih muda dari usia sebenarnya dibandingkan Caucasian. Karena penasaran kenapa hal tersebut bisa terjadi, akhirnya saya menelusuri beberapa artikel dan penelitian terkait hal tersebut. Meskipun tidak terlalu mudeng juga secara terperincinya, tapi secara garis besar memang karena faktor genetik dan kromosom yang mempengaruhi. Untuk lebih jelasnya silahkan googling, karena akan banyak sekali penelitian yang terkait dengan hal ini. Hahaha tulisan opooo iki, yang baca malah disuruh googling sendiri, maafkan ya :D. Itu kalau kita membicarakan tentang Asian dan Caucasian.

Tetapi di Indonesia sendiri saya selalu ditebak masih seumuran 25 tahun. Ada satu kejadian sewaktu naik bis menuju Situbondo, seorang Ibu yang duduk disebelah tiba-tiba menyelutuk “Darimana kok malam begini baru pulang sekolah?” Saya yang tidak mengerti pertanyaan Ibu tersebut bertanya kembali “Sekolah apa ya Bu maksudnya?” lalu Ibu tersebut kembali bertanya “SMA dimana?” Saya tercekat, ternyata dipikir anak SMA, padahal pada saat itu akan menginjak usia 30. Saya langsung menyalahkan lampu bis yang remang-remang sehingga Ibu tersebut berasumsi saya nampak seperti anak SMA karena wajah asli tidak terlihat jelas. Dulu saya suka merenung, apa karena tingkah saya yang masih pecicilan atau postur tubuh yang memang mungil, sehingga sering disangka lebih muda dari usia sebenarnya. Ada yang punya pengalaman serupa saya yang disangka lebih muda dari usia sebenarnya?

Suami juga sering disangka lebih muda dari usia sebenarnya. Pernah ada yang menebak 10 tahun lebih muda. Dia sih pasti bersuka cita dan rasanya langsung ingin koprol kalau ada yang berucap seperti itu. Kalau berbicara tentang penampilan yang nampak lebih muda dari usia sebenarnya, ada banyak faktornya. Tentu saja hal ini diluar operasi kecantikan, gen dan kromosom. Beberapa hal yang saya sebut dibawah ini berdasarkan hasil pengamatan saja :

Makanan dan Minuman

Hal ini tidak diragukan lagi. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, segar, bergizi, seimbang dan tidak berlebihan tentu saja bagus untuk kesehatan. Kalau kesehatan terjaga dengan baik, tentu saja manfaatnya banyak salah satunya nampak dari penampilan secara keseluruhan. Pernah melihat perbedaan antara orang yang sehari-hari mengkonsumsi sayuran, buah, protein hewani, secara seimbang dan minum air tidak berwarna dengan orang yang tidak suka makan sayur, buah, seringnya makan protein hewani dan lebih banyak mengkonsumsi minuman berwarna? Saya tidak dalam kapasitas membenarkan satu dan lain hal. Hanya ingin menekankan bahwa yang mengetahui kebutuhan tubuh hanya kita sendiri. Dan itu yang nampak terlihat dari tampilan fisik kita.

Gaya Hidup

Rutin berolahraga, tidak terlalu sering begadang (seperti yang saya sering lakukan, harus ditiadakan karena menurut Bang Haji begadang boleh saja asal ada gunanya *krikk krikkk), mengurangi hal-hal bisa berdampak buruk terhadap kesehatan, serta menyempatkan diri untuk berlibur. Berlibur disini bukan berarti harus pergi jauh. Berlibur bisa juga melepaskan diri dari segala rutinitas sesaat, kemudian pergi ke taman menikmati suasana sekitar, membaca buku atau sekedar mendengarkan suara burung yang terbang rendah disekitar kita.

Lingkungan

Beban kerja yang padat, terkurung oleh ganasnya kemacetan jalan, beban hidup yang harus dijalani, dan stress akan beberapa hal juga secara tidak langsung akan berdampak kepada penampilan fisik. Saya ingat ketika Ibu mengunjungi salah satu teman SD nya. Penampilan secara fisik Beliau berdua sangat jauh terlihat berbeda. Teman Ibu tersebut nampak terlihat jauh lebih tua. Sewaktu saya bertanya, Ibu mengatakan bahwa temannya tersebut beban dan permasalahan hidupnya banyak, karenanya terlihat lebih tua secara fisik karena banyak yang dipikir.

Kalau berbicara tentang tips awet muda, tentu saja banyak sekali artikel yang bisa dibaca dan dicari dijaman serba internet ini. Tapi diantara tips-tips yang ada tersebut, hal yang paling penting adalah selalu bersyukur dan selalu berpikir positif. Malam ini ketika suami baru pulang dari acara natal dikantornya, kami sempat berbincang beberapa saat sebelum dia tidur. Adalah menjadi kebiasaan kami untuk saling bertukar cerita tentang kegiatan masing-masing selama satu hari. Setelahnya kami mengakhiri dengan saling berucap terima kasih satu sama lain untuk banyak hal, bahkan untuk hal-hal mungkin terlihat sepele. Misalkan, suami berterimakasih untuk bekal makan siang yang saya buatkan dan rasanya enak (meskipun saya tahu kadang-kadang saya memasak sayur terlalu pedas) dan saya berterimakasih karena hari ini sebelum berangkat ke sekolah dia memeriksa prakiraan cuaca dan memilihkan jaket mana yang nyaman untuk saya pakai (hari ini Den Haag suhunya 14 derajat celcius. Super bahagia!!). Sederhana, tetapi itu adalah salah satu cara bersyukur akan ritme hidup yang kami lalui sehari-hari. Berpikir positif atas segala peristiwa yang melintasi jalan kehidupan. Berpikir positif juga bagian dari doa. Apa yang kita pikirkan seringkali malah menjadi nyata. Karenanya, berpikir secara positif lebih baik dilakukan agar hal-hal baik yang merupakan bagian dari doa bisa menjadi kenyataan. Jangan lupa untuk selalu menyelipkan senyuman setiap harinya. Meskipun saya adalah orang yang pelit tersenyum, tapi minimal saya memberikan senyuman pada diri sendiri didepan kaca. Niscaya, hal tersebut akan membuat hati bahagia, dan bonusnya jadi nampak awet muda.

Tentang usia, bukan hanya tentang bilangan dan angka. Siapa sih yang tidak senang jika disangka lebih muda dari usia yang sebenarnya. Tetapi bukan pujian tujuannya. Jika tidak dijaga dengan baik apa yang sudah dititipkan Tuhan pada kita, maka angka hanyalah sekedar angka tanpa makna. Usia adalah salah satu hal yang Tuhan titipkan. Akan kita jadikan seperti apa usia yang bertambah secara angka, namun berkurang secara kesempatan hidup didunia, semua ada ditangan kita sendiri. Sudah berapa banyak syukur yang terucap pada Sang Pemberi Nyawa untuk usia yang masih dipercayakan pada kita, apakah tidak lupa bersyukur pada alam yang telah memberi kita makanan dan minuman yang sehat, pada orang-orang terkasih yang selalu ada disekitar saat senang dan susah, pada diri sendiri tentang betapa kuatnya diri ini atas semua hal yang telah terjadi dan yang terlewati.

Kita tidak pernah tahu sampai pada angka berapa usia kita akan berhenti. Sudahkah kita melakukan hal terbaik didunia? Tidak lupakah kita menyempatkan waktu untuk orang-orang tersayang dan berkata bahwa kita mencintai mereka? Sudahkah kita berbuat baik pada sesama manusia, tidak menyakiti binatang, dan merawat yang telah Tuhan titipkan pada kita? Tidak lupakah kita akan kewajiban sebagai umatNya?

Karena sesungguhnya kita tidak pernah tahu, sampai pada angka berapa usia akan melekat pada raga.

Sumber : https://www.pinterest.com/pin/129126714293604288/
Sumber : https://www.pinterest.com/pin/129126714293604288/

-Den Haag, 17 Desember 2015-