Tentang Toleransi

Toleransi menurut pandangan saya adalah saling menghormati terhadap perbedaan yang ada, tahu batasan, tidak memaksakan kehendak pribadi, serta bisa menempatkan diri terhadap situasi yang tidak ideal.

Jumat minggu lalu ada acara perayaan ulang tahun keponakan yang berusia 9 tahun. Dia gadis kecil yang manis, selalu tersenyum, dan beberapa minggu lalu memenangkan turnamen gymnastic pada urutan kedua di Amsterdam. Saya ingin memberikan sesuatu yang spesial. Berbekal kenekatan dan ilmu yang pas-pasan dalam dunia per-oven-an, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk memberikan kue ulang tahun buatan saya sendiri sebagai hadiah. Ini kali pertama seumur hidup saya membuat kue ulang tahun dan mendekorasinya sendiri. Walhasil jadinya ya masih acakadut. Tetapi begitu saya serahkan kepada Chimene, nama keponakan, dia sangat senang. Orangtua Chimene yang adalah ipar, serta Mama mertua terkagum dengan kerajinan tangan saya, mengatakan kreasi yang saya buat bagus adanya. Tentu saja saya senang bukan kepalang, berharap rasanya juga cocok untuk mereka.

Tamu-tamu berdatangan, acara demi acarapun sudah terlewati, termasuk pemotongan kue. Kata mereka yang makan, kue buatan saya enak. Ah, kembali rasanya senang. Kemudian seorang lelaki, teman dari ipar saya mengedarkan makanan. Dari jauh saya melihat kalau itu adalah daging, roti, dan keju. Saya tentu saja tidak bisa mengambil bagian dagingnya. Pertama karena saya tidak makan segala jenis daging, yang kedua tentu saja karena saya tidak tahu itu jenis daging apa. Tetapi ketika lelaki itu sampai didepan saya, dia mengatakan kalau ada yang ikan “This is fish and i think it’s safe for you” entah mengapa ketika lelaki itu mengatakan hal tersebut, saya jadi terharu. Dia tidak tahu kalau saya tidak makan daging, karena kami belum pernah bertemu sebelumnya, yang dia tahu adalah saya tidak diperbolehkan memakan daging babi sebagai seorang muslim. Dia melihat saya berbeda dari yang lain.

Mengingat kebelakang, keluarga suami juga pada awalnya merasa tidak nyaman dengan kehadiran saya yang tentu saja berbeda dengan mereka. Wanita muslim berjilbab yang akan menjadi anggota keluarga besar. Namun saya tahu bahwa ini adalah bagian dari proses untuk bertoleransi. Saya sebagai pendatang baru dan berbeda dari yang lain harus bisa menempatkan diri. Apa yang tidak bisa saya makan atau lakukan, akan saya beritahukan diawal. Misalkan : saya tidak bisa makan ditempat yang dimenunya ada makanan yang mengandung Babi, atau saya tidak bisa melakukan cium pipi kepada lelaki yang bukan Muhrim, meskipun cium pipi tiga kali adalah ciri khas di Belanda. Pada akhirnya mereka bisa menerima saya secara perlahan dengan mulai melakukan penyesuaian disana sini. Contohnya : kalau ada acara makan di Restoran, mereka akan mencari yang tidak ada menu yang mengandung babi. Karenanya, pada saat Mama mertua ulang tahun, kami makan malam di Restoran Indonesia yang halal. Bagaimana bentuk toleransi saya kepada mereka? Misalkan : jikapun ternyata mereka menghidangkan menu yang mengandung babi kepada tamu jika ada acara disalah satu rumah anggota keluarga, saya tidak akan makan, dan tentu saja saya tidak akan protes. Itu bentuk penghormatan saya dan berusaha untuk bisa menempatkan diri pada posisi yang tidak ideal.

Suatu ketika, Mama mertua pernah bertanya tentang jam berapa saya bangun tidur dipagi hari. Saya menjawab sekitar jam 5 sampai setengah enam. Mertua kaget, kenapa pagi sekali. Saya menjelaskan bahwa selain untuk menyiapkan bekal makan siang suami, saya juga harus melaksanakan sholat subuh. Setelahnya kami berbincang tentang berapa kali sembahyang yang saya laksanakan dalam sehari. Dilain waktu, ketika Papa mertua meninggal dan ada upacara kremasi, saya juga mengikuti setiap prosesnya sampai selesai. Saya berdoa sesuai agama saya, dan mereka tidak menolak kehadiran saya pada acara tersebut. Bahkan ada salah satu anggota keluarga yang menanyakan apakah diperbolehkan dalam Islam untuk menghadiri upacara tersebut. Saya menjawab, buat saya tidak masalah, karena tidak keluar dari Aqidah.

Memang semuanya butuh proses, tidak bisa instan. Saya yang sebagai orang baru dinegara ini harus belajar banyak untuk bisa menempatkan diri dan bersikap. Apa yang tidak perbolehkan oleh agama, akan saya hindari dengan cara yang santun. Hidup sebagai pendatang memang tidak mudah, tetapi juga jangan dibuat sulit. Hidup memang tidak selalu semanis kue ulang tahun. Tapi jika perbedaan dapat bersanding dengan manis seperti hiasan pada kue ulang tahun, maka semua akan terlihat indah, itupun tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Bertoleransi terhadap perbedaan bukan sesuatu yang susah, jika kita tahu batasannya. Intinya, jangan rewel kalau pada kenyataannya kita punya banyak keterbatasan. Terbatas bukan berarti kita tidak bisa bergerak dengan leluasa. Seringkali kita tidak bisa menyatukan perbedaan dan membuatnya menjadi sama, tetapi berdamai dengan perbedaan adalah jalan yang bisa kita lakukan.

-Den Haag, 12 April 2015-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi

Kue Ulang Tahun pertama yang saya buat untuk keponakan berusia 9 tahun. Ini kali kedua membuat kue. Keponakan bahagia, dan kata tamu-tamu serta saudara kueya enak. Saya tentu saja bahagia :)
Kue Ulang Tahun pertama yang saya buat untuk keponakan berusia 9 tahun. Ini kali kedua membuat kue. Keponakan bahagia. Tamu-tamu serta saudara mengatakan kuenya enak. Saya tentu saja bahagia ๐Ÿ™‚

Minggu Ceria – Pertemuan Para Blogger di Belanda

Minggu 22 Maret 2015, pagi hari suasananya sendu. Mendung bergelayut pekat disekitar tempat saya tinggal, Den Haag. Sempat bimbang juga, nanti kalau hujan bagaimana dengan acara yang sudah direncanakan sebulan sebelumnya. Ya, pada hari itu akan ada temu muka dengan para Blogger yang tinggal di Belanda. Buat saya, tentu saja ini pertama kalinya akan bertemu dengan mereka. Mbak Yoyen yang memprakarsai acara ini dengan mengirimkan email satu persatu kepada kami tentang ide jumpa Bloggers ini serta tentang kesediaan tanggal yang memungkinkan kami untuk bertemu. Saya tentu saja sangat senang karena pada saat itu baru sekitar sebulan pindah ke Den Haag. Ingin mendengar pengalaman dari mereka yang sudah menetap lama disini, sekaligus berbagi cerita tentang apa saja yang saya rasakan selama sebulan di Belanda. Dari beberapa suara yang masuk, yang menyatakan bisa ditanggal terbanyak dan terdekat adalah 5 orang, termasuk saya. Akhirnya disepakati 22 Maret 2015 adalah hari pertemuan itu, yang dikemudian hari juga ditentukan kami akan berkumpul di Utrecht Centraal Station jam 12 siangย  didepan Ticket & Service.

Ada yang mengesankan dari Mbak Yo, yang (lagi-lagi) mengawali untuk mengirim email kepada saya menanyakan preferensi tempat makan,berkaitan dengan halal. Awalnya saya sempat mbatin, ingin meminta tempat makan yang halal, sempat maju mundur akan mengirimkan email, tapi saya takut malah merepotkan dengan permintaan itu. Akhirnya justru Mbak Yo yang terlebih dulu menanyakan. Lega juga karena tidak ada ganjalan lagi. Setelah beberapa kali berbalas email dengan menyampaikan kriteria halal menurut saya, pada akhirnya sudah jelas tipe tempat makan yang akan dituju.

Hari H datang juga. Sejak pagi saya sudah ribut sendiri akan memakai pakaian seperti apa, bongkar lemari mengeluarkan beberapa pilihan baju, meminta pendapat Suami mana yang pantas. Saya memang seperti itu, selalu gelisah jika akan bertemu orang-orang baru. Bingung nanti apa yang akan dibicarakan, takut kikuk tidak nyambung dengan obrolan, dan beberapa ketakutan yang lain. Maklum saja, saya tipe orang yang agak susah berbaur dengan segala sesuatu yang baru. Tapi Suami menenangkan dengan kata-kata “tenang saja, saya percaya teman-teman blogger kamu bukan tipe yang menilai dari kulit luarnya”. Setelahnya, saya menjadi santai.

Sesampainya di Utrecht Centraal, saya langsung menuju ke tempat pertemuan. Senang sekali karena sejak awal obrolan mengalir. Yayang, Crystal, Mbak Yoyen ramah sekali. Saya yang awalnya takut tidak bisa masuk kedalam obrolan, akhirnya ketakutan yang tidak beralasan itu lenyap. Tidak berapa lama kemudian formasi menjadi lengkap dengan datangnya Indah. Rasanya bagaimana setelah bertemu mereka? Girang bukan main. Karena selama ini hanya membaca tulisan-tulisan saja, sekarang bisa bertemu dan bercakap langsung dengan penulisnya. Yayang yang sama dengan saya, datang ke Belanda karena menikah, tinggal di Rotterdam. Mbak Yo tinggal di Arnhem, selama ini saya kagumi karena tulisan-tulisannya yang informatif, kritis, tajam ternyata aslinya ramah, tidak pelit ilmu, nuturi dan banyak berbagi pengalaman serta cerita-cerita yang bermanfaat, serta tips untuk menulis diblog dengan baik. Indah, tinggal di Rotterdam, selama ini selalu saya kagumi dengan foto-foto bawah lautnya yang super keren, sampai saya kadang bertanya-tanya dalam hati, bagaimana ya caranya mengambil gambar hewan-hewan laut yang kecil sampai dapat gambar yang menakjubkan. Indah juga berbagi banyak sekali cerita-cerita selama dia tinggal di Belanda. Sedangkan Crystal, saya baru mengenalnya hari itu juga. Terus terang belum sempat baca-baca blognya sebelum bertemu. Crystal mendapatkan beasiswa LPDP, tinggal di Leiden, sedang menempuh Master program di Leiden University jurusan Sejarah, sama dengan suami saya.

Waktu 6 jam bergulir dengan cepat. Obrolan seru mewarnai pertemuan kami. Makan siang di Sumo Sushi belum cukup menampung topik pembicaraan yang kian menghangat. Akhirnya pembicaraan berlanjut dengan duduk santai di Starbucks (tanpa Indah sebab dia harus pulang terlebih dahulu karena sedang tidak enak badan). Saya tentu saja berceloteh tentang cerita adaptasi selama satu bulan, pengalaman berbelanja ke pasar, kenekatan saya berbicara bahasa Belanda ketika berbelanja, dan culture schock dengan beberapa wanita Indonesia yang tinggal di Belanda. Yayang pada akhirnya nyaman bercerita pada kami tentang beberapa pengalaman pada saat proses melahirkan, yang ternyata ada tragedi dibaliknya. Crystal berbagi cerita tentang kehidupan mahasiswa dan pengalaman jalan-jalan ke beberapa negara tetangga. Ternyata Crystal dan saya datang ke Belanda berdekatan jaraknya. Dia Januari awal, saya Januari akhir. Jadi kami ini sama-sama pendatang baru. Mbak Yo dan Indah dengan sabar mendengarkan cerita kami diselingi dengan celutukan-celutukan lucu. Saya merasa siang itu menjadi gayeng dan menyenangkan dengan tawa, haru, serius yang mewarnai segala macam kisah yang terlontarkan.

Terima kasih buat semuanya. Pengalaman baru, bertemu orang-orang baru, saling berbagi cerita dan pengalaman yang seru. Semoga suatu saat ada kesempatan lagi bertemu dengan mereka dan beberapa Blogger lainnya yang berhalangan hadir pada saat itu.

Ternyata bertemu dengan orang-orang baru tidak selalu diawali dengan suasana kaku. Jika kita nyaman dan menempatkan diri berdasarkan porsinya, maka semua akan lancar dan terasa menyenangkan. Semoga April ini akan banyak pengalaman baru dan mengesankan yang akan dihadapi tanpa halangan.

-Den Haag, 1 April 2015-

Dokumentasi dipinjam dari kamera Indah

Deny, Mbak Yoyen, Crystal, Yayang, dan Indah yang bersedia mngambil gambar kami semua
Deny, Mbak Yoyen, Crystal, Yayang, dan Indah yang bersedia mengambil gambar kami semua

Another Candle on the Cake

Semoga tidak pernah lupa untuk selalu bersyukur dengan yang telah Allah titipkan dihari kemarin, saat ini, dan kapanpun juga. Semoga langkah kaki lebih bermanfaat bagi keluarga, lingkungan, dan mereka yang membutuhkan.

-Leeuwarden, 29 Maret 2015-  

Semoga menjadi istri dan teman perjalanan yang mengasyikkan dalam mengarungi setiap suka dan duka kehidupan. 

Kisah Dua Pasang Sepatu

Dua pasang sepatu ini telah melalui perjalanan panjang. Tidak hanya melintasi benua, tetapi menjadi saksi bisu untuk mengantarkan pemiliknya melintasi segala yang berbeda. Perjuangan yang sangat melelahkan diawal, menegangkan dipertengahan, namun menjadi membahagiakan pada akhirnya.

Dua pasang sepatu ini sampai kini tetap setia menemani kemanapun pemiliknya melangkah pergi, tidak lagi sendiri tapi saling berbagi tawa, cerita, suka, dan duka.ย  Petualangan ini baru saja dimulai. Mungkin akan panjang dan terasa melelahkan, tetapi jika dijalani dengan saling bergandeng tangan, berjalan beriringan, mungkin langkah yang berat akan menjadi lebih ringan.

Dua pasang sepatu ini memang tak bisa berkata-kata, tetapi sangat bahagia saat mengetahui bahwa mereka akan menjelajahi luasnya dunia, ketika nanti saatnya tiba.

Dua pasang sepatu ini memang harganya tak seberapa, hanya benda yang menjadi saksi bisu perjuangan lintas benua. Tetapi dari sinilah semua cerita bermula.

-Den Haag, 26 Maret 2015-

14 bulan lalu dua pasang sepatu ini pertama kali bertemu ketika pemiliknya saling berkenalan dan berjabat tangan.
14 bulan lalu dua pasang sepatu ini pertama kali bertemu ketika pemiliknya saling berkenalan dan berjabat tangan.

 

Until We Meet Again, Papa

Those special memories of you will always bring a smile. If only i could have you back for just a little while then we could sit and talk again, just like we used to do. You always meant so very much and always will do too. The fact that you are no longer here will always cause me pain, but i hold you tightly within my heart and there you will remain. You are forever in my heart.

I can’t thank you enough for all that you’ve done for the love of my life, is the one who’s your son. As a father you loved him and taught him to find the best in himself. Thank you for raising a wonderful son.

Today is the day we will let you go. Thank you for letting me be part of your family. Thank you for being such an inspiration.

Until we meet again, Papa

April 18, 1935 – March 12, 2015

 

-Den Haag, March 18 2015-

Pengalaman Berlari – Bromo Marathon 2014

Tulisan ini dalam rangka dibuang sayang. Cerita tahun lalu saat saya dan suami mengikuti Bromo Marathon tanggal 7 September 2014, penutupan rangkaian bulan madu kami. Iya, bulan madu salah satunya ikut lomba lari :D. Dan tulisan ini juga sebagai penyemangat karena dalam beberapa hari lagi saya dan suami akan ikut lomba lari di Den Haag. Buat saya, lomba lari kaliย  ini sangat spesial, karena akan menjadi lomba lari pertama di Belanda.

Saya memang suka lari sejak kecil. Olahraga yang saya tekuni sejak kecil adalah lari dan karate. Berenang baru 10 tahun kebelakang sejak didiagnosa dokter bahwa saya ada kelainan tulang punggung, yaitu Skoliosis yang sudah sangat parah, dan operasi adalah jalan keluar penyembuhannya. Tetapi saya tidak mau, akhirnya dokter menyarankan saya untuk berenang sebagai terapi. Akhirnya 3 olahraga yang saya tekuni yaitu lari, karate, dan berenang. Meskipun suka berlari, tetapi saya sangat jarang ikut lomba-lomba lari. Bromo Marathon ini sepertinya race pertama yang saya ikuti lagi setelah entah berapa tahun terakhir tidak pernah aktif berlomba lari. Rutinnya, saya selalu lari 2 kali seminggu. Tapi jika sedang malas ya sekali seminggu. Paling tidak, seminggu sekali saya pasti lari. Meskipun suhu sering dibawah 5 derajat dalam sebulan ini, berangin, hujan tiba-tiba, tetapi saya memaksakan diri untuk tetap berlari. Sekalinya malas, maka malas seterusnya. Kalaupun saya malas, pasti digeret sama suami. Dia ini raja tega kalau masalah olahraga. Tidak ada kata malas untuk berolahraga dikamusnya.

Kembali ke Bromo Marathon, awalnya saya yang mendaftar. Waktu itu posisinya kami belum menikah, bahkan tanggalnyapun belum ditetapkan. Setelah tanggal pernikahan ditetapkan dan ijin cuti dari kantor suami keluar, dia akhirnya ikut mendaftar. Saya yang 10km, dia yang half Marathon 21km. Kalau suami memang rajin ikut race yang 21km sejak lama. Medalinya saja sampai bertumpuk dirumah. Sehari sebelum hari H, kami berangkat dari Surabaya rame-rame tujuh orang bersama kakak kelas saya dikampus. Menginap dirumah penduduk yang tempatnya sangat bersih dan nyaman dengan makanan berlimpah

Pagi harinya saat hari H, kami menggunakan mobil bak terbuka menuju ke tempat pemberangkatan (start). Full marathon (42km) berangkat terlebih dahulu, disusul yang half marathon (21km), kemudian yang terakhir adalah 10km. Rute yang ditempuh awalnya sama untuk ketiga tetapi dititik tertentu menjadi terpisah. Pada saat Bromo Marathon ini kondisi saya sedang sangat tidak fit. Sinusitis saya kambuh sejak beberapa hari sebelumnya. Ketika awal-awal berlari, udara dingin, semakin membuat hidung saya sakit, napas tersengal. Ditambah lagi medan lari yang aduhai sangaaattt melelahkan. Tanjakan lebih dari 50 derajat kemiringannya, berdebu, semakin membuat saya tersiksa. Ditengan jalan, hampir saja saya menyerah karena hidung sudah mengeluarkan darah. Tapi pada saat itu sudah lebih dari 5km, sayang juga kalau tidak diteruskan. Meskipun lari saya tidak kencang, tapi saya selalu usahakan ritmenya selalu sama, tidak pernah berhenti. Sekalinya berhenti, biasanya saya malas untuk berlari kembali. Mengambil beberapa foto juga saya lakukan sambil berlari. Yang menjadi menyenangkan adalah pemandangan yang dilalui sepanjang jalan sangat menghibur, serta sorak semangat yang diberikan oleh penduduk setempat dan sapaan hangat sesama peserta. Senangnya lagi, saya tanpa sengaja bisa bertemu dengan beberapa teman dari Jakarta yang saya kenal dari organisasi maupun beberapa kegiatan sosial, bahkan teman sesama penyuka olahraga lari.

Akhirnya dengan segenap perjuangan sampailah saya di finish dengan waktu 1:58:41 dan suami dengan waktu 2:49:32. Ternyata suami mengalami sedikit kecelakaan. Nyungsep saat jalan menurun karena kemiringan yang terlalu tajam, mungkin juga karena dia sudah kelelahan. Medan yang 21km dari ceritanya lebih mengerikan lagi susahnya. Saya sampai finish dengan keadaan baik-baik saja sudah sangat bersyukur dengan catatan waktu yang sudah disebutkan. Bromo Marathon memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi kami. Banyak kejadian lucu yang bisa membuat kami tertawa terbahak bahak kalau sedang mengingatnya

Keterangan lebih lengkap tentang Bromo Marathon, langsung bisa klik di website nya. Pendaftaran untuk tahun 2015 akan segera dibuka.

Nah, beberapa hari lagi kami akan mengikuti NN CPC Loop 2015 Den Haag. Saya konsisten ikut yang 10km, suami yang 21km. Antusias sekali karena race ini akan diikuti oleh ribuan peserta juga. Namun juga ada rasa grogi, kuat apa tidak sampai finish. Buat saya, dicoba saja dulu sampai batas maksimal kemampuan, yang penting sudah berusaha :). Kalau ada kesempatan, dan kesehatan memungkinkan, akhir tahun 2015 saya ingin ikut yang 21km. Membayangkan bisa berlari bersama suami pasti sangat menyenangkan.

Yuk, Olahraga biar badan seger ๐Ÿ™‚

-Den Haag, 4 Maret 2015-

Foto-foto yang ada disini adalah dokumentasi pribadi

Pesertanya 1500an dari 39 Negara
Pesertanya 1500an dari 39 Negara
Sepanjang jalan diberi semangat oleh penduduk setempat
Sepanjang jalan diberi semangat oleh penduduk setempat
Kalau bisa melihat titik-titik merah diatas sana, itu jalur yang akan saya lalui. Pffhhh napas tersengal-sengal
Kalau bisa melihat titik-titik merah diatas sana, itu jalur yang akan saya lalui. Pffhhh napas tersengal-sengal
Medannya benar-benar edyaan. 10km serasa 40km
Medannya benar-benar edyaan. 10km serasa 40km
Suami nyungsep di jalan menurun
Suami nyungsep di jalan menurun
Daann inilah kami dengan pose noraknya hahaha
Daann inilah kami dengan pose noraknya hahaha
Senang menjadi finisher di Bromo Marathon 2014. Pengalaman yang sangat berharga
Senang menjadi finisher di Bromo Marathon 2014. Pengalaman yang sangat berharga

Dan inilah yang akan saya ikuti beberapa hari lagi. 10km di NN CPC Loop Den Haag. Mudah-mudahan sampai finish dengan aman sentausa sehat jiwa raga ๐Ÿ™‚

Nomer dada. Antusias!
Nomer dada. Antusias!

 

Belanja ke Pasar – Haagse Markt Den Haag

Minggu pertama ketika baru sampai di Den Haag, saya sudah bertanya ke Suami dimana pasarnya. Saya juga tidak ada bayangan pasar di Belanda (atau bahkan di Eropa) itu bentuknya seperti apa. Imajinasi saya pasarnya pasti dalam ruangan tertutup dan bersih. Suami sempat menyebutkan satu tempat, tapi saya tidak ingat persis namanya. Akhirnya pada minggu lalu saya membaca tulisan Yayang tentang Pasar Kaget di Rotterdam. Wah, saya semakin bersemangat ingin menjelajah pasar.

Akhirnya kesempatan itu datang ketika Ibu Wiwiyk, kenalan yang bekerja di Toko Indonesia didekat rumah mengirim pesan, mengajak saya ke pasar di Den Haag, namanya Haagse Markt. Dengan semangat 45 saya bilangย  ke Suami, yang saya tau pasti dia setuju karena dia senang sekali kalau saya keluyuran sendiri :D. Akhirnya sabtu 21 Februari 2015 untuk pertama kalinya saya pergi ke pasar di Den Haag. Saya berangkat sendiri dari rumah naik trem dan janjian dengan Bu Wiwiyk di Haarenstraat kemudian kami pergi bareng ke pasar. Sesampainya di pasar, mungkin karena saya terlalu antusias karena pada akhirnya menginjakkan kaki di pasar, sepanjang jalan saya senyum lebar ke setiap orang hahaha norak.

Jadi, menurut pengamatan saya, Haagse Markt ini adalah pasar terbuka, luar ruangan, yang bersih (ya karena saya membandingkannya dengan pasar di Situbondo tentunya). Konon katanya menurut pak dhe Google, Haagse Markt adalah salah satu pasar luar ruangan yang terbesar di eropa dengan lebih dari 500 kios yang menjual segala macam jenis kebutuhan, dari sayur mayur, pakaian, buah, ikan, daging, keju, roti, bunga, suvenir, camilan, oleh-oleh, penjual jilbab, baju muslim, sampai kerajinan tangan. Pokoknya komplit. Saat ini terlihat beberapa ruas pasar yang sedang direnovasi. Haagse Markt ini terletak di Herman Coesterstraat di distrik Schilderswijk, bukanya hari Senin, Rabu, Jumat, dan Sabtu dari Jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Untuk lebih lengkapnya bisa langung cek di website Haagse Markt

Tentu saja sisi pasar yang paling antusias saya datangi adalah bagian makanan, sayur mayur, buah, dan ikan. Saya terkaget-kaget beberapa sayuran yang saya beli harganya 1 euro-satu bak (bak disini maksudnya wadah satu tempat yang tidak terlalu kecil tapi tidak terlalu besar juga. Bukan bak besar untuk mencuci baju :D). Mungkin kalau dirupiahkan masih terhitung mahal ya kalau perbandingannya dengan Indonesia, tapi disini sudah sangat murah untuk ukuran Belanda dengan perbandingan belanja di supermarket. Dan ada beberapa sayuran yang jauuh lebih murah harganya dibandingkan di Indonesia, contohnya Paprika-1 euro isinya 506 paprika merah, dan alpukat mentega ukuran sedang 1 bak isi 3 buah juga harganya 1 euro. Tempat jual ikannya juga bersih dan ikannya segar-segar. Buah-buahnya juga saya beli yang 1 euro-an. Mangga (2 buah ukuran besar), alpokat, pisang (isi 7 pisang), kiwi (isi 10 buah), lemon (8 buah)-semuanya 1 euro. Raddish, timun (4 timun besar), paprika, tomat (6 tomat ukuran besar), cabe, jamur Champignon, kecambah besar, ikan asin, brokoli (isi 2 brokoli besaarr sekali), wortel (isinya segambreng banyaknya), pare semuanya satu bak 1 euro. Dan masih banyak lagi sayuran dan buah yang hitungannya 1 euro. Keadaan buah dan sayurnya juga masih segar. Ahhh, senang sekali. Kalau tidak ingat bahwa saya harus membawa hasil belanja sendiri yang sangat berat, ingin rasanya saya beli semua sayuran dan buah yang segar-segar itu. Untuk ikan, karena saya membeli salmon, hitungannya tidak berbeda jauh dengan supermarket, walaupun tetap lebih murah. Tetapi untuk ikan beku, jika beruntung bisa membeli seharga 5 euro, bahkan salmon beku juga saya beli seharga 5 euro. Pada dasarnya saya tidak bisa dan sangat tidak jago menawar, karenanya saya senang di Haagse Markt ini sistemnya tidak usah menawar. Ya apanya yang mau ditawar kalau kebanyakan yang dijual hitungannya sudah satu euro.

Ketika pulang kerumah, saya pamerkan hasil “buruan” ke Suami, dia terkaget-kaget senang. Kaget karena dia memang tidak pernah masuk pasar sebelumnya, sehingga tidak menyangka kalau barang-barang yang saya beli hampir semua seharga 1 euro. Tentu saja dia senang karena otomatis jadi hemat belanja ๐Ÿ˜€ (maklum, karena saya belum bekerja, yang bisa dilakukan untuk membantu suami adalah bersikap hemat, bijak terhadap pengeluaran :))

Dan, rabu 25 Februari 2015 kemarin, saya berangkat lagi ke pasar (kecanduan ke pasar haha), karena beberapa persediaan sayur juga udah habis. Kali ini saya berangkat sendiri saja, tidak ditemani lagi oleh Bu Wiwiyk karena beliaunya sedang bekerja. Naik trem sendiri, tidak susah. Dari tempat saya, naik tram 15 (dari pemberangkatan Nootdorp) turun di halte Rijswijkseplein/Station HS, setelah itu menyeberang jalan, lanjut naik tram 11 (jurusan Scheveningen haven) atau tram 12 (jurusan Duindorp) turun di halte Hoefkade. Kembali lagi kerumah saya juga menggunakan transportasi yang sama.

Untuk tempat jual ikan, daging, sayur mayur, buah, dan beberapa kios makanan berpusat di area Hoefkade. Sedangkan untuk tempat jualan baju, bunga, tas, suvenir, barang-barang antik, dan yang lainnya berpusat di area Hobbemaplein. Berdasarkan pengalaman, untuk membeli buah dan sayur, jangan tergoda langsung membeli karena melihat harganya yang sangat miring. Berputar lebih dahulu, karena banyak kios yang menjual dengan barang sama, tapi bisa jadi harganya lebih miring. Jadi, anggap saja jalan-jalan santai sambil cari yang lebih murah meriah. Untuk kios makanan, saya senang sekali membeli ikan goreng seharga 1,75 euro, besar ikannya, sekali makan langsung kenyang (ya kebangetan kalau sampai tidak kenyang haha). Kios ini selalu dipadati pembeli, karena antriannya panjang dan memang ikannya sangat yummy. Selain itu, favorit saya yang lain untuk oleh-oleh suami adalah pizza vegetarian di kios pizza turki. Kios ini juga ramai pembeli. Untuk kios-kios makanan yang lainnya juga menggugah selera untuk dicoba, tapi saya harus memilih kios yang halal.

Hati-hati dengan barang bawaan dan dompet serta Hp, karena kondisi pasar yang sangat ramai. Banyak polisi disekitar pasar ini karena konon katanya banyak sekali pencopet. Jadi kalau ke pasar, lebih baik uangnya langsung disiapkan ditempat yang mudah dijangkau, misalkan saku jaket, sehingga tidak perlu buka tutup dompet yang bisa riskan akibatnya. Jika ingin ke pasar tidak terlalu ramai, hari senin dan rabu dan dipagi hari. Pengalaman saya selalu kepasar siang hari sudah penuh berdesakan. Bagaimana jika belum lancar berbahasa Belanda seperti saya, apakah akan mengalami kendala jika berbelanja di Haagse Markt? jangan khawatir, penjualnya bisa berbicara menggunakan bahasa Inggris. Jadi kemarin saya berbelanja menggunakan bahasa campuran, Belanda dan Inggris. Mereka juga sangat ramah, mengenali saya dari Indonesia, dan beberapa dari mereka mengajak berbincang saya sepatah dua patah kata menggunakan bahasa Indonesia.

Itulah pengalaman saya pergi sendiri berbelanja di Haagse Markt – Den Haag, mengobati kerinduan akan pasar tradisional Indonesia. Menyenangkan? tentu saja. Saya sangat senang karena setelah ini bisa selalu berbelanja ke pasar. Pasar tradisional selalu mempunyai segudang cerita dibaliknya dengan beragam orang didalamnya.

-Den Haag, 26 Februari 2015-

Segala foto yang ada disini adalah dokumentasi pribadi

Bagian pasar yang menjual baju, sepatu, tas dan barang lainnya
Bagian pasar yang menjual baju, sepatu, tas dan barang lainnya

IMG_0419ย 

Kios Bunga

ย ย 

Toko yang menjual ayam dan daging yang sudah bersih kondisinya, juga ada beberapa bumbu Indonesia, juga kurma dan kue-kue hidangan puasa dan lebaran
Aneka Ikan Segar
Paprika 1 bak 1 euro
Paprika 1 bak 1 euro
Ikan super lezat segede gaban kenyang untuk makan siang
Ikan super lezat segede gaban kenyang untuk makan siang
Berpose dengan Bu Wiwiyk didepan kios ikan goreng yang antriannya super panjang, dengan hasil belanja segambreng, kenyang setelah makan ikan super lezat.
Berpose dengan Bu Wiwiyk didepan kios ikan goreng yang antriannya super panjang, dengan hasil belanja segambreng, kenyang setelah makan ikan super lezat.
Salah satu kios makanan
Salah satu kios makanan
Salah satu hasil perburuan - 1 euro
Salah satu hasil perburuan – 1 euro
Salah satu hasil perburuan - 1 euro. Jaih lebih murah dari Indonesia
Salah satu hasil perburuan – 1 euro. Jauh lebih murah dari Indonesia
Salah satu hasil perburuan - 1 euro
Salah satu hasil perburuan – 1 euro

Keukenhof 2014

Pagi ini sedang sendu, hujan nampak dari jendela. Rintiknya yang tempias dikaca, mendung pekat yang menggelayut dan suhu 5 derajat celcius makin membuat ingin merapatkan baju hangat ke badan. Suami sedang bekerja dari rumah, saya sedang mati gaya karena sudah melakukan aktifitas harian dirumah. Akhirnya saya ikut duduk disebelah suami diruang kerjanya sambil melihat album foto dilaptop. Untuk mengobati kesenduan pagi ini, lebih baik saya berbagi cerita dan foto bunga-bunga di Keukenhof 2014 pada bulan Mei saat untuk pertama kali berkunjung ke Belanda dalam rangka berkenalan dengan keluarga (calon) suami.

Keukenhof ini adalah taman bunga yang terletak di Lisse, Belanda, dan merupakan taman bunga terbesar di dunia. Menurut website Keukenhof, terdapat tujuh juta kuntum bunga yang ditanam setahun sekali di taman tersebut. Taman ini dibuka biasanya pada akhir maret sampai akhir mei setiap tahunnya. Untuk tahun 2015 ini, Keukenhof akan berlangsung dari 20 Maret – 17 Mei. Tahun lalu ketika berkunjung kesini, saya sudah di akhir periode, sehingga tidak terlalu banyak sekali ragam bunga yang bisa dijumpai. Itupun saya sudah sangat bersyukur bisa melihat secara langsung bunga Tulip untuk pertama kali yang biasanya selama ini hanya bisa dilihat ditelevisi ataupun majalah-majalah, bahkan selebaran-selebaran ketika saya masih rajin berburu beasiswa ke Belanda.

Saya memotret bunga-bunga ini dengan menggunakan kamera HP. Jadi memang amatiran sekali hasilnya, karena asal jeprat jepret sana sini. Oh iya, kalau sore, di area Keukenhof ada parade bunga dengan bentuk-bentuk yang unik-unik. Karena waku itu saya berdiri jauh dari tempat berlangsungnya parade, jadi hasil fotonya juga tidak maksimal.

Selamat hari Jumat, selamat berakhir pekan dengan teman, keluarga, dan orang-orang tersayang. Semoga akhir pekan kita senantiasa berbunga-bunga cerah ceria. Jika ada yang sedang tertimpa masalah ataupun musibah, semoga diberikan kemudahan untuk menyelesaikan dan menghadapinya serta segera berlalu dan kembali ceria seperti sediakala

-Den Haag, 20 Februari 2015-

Semua foto-foto disini adalah dokumentasi pribadi

Cantik :)
Cantik ๐Ÿ™‚

DSC_9492

DSC_9536 (3)

DSC_9482 (2)

DSC_9503

DSC_9511 (2)

DSC_9542

DSC_9466

Merah Putih :)
Merah Putih ๐Ÿ™‚

DSC_9540

DSC_9512 (2)

Dibuang sayang. Calon suami (waktu itu)
Dibuang sayang. Calon suami (waktu itu)
Sok serius :)
Sok serius ๐Ÿ™‚
Parade bunga
Parade bunga

DSC_9553

DSC_9552 DSC_9471

Kurang afdol jika tidak berpose disini :)
Kurang afdol jika tidak berpose disini ๐Ÿ™‚

Menyusuri Leiden

Hari minggu kemarin rencananya tidak pergi kemana-mana. Ingin baca-baca buku dirumah sambil menemani Suami yang sedang mengerjakan tesis. Tiba-tiba sabtu malam Suami mengutarakan niat untuk mengajak saya ke Leiden hari minggunya karena ada beberapa literatur yang harus dipinjam dari perpustakaan. Wah saya senang sekali karena bisa napak tilas jejak Lintang salah satu tokoh dibuku Negeri Van Oranje. Karena buku inilah obsesi saya untuk melanjutkan kuliah di Belanda semakin menjadi. Ternyata jalan cerita berubah, ke Belanda bukan karena kuliah, tetapi menikah ๐Ÿ™‚

Hari minggu 15 Februari 2015, cuaca cerah, 6 derajat celcius, matahari bersinar terang, tetapi angin masih membawa hawa dingin yang menggigit. Kami tiba di Leiden Centraal jam 1 siang. Rencananya makan dulu, karena belum ada makanan masuk perut pada saat siang. Apa daya restoran yang ingin dituju belum buka. Akhirnya kami memutuskan langsung menuju perpustakaan sambil jalan-jalan menyusuri beberapa tempat yang sering dikunjungi wisatawan. Kincir angin tempat Museum De Valk. Kami tidak masuk kedalamnya, hanya melewati sepintas. Museum De Valk juga merupakan salah satu icon Leiden. Kemudian kami juga berkunjung ke de Burcht, benteng yang menyerupai kastil dibangun pada tahun 1150 sebagai tempat pertahanan warga Leiden dari bahaya banjir pada saat itu (menurut informasi yang tertera dipapan pintu masuknya). Dari atas de Burcht kita juga bisa melihat keindahan sekeliling kota Leiden dan melihat dengan jelas objek-objek wisata penting koยญta itu mulai dari gedung Balai Kota, Gereja Pieterkerk, St Pancrasยญkerk, Museum Windmill, Morrspoort, Academy Building sampai Hortus Botanicus. Bahkan ada yang menyebutkan, jika singgah ke Leiden tetapi belum ke de Burcht, sama saja belum berkunjung ke Leiden.

Setelahnya kami menyusuri jalan disebelah kanal melihat gedung pemerintahan, Gereja dan Universitas Leiden. Karena saya tidak mempunyai kartu anggota jadi tidak boleh masuk kedalam perpustakaan (bisa masuk setelah mengisi form, tapi kemarin saya belum melakukannya. Mungkin kunjungan berikutnya), maka saya jalan-jalan sekitaran kampus saja. Leiden juga terkenal sebagai kota kelahiran Rembrandt van Rijn, dan kemarin begitu ketemu dengan rumahnya malah lupa difoto. Ada museum yang terkenal lainnya juga di Leiden yaitu Rijksmuseum van Oudheden (kami tidak masuk, hanya lewat didepannya saja). Selain itu, di Leiden juga terkenal dengan dinding-dinding yang bertuliskan puisi sastrawan terkenal dunia. Saya juga menjumpai masjid di lingkungan Universitas Leiden.

Hortus Botanicus merupakan tempat yang kami kunjungi terakhir. Jadi, menurut keterangan yang ada di papan pintu masuknya, Hortus Botanicus ini adalah kebun raya tertua di Belanda dan salah satu yang tertua didunia. Hortus Botanicus mempunyai hubungan sejarah dengan Kebun Raya Bogor yang didirikan oleh C.G.L Reindwart pada tahun 1817 yang dikemudian hari manjadi salah satu pejabat di Hortus Botanicus. Karena masih musim dingin, tidak banyak bunga yang bisa kami temui. Satu yang berkesan yaitu rumah kaca yang beriklim tropis mengingatkan saya akan tegalan rumah mbah didesa. Masuk kedalam Hortus Botanicus ini membayar 7 euro atau gratis jika mempunyai kartu tanda mahasiswa di Universitas Leiden.

Dibawah ini beberapa foto hasil jalan-jalan di minggu siang ๐Ÿ™‚

Kincir angin tempat Museum De Valk
Kincir angin Museum De Valk

IMG_0247

Kantor pemerintahan Leiden. Sedang proses Renovasi
Kantor pemerintahan Leiden. Sedang proses Renovasi
Karena hari minggu kemarin matahari sedang cerah ceria, banyak yang mencari kehangatan sambil ngobrol-ngobrol. Meskipun udara tetap dingin, tetapi lumayan dapat sinar matahari
Karena hari minggu kemarin matahari sedang cerah ceria, banyak yang mencari kehangatan sambil ngobrol-ngobrol. Meskipun udara tetap dingin, tetapi lumayan dapat sinar matahari
de Burcht. Benteng di Leiden yang dibangun pada tahun 1150 sebagai tempat pertahanan warga Leiden dari bahaya Banjir
de Burcht. Benteng di Leiden yang dibangun pada tahun 1150 sebagai tempat pertahanan warga Leiden dari bahaya Banjir
Pemandangan kota yang bisa dilihat dari atas benteng De Burcht
Pemandangan kota yang bisa dilihat dari atas de Burcht
De Burcht. Burcht sendiri artinya adalah Benteng
de Burcht. Burcht sendiri artinya adalah Benteng

IMG_0301

Hortus Botanicus Universiteit Leiden
Hortus Botanicus Universiteit Leiden
Rumah kaca yang beriklim tropis. Asli mirip banget dengan tegalan mbah di Jember
Rumah kaca yang beriklim tropis. Asli mirip banget dengan tegalan mbah di Jember
Bunganya masih kecil
Bunganya masih kecil
Disekitar Hortus Botanicus
Disekitar Hortus Botanicus
Karena tidak boleh masuk kedalam perpustakaannya, akhirnya saya muter-muter diseputar kampusnya.
Karena tidak bisa masuk kedalam perpustakaannya, akhirnya saya muter-muter diseputar kampusnya.
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Terdapat Masjid dilingkungan kampus Universitas Leiden : Masjid Al Hijra
Terdapat Masjid dilingkungan kampus Universitas Leiden : Masjid Al Hijra
Gerbang Leiden sebelah barat. Lambang dari Leiden adalah dua kunci merah yang saling menyilang dengan latar belakang putih. Leiden disebut sebagai "Sleutelstad" ("kota kunci")
Gerbang Leiden sebelah barat. Lambang dari Leiden adalah dua kunci merah yang saling menyilang dengan latar belakang putih. Leiden disebut sebagai “Sleutelstad” (“kota kunci”)
Jalan setapak menuju Gereja
Jalan setapak menuju Gereja
Gereja sekaligus menjadi tempat berlangsungnya beberapa kegiatan pemerintahan
Gereja sekaligus menjadi tempat berlangsungnya beberapa kegiatan pemerintahan
Menurut Suami, ini pompa air letaknya disamping Gereja
Menurut Suami, ini adalah pompa air yang usianya sudah sangat tua, letaknya disamping Gereja
Bangunan sebelah kiri Rijksmuseum van Oudheden
Bangunan sebelah kiri Rijksmuseum van Oudheden

IMG_0238

Kapal yang bersandar di Kanal pada aliran sungai Rijn
Kapal yang bersandar di Kanal pada aliran sungai Rijn

KULINER :

SELERA ANDA

Setelah puas berjalan-jalan, juga karena sudah sangat lapar, maka selanjutnya adalah makan. Pilihan jatuh di Restoran Indonesia Selera Anda. Letaknya dekat sekali dengan Leiden Centraal, sekitar 5 menit jalan kaki. Restoran ini menyediakan makanan yang langsung bisa dipilih dari etalase, kemudian dipanaskan menggunakan microwave. Paketnya juga bermacam. Secara rasa, menurut kami standar, tidak ada yang istimewa, dan tidak ada rasa khasnya. Ruangannya bersih terdiri dari 5 meja. Dari pengamatan, yang datang ke Selera Anda kebanyakan membeli dibawa pulang. Pelayanannya ramah, sempat berbincang juga dengan bapak-bapak yang menunggu didepan restoran.

Selera Anda
Selera Anda
Variasi makanannya
Variasi makanannya
Nasi, 2 jenis lauk, 2 jenis sayur dan telur = 10.75 Euro
Salah satu paketnya : Nasi, 2 jenis lauk, 2 jenis sayur dan telur = 10.75 Euro
Suasana dalam restorannya
Suasana dalam restorannya

ES KRIM

IMG_0357

"Forget Love... I'd rather fall in Chocolate!"
“Forget Love… I’d rather fall in Chocolate!”
Pilihan Es Krimnya
Pilihan Es Krimnya
Yummmyy!!
Yummmyy!!

Dan jalan-jalan 4 jam hari itu ditutup dengan es krim coklat yang lezat. Kami berdua memang penggemar es krim. Jadi bisa dipastikan kalau sedang jalan-jalan yang dicari es krim.

Semoga foto-foto yang tersajikan tidak membosankan meskipun ceritanya hanya sekilas saja.

Semua foto yang ada disini adalah dokumentasi pribadi

-Den Haag, 18 Februari 2015-

16 Tahun Tidak Berjumpa

Andien nama panggilannya. Dia teman kelas saya ketika kami sama-sama dibangku SMA di Surabaya. Dua tahun kami duduk berdekatan, ketika kelas satu dan kelas tiga. Andien ini pintar, rajin, dan tulisannya juga rapi. Pemalu, cantik dengan rambutnya yang pendek, selalu rapi dengan seragam SMAnya, duduk selalu dideretan depan, dan selalu sholat dhuha di Masjid Sekolah-itu adalah yang saya ingat dari dia. Satu lagi, karena dia cantik, tentu saja banyak teman-teman kami yang naksir dia. Entah kenapa hanya sebatas naksir tidak pernah terdengar Andien pacaran selama di SMA. Kami bukan kawan dekat ketika satu kelas, meskipun begitu kami juga tidak pernah asing satu sama lain karena pernah dua tahun dikelas yang sama. Terakhir saya berhubungan dengan dia ketika kelas tiga. Setelah kelulusan SMA, saya tidak pernah tahu lagi bagaimana kabarnya, bahkan kuliah dimana pun saya tidak tahu dan juga tidak berusaha mencari tahu. Saya terlalu sibuk dan bahagia dengan dunia kuliah sampai tidak tahu lagi kabar teman-teman SMA lainnya, kecuali yang satu tempat kuliah.

Empat atau lima tahun yang lalu, tiba-tiba ada yang permintaan pertemanan di FB. Namanya Andien lengkap nama panjangnya. Foto profilnya hanya kaki dengan kutek merah. Saya kaget, tidak yakin apakah ini Andien teman SMA saya. Sebelum saya setujui, saya coba telusuri lewat foto-fotonya. Semacam tidak percaya, dia memang Andien teman SMA, tidak berubah hanya lebih cantik dengan rambut yang hitam panjang. Akhirnya kami saling bertukar kabar melalui FB. Pada saat itu saya mengetahui kalau dia sudah beberapa tahun tinggal di Belgia bersama Suami dan anak Lelakinya. Suami Andien warganegara Belgia. Mulai saat itulah kami saling menelusuri kebelakang kabar kemana saja kami selama ini. Mulai saat itu juga kami saling mengetahui kabar melalui dunia maya. Saya selalu bilang pada Andien kalau suatu saat saya akan mengunjungi dia karena ingin sekali bermain dengan anak lelakinya yang sangat ganteng dan lucu itu. Waktu itu hanya sekedar omongan biasa, saya juga tidak tahu bagaimana caranya ke Belgia ๐Ÿ™‚

Waktu berlalu, sampai akhirnya saya menikah. Andien tentu saja kaget begitu mengetahui kalau suami saya dari Belanda. Dia bilang kalau ucapan asal saya beberapa waktu sebelumnya untuk mengunjunginya Insya Allah akan terwujud karena Belanda-Belgia jaraknya sangat dekat. Bahkan Andien juga sering main ke Belanda. Saya tentu saja senang. Sampai saat sebulan lalu, Andien mengabari kalau 14 Februari akan ke Den Haag. Dan disaat yang sama, ada titipan sambel pecel dari teman SMA kami, Nuril, yang bermukim di Jakarta untuk disampaikan kepada Andien. Wah, rasanya tidak sabar saya menunggu saat itu tiba. 16 tahun kami tidak pernah berjumpa secara nyata. Rasanya semakin bercampur aduk menjelang hari H. Senang, grogi, apa dia sudah berubah, mau ngobrol apa nantinya, topik obrolan apa yang harus disampaikan dan sebagainya.

14 Februari 2015, jam 7 malam saya dan suami menunggu Andien sekeluarga di restoran Indonesia, Si Des di Den Haag. Akhirnya Andien datang juga. Kami berpelukan lama sekali. Saya terharu sampai berkaca-kaca, rasanya seperti masih tidak nyata bisa ketemu Andien dan keluarganya. Setelah kami berkenalan satu sama lain, Mas Ewald, suami Andien, dan anak lelakinya, pembicaraan pun mengalir apa adanya. Andien sudah jago berbahasa Belanda, jadinya ngobrol dengan Mas Ewald menggunakan bahasa Belanda. Saya dan Andien benar-benar bernostalgia, saling tertawa mengingat masa-masa SMA. Ini adalah semacam cangkrukan ala orang Surabaya, yang dilakukan di Belanda :). Dia masih sama seperti yang saya kenal dulu. Masih cantik, masih pemalu, masih rendah hati, dan masih baik hatinya. Kami saling menggunakan bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Belanda, bahasa Inggris. Semua bahasa menjadi satu pada malam itu. Saya kagum dengan anak Andien, dia bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan lancar. Jadi saya berbicara dengan si Ganteng ini menggunakan bahasa Indonesia.

Karena seru saling berbicara satu sama lain, tidak terasa ternyata hanya kami pengunjung yang tersisa. Sudah jam setengah sepuluh malam rupanya. waktu 2.5 Jam berlalu tidak terasa. Kami saling bertukar tas. Saya memberikan tas titipan sambel pecel dan ada beberapa tambahan dari saya, Andien memberikan tas isinya 2 botol besar sambel bajak dan satu Al-Quran dari suami Andien untuk Mas Ewald. Sambel bajak ini benar-benar harta karun tidak ternilai harganya. Andien pintar masak, saya lihat postingan foto hasil masakannya selalu menggugah selera makan, pun itu juga diakui oleh Suaminya. Jadi saya sangat percaya kalau sambal bajaknya juga pasti luar biasa enak rasanya. Waktu berpisah pun tiba. Dengan berjalan kaki, saya dan suami mengantar mereka sampai depan hotel. Saya mengucapkan perpisahan dan memeluk si Ganteng, saya dan Andien saling berpelukan dan berjanji jika diberikan umur panjang akan segera mengunjungi Andien di rumah mereka di Antwerp.

16 tahun lalu, saat terakhir bertemu dengan Andien, siapa sangka jika 16 tahun kemudian kami bertemu di Belanda, negara nun jauh dari Surabaya. Itulah hidup, tidak akan ada yang menyangka apa yang akan terjadi nantinya. Insya Allah semoga silaturrahmi ini akan selalu terjaga.

Selamat hari Senin. Mari untuk selalu bersyukur dengan apa yang sudah kita punya ๐Ÿ™‚

-Den Haag, 16 Februari 2015-

16 tahun berlalu, tidak ada yang berubah, kecuali pipi saya yang bertambah :)
16 tahun berlalu, tidak ada yang berubah, kecuali pipi saya yang bertambah ๐Ÿ™‚
Foto Keluarga :)
Foto Keluarga ๐Ÿ™‚
Seperti menemukan harta karun. Sambel bajak super pedas ala Andien. Toopp banget enaknya
Seperti menemukan harta karun. Sambel bajak super pedas ala Andien. Toopp banget enaknya

Cerita tambahan, Sekilat info, tidak ada hubungannya dengan cerita Andien. Intinya cerita dibuang sayang. Pada hari yang sama saya bertemu Andien, siangnya pada saat saya sedang menyiapkan makan siang, entah kenapa tiba-tiba sepulang ngeGym, Mas Ewald membawa kembang trus bilang “Thank you for always preparing delicious and healthy food for us” — Saya cuma melongo dan rasanya langsung ingin masak satu panci besar ๐Ÿ™‚

Saya tahu dia bukan tipe lelaki yang suka memberi bunga pada pasangan. Jadi kalau sampai dia memberi bunga, itu adalah sesuatu yang sangat besar buat dia. Mengucapkan terima kasih pada saya karena sudah menyiapkan makan untuk kami mungkin akan terdengar bukan hal yang luar biasa, tapi buat saya sungguh berarti. Segala sesuatunya dimulai dari hal-hal sederhana, tapi sangat besar maknanya ๐Ÿ™‚