Menikah dengan warga negara Belanda itu susah susah gampang, setidaknya itu yang saya rasakan selama mendekati 2 tahun perkawinan kami. Jangan salah sangka dulu karena yang saya maksud disini adalah proses administrasinya. Susah susah gampangnya adalah dokumen yang dibutuhkan pada saat akan menikah lumayan menguras konsentrasi dan ketelitian untuk mempersiapkannya, itupun prosesnya bertingkat, printilannya banyak. Setelah kawin, masih ada dokumen-dokumen lainnya yang perlu dipersiapkan dan dikirim untuk mendapatkan visa tinggal di Belanda, jika memang kesepakatan dari awal pihak Indonesia akan pindah ke Belanda. Setelah sampai Belanda pun masih saja ada persyaratan yang harus dipenuhi, misalkan untuk memperpanjang ijin tinggal, mendaftarkan perkawinan, dan masih panjang jalan yang harus ditempuh (salah satunya adalah harus cek bebas TBC setiap 6 bulan sampai 5 kali, jadi total 2.5 tahun) untuk memenuhi peraturan pemerintah tentang imigran yang akan tinggal di Belanda. Bersyukurnya proses ini sejak awal sebelum menikah sampai sekarang (dan masih belum selesai, tapi hampir selesai) kami jalani dengan santai tapi pasti. Santai karena kami tidak terlalu ngoyo, pasti karena kami niat untuk melewatinya sampai selesai dengan hasil memuaskan. Sejauh ini jalan yang kami tempuh lancar-lancar saja, meskipun tetap ada kerikil sesekali tetapi tidak sampai mengganggu. Kami bawa dengan rasa riang dan gembira. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses panjang ini adalah lulus ujian bahasa Belanda.
Diantara segala persyaratan yang harus dipenuhi, ujian bahasa Belanda ini yang paling menguji mental dan menguras emosi kami, terutama saya yang menjalani. Ujian bahasa Belanda yang saya lakukan tidak cukup hanya sekali. Salah satu persyaratan untuk mengajukan visa tinggal di Belanda lebih dari 3 bulan, yang disebut MVV, adalah dengan menyertakan bukti lulus ujian tingkat A1 (basis inburgeringsexamen – disebut juga mvv examen) yang dilakukan di kedutaan Belanda di Jakarta. Cerita lengkap tentang ujian A1 dan segala lika likunya sudah pernah saya tuliskan disini. Setelah mvv examen selesai dan dinyatakan lulus, saya bisa bernafas lega, namun hanya sementara.
Ketika pindah ke Belanda, tantangannya berbeda dan semakin nyata. Saya yang lulus ujian A1 lebih banyak dari hasil belajar sendiri lewat youtube dan karena disambi mengerjakan tesis, langsung praktik berbicara bahasa Belanda di negara asalnya itu rasanya semacam garuk-garuk kepala setiap hari, ora mudheng. Benar bahwa hampir semua orang Belanda itu bisa berbicara bahasa Inggris, tapi tetap saja kalau pada saat acara keluarga rasanya aneh kalau anggota keluarga yang lain harus berbicara menggunakan bahasa Inggris hanya karena saya tidak bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda. Selain itu, untuk memperpanjang ijin tinggal, (saya mendapatkan kartu ijin tinggal yang namanya verblijfsvergunning selama 5 tahun, kartu ini juga berlaku sebagai kartu ijin bekerja), saya sebagai imigran wajib menjalani ujian integrasi yang diberikan waktu untuk lulus maksimal 3 tahun sejak kedatangan ke Belanda. Karena benar-benar ingin belajar bahasa Belanda secara baik dan benar, saya memutuskan untuk sekolah bahasa Belanda. Cerita super lengkapnya tentang pencarian sekolah sudah pernah saya tuliskan disini. Awalnya saya ingin mengikuti ujian tingkat B2 yaitu Staatsexamen NT2 Programma II, tetapi setelah saya pikir-pikir lagi sesuai dengan tujuan kedepannya, tingkat B1 saja sudah cukup untuk saya, untuk saat ini. Untuk ujian integrasi sendiri, minimal harus lulus tingkat A2, tetapi jika ingin mengambil tingkatan yang lebih tinggi diperbolehkan. Sekedar informasi, ujian bahasa Belanda itu tingkatannya dari paling bawah sampai paling atas : A1-A2-B1-B2-C1-C2. Jadi saya mengambil ujian satu tingkat diatas syarat minimal yang diwajibkan.
Setelah sembilan bulan penuh berjibaku dengan pelajaran di sekolah (sekolah yang saya ikuti ini hanya libur satu minggu pada 25 desember sampai 1 januari, selebihnya gas pol masuk terus), akhirnya awal Januari 2016 saya dinyatakan selesai sekolah bahasa Belanda. Selanjutnya babak yang paling menegangkan adalah ujian integrasi itu sendiri. Ujian integrasi untuk mereka yang datang ke Belanda per 1 Januari 2015 terdiri dari (sering-sering dicek website DUO karena sering terjadi perubahan dalam kurun waktu tertentu) :
- Kennis Nederlandse Maatschappij (KNM) : Ujian pengetahuan dan kemasyarakatan Belanda
- Oriëntatie Nederlandse Arbeidsmarkt (ONA) : Ujian wawancara kerja
- Examen Schrijfvaardigheid (Schrijven) : Ujian menulis
- Examen Spreekvaardigheid (Spreken) : Ujian berbicara
- Examen Luistervaardigheid (Luisteren) : Ujian mendengarkan
- Examen Leesvaardigheid (Lezen) : Ujian membaca.
Semua ujian diatas dilakukan di DUO. Karena uang sekolah saya termasuk dengan uang ujian, maka yang mendaftarkan ujian adalah pihak sekolah, saya tinggal menunggu jadwal sambil deg deg ser. Saya sudah melakukan ujian KNM, Schrijven, Spreken, Luisteren, dan Lezen. Untuk ONA akan saya lakukan menyusul (mungkin 3 bulan kedepan) karena ONA ini tidak diurus oleh sekolah dan harus saya sendiri yang mendaftar serta saya harus menyiapkan dokumen-dokumen penunjang (butuh menyetarakan ijazah ke IDW juga). Setelah melalui serangkaian ujian tersebut, akhirnya pengumuman itu tiba. Saya LULUS! Rasanya terbayarkan sudah segala kerja keras saya selama satu tahun terakhir berjibaku dengan susahnya belajar bahasa Belanda, walaupun tetap menikmati proses panjangnya. Ujian Staatsexamen NT2 (B1) itu adalah yang saya sebutkan diatas pada nomer 3 sampai 6, dan buat saya yang baru satu tahun tinggal di Belanda saat pelaksanaan ujian, B1 itu susah. Pada satu titik saya hampir menyerah dan ingin ujian A2 saja, tapi ada suara yang berbicara di dalam kepala yang membuat saya tetap maju untuk ujian B1. Suara itu adalah ego saya, dia mengatakan “kalau kamu tidak mencoba sampai batas maksimal kemampuanmu, bagaimana kamu tahu kalau kamu berhasil atau tidak.” Akhirnya saya maju ujian dan mencoba optimis, yang penting dicoba dulu, perkara gagal, itu urusan belakangan. Perjuangan untuk lulus akhirnya terbayarkan sudah.
Ada beberapa tips dan informasi yang bisa saya bagikan disini, mungkin bisa digunakan untuk mereka yang memutuskan, sedang proses belajar atau akan menghadapi Staatsexamen NT2 programma 1 (B1). Tips dan info ini berdasarkan pengalaman saya, beda orang beda cara juga :
- Tak kenal maka tak sayang
Benar adanya peribahasa diatas. Kalau tidak mengenali sesuatu, bagaimana bisa menyukai atau menyayanginya. Karenanya, kenali bahasa Belanda dulu secara perlahan. Dari pengalaman saya, mengenal bahasa Belanda itu tidak bisa dipaksakan, harus kesadaran sendiri dan dari dalam hati. Awal masuk sekolah, saya masing setengah-setengah belajar bahasa Belanda. Tapi seiring berjalannya waktu, saya semakin menyukai bahasa Belanda karena sering menonton film, mendengarkan lagu berbahasa Belanda dan berkomunikasi dengan bahasa Belanda. Saya mendengar bahasa Belanda itu sexy kalau diucapkan. Semakin banyak saya melakukan kesalahan di pengucapan ataupun grammatica, semakin tertantang untuk belajar terus. Sekarang saya bukan hanya jatuh cinta dengan suami yang WN Belanda, tetapi juga bahasa Belanda itu sendiri.
- Belajar mandiri secara rutin, konsisten, dan terjadwal
Yang saya lakukan adalah selain belajar di sekolah juga rutin dan konsisten belajar di luar sekolah. Karena belajar di sekolah saja tidak cukup waktunya jadi harus ditunjang dengan belajar mandiri di luar sekolah. Saya belajar di luar sekolah setiap hari maksimal 3 jam rutin dari senin sampai jumat, sabtu dan minggu libur. Untuk lama belajar setiap orang berbeda kebutuhannya. Untuk saya, 3 jam itu sudah maksimal, lebih dari itu pusing kepala. Lebih baik belajar dalam waktu yang pendek tetapi rutin daripada waktu yang lama tetapi hanya satu hari saja. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan dibidang tertentu dan sejak dulu saya menyadari bahwa bahasa bukan bidang saya, karenanya saya harus belajar lebih tekun dibandingkan yang lainnya. Jika memutuskan tidak sekolah, belajar mandiri bisa dilakukan melalui website-website yang memberikan materi dan contoh ujian. Tenang saja, banyak sekali. Bisa juga ke perpustakaan (Bibliotheek) untuk meminjam buku atau mengikuti koffie met taal, ini program perpustakaan tanpa dipungut biaya untuk belajar bersama-sama dengan guru dan peserta yang lain.
- Kenali kelemahan
Kelemahan saya adalah bagian berbicara (spreken) dan mendengarkan (luisteren), karenanya saya bekerja keras pada dua bagian ini. Bukan berarti saya melalaikan bagian menulis dan membaca karena pada dua bagian ini hasil latihan di sekolah selalu bagus, jadi saya optimis pada dua bagian ini selain karena saya memang suka menulis dan membaca. Tidak heran nilai ujian membaca saya lebih unggul dibandingkan yang lainnya. Dengan mengenali kelemahan, kita bisa tahu bagian mana yang harus ditingkatkan, lebih keras dan tekun belajarnya
- Keluar dari zona aman dan nyaman
Yang saya maksudkan disini tentu saja keluar rumah untuk bergaul dengan lingkungan luar. Contohnya : kalau sudah yakin akan melamar kerja, ya bisa dimulai dengan melamar kerja. Bisa juga dengan mengikuti kegiatan sukarelawan seperti yang saya lakukan. Cerita tentang beberapa kegiatan sukarelawan yang saya ikuti sudah pernah saya tulis disini. Selain lebih memperluas pengetahuan kita tentang lingkungan di Belanda juga bisa memperlancar komunikasi dalam bahasa Belanda. Salah satu manfaat yang bisa saya dapat adalah : sewaktu mengikuti ujian KNM, saya tidak terlalu mengalami kesulitan meskipun baru sempat belajar 2 minggu menjelang ujian. Hal ini karena materi KNM nyaris sama dengan yang sehari-hari saya temui di luar rumah ataupun dengan membaca berita. Akhirnya saya mendapatkan nilai sempurna untuk KNM. Kalau hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan kegiatan apapun, bisa saja, toh itu berdasarkan kebutuhan masing-masing orang. Tapi, sangat sayang kalau misalkan banyak fasilitas di luar rumah yang bisa digunakan tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik sebagai bagian proses integrasi. Setelah 2 bulan menjadi sukarelawan di verpleeghuis, waktu itu saya merasa ada peningkatan pada kemampuan berbicara dalam bahasa Belanda.
Penilaian KNM ini berbeda dengan penilaian Staatsexamen NT2 untuk B1 pada 4 bagian yang sudah saya sebutkan. Untuk B1 nilai minimal yang harus dicapai untuk lulus yaitu 500, nilai maksimalnya 900 berdasarkan keterangan di website Iamexpat ini (website ini sangat informatif, silahkan dibaca jika memerlukan informasi mendalam, salah satunya tentang Staatsexamen NT2)
- Belajar dari radio, tv, film, lagu-lagu, banyak membaca koran dalam bahasa Belanda ataupun novel.
Yang saya sebutkan diatas adalah cara untuk memperkaya kosakata dalam bahasa Belanda maupun mempelajari struktur kalimat selain melatih mata untuk membaca dan telinga untuk mendengarkan, bahkan tangan untuk menulis serta mulut untuk melatih pengucapan. Kalau melihat TV bisa juga dipasang subtitle dalam bahasa Belanda sehingga kita juga bisa belajar membaca selain mendengarkan.
- Membatasi bergaul dengan sesama orang Indonesia
Terdengar sok dan belagu ya dengan saya menuliskan untuk membatasi bergaul dengan sesama orang Indonesia, tapi ini berhasil untuk saya. Logikanya : kalau setiap saat atau katakanlah setiap hari kita selalu bertemu atau beraktivitas dengan sesama orang Indonesia menggunakan bahasa Indonesia, lalu kapan kita akan bisa mempraktikkan komunikasi menggunakan bahasa Belanda. Kalau setiap saat kita berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia selama di Belanda, lalu apa bedanya dengan saat kita tinggal di Indonesia. Ingat, belajar bahasa itu bukan seperti legenda Bandung Bondowoso yang dapat membangun candi dalam waktu satu malam. Belajar bahasa itu tentang latihan yang teratur dan praktik yang konsisten. Perluas pergaulan bukan hanya dengan sesama orang Indonesia saja. Sudah saatnya mengubah cara berpikir, tidak harus selalu bersama-sama dengan yang sesama negara. Ada saatnya untuk berkumpul, tapi tidak harus selalu. Selain itu juga bisa menghindarkan diri dari gosip-gosip yang tidak perlu.
- Dukungan dari pasangan dan keluarga
Sejak saya masuk sekolah, komunikasi dengan suami yang pada awalnya menggunakan bahasa Inggris berganti dengan bahasa Belanda. Dari yang prosentasenya hanya 5%, sekarang sudah sekitar 90% kami berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda. Suami saya termasuk galak dan super tegas dalam hal ini. Setiap saya menggunakan bahasa Inggris, dia selalu menjawab dengan bahasa Belanda. Lama-lama akhirnya saya mengikuti. Begitu juga dengan keluarga disini, saya berkomunikasi dengan mereka full menggunakan bahasa Belanda. Tidak hanya itu saja, suami selalu mengoreksi ucapan saya yang salah ketika berbicara, membetulkan tulisan ketika saling berkirim pesan di whatsapp ataupun email. Salah disini termasuk cara pengucapannya maupun grammatica. Awalnya kesal ya setiap berbicara kok dikoreksi. Lama-lama jadi terbiasa dan merasakan manfaatnya. Selain itu, suami juga rajin mengoreksi hasil latihan menulis bahkan dua bulan menjelang ujian, sepulang dia bekerja, kami setiap malam berlatih bersama. Dia mengoreksi hasil latihan saya di contoh soal ujian maupun berlatih ujian berbicara. Dia mengatakan bahwa ujian integrasi ini adalah tanggungjawab bersama, jadi kerja team. Karena kalau saya tidak lulus, dia juga kan yang akan rugi. Karenanya dukungan suami sangatlah dibutuhkan. Adakalanya saya capek dan bosan belajar, dia tidak memaksa. Itu wajar katanya. Hanya satu ucapannya yang saya selalu ingat, “Saya mengikuti kamu. Kalau kamu memang mau lulus, mari belajar bersama-sama. Tapi kalau kamu tidak disiplin dalam belajar, kamu juga harus terima konsekuensinya apa, dan tidak boleh marah-marah ataupun sedih berkepanjangan. Apa yang kamu tanam, itu yang kamu dapatkan manfaatnya.”
- Latihan, praktik dan praktik
Praktik ini tidak mengenal batasan waktu dan tempat. Terutama yang saya soroti disini adalah praktik berbicara. Pada awalnya saya takut kalau melakukan kesalahan ketika berbicara, tetapi lama kelamaan saya berpikir, saya kan bukan asli orang Belanda. Jadi kalau melakukan kesalahan ya wajar saja, namanya juga belajar. Kalau melakukan kesalahan berbicara tidak akan didenda juga. Jadi hajar saja, jangan takut. Yang menjadi lawan bicara juga pasti akan tahu kalau saya bukan asli Belanda. Kalau takut terus yang dipelihara, kapan bisa maju. Akhirnya saya nekat berbicara mengunakanan bahasa Belanda dimanapun berada, misalkan di pasar, di supermarket, menelefon rumah sakit, membuat janji dengan dokter, bahkan ketika berkonsultasi dengan dokter ketika di rumah sakit saya menggunakan bahasa Belanda, atau saat mengirim email ke koordinator di tempat kerja. Intinya dimanapun dan kapanpun. Kecuali kalau dalam keadaan sangat terpaksa : misalkan sesuatu yang berhubungan dengan medis, kalau sudah dijelaskan menggunakan bahasa Belanda berkali-kali dan ada hal yang saya belum paham, saya meminta dijelaskan menggunakan bahasa Inggris, daripada salah pemahaman.
- Ukur kemampuan
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, untuk ujian integrasi kita diberikan waktu maksimal 3 tahun untuk lulus. Kita harus bisa mengukur kemampuan kita sendiri apakah sudah siap untuk ujian atau belum. Tingkat B1 lebih sulit ujiannya dibanding A2, itu pasti karena memang tingkatan B1 diatas A2. Tetapi yang saya ingin tekankan disini adalah karena B1 itu susah (menurut pendapat saya yang baru 1 tahun tinggal di Belanda), kita harus menetapkan batas terhadap diri sendiri kapan akan ujian. Kalau dirasa satu tahun cukup untuk belajar, lalu memutuskan ujian, silahkan. Kalau dirasa dua tahun itu waktu yang dibutuhkan untuk belajar lalu ujian, silahkan. Yang jangan dilupakan adalah batas maksimal 3 tahun. Jangan menetapkan standar berdasarkan kacamata orang lain, tetapi jadikan keberhasilan orang lain itu sebagai motivasi. Kalau memang ternyata setelah ujian dan hasilnya gagal, jangan terlalu kecewa. Segera bangkit dan telisik kembali gagalnya dibagian mana. lalu perbaiki. Banyak latihan, praktek dan jangan mudah menyerah. Salah satu yang menjadi motivasi saya adalah ketika melihat digrup NT2 ada yang mengumumkan lulus ujian setelah 9 bulan belajar. Wah, ternyata bukan hal yang mustahil ya. Setelahnya saya menjadi terpacu untuk belajar maksimal.
- Beberapa website yang bisa digunakan untuk belajar (alamatnya bisa langsung diklik):
– EHBN (Eerste Hulp Bij Nederlands) : Ini untuk belajar dan latihan soal-soal KNM. Saya belajar KNM dari situs ini selain buku yang didapat dari sekolah.
– NT2taalmenu : Materi dan contoh soal NT2
– Lingua Incognita : Materi dan contoh soal NT2, A2 dan KNM
– Ad Appel : Materi dan contoh soal A1, A2, NT2
– Virtueletraining : Materi dan contoh soal NT2
– Exercisesinburgering : Materi A1, siapa tahu ada yang membutuhkan
– Inburgeren : Ini adalah website DUO sebenarnya, tetapi disini bisa dibaca lengkap tentang segala informasi tentang ujian integritas dan contoh soal sebagai bahan latihan.
– Dutchgrammar : Untuk belajar grammar.
– Hetcvte : Website ini khusus untuk Staatsexamen NT2 milik DUO, dari cara mendaftar ujian sampai contoh soal dan materinya.
- Pada saat ujian
Sehari sebelum ujian, saya tidak memegang satu bukupun. Tujuannya supaya pikiran tenang. Pada hari ujian, usahakan datang 30 menit sebelum ujian dengan membawa lengkap syarat-syarat yang sudah tertulis dalam surat undangan. Jangan tegang dan panik, terutama bagian spreken. Fokus saja pada diri kita, percaya diri saja bahwa bisa mengerjakan. Berdoa supaya diberikan kemudahan, jika memang dibutuhkan. Saya menemukan sebuah cerita tentang pengalaman saat ujian. Bisa dibaca disini. Apa yang dituliskan nyaris sama dengan pengalaman saya. Dan ternyata, setelah saya melewati ujian-ujian tersebut, soalnya tidak sesusah yang saya bayangkan. Bahkan pada bagian luisteren, suaranya jelas tidak seperti contoh ujian yang saya buat latihan.
- Setelah ujian
Setelah ujian waktunya untuk bersenang-senang. Lakukan apapun yang kita suka, piknik misalnya karena kita sudah terbebas dari ujian. Kalau saya bersama suami jalan-jalan ke Perancis dua minggu setelah ujian berakhir. Masalah hasil, tidak usah terlalu dipikirkan walaupun dalam kenyataannya tetap saja sih kepikiran tapi tidak terlalu berlebihan. Kalau kita sudah berusaha semaksimal mungkin, hasil akan mengikuti, tenang saja. Optimis. Dan satu lagi, berdoa semoga hasilnya adalah lulus. Hasil ujian bisa dilihat pada website DUO dalam waktu 5 minggu dan suratnya akan dikirim ke alamat kita dalam waktu 6 minggu terhitung sejak waktu ujian, kecuali KNM hasilnya bisa dilihat sekitar 3 hari setelah ujian.
Itulah pengalaman dan informasi yang bisa saya bagi mengenai ujian integrasi maupun Staatsexamen NT2 Programma I (B1). Saya saat ini masih mempersiapkan untuk ujian ONA, setelah melewati 5 ujian lainnya. Jika sudah ada hasil ONA, informasi disini akan saya update. Buat saya, yang terpenting adalah kemauan dari kita sendiri untuk belajar semaksimal mungkin. Sebagus dan semahal apapun sekolahnya, kalau tidak diimbangi dengan kemauan kita untuk belajar di luar sekolah, semuanya tidak akan berarti apa-apa. Saya memperhatikan banyak yang lulus ujian B1 tanpa harus bersekolah (karena memang sekolah tidak wajib setelah tahun 2014), mereka belajar sendiri. Sebaliknya pun begitu, ada yang tidak lulus ujian B1 walaupun sekolahnya ditempat yang bagus, karena mereka tidak mau praktik dan menambah frekuensi belajar di luar sekolah. Semuanya kembali pada kita sendiri, ada kemauan kuat untuk lulus atau tidak.
Apakah sekarang saya sudah lancar berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda? Wah ya belum pastinya, jauh dari sempurna. Tinggal disini saja saya belum genap 1.5 tahun, ngomong masih sering belepotan grotal gratul kata orang Jawa, menulis masih sering ketinggalan lidwoordnya, dan masih sering tidak mudheng kalau ada yang berbicara dalam bahasa Belanda dengan kecepatan tinggi dan beraksen. Tapi setidaknya saya sudah berani mencoba dan selalu memperbaiki diri dari segala kesalahan yang ada. Jangan takut salah ketika mencoba dan selalu berpikir positif bahwa kita bisa. Proses belajar tidak serta merta berhenti ketika ujian selesai. Proses belajar akan berlangsung sampai kapanpun. Ada kalimat bagus yang saya kutip dari website Iamexpat “A pass does not mean your Dutch is perfect, but it proves you have a good understanding of the language and you are familiar with the grammar and vocabulary.”
Heel veel succes voor iedereen die examen (Inburgeringsexamen of Staatsexamen NT2) gaat doen!
Baca juga pengalaman Zilko (disini) mengikuti ujian integrasi sebagai salah satu syarat untuk mengajukan permohonan izin tinggal permanen di Belanda.
-Den Haag, 18 Mei 2016-
Suami tidak bisa melihat saya ongkang-ongkang kaki, “Jadi selanjutnya kamu mau ujian menyetir atau ambil diploma renang?” owalahh Mas, tawarannya kok ujian lagi, ora uwis uwis 😀