Amsterdam, Gouda 10km, Bertemu Teman Lama

Tomat hasil panen

Sejak pulang dari liburan, akhir pekan saya selalu sibuk dengan agenda bersosialisasi alias bertemu dengan beberapa teman. Sudah lama tidak menuliskan cerita akhir pekan, jadi kali ini saya akan merapel cerita 3 akhir pekan aktifitas bersama beberapa teman dan aktifitas pribadi.

  • KRAAMBEZOEK ALIAS TILIK BAYI

Sebulan sebelumnya, saya sudah memasak beberapa jenis makanan untuk dibawa ke rumah teman yang melahirkan 3 bulan lalu. Niat saya setelah pulang liburan, bisa tilik bayi alias melihat bayi dan ibunya setelah melahirkan, mumpung dia masih belum kembali bekerja. Saat liburan, saya membuat janji dan dia setuju dengan waktu yang saya tawarkan. Seminggu sebelum berangkat ke rumahnya, saya mulai mengecek kendaraan umum apa untuk menuju ke sana karena terus terang baru kali ini mendengar kota tempat dia tinggal. Sebenarnya letak rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal saya, tapi karena akses kendaraannya tidak terlalu banyak, jadi waktu tempuh ke sana agak panjang.

Hari H ke rumahnya, saya membawakan kado untuk bayi dan Ibu juga beberapa makanan seperti ayam panggang, rendang, bakso, lodeh, mie goreng, bumbu soto, dan bumbu urap. Semuanya saya masak sendiri. Tak ketinggalan Banana Cake andalan saya. Alhamdulillah Banana cake mendapatka pujian, hari yang sama ludes karena mertuanya juga suka. Setiap menjenguk Ibu yang melahirkan, saya selalu membawakan makanan karena Ibu dan Bapak yang punya anak bayi butuh tenaga banyak dan mood yang baik untuk tetap bisa kuat dan bahagia menghadapi makhluk kecil mungil dan segala perubahan setelah melahirkan. Jadi, semoga makanan yang saya masak sendiri bisa membawa mood yang baik dan kebahagiaan tersendiri. BIsa dijadikan stok juga supaya mereka tidak sibuk masak.

Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan dengan deg – deg ser takut nyasar, saya dan anak ragil sampai juga di rumahnya. Oh, bayinya lucu sekali. Kami mengobrol banyak hal, makan siang dengan mie goreng yang saya buat, lalu 3 jam kemudian saya pamit pulang. Selain Ibu dan bayinya butuh istirahat, saya juga harus cepat kembali karena anak mbarep sepulang sekolah sudah janjian di rumah membawa satu temannya. Jadi saya siap siaga menyedikan camilan untuk mereka.

  • PANEN TOMAT HIJAU

Cuaca mulai dingin dan daun mulai rontok, saatnya berbenah halaman depan dan belakang. Pulang dari liburan, tanaman tomat yang tiba – tiba saja muncul tanpa ditanam, buahnya sangat banyak. Untungnya, masih berwarna hijau. Jadi bisa disimpan di freezer untuk masak yang butuh rasa asam. Isi freezer saya terbatas, karenanya saya tawarkan ke teman apakah mau meminang si tomat – tomat ini, gratisan. Senangnya, dia mau. Selain tomat, saya juga panen Strawberry meski jumlahnya tidak seberapa. Daun mint juga tumbuh subur. Dedaunan seperti kucai, thyme, rosemary, dan basil juga lumayan banyak. Semuanya saya pangkas sekalian dengan bunga – bunga yang sudah mulai mengering. Siap menyambut musim gugur.

  • KULINERAN DI AMSTERDAM

Sabtu minggu berikutnya, saya dan anak tengah pergi ke Amsterdam dengan kereta. Saya dan seorang teman akan wisata kulineran meskipun belum diputuskan akan kemana. Awalnya kami sudah reservasi tempat ke satu Indonesia restoran yang baru dibuka. Tapi setelah membaca ulasan di Google, kami membatalkan reservasi dan memutuskan ke sana lain waktu saja jika mereka sudah lebih siap dan menu yang disajikan sudah lengkap.

Saat kami sudah bertemu dan berdiskusi cepat, akhirnya kami memilih makan di Satay Club. Ini juga restoran yang baru buka beberapa bulan lalu. Konsepnya mengusung berjualan sate seperti di Indonesia dengan membakar menggunakan arang. Kami tentu saja penasaran karena sepintas saya lihat penyajiannya bisa menggunakan lontong. Wah favorit saya ini, makan sate dengan lontong. Plus katanya pemilik restoran ini belajar ke Indonesia langsung untuk membuat sate dan mendatangkan orang Indonesia langsung untuk mengajari mereka cara membuat sate dan bumbunya yang enak. Sekarang si Bapak sudah kembali ke Indonesia.

Satay Club lokasinya tidak jauh dari Stasiun Amsterdam. Lokasi turis tentu saja. Sesampainya di tempat, masih sepi. Baru jam buka juga. Setelah memilih menu dan membayar (yang lumayan juga harganya) kami menunggu makanan datang dengan berbincang. Obrolan seputar liburan saya, hidup sehari – hari, dan rencana kami tentang liburan.

Makanan datang, kami mencicipi satenya. Saya pesan sate domba dan anak tengah makan sate ayam. Sate ayam dan bumbu kacangnya ok, tidak yang spesial. Sensasi bakarannya dapat, dagingnya agak kering, potongannya manusiawi tidak seperti potongan sate ayam di Belanda yang besar – besar. Sate domba yang saya pesan, rasanya enak. Bumbunya terasa jadi seperti sate Maranggi. Lontongnya yang mengecewakan karena disajikan dengan dingin. Saya minta dipanaskan katanya tidak bisa karena standar penyajian mereka ya dingin. Saya memberi masukan kalau di Indonesia kami makan sate tidak pernah dengan lontong yang dingin. Minimal suhu ruang. Apalagi setelah ini masuk musim dingin, akan tidak enak kalau makan sate dengan lontong yang dingin. Mereka menerima masukan saya dan akan mempertimbangkan untuk mengubah penyajian lontong.

Balado terong rasanya tidak masuk selera saya. Sambel bawangnya enak. Jadi secara keseluruhan, ok lah makan di sini. Tapi, cukup sekali saja untuk saya. Anak saya sih senang dan habis makan sate ayam dengan nasi. Katanya enak sekali. Pasti karena kelaparan.

Setelahnya kami ke toko oleh – oleh yang lokasinya persis di depan Satay Club. Saya membeli beberapa barang. Seperti turis saja ya. Lalu kami melanjutkan jalan kaki ke Restoran Thailand untuk bungkus bawa pulang, ke toko roti membeli kudapan, restauran Vietnam untuk membeli es kopi, dan ke toko es krim. Cuaca hari itu lumayan cerah cenderung gerah. Membuat hati juga ikutan gembira melihat matahari dan langit biru di Amsterdam. Seperti biasa ya Amsterdam, ramai sekali dan aromanya itu aduh, khas ganja. Aroma yang saya tidak suka.

Alhamdulillah, jalan – jalan ke Amsterdam selesai sudah. Perut kenyang sekali karena makan ini dan itu. Saya dan anak tengah pulang dengan hati gembira. Saya senang karena banyak ngobrol dengan teman dan makan dengan kenyang.

  • CARGILL SINGELOOP GOUDA 2025 – 10KM

Hari minggu keesokan harinya, saya mulai ragu apakah akan tetap berangkat ke Gouda untuk ikutan race 10km yang sudah saya daftar sejak bulan Januari dan nomernya pun sudah dikirim ke rumah. Yang membuat saya ragu adalah cuaca hari itu akan sangat terik dengan suhu 28 derajat celcius. Apalagi waktu berlarinya sore hari jam 3. Puncaknya panas. Suami meyakinkan saya untuk tetap berangkat saja karena sudah daftar, sayang kalau tidak datang. Apalagi Gouda cuma 20 menit saja naik kereta.

Akhirnya saya niatkan datang dengan berdoa semoga dikuatkan selama lari. Walapun tetap deg – deg an juga. Sesampainya di lokasi acara, wah peserta yang lain sudah terlihat siap sedia. Saat saya datang, yang 5km baru saja dimulai. Panasnya mulai terasa. Sangat menyengat ke muka.

Saya membeli air mineral dingin di supermarket terdekat dan berniat membawanya selama lari. Saya memakai pakaian dan jilbab tertipis. Supaya tidak terlalu panas. Niat saya pokoknya ya sudah dijalani saja, sesampainya saja. Kalaupun akan jadi yang terakhir masuk finish, ya sudah. Kalau tidak kuat ya stop saja.

Nanti akan saya ceritakan selengkapnya di tulisan yang terpisah. Singkat cerita dengan perjuangan dan keringat yang basah ke baju, hampir menyerah juga tidak melanjutkan, akhirnya saya jadi peserta terakhir yang sampai finish haha! sudah biasa. Saat saya sampai, semua langsung bersorak dan ya lumayan, dijepret foto banyak pose. Waktu saya 1 jam 35 menit. Ini lari dengan selingan jalan kaki terbanyak selama saya ikutan race. Ya lumayanlah, nambah 1 medali lagi.

  • BERTEMU TEMAN AKRAB

Sabtu minggu lalu, saya bersama anak ragil berkunjung ke rumah teman yang sudah 11 tahun ini saya kenal. Sudah lama saya tidak mengobrol panjang dengan dia. Sebelumnya sudah bertemu di acara Indonesia di Den Haag beberapa bulan lalu, tapi ya tidak terlalu lama juga. Plus berisik jadi ngobrol tidak khusyuk. Lalu kami membuat janji sebelum saya pergi liburan.

Jam 7 pagi saya sudah ada di stasiun metro. Untung anak kicik tidak terlalu susah bangunnya dan semangat sekali karena akan pergi dengan kereta. Perjalanan ke rumah teman ini, 3 jam lamanya. Jauh ya, karena memang sudah beda provinsi. Terbiasa jadi penduduk kota besar, jadi kalau mau ke provinsi lain berasa sekali jauhnya. Tapi ya tidak masalah, demi bisa bertemu teman dan ngobrol banyak, perjalanan jauh pun bukan hambatan. Makanya berangkat pagi supaya pulangnya pun tidak terlalu telat.

Jam 10 pagi pun saya sudah di rumahnya. Langsung kami heboh bercerita ke sana sini tanpa henti. Sampai suaminya yang maunya nongkrong duduk dekat kami, diusir untuk pergi saja haha karena dia tidak bisa berbahasa Indonesia. Daripada tidak paham kan, apalagi saya dan teman ini sama – sama orang Jawa Timur. Jadi obrolan kami jelasnya semuanya berbahasa Jawa Tapal Kuda. Kencang dan penuh tawa.

Lima jam tak terasa ngobrol dan makan. Kalau dengan teman yang sudah satu frekuensi, saya pikir ngobrol tujuh hari tujuh malam pun tidak akan pernah kehabisan topik. Dari topik tentang keluarga sendiri, diri sendiri, rencana ini itu, sampai menggosipkan orang *LOH!

Waktunya pulang, temu kangen sayangnya harus diakhiri di sini. Sampai berjumpa dilain waktu yang entah kapan karena rumah kami yang berjauhan dan dia pun kerja kantoran jadi waktunya tidak se fleksibel saya. Lima jam yang terasa pendek tapi cukuplah menuntaskan rasa rindu.

Butuh usaha kedua pihak untuk pertemanan yang awet. Tidak selalu ada pelangi dan kupu – kupu di dalamnya, tapi paling tidak sampai 11 tahun ini kami masih bersama. Memaafkan, menerima, dan saling memahami adalah kuncinya. Komunikasi juga tak kalah penting. Semoga kami tetap langgeng selalu.

Perjalanan 3 jam kembali ke rumah, lancar jaya. Pukul 6 malam kami sudah sampai. Anak kicik yang senang sekali dengan perjalanan kali ini, dia langsung bercerita banyak ke Papa dan kedua kakaknya. Kangen juga meninggalkan suami dan anak – anak di rumah seharian utuh.

  • MENGUNJUNGI MAMA MERTUA

Hari minggu, kami ke rumah Mama mertua. Jadwal kami setiap 2 hari minggu memang menjenguk Mama. Tidak lama di sana, berbincang seperti biasa lalu satu jam kemudian kami pulang. Mama juga tidak bisa terlalu lama karena gampang capek. Biasanya setelah dari Mama, kami muter – muter dulu di pusat kota Den Haag. Tapi kali ini kami langsung kembali ke rumah karena saya agak capek. Kali ini tidak jajan dulu di Toko Asia.

Wow, panjang juga ya rapelan cerita 3 akhir pekan. Senang sekali bisa menulis cerita akhir pekan seperti ini. Sama senangnya karena saya kembali rajin menulis di blog. Saat menulis ini, saya mulai jam 5 pagi karena sudah tidak bisa tidur lagi. Waktu yang tenang untuk berkonsentrasi. Fokus yang penuh. Satu jam menulis, sudah selesai.

Saya bersyukur sekali, masa – masa istirahat dari media sosial seperti ini, konsentrasi saya jadi panjang dan juga produktif untuk menulis kembali. Tidak sebentar – sebentar pegang Hp untuk mengecek media sosial. Entah sampai kapan rehatnya, yang pasti saya sangat menikmati waktu tanpa bermedia sosial.

  • 18 September 2025 –

Merasa Cukup

Pemandangan Jalan Kaki Pagi Hari

Senin pagi, saya awali dengan hati gembira. Akhir pekan saya bertemu dengan seorang teman yang sudah 11 tahun ini saya kenal dengan baik. Kami mengobrol panjang serta lama di rumahnya. Obrolan yang hangat karena sudah lama kami tidak berbicara dari hati ke hati. Rasa hangat itu terbawa sampai ke hari senin.

Saya bangun dengan badan yang segar dan pikiran yang jernih. Setelah membalas beberapa pesan di telefon genggam, lalu saya membangunkan satu persatu anak – anak. Hari ini dua anak akan makan siang di sekolah, jadi saya sedikit lebih sibuk di dapur karena ada bekal ekstra yang akan dibawa. Setelah menyiapkan baju mereka, saya turun untuk menyiapkan sarapan mereka. Suami seperti biasa sibuk dengan anak ragil yang hari ini juga jadwal ke sekolah.

Setelah rutinitas pagi terlewati, saya mengantarkan 2 anak pertama ke sekolah, sedangkan suami mengantarkan anak ragil. Sekolah mereka berbeda karena tingkatannya juga masih belum sama.

Setelah anak – anak sudah masuk ke kelas, saya memarkir sepeda di halaman luar sekolah lalu melanjutkan dengan jalan kaki. Seperti biasa, satu jam kedepan akan saya lalui dengan berjalan kaki cepat. Tanpa musik, banyak melamun, dan menikmati suasana sekitar. Cuaca pagi ini mendung, berangin kencang, dan sesekali gerimis. Sepanjang jalan, banyak sekali ide yang muncul di kepala. Pun kontemplasi hal – hal yang saya lewati beberapa waktu ini. Terkadang teringat ingatan yang tidak mengenakkan dimasa lalu. Semuanya saya coba rasakan. Tidak mencoba untuk menghindar. Menarik nafas panjang, mencoba memasukkan sebanyak mungkin udara segar.

Alhamdulillah, saya masih diberikan sehat dan langkah kaki yang kuat untuk berolahraga. Alhamdulillah saya masih diberikan kewarasan dalam berpikir dan bertindak.

Hidup di kampung, jadi pemandangan jalan kaki atau saat berlari ya aneka ria binatang. Salah satunya kambing (atau domba ya ini, ga terlalu paham).

Tidak terasa, langkah kaki kembali lagi di parkiran sekolah. Lumayan, 6.22km dengan hampir 8000 langkah. Saya kayuh sepeda menuju rumah. Sesampainya di rumah, saya langsung membuka beberapa jendela supaya angin segar masuk ke rumah, menyalakan lilin di beberapa sudut dengan aroma favorit yaitu vanilla dan paduan beberapa buah. Saya senang sekali jika rumah wangi. Rasanya menenangkan.

Lalu saya merebus air untuk membuat teh. Sembari menunggu air panas, saya mencuci beberapa piring dan peralatan masak. Lalu mengepel seluruh lantai bawah. Setelah semua beres dan bersih, saya menyeduh teh, menghangatkan bala – bala yang tadi malam saya goreng, dan menyiapkan laptop untuk menulis.

Di sinilah saya sekarang. Menikmati pagi sendiri di rumah dengan menulis, makan gorengan, dan minum teh hangat. Menghirup aroma wangi vanilla dari lilin dan segarnya angin yang masuk dari pintu dapur yang terbuka.

Hidup seperti ini, saya sangat merasa cukup. Tidak mengkhawatirkan banyak hal, tidak was – was dengan segala hal yang belum terjadi, dan tidak gampang ingin hidup yang berlebih. Secukupnya saja. Menjalani hidup dengan mengalir. Tentu saja ini rasa seperti ini tidak datang dengan tiba – tiba. Saya butuh latihan bertahun – tahun sampai bisa ditahap ini. Salah satu faktor yang membuat saya ada di titik ini karena apa yang saya ingin capai dan inginkan, sudah saya lakukan dan dapatkan sebelum pindah ke Belanda. Jadi setelah sampai sini, keinginan dan prioritas sudah beebeda. Sudah tidak lagi berambisi yang macam – macam. Hanya ingin menikmati hidup secara pelan. Sadar saat melangkah, tau kapan beristirahat, dan menerima dengan hati yang lapang saat memang harus dihentikan.

Termasuk saat saya memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga sepenuhnya setelah berdiskusi panjang dengan suami. Dia yang selalu mendukung apapun keputusan yang ingin saya jalani dalam hidup. Selama saya suka, bahagia, dan menikmati, dia selalu ok saja. Di sinilah saya selama 8 tahun ini. Ibu Rumah Tangga dengan segala aktifitas harian yang kadang itu – itu saja, kadang ada selingan yang mengejutkan, kadang belajar hal – hal baru, dan seringnya melewati minggu dengan rutinitas yang pasti.

Hidup itu – itu saja seperti ini, ternyata yang saya inginkan dan sangat menikmati menjalaninya. Begini – begini saja yang dulu tidak bisa lakukan karena selalu tergesa melakukan semua hal. Rutinitas tiap hari dengan urusan rumah, anak – anak, suami, dan diri sendiri, itu yang membuat saya bahagia.

Merasa cukup untuk masa sekarang adalah hal yang mewah. Apalagi di era media sosial semakin hingar bingar. Membandingkan keadaan diri sendiri dengan kehidupan orang lain lewat foto atau video. Merasa kondisi diri tidak menarik dan membosankan. Hal paling penting yang sering dilupakan adalah : semua yang sudah ditampilkan di media sosial adalah versi yang terbaik. Sudah melalui proses editing, pilah pilih video atau foto yang terbaik, bahkan cerita yang dituliskan pun sudah melalui hapus tulis beberapa kali. Memang tidak akan pernah merasa cukup kalau terlalu banyak melihat yang dimiliki orang lain lalu ujungnya jadi tidak bersyukur.

Merasa cukup, dimulai dari diri sendiri. Cukup yang membuat hidup nyaman, tenang, tidak was – was, dan tidak membuat keonaran atau merugikan orang lain. Cukup saat menjalani. Secukupnya saja. Tidak perlu berlebih, tidak perlu mengambil hak orang lain.

Merasa cukup akan membuat hati tenang dan tidak kemrusung. Bahagia dengan segala yang dimiliki dan dilakukan saat ini. Menikmati setiap proses dan momen setiap harinya. Hadir secara nyata, sadar, dan tidak perlu mencari perbandingan dengan orang lain.

Cukup dengan diri sendiri, cukup dengan keadaan sendiri, cukup dengan yang ada saat ini.

Merasa cukup.

  • 15 September, 2025 –

Hal – Hal Yang Disyukuri Tahun 2024

Warna warni musim gugur

Hari Jumat dan sedang menunggu Mbak yang bersih – bersih rumah selesai dengan pekerjaannya. Mau menuliskan topik yang ringan – ringan saja.

Hal – hal ditahun ini yang saya syukuri dari awal tahun sampai saat tulisan ini diunggah :

  • SEHAT

Alhamdulillah diberikan berkah yang sehat sampai saat ini. Meski akhir tahun lalu dan awal tahun ini sempat kena Covid yang menyebabkan saya tidak bisa beraktifitas dengan normal selama 2 bulan (sampai saat ini penciuman dan lidah masih sering error), setelahnya sehat dan bisa melakukan lebih banyak hal. Tentu saja ini tidak datang dengan sendirinya. Saya usahakan lewat makanan yang sehat dan bergizi seimbang, olahraga, tidur yang cukup dan jauh – jauh dari penyebab pikiran yang tidak nyaman. Termasuk pertemanan tidak sehat, hubungan di keluarga yang tidak baik, maupun interaksi yang tidak nyaman di media sosial, saya jauhi semua. Saya tidak mau ambil pusing dengan hal – hal yang tidak menyamankan. Hidup cuma sekali, saya ingin menikmati dengan bahagia, bisa memberkahi diri sendiri dan banyak orang.

  • SUAMI

Suami sehat, tetap rajin olahraga (tiap hari kecuali hari senin), rajin ikut race baik yang jarak 5km atau 10km. Dia katanya sudah pensiun race HM (21km). Pekerjaan dia lancar dengan segala proyek yang ditangani. Tetap dengan kegiatan sehari – hari membersamai anak – anak dan istri (yang bagian ini, penuh kesabaran). Semoga selalu sehat selamanya, menua dengan bugar.

  • ANAK – ANAK

Anak pertama dan kedua, senang dengan sekolahnya yang baru. Kami juga puas sekali dengan sekolah ini. Banyak hal – hal positif selama 2 bulan ini. Keputusan memindahkan sekolah tahun ini, adalah salah satu keputusan yang tepat di keluarga kami. Mereka aktif olahraga. Saat ini masih les renang. Anak mbarep segera ujian diploma A dan akan menambah olahragan lainnya. Anak tengah baru mulai les renang. Mereka berdua juga rajin ikutan lomba lari karena katanya ingin seperti Ibu dan Papa yang rajin lari. Aktifitas sehari – hari juga mereka aktif. Anak mbarep ada indikasi akan loncat kelas karena kemampuannya jauh dibandingkan anak – anak di kelasnya. Anak kedua makin hari makin kreatif, ada saja penemuannya dan kelakuannya yang bikin ribut dengan Ibu hahaha tapi kami saling sayang.

  • ANAK BAYI

Anak bayi sudah bisa jalan kencang, lari sampai sering nyusruk saking semangatnya. Sudah bisa ngoceh dengan kata – kata yang jelas. Bisa diajak ngobrol dan dia paham dengan perintah – perintah dasar. Paling seneng makan karena semua makanan dia suka. Suka diajak naik sepeda, hobi dibacakan buku, dan semangat menemani saya kalau sedang workout depan TV.

  • 10 TAHUN PERNIKAHAN

Senang dan bahagia, kami sampai ke titik Sepuluh Tahun Pernikahan. Banyak syukur kami panjatkan karena sudah berjalan sejauh ini dan semoga berpuluh tahun ke depan kami masih bersama dan saling membersamai dalam segala situasi dan kondisi dalam keadaan sehat, bahagia, dan tetap penuh cinta.

  • TRAVELLING

Tahun ini diberikan rejeki sehat dan materi yang lebih sehingga kami bisa mudik 2.5 minggu ke Indonesia dengan mampir ke Dubai. Lalu liburan untuk merayakan ulang tahun saya di Paris dan beberapa kota di sekitarnya. Merayakan ulang tahun ke 10 pernikahan kami dengan road trip sebulan ke Slovenia, Austria, Jerman, Slovakia, Hungaria dan Polandia. Awal tahun 2024 kami liburan ke Cyprus. Jadi tahun ini ke 9 negara. Sampai akhir tahun, kami tidak ada rencana liburan ke manapun. Menikmati Belanda dengan segala dinginnya. Semoga tahun depan bisa liburan ke negara – negara seru lainnya.

  • BAKING DAN MASAK

Kegiatan sehari – hari ya tetap baking, masak, nyetrika, dan berbenah rumah. Selain kegiatan utama lainnya yaitu membersamai dan bermain bersama anak – anak.

Tahun ini, saya lumayan menerima pesanan banyak untuk baking dan masakan Jawa Timur. Untuk masakan, yang saya jual : Soto ayam, rawon, lodeh, ayam bakar, ayam panggang, bumbu urap, bumbu rawon, bumbu soto, pecel pitik, pentol dan tahu bakso. Sebenarnya lumayan banyak permintaan pesanan Bebek Madura yang tahun 2022 oernah saya jual dan mengirim pesanan sampai ke Denmark, Jerman, Belgia dan Perancis plus di dalam Belanda juga. Sayang saya tidak bisa menjual lagi sekarang.

Ya lumayanlah, bisa mengisi waktu senggang dengan menerima pesanan – pesanan tersebut. Jadi nanti kalau sudah siap buka restoran Jatim atau bakery, saya sudah terampil *amiinnn!

  • QUALITY TIME BERSAMA KELUARGA

Makin banyak waktu berkualitas dengan anak – anak dan suami. Mereka lah hal terpenting di hidup saya saat ini, selain diri sendiri. Terasa kalau anak – anak cepat besarnya, jadi semaksimal mungkin kami membersamai mereka dengan segala keingintahuan yang ada, memberikan sebanyak mungkin kasih dan sayang sehingga mereka tumbuh sebagai anak – anak yang berkelimpahan perhatian dan cinta, merasa cukup dan bahagia. Semoga kami bisa memberikan bekal yang cukup, baik secara fisik dan mental untuk mereka nantinya hidup mandiri.

  • DIKELILINGI TEMAN – TEMAN YANG BAIK

Satu hal yang saya sangat syukuri adalah sampai saat ini, saya dikelilingi olah teman – teman yang baik. Yang mengajak ngobrol langsung jika ada hal yang tidak benar dan yang tidak pelit memberikan pujian jika saya melakukan hal – hal yang baik. Begitu pula sebaliknya. Kami selalu menyempatkan untuk bertemu meski tidak rutin, saling menyapa lewat aplikasi pesan meski tidak sering. Yang terpenting sama – sama tau bahwa kami saling ada kapanpun dibutuhkan ataupun hanya sekadar ngobrol biasa.

Pun teman – teman dan para sahabat di luar Belanda yang selalu hadir dalam setiap pesan yang kami kirimkan. Dalam setiap canda yang kami lontarkan dan kata – kata rindu yang terucapkan. Persahabatan 25 tahun dan pertemanan dengan yang lainnya yang masih terjalin baik sampai sekarang. Tanpa rasa iri, tanpa rasa tersaingi, tanpa diselingi hal – hal yang negatif.

Bulan lalu pun saya dikunjungi Pak Mar sekeluarga. Beliau adalah rekan kerja saya selama 7 tahun di Jakarta. Bukan hanya rekan kerja, pun jadi tempat curhat segala macam topik. Dari percintaan sampai masalah kantor. Paket komplit haha. Kami terakhir bertemu tahun 2014 saat saya dalam rangka bulan madu ke Jakarta. Saya mengundurkan diri dari kantor tahun 2012 lalu kuliah di Surabaya. Jadi pertemuan kali ini, pertama kali setelah 10 tahun lalu. Tidak menyangka bisa ketemu Pak Mar lagi lengkap dengan Ibu Rosa dan Ema. Makan dan bercanda di rumah kami. Malah Pak Mar mengajari anak – anak sulapan tangan, yang sampai sekarang jadi favorit permainan mereka. Semoga bisa bertemu Pak Mar lagi dalam keadaan sehat dilain waktu. Saya akan ceritakan secara lengkap kunjungan Pak Mar dipostingan lainnya.

  • BERBAGI RESEP

Saya sering berbagi resep di twitter maupun menuliskan di buku khusus kumpulan resep yang saya tulis manual. Dengan berbagi di twitter dan mendapatkan testimoni positif dari yang sudah recook atau rebake, rasanya senang sekali. Bahkan ada yang sampai dibuat jualan. Mainan media sosial trus bisa bermanfaat itu rasanya, selain bahagia juga membuat hangat di hati. Semoga saya bisa terus berbagi dalam hal apapun. Bermanfaat untuk orang banyak.

Tiga resep di bawah ini, yang lumayan ramai peminatnya dan sampai sekarang masih saja ada testimoni yang masuk tentang enaknya resep yang saya berika, cocok dengan selera mereka. Masih ada resep – resep lainnya yang saya berikan di twitter.

  • BACA BUKU DAN MENULIS DI BLOG

Sampai tulisan ini diunggah, saya lumayan sudah membaca 15 buku. Nampak tidak spektakuler ya angkanya dibandingkan yang sudah baca buku sampai berpuluh bahkan ratusan. Namun buat saya ini sebuah prestasi, mengingat tahun sebelumnya cuma membaca 1 buku hahaha. Pelan – pelan saya tegakkan lagi hobi membaca ditengah gempuran scroll scroll media sosial.

Menulis di blog pun tetap saya lakukan meskipun tidak serajin tahun – tahun sebelumnya. Inipun saya syukuri. Pelan – pelan saya kembali ke jalan yang benar sebagai seorang blogger kawakan :)))

  • PUNYA AKUN BARU DI INSTAGRAM

Saya dulu pernah menuliskan kalau tidak akan punya akun IG lainnya selain akun baking yang sudah saya punya selama 4 tahun ini, khusus untuk jualan dan menampilkan hasil baking. Lalu akhir Juli entah kenapa terlintas ingin membuat akun IG khusus untuk pamer foto travelling, kegiatan sehari – hari di luar rumah, makanan atau hal – hal random lainnya. Saya pikir akan punya waktu luang yang lebih untuk menambah satu sosial media karena sudah tidak aktif di FB sejak bulan Mei. Akhirnya saya membuat akun IG itu. Apakabar_denald akun IG pribadi saya. Definisi menjilat ludah sendiri *emot ngakak.

Senang juga punya akun IG yang isi story saya random suka – suka hati. Jadi banyak tau akun – akun yang penyuka lari, masakan, ataupun jadi saling lihat kabar terkini dari teman dan sahabat2 di Indonesia. Selain itu, ternyata saya suka mengedit video lewat reels. Pengalaman baru, meski beberapa kali kagok menggunakan fiturnya karena di akun baking, saya tidak pernah unggah yang macam – macam. Flat karena jaga image, pengikut saya banyak orang Belanda termasuk dosen – dosen di sekolah baking dan kolega – kolega kerja di bakery, tetangga dan kenalan lainnya. Termasuk para pelanggan usaha baking saya. Sekarang punya akun IG baru, jadi lebih bebas berekspresi.

  • OLAHRAGA

Selain lari, beberapa bulan ini saya menambah olahraga dengan angkat beban menggunakan dumbbels. Awalnya saya menggunakan 2kg, sekarang sudah mencoba 5kg. Tujuan utama untuk mendukung aktifitas lari dan fat loss. Lumayan, sejak angkat beban, kaki saya lebih kuat lari jarak jauh, tidak cepat pegal dan badan saya lebih berbentuk. Berat badan meski turun perlahan tapi melihat perut yang meski belum rata sekali tapi sudah ada bentuknya. Selain itu, saya juga rutinkan jalan kaki cepat sambil dorong stroller anak kicik selama 1 jam. Semangat sehat dengan bergerak.

Saya juga masih rajin ikut race tentu saja dengan jarak tetap 10km. Race yang akan datang, akan jadi race kelima saya tahun ini. Semoga saya sukses sampai finish tidak jadi yang terakhir. Kan sudah punya sepatu lari yang baru. Ihiyykk Pamer haha.

  • MENIKMATI HIDUP

Saya makin menikmati jalan hidup yang saya pilih, selama ini dan saat ini. Menjalani hari dengan tidak terburu – buru, lebih bisa menikmati fase yang pelan – pelan, memperhatikan detail. Tidak gampang terusik dengan apapun diluar kendali, termasuk hal – hal yang tidak menyenangkan tentang saya. Cukup saya baca, dengarkan lalu tinggalkan. Buat apa ditanggapi. Toch tidak memberikan value lebih pada hidup. Lebih baik menikmati kehidupan nyata yang lebih membahagiakan. Tidak perlu validasi apapun, tidak butuh menjelaskan segala sesuatunya, bernafas dengan lega tanpa rasa sesak himpitan apapun di hati. Saya sudah difase hidup yang santai sekali. Bisa memberi apresiasi yang besar terhadap diri sendiri. Yang terpenting adalah kehidupan nyata yang saya jalani penuh suka cita dan bahagia bersama mereka yang saya sayangi dan mengapresiasi, memberikan manfaat buat orang banyak, dan menjauhi hal – hal yang tidak membahagiakan tanpa ada manfaatnya.

Saat ini saya sedang menikmati musim gugur dengan hawa dinginnya dan warna warni daun yang cantik dan mulai rontok. Cantik ya warna daun di foto saya ini. Lokasi foto ini, sebelah rumah. Tidak perlu ke lokasi tertentu untuk bisa menikmati warna warni ini. Keuntungan tinggal di kampung. Bisa melihat banyak pohon, ke danau dan hutan tinggal koprol.

Segitu saja tulisan random tentang hal – hal yang saya syukuri ditahun ini, sampai saat ini. Semoga semuanya sehat selalu dan punya stok bahagia yang cukup banyak di kehidupan nyata, memaksimalkan waktu bersama orang tersayang.

Selamat berakhir pekan!

-1 November 2024-

Sembilan Tahun di Belanda

Musim Semi Tlah Tiba

Akhir Januari 2024, tepat sembilan tahun saya tinggal dan menjadi penduduk di Belanda. Perjalanan yang lumayan panjang. Antara terasa dan tidak. Terasanya kalau musim dingin datang, badan saya sampai saat ini belum sepenuhnya beradaptasi dan hati saya tetap tidak menyukai musim gugur serta musim dingin. Selalu saja sakit dan semakin tahun, sakitnya makin macam – macam. Awal tahun 2023, saat saya sedang hamil, sakit parah sampai Ambulans didatangkan ke rumah oleh pihak UGD. Itu sakit terparah selama di Belanda, semoga menjadi yang terakhir juga. Tahun ini saya terkena covid dan sinusitis parah. Pokoknya ada saja cerita sakit kalau musim dingin datang.

Selebihnya, saya sudah lumayan bisa beradaptasi dengan baik.

Bahasa Belanda, meski levelnya ya begitu – begitu saja, tapi saya bisa berbangga diri karena dalam 9 tahun ini makin banyak perkembangan. Ya memang sudah seharusnya begitu. Masa sudah 9 tahun masih jalan di tempat saja. Malu sama anak – anak yang kosakata Bahasa Belandanya lebih canggih dari saya. Untuk urusan sekolah anak – anak. saya lancar bercakap dan saling bertukar kabar sesama orangtua murid. Dengan para guru pun, saya punya kepercayaan diri yang tinggi saat datang ke evaluasi anak – anak tiap 3 bulan sekali. Meski suami juga datang, tapi saya melakukan percakapan aktif dengan pihak sekolah. Setiap kali pihak sekolah menawarkan untuk berbicara dalam bahasa Inggris, saya langsung bilang bahasa Belanda saja. Sejujurnya, bahasa Inggris saya sudah kacau beliau. Menelepon dokter, rumah sakit dan segala aktifitas saya di Belanda, 95% sudah full bahasa Belanda. Lisan dan tulisan. Yang 5% sisanya, kalau saya tidak mengerti bahasa Belandanya, baru dengan terpaksa ganti ke bahasa Inggris. Kecuali dengan anak – anak di rumah, saya memakai bahasa Indonesia (dan dengan sesama orang Indonesia lainnya tentu saja).

Urusan birokrasi, saya mulai berkompromi. Alias, ya sudah lah diikuti saja. Mau cepet2an juga tidak bisa karena memang jalurnya lama.

Musim Semi Tlah Tiba
Musim Semi Tlah Tiba

Selama 9 tahun di Belanda, saya banyak belajar hal – hal yang baru. Dari bekerja di Rumah Jompo, bakery, sampai punya usaha sendiri di rumah. Dari pertama kali belajar nyetir mobil dengan segala tangisan yang menyertai sampai mendapatkan SIM, kursus baking, mendapatkan dana dari pemerintah Belanda untuk kursus Data Analyst dan bisnis management, ujian HACCP. Belajar bagaimana membangun bisnis rumahan di Belanda dari nol, memantau bisnis di Indonesia dan beberapa investasi. Rajin ikut race lari. Semua saya lakukan atas dasar ingin belajar banyak hal, rasa ingin tau yang besar, dan tidak pernah berhenti untuk tetap mengaktifkan otak. Dari berat badan 45kg sampai sekarang entahlah saking malesnya nimbang haha yang pasti tidak akan bisa lagi ke 45kg.

Diantara banyak hal yang sudah terjadi 9 tahun ini, yang paling tak tergantikan dan sangat berharga adalah membentuk sebuah keluarga. Menjadi seorang istri, menjadi pendamping suami saat senang dan susah, saling menopang dan memberikan dukungan. Kalau bukan karena support yang besar dari dia, saya tidak akan pernah ada di titik ini. Dialah alasan saya bertahan dan tetap menggapai segala mimpi yang ingin saya wujudkan. Dialah orang yang paling berjasa atas banyak hal yang terjadi dalam 9 tahun ini. Dialah yang saya cintai dengan sepenuh hati *mendadak romantis

Hal yang paling berharga lainnya adalah kehamilan 5 kali dan 3 anak yang terlahirkan dengan selamat dan sehat.

Menjadi seorang Ibu mengajarkan banyak hal kepada saya. Bagaimana mencintai, memberi, mencurahkan kasih sayang dan mengelola emosi kepada anak yang tidak pernah tau sebelumnya tentang hidup mereka di dunia. Bagaimana mereka menggantungkan seluruh hal pada kami sebagai orang tua. Bagaimana kami benar – benar ikhlas menjalankan peran ini sebaik – baiknya. Menjadikan mereka anak – anak yang bahagia, sehat, dan tumbuh dipenuhi banyak cinta, serta tercukupi secara materi dan kasih sayang.

Keputusan terbaik yang saya tidak pernah sesalkan dalam 9 tahun ini adalah menjadi seorang Ibu Rumah Tangga yang tinggal di rumah. Karir, bukan lagi tujuan saya saat ini. Saya pernah bekerja kantoran di Indonesia selama 13 tahun. Dari level bawah sampai posisi atas yang saya inginkan. Dari gaji kecil sampai gaji yang cukup untuk membeli rumah dan sawah. Karir saya sekarang adalah membersamai suami dan mendampingi anak – anak sampai mereka bisa mandiri.

Dua tahun saat mudik ke Indonesia, disitulah saya merasa, kalau Belanda adalah rumah saya. Mudik pertama kali setelah 7 tahun pindah ke Belanda, rasanya sudah beda. Indonesia masih menjadi rumah bagi saya karena di sanalah keluarga besar berada. Hanya saja, rasanya sudah beda saat saya terakhir meninggalkan 7 tahun sebelumnya. Lalu saya tersadar, bahwa Belanda memanglah rumah saya. Di sinilah keluarga saya berada. Suami, anak – anak, dan diri saya sendiri. Teman – teman baik, para tetangga, Mama dan para ipar, segala kegiatan sehari – hari, tempat saya belajar banyak hal, serta orang – orang yang saya kenal dari sekolah anak – anak. Merekalah yang ada di hidup saya sehari – hari.

Saya bahagia di Belanda dengan segala naik turunnya, dengan segala hiruk pikuk yang ada, dengan segala suka dukanya.

Saat di Cyprus, Februari 2024
Saat di Cyprus, Februari 2024

Saya bisa menyebut sekarang, bahwa Belanda adalah rumah saya. Negara di mana semua orang – orang yang saya sayangi berada, tempat mereka yang peduli dengan saya selama di sini. Negara yang tidak sempurna namun membuat saya lebih berkembang secara individu maupun kedewasaan.

Dan juga, tempat saya ingin menjalani waktu bersama yang saya cintai dan sayangi dengan sepenuh hati, yang bisa menerima saya dengan segala kekurangan, yang tak pernah berhenti melimpahkan cinta yang tulus kepada saya : suami dan ketiga anak saya. Merekalah hidup saya saat ini.

Sembilan tahun di Belanda, inilah hidup saya sekarang. Semoga semakin banyak berkah, berlimpah cinta dan makin bisa memberikan manfaat untuk diri sendiri dan orang – orang yang membutuhkan. Terutama keluarga, teman – teman, dan siapapun yang pernah beririsan hidup selama ini.

-19 Maret 2024-

Race 5km Saat Hamil Besar

Keberhasilan lari bersama janin di perut. We made it! 5km

Ikut lomba lari saat sedang hamil, pernah saya cita – citakan sejak kehamilan pertama. Tapi, tidak pernah terlaksana karena selain kondisi badan yang tidak memungkinkan, pun tidak bertepatan dengan diselenggarakan CPC Loop di Den Haag. Tahun ini, saya diberikan kesempatan hamil (lagi), yang memang sebuah kehamilan yang direncanakan. Cerita tentang hamil, akan dibuatkan postingan terpisah.

Saat CPC Loop Den Haag bulan Maret 2023, usia kehamilan menuju trimester tiga. Saya pikir, pas banget waktunya karena kehamilan di trimester dua biasanya lebih bersahabat dibandingkan dua trimester lainnya. Meski begitu, hamil kali ini, tantangannya sungguh luar biasa. Jadi meski saya sudah latihan lari rutin 2 bulan menjelang CPC, tapi belum berani mendaftar. Saya tunggu sampai H-1. Suami tidak keberatan saya ikut lomba lari, hanya dia bilang tolong dipikirkan ulang. Tentu dia khawatir kondisi saya dan janin. Meski begitu, dia tidak berani melarang, karena tau istrinya semakin dilarang semakin nantang haha! Dokter dan bidan sudah saya kasih tau sebelumnya kalau saya akan ikut lomba lari. Mereka malah senang kalau lihat Ibu hamil tetap aktif olahraga.

Hari H pagi hari, saya yakin kalau badan dan perut dalam keadaan yang prima, langsung saya mendaftar. Pagi itu, di Den Haag cuacanya hujan, dingin, dan berangin. Saya berangkat ditemani suami dan anak – anak. Suami ikut karena setelah saya selesai lomba, dia lanjut ada kegiatan dengan kantornya. Biasanya dia ikut yang 10km, tapi karena kali ini ada kegiatan lain, jadi tidak bisa. Lumayan bisa jaga anak – anak sementara saya ikutan lari.

Waktu pengambilan nomer, petugasnya memastikan kalau saya tidak masalah saat berlari nanti. Saya bilang kalau kondisi saya baik. Salut, mereka malah menyemangati saya. Perut saya yang nampak lebih besar dibandingkan usia kehamilan, memang membuat orang khawatir apa benar akan ikut lari 5km.

Bahkan saat di garis start, beberapa orang menunjukkan rasa kagum pas lihat saya hamil. Sampai sungkan jadi pusat perhatian haha. Lomba pun dimulai. Saya ya lari semampunya kecepatan, maklum bawa perut besar bukanlah hal yang mudah. Tidak berapa lama, ada mobil yang jalan di sebelah. Ternyata mobil petugas kesehatan. Satu orang turun dan lari di sebelah. Mereka bilang akan mendampingi saya sampai finish. Saya terharu sekaligus merasa tidak enak. Berasa merepotkan orang saja. Padahal ya saya baik – baik, tidak ada keluhan apapun. Hanya saja, mereka ingin memastikan semua aman.

Pertengahan lari, tiba – tiba hujan deras sekali. Ditambah angin kencang. Saya sampai kelabakan karena kacamata jadi burem parah. sekitar 10 menit, hujan mereda. Basah jelasnya baju dan jilbab. Sempat terpikir ingin berhenti saja. Karena sebelum lari, saya bilang ke janin,”Nanti ikut Ibu lari 5km ya. Kita santai saja larinya. Kalau memang tidak sampai finish, tidak masalah. Yang penting sudah mencoba”. Lalu saya rasakan, badan saya masih kuat. Ok dilanjut.

Sepanjang jalan, orang – orang yang memang menyemangati yang ikut lari, melihat saya makin keras teriakan mereka, “Knap hoor!” atau “goed gedaan” atau “trots op jou!” beneran makin semangat untuk melanjutkan lari.

Alhamdulillah, tulisan finish terlihat dari jauh. Meski waktu sampai selesai lebih lama dari biasanya, saya tetap bersyukur, bisa sampai finish dalam keadaan sehat dan sampai keesokan harinya, tidak ada keluhan dari saya maupun janin.

“Suatu hari saat dia sudah besar, saya akan tunjukkan medali 5km ini dan foto – foto saat berlari. Saya akan bilang ke dia : Waktu kamu di perut Ibu, kita sama – sama lari dan berhasil sampai finish”

Pencapaian saya tahun ini. Bangga dengan diri sendiri dan janin. Terima kasih pada suami yang selalu mendukung apapun yang ingin saya lakukan. Terima kasih pada anak – anak, yang ketika melihat saya di garis finish langsung berlari memeluk trus bilang, “Ibu, selamat! kamu sudah sampai. Aku bangga sama kamu”

Sampai race tahun depan. Mungkin saya akan ikut yang 10km sambil mendorong Stroller.

-9 Oktober 2023-

Delapan Tahun di Belanda

Termasuk menerima perubahan badan selama 8 tahun ini. Saat datang membawa badan seberat 45kg. Lalu selama 8 tahun ini naik turun tergantung lagi hamil apa tidak haha Alhamdulillah menggelembung lagi

Bulan ini, tepat delapan tahun lalu saya sampai di Belanda (Cerita Delapan Tahun Lalu). Memulai hidup baru sebagai imigran cinta. Meraba – raba harus mulai darimana. Semua nampak membingungkan di negara yang baru, yang hanya pernah saya kunjungi sebelumnya selama 2 minggu sebagai turis. Semua nampak samar – samar, apa yang harus saya lakukan di sini. Delapan tahun lalu, nyaris saya kehilangan identitas diri dan seringkali frustasi kenapa mencari pekerjaan sebegitu susahnya dan perkara bahasa serta cuaca tak kalah ruwetnya.

Delapan tahun lalu, saat saya baru selesai sidang S2, mengundurkan diri dari pekerjaan di Indonesia dan dua minggu kemudian terbang ke Belanda, membawa harapan setinggi langit bahwa semuanya akan baik – baik saja. Banyak doa yang saya bawa meskipun tau sebenarnya harus memulai dari langkah awal. Semua tak lagi sama saat masih di Indonesia. Saat hidup saya sudah tertata dengan rapi, saat langkah karier saya sudah mulus tak ada hambatan, saat saya sudah terbiasa menjadi perempuan mandiri baik secara mental, finansial dan fisik selama 13 tahun bekerja. Hidup yang aman damai sentausa. Saya letakkan itu semua dan berusaha keras untuk tak menengok lagi segala kenyamanan hidup yang sudah di genggaman tangan.

Lalu perjalanan penuh warna mewarnai selama delapan tahun ini. Tak selalu penuh warna ceria, juga sesekali warna abu – abu gelap seperti langit dan cuaca di Belanda pada umumnya, terutama saat musim dingin. Banyak hal yang saya harus kompromikan : dengan diri sendiri, dengan suami, juga dengan anak – anak. Hidup yang penuh kompromi dan memikirkan skala prioritas karena sekarang bukan lagi tentang saya. Tidak hanya memikirkan diri sendiri meskipun bahagia dan hidup penuh ketenangan tetap jadi tujuan utama saya.

Delapan tahun yang terkadang masih terseok untuk urusan bahasa, birokrasi, pekerjaan, negara, pun orang – orang yang ada di dalamnya. Delapan tahun yang terkadang ingin menyerah saja saat cuaca dingin datang dan sakit parah lalu dokter hanya memberikan kalimat sakti pamungkas : minum paracetamol, banyak minum air putih dan istirahat, meskipun suhu sudah mencapai 40 derajat celcius. Sungguhlah level kesabaran yang sangat amat teruji. Bahkan meminta antibiotik saja, meskipun sudah tau penyebabnya apa, masih diulur waktu menunggu sakaratul maut tiba nampaknya.

Tinggal di Luar Negeri tidak selalu penuh suka cita. Sesekali keluh kesah jatuh bangun pasti menghampiri. Menangis mencoba berjalan dan berdiri tegak seolah semua akan bisa teratasi. Bahwa semua akan baik – baik saja, harapannya. Bahwa tinggal di negeri 4 musim bukan hanya perkara keindahan warna putih saat salju datang. Tidak pula nampak seperti bunga Tulip yang indah dipandang. Tinggal di negara orang, keras dan penuh perjuangan. Tidak semua hal pun saya tampilkan lewat cerita dan foto – foto indah. Ada masanya yang pahit saya telan dan yang manis pun saya nikmati tanpa perlu dipamerkan.

Namun begitu, delapan tahun ini banyak kebahagiaan pun datang. Bahkan kebahagiaan dan rasa suka cita rasanya lebih banyak menghampiri dibandingkan tangis kesedihan. Alhamdulillah. Suami yang luar biasa banyak hal baik yang bisa diceritakan dari dirinya. Dari awal menikah sampai saat ini, benar – benar sosok penuh kebaikan dan pendukung nomer satu serta tempat segala hal yang bisa saya bicarakan. Hanya dia yang membuat saya nyaman dan menjadi diri sendiri. Anak – anak yang sehat pintar dengan segala dinamikanya. Yang membuat saya belajar berdamai sebagai diri sendiri tentang masa lalu dan berusaha menjadi Ibu yang baik untuk mereka. Tak mengapa tidak menjadi baik – baik saja, bahwa rasa lelah pun sesuatu yang manusiawi.

Dan yang terpenting, selama delapan tahun ini, saya secara pribadi merasakan perubahan yang positif tentang cara berpikir, penerimaan diri, dan belajar banyak dari hal – hal kecil setiap harinya. Banyak bersyukur, bersyukur dan belajar ikhlas. Pada akhirnya, saya bisa melihat segala sesuatunya dari sudut yang lebih positif dan membuat saya lebih bahagia. Hidup yang nampak begini – begini saja tapi rasa senangnya sungguh luar biasa. Tidak pernah ada kata menyesal sudah memutuskan pindah sejauh ini. Jika tidak pindah, saya tidak akan banyak belajar tentang berjuangnya hidup di negara orang.

Kebahagiaan sebagai seorang deny, istri, dan Ibu. Delapan tahun yang tak mudah tapi banyak tawa bahagia pun suka cita. Delapan tahun penuh perjuangan dan syukur yang sering terucapkan.

Bahwa hidup saya sudah sangat dicukupkan dengan diri yang lebih positif, ikhlas, anak – anak yang sehat, suami yang penuh dukungan, lingkungan yang menyenangkan dan hati yang tenang. Semua memang tentang waktu dan bagaimana diri sendiri ingin berjalan.

Alhamdulillah untuk delapan tahun di Belanda. Alhamdulillah untuk segala berkah. Bukan tentang kesempurnaan hidup, tapi tentang syukur dalam setiap langkah. Alhamdulillah untuk keluarga kami, kebahagiaan saya saat ini. Alhamdulillah untuk diri sendiri yang sering lelah tapi tak pernah menyerah. Alhamdulillah untuk segala ketenangan hidup, tidak kemrungsung, dan merasa cukup.

Semoga banyak tahun – tahun di depan bisa terlewati dengan cerita penuh warna. Sehat dan berjodoh panjang untuk kami sekeluarga. Penuh berkah dan rejeki yang berlimpah.

Termasuk menerima perubahan badan selama 8 tahun ini. Saat datang membawa badan seberat 45kg. Lalu selama 8 tahun ini naik turun tergantung lagi hamil apa tidak haha Alhamdulillah menggelembung lagi
Termasuk menerima perubahan badan selama 8 tahun ini. Saat datang membawa badan seberat 45kg. Lalu selama 8 tahun ini naik turun tergantung lagi hamil apa tidak haha Alhamdulillah menggelembung lagi

-31 Januari 2023-

Natal 2022

Merry Christmas

Prettige Kerstdagen  

Selamat Natal

Wij wensen iedereen hele warme gezellige kerstdagen!

Selamat merayakan Natal penuh suka cita bersama keluarga

En fijne vakantie!

Selamat libur akhir tahun.

Serta turut berduka cita untuk mereka yang ditinggalkan yang tercinta

MAKAN MALAM NATAL DI SEKOLAH

Bagian ini akan bercerita tentang kegiatan krucils di sekolah. Akhirnya tahun ini kegiatan menjelang Natal berjalan dengan normal setelah tahun lalu terkendala dengan edisi lockdown entah episode ke berapa. Sehari menjelang libur sekolah akhir tahun selama dua minggu, biasanya akan ada makan malam Natal di sekolah. Tahun lalu, makan malam ditiadakan, diganti sarapan. Tahun ini bersyukurnya, makan malam Natal di sekolah berjalan seperti semula. Dua minggu sebelumnya, di grup WhatsApp (wa) kelas orangtua mulai berbagi tugas siapa membawa apa. Sebagai orang Indonesia, saya langsung berpikir akan membawa makanan yang Indonesia sekali seperti nasi kuning lauk perkedel dan telor dadar suwir. Lalu saya teringat, oh ini Belanda. Ga usah dibawa rumit. Bawa potongan mentimun dan tomat bulet saja sudah diterima dengan baik haha. Akhirnya saya menuliskan akan membawa mini cupcakes baking sendiri. Membuat yang simpel saja. Bisa dilihat dari foto di bawah, makanan yang dibawa para orangtua ya yang gampang – gampang saja. Ingat, ini di Belanda, jangan mempersulit diri dengan membawa makanan yang rumit kalau anak – anak saja sudah bahagia diberi mentimun dan pancake :))

Makan Malam Natal di Sekolah Krucils
Makan Malam Natal di Sekolah Krucils

Saya sangat antusias dengan acara ini. Meskipun badan saya masih agak lemes, tetap dengan semangat tinggi datang ke sekolah bersama suami dan krucils. Mereka saya pakaikan baju yang resmi. Benar – benar beda dari keseharian di sekolah. Melihat teman – teman mereka, duh keren – keren semua. Memakai dress dan pakaian resmi. Gemes lihatnya, anak – anak kecil sudah berpakaian resmi. Sementara anak – anak makan bersama di kelas masing – masing, para orangtua bisa menunggu di hall sekolah sambil menikmati live music (guru musik di sekolah yang tampil) dan makanan yang disediakan, gratis. Standar makanannya : kentang goreng, sup tomat, dan burger sosis dengan sayuran. Berhubung ini Belanda yang jarang ada benda gratisan, jadi ada makanan gratis begini sangatlah spesial.

Selesai acara, kami pulang ke rumah. Acara diagendakan selesai jam 7 malam. Benar – benar tepat waktu jam 7 malam selesai. Terharu sama orang Belanda nih, makan malam aja bener – bener on time selesai ga ada molor sama sekali. Antara kagum dan mbatin, mosok ga ada bincang – bincang santai gitu lho setelah acara :))). Krucils senang sekali dengan acara ini. Langsung nanya kapan ada lagi. Ya nunggu tahun depan Nak, mosok tiap hari mau Natalan.

MISA NATAL PERTAMA

Keesokan harinya, mereka masuk sekolah setengah hari. Paginya ada jadwal ke Gereja, Misa Natal, seluruh murid – murid di sekolah. Ini akan jadi pengalaman krucils yang pertama ikut misa Natal karena tahun kemarin ditiadakan. Orangtua boleh ikut ke gereja, jika memungkinkan. Saya jelas tidak bisa ikut Misa, jadi suami yang datang. 

Krucils tentu saja bertanya kenapa saya tidak ikut misa Natal juga. Saya jelaskan yang kesimpulannya bahwa ada beberapa hal prinsip yang berhubungan dengan agama, tidak bisa saya lakukan. Tentu saja saya menjelaskan dengan bahasa sesederhana mungkin supaya mereka mengerti dasarnya apa. Saya bilang kalau Papa saja sudah cukup ke gereja, ibu tunggu di rumah.

Karena ini pertama kali mereka ikut Misa, tentu saja semua antusias, termasuk saya. Pagi sudah saya siapkan baju rapi dan bersih buat mereka. Si Sulung bertanya kenapa harus pakai baju yang bersih dan rapi. Saya bilang, karena kalian akan masuk rumah ibadah, untuk beribadah. “Ingat kan waktu kalian masuk ke Masjid, selalu pakai baju yang bersih dan rapi. Karena kita akan beribadah, menghadap Tuhan, jadi harus bersih dan tidak boleh asal – asalan. Masuk ke Gereja untuk Misa, juga begitu”

Sewaktu mereka mudik, karena rumah kami dekat dengan masjid, jadi setiap maghrib pasti mereka ikut ke masjid dan saat lebaran juga ikut ke masjid. Bahkan selama Ramadhan, setiap malam ikut taraweh. Juga beberapa kali ikut sepupunya belajar membaca Al – Qur’an. 

Saat dikirim foto dan video anak – anak sekelas di gereja, hati saya menghangat. Terharu luar biasa. Rasanya baru beberapa waktu lalu melahirkan mereka, sekarang sudah difase belajar tentang keyakinan. Pulangnya saya tanya, apa mereka senang di gereja. Katanya senang sekali dan ingin ikut Misa lagi. Saya tanya, lebih senang ke mana, ke Masjid apa ke Gereja? “Aku suka ke Gereja karena nyanyi – nyanyi jadi senang. Kalau ke Masjid aku ga tau bahasanya jadi ga ngerti artinya. Kalau ke Gereja nyanyi kan bahasanya aku ngerti” Haha kami yang mendengar tertawa spontan. Jawaban anak – anak yang polos. Kata seorang sahabat yang saya ceritakan tentang hal ini ,“ajarono pujian – pujian arab sing nyanyi nggawe bahasa Jawa, lak seneng” haha kejawen maksudnya.

BERKIRIM KARTU NATAL DAN TAHUN BARU

Seperti biasa kegiatan dari tahun ke tahun, berkirim kartu Natal dan Tahun baru tetap kami lakukan. Meskipun tahun ini baru H-7 saya tulis dan kirimkan, padahal kartu dan perangkonya sudah saya beli sebulan sebelumnya. Jadilah saya dan suami melembur seharian kebut menulis sekitar 30 kartu yang kami kirimkan ke teman dan saudara yang ada di Belanda maupun di luar negeri. Itupun ada beberapa teman yang masih belum kami kirimi kartu. Saya sudah lemes duluan. Menyenangkan menuliskan kartu ucapan dengan kata – kata yang sangat personal ditujukan untuk si penerima. 

Dan dalam kartu yang dikirimkan, kami kabarkan berita bahagia. Semoga yang membaca dan menerima kartu, juga bisa merasakan kebahagiaan dalam keluarga kami. Bersyukurnya sebagian besar kartu sudah diterima sebelum Natal dan berita bahagia dari kami mendapatkan sambutan hangat dari mereka. Alhamdulillah. Sebagian kecil kartu, belum ada kabarnya. Apakah belum sampai pada penerima, atau sudah sampai tapi penerima tidak mengabarkan pada kami kalau kartunya sudah sampai.

Kami juga menerima banyak sekali kiriman kartu Natal dan Tahun Baru dari teman – teman dan Saudara di Belanda maupun dari Luar Belanda. Senang rasanya membaca setiap doa dan ucapan yang dituliskan untuk keluarga kami. Setiap menerima kartu, saya selalu kabarkan kepada pengirim kalau kartunya sudah sampai. Bentuk rasa terima kasih kami. Dan si pengirim juga tidak tebak tebak apakah kartunya sampai atau tidak.

Pohon Natal di Pusat Perbelanjaan

MAKAN MALAM NATAL

Tahun ini, tidak ada makan malam Natal bersama keluarga di rumah. Keluarga ini maksudnya biasanya kami mengundang mama mertua, atau kerabat lainnya. Tahun ini tidak, karena saya sedang tidak bisa memasak. Jadi kami putuskan kalau tahun ini tidak ada undangan makan malam di rumah dan makanan semuanya beli. Hari Sabtu kami ke pusat kota untuk membeli makanan dibawa pulang dari beberapa restoran. Lumayan buat stok beberapa hari ke depan. Jadi pas tanggal 25 nya, kami hangatkan makanan yang beli di restoran. Lalu tanggal 26, kami pergi ke restoran Sushi. Penuh sekali restorannya. Jadi lumayanlah kami tetap bisa merasakan suasana makan malam Natal. Het was gezellig. Setelahnya kami berjalan kaki malam hari di pusat kota.

KADO NATAL

Natal tahun inipun tidak ada acara saling tukar kado. Krucils sudah mendapatkan kado yang super banyak saat Sinterklaas. Saking banyaknya sampai harus dibagi dua batch untuk membuka kado – kadonya. Semuanya bukan dari kami saja. Ada yang dari guru di sekolah, dari kami, Oma, tetangga sebelah rumah, dan dari Om serta Tante mereka. Karena sudah terlalu banyak kado yang diterima, jadi diputuskan kalau Natal tidak akan ada kado lagi. Suami ditanya mau kado apa, dia tidak mau. Saya ditanya suami mau kado apa, saya bilang nanti saja kalau sudah mood, baru kadonya dibelikan. Jadi benar – benar tidak ada kado. Tetap tidak mengurangi rasa senang di hari Natal, bahkan jauh lebih membahagiakan karena ada kado lainnya yang tidak bisa dinilai harganya untuk keluarga kami. Kado yang jauh lebih berharga dari sebuah barang.

Pohon Natal di rumah kami
Pohon Natal di rumah kami

BERITA BAHAGIA

Alhamdulillah beberapa waktu terakhir kami sekeluarga dan saya pribadi diberikan beberapa kabar gembira dan rejeki. Diantara beberapa hal yang tidak menyenangkan, tetap saya bersyukur luar biasa bahwa lebih banyak berkah dan rejeki yang saya dan keluarga dapatkan. Tahun ini benar – benar dilewati dengan banyak bersyukur, lebih banyak berserah, dan melewati hari per hari dengan hati yang lebih ringan. Suasana Natal jadi lebih suka cita. Berkah yang tak henti datang untuk keluarga kami. Rejeki yang Alhamdulillah berlimpah.

Walapun ada beberapa hal yang tidak sama dengan Natal tahun – tahun sebelumnya, tetap rasa syukur tidak berhenti kami ucapkan. Kebahagiaan datang bertubi. Semakin kami bersyukur dan ikhlas, semakin hati kami jadi tenang. Bahagia dan tenang, nikmat manalagi yang tidak kami syukuri.

Semoga Natal tahun in juga membawa arti tersendiri buat kalian. Peluk dari saya untuk mereka yang sedang dalam masa berkabung. Semoga diberikan kekuatan dan penguatan.

-26 Desember 2022-

Bahasa Cinta Lewat Makanan

Memasakkan tetangga saat mereka sekeluarga sedang terkena Corona. Sop ayam sayur, cake, dan mie goreng.

Love Language.

Saya sudah menyadari sejak dulu kala kalau bahasa cinta yang saya berikan ke orang terdekat dan orang lain itu adalah sentuhan dan pujian. Saya sangat suka memeluk suami dan anak – anak tentu saja, keluarga dan beberapa teman dekat. Saya gampang sekali bilang I love You ke anak – anak dan suami. Sebaliknya, anak – anak pun jadi terbiasa mengucapkan I love you atau Ik hou van jou kepada kami. Hanya saja, suami memang bukan tipe orang yang gampang mengucapkan tersebut. Jadi kalau sampai dia mengucapkan kalimat tersebut, sebuah keajaiban sedang terjadi haha. Buat saya akhirnya tidak menjadi masalah karena ungkapan cinta dia lewat perbuatan.

Saya pun gampang memberikan pujian buat siapapun. Misalkan di tram ada Oma yang bajunya bagus, ya saya lontarkan saja omongan : Dress Anda warnanya bagus. Kalau anak – anak mulai bisa naik sepeda, saya puji : goed gedaan! Keren sudah bisa naik sepeda. Pun ke suami misalkan dia projectnya lolos, saya kasih apresiasi : selamat, aku bangga sama kamu. Ke siapapun memang saya gampang memuji.

Saya pun sebaliknya, senang sekali dipeluk atau dicium. Pun selalu tersenyum bahagia kalau mendapatkan apresiasi. Misalnya setelah masak, kalau rasanya cocok, anak – anak akan bilang : Ibu, masakannya enak. Terima kasih ya sudah memasak. Akhirnya anak – anak pun terbiasa untuk mengapresiasi hal – hal kecil di sekitar mereka. Bukan hanya untuk lingkungan keluarga, tapi untuk siapapun.

Rasanya saya sudah melambung di udara :)). Perhatian – perhatian kecil seperti itu membuat hati saya gembira. Oh satu lagi, mungkin bahasa cinta untuk orang lain yang saya lakukan selama ini adalah saya selalu senang merawat dan memberikan perhatian. Sangat totalitas.

Saya pikir hal – hal di atas yang selama ini menjadi bahasa cinta dan biasa diberikan. Sampai beberapa waktu lalu, ada seorang teman menyelutuk : bahasa cintamu ini selalu berbagi makanan dan hasil masakanmu ya. Setiap kali ketemu, ga pernah kamu ga ngasih makanan hasil masakanmu.

Lalu saya tertegun dan mencoba mikir ke belakang. Ternyata iya lho. Saya tidak pernah berpikir bahwa berbagi makanan, masak untuk orang lain, mengundang orang – orang ke rumah untuk makan bersama itu adalah sebuah bahasa cinta. Saya mikirnya ya hal yang biasa dan wajar. Setelah saya pikirkan berhari – hari, bener juga ya, ini merupakan bahasa cinta saya. Berbagi makanan, berkirim ahsil baking, memasakkan makanan untuk orang lain, dan mengundang makan ke rumah.

Awalnya sepertinya karena saya terbiasa melihat Ibuk berbagi makanan kepada siapa saja. Dari mereka yang tidak mampu, teman, saudara, tetangga, mengirim makanan ke semua orang, memasak makanan dalam jumlah banyak karena selain disimpan sendiri juga supaya bisa dibagikan ke beberapa orang. Dengan melihat yang dilakukan Ibuk, rasanya tanpa disadari saya menjadi pengikut Beliau dan melakukan hal yang serupa.

Sejak SD kalau saya mengingat lagi ke belakang, saya selalu membawa makanan yang saya masak sendiri untuk dimakan bersama teman – teman di sekolah. Setiap ada kegiatan di sekolah, saya selalu membawa bekal lebih supaya bisa makan bersama. Hal tersebut selalu saya lakukan sampai dunia perkuliahan. Meskipun posisi saya ngekos, tapi karena ada dapur yang bisa dipakai bersama, saya sering masak juga.

Sewaktu kerja, saya juga sering masak lalu membawa makanan ke kantor dan dimakan bersama seruangan. Seru rasanya. Seringnya saya membawa puding coklat dan vla vanilla. Wah itu laku sekali, katanya enak. Jadi di kantor saya terkenal dengan segala gorengan yang saya buat, sambel, dan puding coklat.

Saat kuliah S2 (10 tahun lalu), setelah saya ingat lagi, saya terkenal sebagai tukang masak diantara teman – teman haha. Setiap hari ada saja masakan yang saya bawa ke kampus. Paling terkenal ya nasi goreng pedes dengan potongan wortel. Saya juga sering mengundang teman – teman untuk makan di rumah. Tanpa ada acara tertentu. Ya makan bersama saja. Saya sering masak dalam jumlah banyak, beragam, dan makan bareng dengan mereka. Intinya saya senang mengundang teman – teman.

Testimoni teman - teman masa kuliah S2
Testimoni teman – teman masa kuliah S2
Testimoni teman – teman masa kuliah S2
Testimoni teman - teman masa kuliah S2
Testimoni teman – teman masa kuliah S2

Masak sendiri semua makanan ini untuk merayakan acara ulang tahun di rumah kos, tahun 2014, bersama teman - teman kuliah S2
Masak sendiri semua makanan ini untuk merayakan acara ulang tahun di rumah kos, tahun 2014, bersama teman – teman kuliah S2

Setelah pindah ke Belanda, rupanya kebiasaan tersebut tetap saya lakukan sampai sekarang. Saya senang sekali memasak dalam jumlah banyak lalu dibagikan ke para tetangga. Pun mengirim makanan untuk teman – teman jauh maupun saudara. Sampai Mama mertua protes : Deny, jangan sering kirim kue, nanti Mama gendut *ngakak. Sejak saya mulai rajin baking, untuk acara khusus di sekolah misalkan Sinterklaas, libur musim panas, Natal. saya selalu berbagi hasil baking kepada para guru anak – anak. Natal tahun lalu saya membagikan bingkisan berisi macarons, cookies, dan brownies.

Bingkisan akhir tahun - sweets- untuk guru di sekolah anak - anak
Bingkisan akhir tahun – sweets- untuk guru di sekolah anak – anak

Sewaktu pandemi, saya juga sering berkirim hasil baking lewat pos untuk beberapa teman. Berpikir bahwa waktu itu keadaan sangat sulit, jadi semoga kiriman yang manis – manis dari saya bisa memberikan suasana jadi sedikit lebih menyenangkan. Beberapa orang yang saya kirimi paket cookies, merasa terkejut dan terharu. Saya senang mengetahui kalau hal tersebut membuat mereka jadi bahagia.

Saya juga berkirim makanan saat ada teman atau tetangga dalam keadaan sakit atau sedang ada kesusahan. Semampunya saya saja karena mikir kalau ada makanan, sedikit bisa mengobati sedih dan bisa mengurangi beban karena ada makanan hangat yang bisa dimakan.

Memasakkan tetangga saat mereka sekeluarga sedang terkena Corona. Sop ayam sayur, cake, dan mie goreng.
Memasakkan tetangga saat mereka sekeluarga sedang terkena Corona. Sop ayam sayur, cake, dan mie goreng.
Untuk teman yang sedang mendapatkan ujian kehidupan
Untuk teman yang sedang mendapatkan ujian kehidupan

Bukan hanya itu saja, saya juga sangat senang mengundang siapapun ke rumah. Tidak harus teman dekat. Ini benar – benar siapapun asal sudah kenal sebelumnya. Misalkan : Oh, nanti pengen masak sayur asem pake ikan asin ah. Eh ngundang Putri enak nih makan bareng. Jadi saya berkirim pesan ke Putri apa hari ini dia kerja apa tidak. Kalau tidak, saya ajak makan siang di rumah. Ini karena rumah Putri dekat dengan rumah saya haha. Segampang itu mengudang untuk makan di rumah. Entah kenapa, saya senang saja kalau bisa makan rame – rame. Suami saya pun tidak keberatan, malah dia sudah terbiasa dengan saya mengundang mereka yang tidak terlalu saya kenal dengan dekat. Ada juga sih peserta tetap yang biasanya akan saya ajak makan di rumah. Atau kalau saya sedang masak banyak tapi tidak sempat untuk ngundang, biasanya saya akan bagikan makanan tersebut dan minta dijemput karena tidak bisa mengantar ke rumah mereka. Ya mereka senang menjemputnya. Ada satu tetangga Indonesia sampai hapal, kalau saya sudah kirim pesan, pasti ada limpahan makanan untuk mereka :)))

Meskipun saya tinggal jauh dengan saudara dan teman – teman baik di Indonesia, saya pun tetap sering berkirim makanan buat mereka. Saya pesan ke restoran atau katering rumahan atau beberapa kenalan yang punya usaha bakery, beli untuk dikirimkan kepada mereka. Bahasa cinta lewat makanan tetap tersampaikan 🙂

Satu lagi yang jadi kebiasaan saya berhubungan dengan makanan, setiap main ke rumah teman atau kenalan, pasti saya akan membawa makanan. Pasti itu. Kalau acara ulang tahun pun biasanya saya akan bawa makanan juga, tapi tidak banyak. Misalnya, cupcake atau roti atau makanan lainnya. Untuk disimpan tuan rumahnya. Dan kalau kami mengadakan acara di rumah, saya selalu membuat porsi yang lebih. Tujuannya supaya tamu undangan ada yang dibawa pulang a.k.a bungkus bawa pulang. Tamu kenyang karena makanan di acara dan juga pulang ke rumah membawa makanan.

Itu kenapa sewaktu mudik, yang paling banyak saya bawa sebagai oleh – oleh, ya makanan. Pikir saya, kalau oleh – oleh makanan itu nyata adanya. Bisa langsung dimakan meskipun sisi kenangannya kurang. Karena langsung habis kan. Dan juga saat kembali ke Belanda, saya berkirim oleh – oleh makanan ke beberapa orang, keluarga di sini juga gurunya anak – anak. Semua saya beri oleh – oleh makanan khas beberapa kota yang saya singgahi selama di Indonesia.

Memang menyenangkan buat saya berbagi makanan. Ada yang menanyakan di twitter apakah saya melakukan itu semua hanya untuk mereka yang klik di hati? Tidak juga, saya melakukan itu untuk semua orang. Bahkan mungkin orang yang sedang tidak berhubungan baik, tetap saja saya berbagi makanan ke mereka. Pas kuliah beberapa kali adik kelas yang saya tidak kenal baik juga pengen ikutan makan di rumah, ya saya terima saja haha lumayan meramaikan suasana. Saya tidak bia sa pelit untuk urusan makanan. Entah kenapa, saya berpikir tidak akan pernah merasa dan menjadi rugi untuk berbagi makanan.

Tentu saja saya masak kalau sedang mood ya. Kalau tidak mood ya tidak saya paksakan, nanti bukannya merasa gembira malah tekanan batin :)))

Bahasa cinta lewat makanan, berbagi hasil masakan sendiri atau hasil baking, mengirimkan, dan mengundang orang – orang makan di rumah, ternyata memang menggembirakan buat saya. Ada rasa bahagia yang luar biasa dan kepuasan tersendiri melakukan hal tersebut.

Sekarang saya paham, bahwa yang selama ini saya lakukan dan tidak menyadari kalau itu juga merupakan bahasa cinta adalah Berbagi makanan.

Bahasa cinta kalian, apa?

-13 September 2022-

Tahun Baru 2022

Tiramisu tahun baru 2022

Tahun dengan angka yang cantik. Selamat tahun baru semuanya. Sehat dan banyak berkah ya tahun ini. Harapan tidak muluk – muluk. Semoga keadaan dunia terkait Corona makin membaik. Karantina di Indonesia dihapuskan atau paling tidak jadi 2 hari sajalah, cukup. Saya pengen sekali mudik. Lalu apalagi ya, kami sekeluarga tetap komplit, sehat, bahagia dan lancar rejeki supaya makin banyak untuk berbagi. Usaha saya makin berkembang, mulai nambah pembeli dan rencana saya ikut beberapa kelas baking lancar tanpa hambatan.

Cerita malam tahun baru sama seperti tahun – tahun sebelumnya. Jam 8 sudah leyeh – leyeh di kasur sambil mainan twitter dengan mata sayup – sayup mengantuk. Tapi ada yang spesial sebenarnya tahun ini. Untuk pertama kalinya, kami melakukan tradisi keluarga di Belanda pada umumnya, malam tahun baru dengan gourmetten. Ini semacam BBQ an tapi dalam rumah pake alat listrik. Terharu juga akhirnya merasakan apa yang dilakukan keluarga Belanda lainnya hahaha agak norak memang saya. Ayam, daging, dan ikannya ya beli jadi sajalah yang sudah dibumbuin di supermarket kebanggaan orang Belanda :)))

Gourmetten

Selain itu, ya jelas yang tidak boleh ketinggalan, gerombolan Oliebollen, berlinerbollen, dan apelbeignet. Pastinya, ini beli semua karena saya malas membuat sendiri. Saya tidak terlalu suka oliebollen. Entah kenapa tekstur roti goreng, lebih cocok di lidah saya. Kalau berlinerbollen, saya suka karena ada vla vanilla di tengahnya. Pagi hari, saya memanggang sourdough bread dan siangnya sourdough baguette untuk dimakan saat gourmetten. Sorenya saya sempat membuat Tiramisu lalu masak beberapa printilan untuk tumpeng nasi kuning.

Berlinerbollen. Apelbeignet dan oliebollen
Sourdough bread with special patroon

Sama seperti tahun lalu, kembang api dilarang saat malam tahun baru. Tapi saya juga tidak tahu apakah ada denda atau cuma larangan saja karena ya tetap saja suara jedar jeder masih mengudara. Sebagai penyuka kembang api, ya saya nikmati saja suara jedar jeder dan warna warni di udara saat jam 12 malam. Saya melihat dari kamar sambil rebahan. Sebenarnya saya sudah tertidur sebelum jam 12 malam, padahal niatnya melek. Apadaya, sudah menjelang sepuh, gampang mengantuk. Pas jam 12 malam, terbangun ya karena suara kembang api. Saya bangunkan suami, seperti biasa mengucapkan selamat tahun baru sambil berdoa untuk harapan – harapan yang terucapkan. Saya bangunkan penghuni kamar -kamar sebelah, tak ada yang bergerak. Lalu saya kembali tidur.

Tiramisu

Hari ini, sejak pagi saya sibuk menyiapkan tumpeng nasi kuning. Ini semacam kebiasaan saja kalau tahun baru saya membuat tumpeng. Sebagai bentuk syukuran atas tahun yang telah terlewati dengan segala suka dukanya. Juga sebagai syukur awal tahun dengan segala harapan dan doa yang terucap untuk tahun ini. Dan seperti biasa juga, saya berbagi ke tetangga. Ditambah, saya berikan ke satu keluarga Indonesia yang baru saja saya kenal dan tinggalnya tidak jauh dari rumah kami. Kami satu almamater, jadi senang rasanya kenal orang Indonesia di dekat rumah dan ada latar belakang yang sedikit sama.

Bagi – bagi nasi kuning

Biasanya saya membuat nasi kuning langsung dari rice cooker. Kali ini saya niat pakai aron trus dikukus karena mencoba campuran beras basmati dan beras pandan. Hasil memang tidak khianat dari usaha karena teksturnya saya lebih suka yang hari ini dibandingkan yang sebelumnya dari rice cooker dan hanya menggunakan beras pandan. Jadi berikutnya kalau membuat nasi uduk, saya akan coba kombinasi beras ini.

Karena baru pertama kali menggunakan basmati, jadi saat membentuk tumpengnya agak kesulitan. Tidak terlalu lengket, langsung ambyaarr haha. Jadilah gunungnya agak longsor. Tak ada foto cantik tumpeng tahun ini karena tumpeng tak maksimal bentuknya. Lalu saya bentuk saja pakai mangkok kecil. Minimal supaya rapi tampilannya.

Tumpeng yang longsor gunungnya

Sorenya, kami ke rumah tetangga. Ini juga semacam tradisi, setiap tanggal 1 Januari, kami pasti ke sana karena ada undangan untuk makan oliebollen (sekalian mengantar nasi kuning). Sebenarnya untuk silaturrahmi saja sih, karena makanan yang disediakan bukan hanya Oliebollen saja. Lumayan juga variasinya untuk standar orang Belanda yang mengundang tamu *uhukk!

Selama 2 jam di sana, kami pulang ke rumah. Rangkaian acara malam tahun baru dan pas tanggal 1 januari sudah usai.

Semoga segala harapan baik tahun ini bisa terlaksana dan tercapai. Dimudahkan segala urusan dan dijauhkan dari segala marabahaya. Sehat dan bahagia untuk kita semua.

First sweets in 2022

– 1 Januari 2022 –

Pakjesavond 2021

Pakjesavond 2021

Pakjesavond atau malam saat Sinterklaas bagi – bagi kado, tahun ini lumayan meriah karena kami mendapatkan sumbangan kado yang banyak. Tahun kemaren penyumbangnya juga sama, tapi tahun ini jumlahnya lebih banyak. Selain itu, yang membuat meriah karena yang diberi kado lebih paham apa Pakjesavond itu.

Tahun ini kami mulai belanja kado sejak pertengahan oktober karena minggu kedua November kami pergi liburan selama 2 minggu. Pun karena minggu – minggu sebelumnya ada beberapa acara termasuk saya yang masuk kelas baking. Takutnya kalau tidak dicicil, tidak akan sempat dan terlalu pendek waktunya. Juga saat November, ada beberapa anak teman yang ulangtahun, jadi sekalian belanja untuk kado ulangtahun. Walhasil awal November semua kebutuhan kado ulangtahun dan untuk Pakjesavond sudah selesai. Kami pergi liburan dengan perasaan tenang.

Seluruh kado yang selesai dibungkus akhir Oktober

Menjelang tanggal 5 Desember, sumbangan kado dari tetangga dan Oma datang. Makin banyak kado yang kami terima. Karena menurut kami terlalu banyak jika diberikan saat Pakjesavond, jadinya dibagi 2. Nanti akan dibagikan saat Natal juga. Jadi terasa hawa Natalnya dengan bagi – bagi kado.

Cerita selingan, tentang pohon Natal. Kalau tahun – tahun sebelumnya termasuk tahun lalu akhir November sudah terpasang Pohon Natal, tahun ini kami baru sempat menyelesaikan tepat tanggal 1 Desember. Sebenarnya ini juga hitungannya terlalu awal karena tradisi di Belanda, Pohon Natal baru didirikan setelah Sinterklaas meninggalkan Belanda yaitu tanggal 6 Desember. Di komplek rumah kami, sepertinya hanya saya dan rumah Oma dekat sini yang sudah ada pohon Natal sebelum Sinterklaas.

Selama 6 tahun berturut, kami selalu menggunakan pohon Natal yang sama dari bahan plastik. Tahun ini kami memutuskan memasang pohon Natal asli dari pohon. Jadi kami membeli pohonnya di dekat rumah tanggal 30 November dan langsung dihias. Lumayan juga wangi pinus, segar. Meskipun tidak semerbak seperti yang saya bayangkan. Mungkin aroma pinusnya ketutup dengan aroma sate ayam haha.

Pohon Natal tahun ini dari pohon asli

Hiasan yang kami pakai tetap sama hanya ada tambahan sedikit. Semua ikut menghias makanya agak amburadul konsepnya. Saya juga tidak terlalu banyak ikut campur cuma membetulkan sedikit kalau ada yang jatuh. Yang penting semua senang dan ruang tamu jadi lebih meriah lampu kelap kelip di tengah cuaca yang abu – abu setiap hari dan dingin tidak karuan.

Rangkaian acara Sintreklaas juga dimeriahkan di sekolah – sekolah dan pusat perbelanjaan. Pesta di sekolah selain bagi – bagi kado, juga mendatangkan Sinterklaas dan Zwarte Piet yang jam 8 pagi sudah heboh nari – nari di atas genteng sekolah sambil pasang musik kenceng lagu Sinterklaas. Saya sampai ngikik membayangkan jangan sampai nyangsang aja di cerobong asap. Tapi seru sih, saya saja menikmatinya. Apalagi para bocah – bocah sekolah ya. Di beberapa supermarket menyediakan rak yang bisa ditaruh sepatu lalu bisa diambil lagi sebelum tanggal 5 Desember. Di dalam sepatu sudah ada coklat atau kruidnoten (biskuit kecil – kecil rasa kayu manis). Saya juga mengirimkan kado ke beberapa anak teman, menyemarakkan suasana Pakjesavond di rumah mereka.

Saat Pakjesavond, sama seperti tahun sebelumnya. Suami pura – pura menggedor pintu trus teriak – teriak ada siapa di depan pintu. Saya sampai ngakak saking ga tahan sama sandiwaranya. Sukses sih, dipikir beneran Sinterklaas yang mengantar kado – kado yang ditaruh dalam kantung depan rumah.

Lalu kami bareng – bareng membuka kadonya. Semua senang, semua riang. Kenangan seperti ini bukan hanya anak – anak se Belanda saja yang menikmati keseruannya, juga orang dewasanya. Seru dan penuh suka cita.

Pakjesavond 2021
Pakjesavond 2021

Sekarang saatnya mulai mencicil menulis kartu Natal dan mulai mengirimkan ke wilayah Belanda. Yang wilayah Internasional sudah saya kirimkan sejak minggu ketiga dan keempat November. Mudah – mudahkan sampai tepat waktu paling tidak sebelum tahun baru. Saya juga mulai memikirkan menu malam Natal nanti, meskipun tidak mengundang siapapun terkait peraturan hanya 4 tamu dewasa dalam satu hari (kalau peraturannya tetap sama sampai akhir Desember). Tahun ini sepi lagi Natalnya, tidak ada kumpul keluarga besar. Semoga tetap penuh suka cita. Dipatuhi saja, namanya juga peraturan kan.

Tot volgende jaar Sinterklaas!

-7 Desember 2021-