Hari senin kemaren akan saya ingat sebagai salah satu hari bersejarah dalam hidup. Pasalnya, saya akhirnya bisa juga mengerjakan salah satu pekerjaan rumah tangga yang tidak terlalu saya sukai karena merasa tidak handal (berdasarkan dari hasil yang lalu-lalu, tidak memuaskan). Memasang seprei (dan kurungan selimut) adalah salah satu pekerjaan RT yang saya tidak suka. Sejak jaman ngekos, entahlah kenapa kalau pasang seprei selalu tidak rapi. Mencong sana sini. Mau dipakai peniti atau sepreinya sudah ada karetnya, tetap saja mencang mencong tak rapi. Mungkin karena saya tidak telaten.
Berbeda dengan suami, dia bisa rapi jali kalau pasang seprei. Betul-betul rapi seperti di hotel. Karenanya selama ini urusan ganti seprei saya serahkan ke dia. Nah beberapa waktu ini, dia memang sedang sibuk. Dan lagi, ada orang yang kerja bersih-bersih di rumah, jadi sekalian saya minta tolong mbak tersebut buat ganti seprei. Karena ada masalah, mbak tersebut tidak kerja lagi dengan kami. Terpaksalah saya yang ganti seprei karena sudah waktunya diganti. Membayangkan saja saya sudah capek dan pengen ngunyah martabak telor *alesan, padahal ya aslinya pengen makan.
Singkat cerita, ternyata saya bisa. Hasilnya lumayan rapi meskipun tidak selicin kalau suami yang pasang. Bener-benar saya langsung bangga pada diri sendiri haha. Pasang seprei bisa jadi pencapaian hidup saat ini. Kalau terpaksa, apapun mendadak jadi bisa.
Selain pasang seprei, pekerjaan RT lain yang saya tidak suka adalah ngosek kamar mandi dan wc. Untunglah di sini kamar mandinya kering pakai shower, jadi tidak perlu nguras bak mandi. Nah ini suami juga kinclong banget kalau mengerjakan. Semacam sangat menghayati kalau sedang membersihkan kamar mandi dan WC.
Ada beberapa pekerjaan RT yang saya memang tidak suka dan tidak memaksakan untuk suka. Ternyata suami yang lebih handal. Di rumah kami, semua kami lakukan berdua. Jadi tidak ada tuh yang ongkang-ongkang kaki sementara yang lainnya bersih-bersih. Prinsipnya adalah rumah ditempati bersama ya dirawat dan dibersihkan bersama. Pernah saya tuliskan tentang hal ini ditulisan ini. Namun, meskipun sudah ada bagian siapa mengerjakan apa, tapi hal tersebut tidak saklek. Kalau ada yang tidak bisa, ya yang bisa mengerjakan. Yang penting rumah tidak sampai berantakan.
Pekerjaan RT yang saya suka selain memasak dan beres-beres rumah (termasuk nyapu dan ngepel) adalah menyetrika. Saking sukanya dengan menyetrika, sampai serbet pun saya setrika haha. Kalau menyetrika saya bisa semacam meditasi. Jadi bisa ada ide-ide yang keluar dan bisa dapat inspirasi. Oh ya, meskipun saya suka masak, tapi saya tidak suka mencuci perkakas yang dipakai masak. Meskipun ada mesin cuci piring, tapi untuk peralatan masak yang besar tidak kami masukkan ke situ. Biasanya suami yang dengan sukarela mencuci peralatan masaknya (kalau pas dia di rumah ya).
Saking saya doyan dengan bersih-bersih dan kayaknya setiap saat selalu ngelap-ngelap, suami sering nyelutuk,”ga usah lah rumah terlalu bersih. Ini bukan museum, jadi kotor ya wajar.” Haha iya bener sih, memang bukan museum. Tapi mata gatel kalau ada yang kotor.
Kalau kalian gimana, handal dipekerjaan RT yang mana dan yang tidak disukai apa? Partner kalian ikut bareng-bareng ngerjain pekerjaan RT ga?
Oh ya, selamat mudik ya buat yang mudik. Semoga selamat sampai tujuan berkumpul dengan keluarga besar merayakan Idul Fitri. Selamat liburan juga. Kalau makan opor dan hidangan lebaran lainnya, tolong ingat saya, di sini ga masak apa-apa minggu depan haha. Lebaran sepi seperti biasa.
Biasanya saya menuliskan tentang pengalaman Ramadan selalu menjelang akhir Ramadan atau saya jadikan satu dengan cerita Idul Fitri. Tapi kali ini saya menuliskan di awal dan mudah-mudahan diakhir Ramadan dan cerita Idul Fitri tahun ini bisa saya tuliskan juga.
Tanggal 6 Mei sudah mulai puasa Ramadan. Selalu, ada rasa haru, sedih, serta rindu suasana Ramadan di kampung halaman bersama keluarga di Indonesia. Rindu taraweh bersama, rindu mendengar bedug Maghrib dari Masjid, rindu mendengar khataman Al Quran dari Musholla, rindu buka puasa bersama, rindu masakan Ibu selama Ramadan, bahkan rindu berburu gorengan dan berbagai jenis es ketika ngabuburit. Yang saya tidak terlalu rindu adalah buka puasa bersama di mall karena antrinya panjang, tempatnya rame, sholat maghribnya terburu-buru. Sebagai perantau, saya tahu konsekuensinya jika jauh seperti ini, ya pasti merindukan kebiasaan-kebiasaan menjelang dan selama Ramadan.
Tahun ini adalah Ramadan kelima di Belanda dan akan menjadi tahun ketiga saya tidak menunaikan puasa selama Ramadan. Semoga tahun depan saya sudah bisa kembali berpuasa ketika Ramadan dan hutang-hutang puasa bisa saya cicil pelan-pelan.
Buat yang menjalankan puasa Ramadan, semoga lancar, berkah, sehat-sehat terus dan diijabah doa-doa yang dipanjatkan. Buat yang berpuasa di negara dengan durasi Ramadannya panjang (di Belanda tahun ini sekitar 18.5 jam), semoga dikuatkan dan istiqomah. Cuaca di Belanda nampaknya tidak terlalu panas selama Ramadan ini (kayaknya ya, karena kemaren cuacanya super labil. Sebentar hujan, panas, angin, hujan es, repeat sampai seharian. Ini bulan Mei lho masih saja hujan es deras. Bahkan saat menulis ini, di luar mendung dan hujan. Saya sudah kangen sekali cuaca hangat).
Maaf lahir batin dari saya jika ada khilaf dalam berkomentar ataupun tidak berkenan maupun tidak sependapat dengan postingan yang ada di blog ini (maupun di media sosial lainnya). Berbeda pendapat tidak masalah yang penting tidak memecah belah. Semoga yang mempunyai kesulitan dibukakan pintu kemudahan untuk menyelesaikannya dan Ramadan membawa berkah.
Koningsdag tahun ini jatuh pada hari Sabtu. Jika bertepatan dengan hari kerja, maka hari dimana raja berulangtahun tersebut menjadi hari libur nasional. Ada yang berbeda tahun ini, biasanya pesta pada Koningsnacht hanya berlangsung malam itu saja, tetapi di Den Haag panggung musiknya berlangsung sampai keesokan harinya. Sungguhlah pesta raja ini meriah sekali (nampaknya ya, karena Koningsnacht tahun ini tentu saja saya selonjoran saja di rumah, saya hanya mendapatkan cerita dari sepupu yang melihat langsung di Den Haag).
Rumah-rumah memasang Bendera dan satu bendera Orange. Rumah kami? Tentu saja tidak memasang, wong tidak punya Bendera Belanda.
Tentu saja yang kami nantikan jika Koningsdag adalah berburu barang bekas. Karena Koningsdag identik dengan pasar barang bekas atau disebut Rommelmarkt. Seperti tahun lalu (ceritanya bisa dibaca di sini), kali ini kami hanya pergi ke perayaan yang diadakan di kampung tempat tinggal kami. Namun karena cuaca sungguhlah tidak bisa ditebak maunya apa karena sebentar hujan, angin kencang, lalu muncul matahari dan panas, lalu hujan lagi, ulang berkali-kali (Cuaca asli Belanda yang bisa berubah suka-suka), kami nyaris membatalkan rencana berburu barang bekas. Ternyata setelah makan siang, matahari muncul sekelebatan.
Mungkin karena diprediksi akan badai, saya lihat penjual barang bekasnya tidak sebanyak tahun lalu. Oh ya, di kampung kami, barang bekas yang dijual khusus barang anak-anak, karenanya pasarnya disebut Kinderrommelmarkt yang artinya pasar barang bekas anak-anak. Jangan dibayangkan barang bekasnya sudah jelek sekali ya. Meskipun disebut bekas tapi kondisinya masih bagus dan tentu saja harganya sangatlah murah bahkan ada banyak barang diberikan secara gratis.
Senang dan menggemaskan melihat anak-anak kecil diajari berjualan oleh orangtuanya. Jadi ingat cerita Yayang di blognya tentang anak-anaknya yang berjualan mainan mereka dan semuanya ludes terjual. Pembelajaran yang bagus juga buat anak-anak supaya berani berkomunikasi dengan orang baru, melatih negoisasi, dan berlatih berhitung juga.
Sama juga seperti tahun lalu, ada panggung hiburan, beberapa permainan anak yang disediakan secara gratis, dan tak lupa stan-stan makanan. Meskipun diguyur hujan, semua tetap bersenang-senang. Kami akhirnya pulang membawa beberapa barang yang kami butuhkan. Semoga tahun depan kami bisa berpartisipasi berjualan di sini karena ada beberapa barang yang siap untuk dijual.
Hari ini adalah terakhir musim dingin. Besok sudah mulai masuk Maret yang artinya musim semi. Beberapa hari terakhir (tepatnya sejak sabtu minggu lalu), cuaca mulai menghangat sampai 18ºC. Agak aneh sih untuk ukuran musim dingin. Aneh dan membingungkan. Meskipun tak dapat dipungkiri saya senang ya dengan suhu hangat seperti ini yang artinya hasrat petakilan bisa tersalurkan, tapi saya juga khawatir bagaimana dengan musim panas nanti. Karena tahun kemaren, saya ingat betul suhu mulai menghangat ketika memasuki awal April dan musim panas benar-benar parah panasnya dan berlangsung panjang. Jadi kalau akhir Februari saja sudah mulai menghangat, siap-siap musim panas tahun ini akan lebih panjang, lama dan makin panas.
Karena sepupu saya sudah datang sejak minggu kemaren (dan akan tinggal di sini sampai tiga bulan ke depan) dan cuaca sedang hangat, maka saya ajak dia untuk jalan-jalan ke kota-kota sekitar Den Haag. Dimulai dengan ke pasar Haagse Markt haha. Ya karena dekat dengan rumah dan saya ingin menunjukkan ke dia bagaimana pasar tradisional di Belanda ditambah lagi memang ada banyak yang akan saya beli. Pengalaman pertama dia jalan-jalan di Belanda, ke pasar. Dia sampai terbengong melihat betapa pasar ini luas sekali dan betapa ragam barang yang dijual banyak. Dari pasar becek sampai pasar kering. Dan tentu saja membandingkan harga dengan di Indonesia.
Hari Sabtu saya ada acara di Gouda. Undangan kumpul-kumpul dari anggota Mbakyurop cabang Belanda. Tapi sejatinya yang datang malah bukan hanya dari Belanda tapi juga dari Belgia, Jerman, dan Perancis. Waahh seruuu kumpul-kumpul kali ini karena bukan hanya pasokan makanan yang melimpah ruah, tapi juga berkesempatan bertemu beberapa orang yang selama ini hanya ngobrol lewat whatsapp saja. Rurie sebagai tuan rumah (pemilik katering @kioskana -akun IG nya-), benar-benar menjamu kami dengan suguhan masakan yang enak sekali. Belum lagi tambahan yang lainnya juga membawa makanan. Makin melimpah ruahlah makanan sampai acara bungkus membungkus saat waktu pulang tiba, bingung mau bawa pulang apa saking banyaknya haha.
Saya pun bertemu lagi dengan Anis setelah terakhir ketemu lebih dari satu tahun lalu saat Anis ke rumah. Diberi hadiah lagi oleh Anis, jadi senang saya haha. Terima kasih ya Anis. Bertemu lagi juga dengan Maureen dan Patricia. Wah pokoknya ramai dan seruuu sabtu lalu. Tidak hanya makan-makan di rumah, kami juga menyempatkan ke pusat kota Gouda yang hanya selemparan kolor dari rumah Rurie. Rombongan rame-rame ke sana jadi seperti rombongan turis. Dan kok ya pas ada pasar di pusat kotanya. Saking berkesannya acara kemaren, kami sudah membuat rencana lagi ketemuan selanjutnya di mana. Tidak Sabar!
Beberapa hari kemudian berturut-turut saya (bersama sepupu saya tentu saja) menjelajah beberapa kota. (Delft, Den Haag, Rotterdam) sejak pagi sampai sore baru kembali ke rumah. Jadi kalau dihitung, total jalan kaki kami perhari minimal 10km dan sampai 15km. Lumayanlah melemaskan kaki. Senang sekali saya bisa mengajak dia keliling dengan cuaca cerah seperti ini. Sekaligus menjelaskan sistem transportasi di Belanda, jadi nanti kedepannya dia bisa jalan-jalan sendiri keliling Belanda bahkan ke negara tetangga.
Tujuan kami sewaktu ke Rotterdam adalah Markthal dan Rumah Kubus. Sewaktu kami ke sana, ada pasar rame sekali. Saya pikir pasar kaget. Ternyata kata Yayang itu namanya pasar Blaak dan memang selalu ada setiap hari selasa dan sabtu. Owalaahh saya baru tahu itu namanya pasar Blaak padahal sering dengar haha. Sayang sekali saya tidak janjian dengan Yayangpadahal waktu itu ternyata berada di lokasi yang sama dengan dia dan si Kembar. Volgende keer ya Yang!
Lalu kami ke Den Haag, muter-muter pusat kota, menunjukkan Binnenhof dan danaunya lalu berakhir cari makan di restoran Indonesia. Saya makan bakso beranak (pake nasi), sepupu saya makan soto betawi. Bakso beranaknya rasanya ya biasa saja. Malah enak bakso buatan Rurie.
Keesokan harinya, karena saya ada jadwal ke RS di Delft, jadi sekalian saya ajak sepupu ke Delft. Kota favorit saya ini. Tempat nongkrong favorit, depan gereja sambil berjemur menikmati sinar matahari. Intinya saya benar-benar memanfaatkan sinar matahari yang cerah ceria beberapa hari ini.
Ada satu cerita kocak saat kami ke Markthal yang ada di Rotterdam. Ada satu stan yang menjual buah-buah tropis. Lebih lengkaplah dibandingkan Haagse Markt buah tropisnya sampai Manggis dan salak pun ada. Nah, saya tunjukkan ke sepupu sambil bilang harganya sekian per buahnya. Dia berkali-kali istighfar melihat harganya. Shock sambil bilang “Buset dah, ketelen itu ya makan Manggis seperempat kilo harganya €5, buah naga satu biji harganya €4. Di sana mah rambutan tinggal petik di halaman, buah naga sekilo ma belas rebu. Set dah! Ntar balik ke sana aku ga akan sia siakan lagi buah buahan ini. Ingat-ingat harga di sini” Hahaha langsung tobat dia. Saya terus terang meskipun ngiler-ngiler ingin makan buah naga sejak pertama kali tinggal di sini, tapi ga pernah kesampaian karena melihat harganya mendadak langsung kenyang. Nanti pas liburan ke Indonesia, saya puas-puasin makan apa yang tidak kesampaian makan di sini karena mahal. Maka bagi kalian yang tinggal di Indonesia, berlimpah ruah buah-buah tropis lokal, manfaatkanlah dan bersyukurlah dengan makan buah sebanyak-banyaknya. Ingatlah kami di sini terkadang cuma bisa ngiler menahan hasrat untuk beli karena harganya mahal.
Itulah sekilas cerita seminggu terakhir musim dingin tahun ini. Maret akan datang, saya antusias menyambutnya. Mudah-mudahan meskipun cuaca jadi tidak karuan begini, musim panas nanti tidak menyengat sekali. Pada foto di bawah ini, perbedaan musim dingin tahun lalu dibandingkan tahun ini pada tanggal yang sama. Tahun lalu bersalju dan tahun ini suhu hangat 11ºC. Ngeri ya, pemanasan global itu nyata.
Selamat hari Jumat, selamat berakhir pekan, semoga keberkahan dan kebahagiaan menyertai kita semua. Selamat datang Maret!
Sebelumnya saya sudah pernah menulis tentang Haagse Markt di sini . Pada tahun 2015 tersebut, pasar ini belum direnovasi secara besar-besaran. Selang beberapa waktu kemudian Hagse Markt mengalami renovasi selama beberapa bulan. Hasilnya, pasar ini semakin bagus dan tertata rapi.
Sesuai namanya, De Haagse Markt yang artinya pasar Den Haag, letaknya berada di kota Den Haag, Belanda. Pasar Tradisional ruang terbuka ini terbesar se-Belanda dan salah satu terbesar se-Eropa. Panjangnya lebih dari 500 meter dengan jumlah stan tak kurang dari 500. Stan-stan yang ada di sini merupakan pertemuan dari berbagai budaya. Karenanya, Haagse Markt juga disebut sebagai pasar pertemuan berbagai macam budaya. Dari Asia (Thailand, Indonesia, Vietnam, Malaysia dll), Turki, Belanda, Maroko dan masih banyak lainnya.
Stan-stan yang ada di sini tidak hanya menjual sayuran, buah, daging ataupun ikan. Bukan hanya pasar basah, melainkan juga pasar kering seperti menjual kain, mainan anak-anak, berbagai macam warung makanan jadi, toko menjual baju-baju muslim. Istilahnya pasar ini komplit se komplit-komplitnya. Mau apapun ada. Yang saya sertakan fotonya dalam tulisan kali ini adalah pada bagian pasar basah karena biasanya kalau ke pasar ini, saya langsung menuju bagian belakang pasar yaitu pasar basah.
Pengunjungnya, kalau hari biasa bisa mencapai 40.000 orang dan akhir pekan bisa mencapai 60.000 orang.
Di Haagse Markt, selain bisa dijumpai berbagai sayuran yang tidak asing bagi saya yang datang dari Indonesia seperti daun kelor, klentang, kluwih, sampai belimbing wuluh. Harganya pun sangat terjangkau dibandingkan dengan supermarket tentunya. Bahkan super murah. Ada banyak sayuran dan buah yang ditaruh tempat, di sini menyebutnya “bak” itu harganya 1 euro. Tidak memandang berapapun banyaknya selama ditaruh dalam bak, harganya 1 euro (seperti dalam foto-foto di bawah). Awal ke Haagse Markt, saya sering kalap membeli yang serba 1 euro ini. Lama-lama sudah bisa menguasai diri, tidak gampang khilaf lagi haha.
Haagse Markt buka setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Sabtu dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Konon katanya kalau sudah sore, banyak sayur dan buah yang diobral harganya jadi super murah. Saya tidak pernah ke pasar ini sore karena biasanya jam setengah 10 pagi saya sudah sampai di sini. Karena semakin siang, semakin ramai. Saya menghindari pasar ramai karena gampang pusing kalau lihat orang banyak.
Pasar ini terletak di area Herman Costerstraat, Den Haag. Tahun 2018 Haagse Markt tepat 80 tahun sejak berdiri tahun 1938. Menuju pasar ini sangatlah mudah karena dilewati oleh tram no. 6, 11, 12 dan bus 25 turun di Halte Haagse Markt (bagian depan pasar). Dan bisa juga dengan tram no. 11, 12 dan bus no 50, 51 turun di halte Hoefkade (bagin belakang pasar). Selain menggunakan transportasi umum, parkir sepeda di pasar ini juga sangat besar serta gratis. Parkir kendaraan pribadi juga sangat luas.
Selain bagian sayuran dan buah, salah satu bagian favorit saya lainnya adalah stan-stan yang menjual ikan-ikan segar. Tips yang saya dapat dari penjual ikan di sini, ikan segar datang setiap hari Jumat. Jadi biasanya hari Jumat ikan-ikan yang dijual masih segar langsung datang dari pelabuhan. Tips yang lain, ada banyak ikan yang dijual murah dalam bak, itu harganya 5 euro. Yang dalam bak ini juga ikan-ikan segar. Kategori ikan segar di sini maksudnya yang masih belum masuk freezer.
Nah, yang terakhir ini juga stan favorit saya. Penjual daging halal, karena di stan ini bisa pesan bagian-bagian seperti di Indonesia seperti otak sapi, babat, lidah, paru, bahkan kaki sapi. Saya tidak pernah pesan bagian -bagian tersebut. Tapi saya sering beli bebek yang sama kayak di Indonesia dan ceker ayam di sini. Otak sapi pernah beli juga untuk saya masak gulai, tapi bukan saya yang makan karena tidak doyan
Bagaimana, serasa bukan di Belanda ya pasarnya. Sama lah dengan pasar becek di Indonesia cuma di sini lebih bersih dan rapi. Ini saya bandingannya dengan pasar becek di kota saya berasal. Kalau di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, pasar beceknya sudah bersih dan rapi kayaknya. Saya sangat senang dengan keberadaan Haagse Markt. Selain letaknya tidak terlalu jauh dari rumah kami, harganya yang murah, juga jadi tempat pelipur lara kalau lagi bosan di seputaran rumah. Saya biasanya ke sini cuma beli beberapa barang, selebihnya jalan-jalan saja keliling pasar. Pulang-pulang hati sudah riang gembira. Saya juga sering mempromosikan pasar ini ke teman-teman dan kenalan yang di Belanda. Mereka tertarik, datang, dan kalap ingin dibeli semuanya. Bahkan sewaktu Ibu selama 3 bulan di rumah kami, sering ke pasar ini sendirian naik tram. Biasa di desa ke pasar kan ya, begitu tau ada pasar tradisional di Belanda, jalan-jalannya tetap ke pasar haha. Jangan lupa kalau misalkan lewat Den Haag, kunjungi pasar ini. Pesan saya cuma satu, jangan kalap!
Satu yang saya rindukan, setelah belanja tidak bisa makan soto atau gule atau sate kambing karena tidak ada yang jualan di pasar ini haha. Kalau di Indonesia, biasanya setelah belanja bisa ke bagian penjual makanan lalu marung Soto atau sate atau gulai kambing haha. Duh kok jadi lapar malam-malam gini ngomongin gulai kambing. Ada sih di pasar ini warung Indonesia, bahkan menunya ada dawet juga. Ya disyukuri saja yang ada depan mata. Masih untung bisa makan es dawet, ya kan.
Dalam bahasa Belanda, perpustakaan adalah Bibliotheek atau sering disingkat Bieb (baca : Bib). Nah jika diartikan, Minibieb adalah perpustakaan mini. Maksudnya gimana nih? Jangan dibayangkan perpustakaan mini adalah sebuah ruangan kecil yang penuh dengan buku dan kita bisa meminjam buku-buku tersebut. Perpustakaan mini di Belanda adalah sebuah lemari kecil berkaca (biasanya dua atau tiga rak atau bahkan ada yang lebih besar) yang di dalamnya berisi buku-buku (kebanyakan dalam bahasa Belanda). Lemari buku ini dibuat oleh perorangan atau komunitas atau bahkan perusahaan dan diletakkan di tempat-tempat strategis yang dilewati orang-orang, misalnya di pinggir jalan besar, depan rumah, pojokan jalan bahkan di taman bermain luar ruangan atau tempat di ruang publik lainnya. Yang saya lihat selama ini seringnya diletakkan di depan rumah orang yang mempunyai inisiatif membuat minibieb.
Lemari kaca yang berisi buku-buku ini tidak dalam keadaan terkunci. Jadi siapa saja bisa meminjam dan mengembalikan kapanpun setiap saat. Bahkan, siapapun juga bisa meletakkan buku yang sekiranya sudah tidak ingin mereka simpan lagi di rumah. Karena tidak dikunci, jelas sistemnya saling percaya. Yang meminjam nanti akan mengembalikan lagi jika sudah selesai membaca, yang mempunyai minibieb percaya bahwa buku-buku yang diletakkan akan dikembalikan atau bahkan diganti dengan buku lainnya. Apakah pernah ada kejadian minibieb ini dicuri atau tiba-tiba menghilang? Yang saya tahu, tetangga dekat rumah pernah kehilangan minibiebnya. Tapi beberapa hari kemudian ditemukan di sungai dekat rumah juga. Buku-buku masih ada lengkap di dalamnya. Jadi tidak tahu sebenarnya motivasi orang yang mengambil minibieb ini apa. Mungkin kejadian ini hanya satu dari banyak yang aman karena selama ini saya tidak pernah membaca tentang pencurian minibieb.
Lemari kaca bisa dibuat sendiri maupun membeli, tergantung lebih mudahnya bagaimana. Yang saya taruh foto-fotonya di sini adalah minibieb yang ada di sekitaran rumah, jadi lemarinya tidak terlalu besar. Namun beberapa kali saya melihat minibieb yang diletakkan di pinggir jalan raya besar itu lemarinya besar, ya seperti lemari baju berkaca berisi penuh buku. Menurut saya konsep ini sangat menarik. Jadi orang-orang yang kebetulan melewati dan punya keinginan membaca buku tidak perlu jauh-jauh untuk meminjam buku ke perpustakaan. Saya sering meminjam buku di minibieb yang ada di sekitar rumah. Seringnya buku cerita anak. Meskipun jarak rumah ke perpustakaan juga tidak terlalu jauh (hanya sekitar 200 meter dan saya sering ke sana), tapi meminjam buku-buku di minibieb dekat rumah juga mengasyikkan karena ragam bukunya juga banyak.
Seiring makin banyaknya minibieb, sekarang tak kurang ada 900 jumlahnya yang tersebar di seluruh Belanda. Data ini saya baca dari portal berita AD. Tidak hanya jumlahnya yang makin bertambah sejak pertama kali minibieb ada yaitu tahun 2009, namun fungsinya saat ini juga mulai meluas tidak hanya sebagai perpustakaan mini untuk buku. Beberapa lemari kaca ini selain untuk menaruh buku, juga kadang ditemukan beberapa makanan atau bunga atau camilan yang bisa diambil juga secara gratis. Atau kalau misalkan ada yang ingin menaruh makanan di lemari ini juga bisa. Makin menarik saja fungsi dari minibieb dewasa ini.
Saya pernah mengutarakan pada suami tentang keinginan untuk memiliki minibieb di depan rumah. Jadi lumayan bisa menaruh beberapa koleksi buku yang ada di rumah dan bisa dipinjam untuk dibaca oleh mereka yang melintas depan rumah kami. Mungkin tahun depan mulai direalisasikan. Informasi tentang minibieb bisa dibaca pada website resminya.
Ada yang tertarik menerapkan konsep ini di lingkungan tempat tinggalnya? atau mungkin ada yang sudah punya di rumahnya?
Saat menulis ini, persis empat tahun sejak kedatangan saya di Belanda, untuk pindah dan menetap. Empat tahun berlalu, rasanya seperti baru beberapa bulan lalu saya sampai Schiphol, membawa hampir 60kg koper dan tas dari Indonesia. Memantapkan hati memulai hidup baru di negara yang hanya pernah saya kunjungi sekali sebelumnya, sebagai turis, selama hanya dua minggu. Kedatangan empat tahun lalu berbeda, bukan lagi sebagai turis tetapi sebagai seseorang yang memutuskan meletakkan semua yang ada di Indonesia. Berniat tidak akan menoleh lagi apa yang sudah dirintis, didapat, dan apapun yang sudah dipunya. Memulai segalanya dari nol. Meminimalisir segala keluh kesah jika memang ternyata kenyataan tidak sesuai harapan karena keputusan pindah datang dari diri sendiri. Hidup dan menikmati waktu bersama suami tercinta walaupun saat itu tidak terpikir untuk membangun keluarga lengkap dengan menghadirkan anak. Tidak tercetus keinginan punya anak, pada saat itu.
Empat tahun berlalu. Apakah terasa? satu tahun pertama, sangat terasa. Bukan karena perkara jauh dari keluarga di Indonesia atau rindu akan makanan Indonesia. Saya sudah jauh dari keluarga saat merantau pertama kali sejak umur 15 tahun. Jadi jauh dari keluarga sudah biasa. Kangen dengan makanan Indonesia juga bukan permasalahan utama karena di kota tempat saya tinggal waktu itu, restoran Indonesia tinggal tunjuk jari saja asal bayar setelahnya dan menemukan bahan untuk memasak makanan Indonesia segampang menjentikkan jari tangan. Kendala utama saat itu adalah perbedaan bahasa dan cuaca yang bisa berubah 4 musim dalam satu hari.
Meskipun orang Belanda banyak yang bisa berbahasa Inggris, tapi buat saya belajar dan bisa berkomunikasi dengan bahasa Belanda adalah harus. Kenapa saya bilang harus? ya karena saya tinggal di sini, sehari-hari bertemu dan melakukan aktivitas dengan penduduk setempat (misalkan ke Supermarket, ke dokter, atau sekedar jalan-jalan ke taman kalau berpapasan saling mengucapkan salam). Selain itu, karena saya harus menyelesaikan ujian integrasi yang hanya diberi waktu 3 tahun sejak kedatangan. Dan tujuan lain kedepannya tentu saja untuk membuka kesempatan mendapatkan pekerjaan seluas mungkin.
Mempelajari bahasa di mana kita tinggal itu banyak keuntungannya. Ya paling nggak kita jadi bisa membaca koran (jadi bisa tahu berita lokal), menonton berita di TV, membaca panduan obat dari dokter, dan tentu saja untuk komunikasi sehari-hari. Itulah kenapa saya benar-benar fokus dan giat memperlancar kemampuan bahasa Belanda saya dengan menggunakan apapun medianya dalam berbagai kesempatan.
Selama sembilan bulan, saya mengikuti kursus bahasa Belanda, setiap hari di rumah berbicara dengan suami menggunakan bahasa Belanda -meskipun belum 100%- (walaupun selama dua tahun terakhir, kami di rumah menggunakan dua bahasa aktif yaitu bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Bahasa Inggris hanya sesekali saya gunakan kalau kepepet males mikir atau kalau lagi pengen ngomel haha), kalau ke luar rumah tidak takut memulai percakapan dengan bahasa Belanda. Setiap ada yang mengajak saya berbicara menggunakan bahasa Inggris (biasanya orang Belanda akan ganti menggunakan bahasa Inggris kalau tahu ada yang kesusahan berbicara menggunakan bahasa Belanda), saya selalu jawab : Ik kan alleen mijn moeder taal en Nederlands spreken. Ik kan niet Engels spreken. Artinya : Saya hanya bisa berbicara menggunakan bahasa Ibu dan bahasa Belanda. Saya tidak dapat berbicara menggunakan bahasa Inggris.
Kenapa saya tidak mau menggunakan bahasa Inggris meskipun saya bisa? Supaya saya tidak terlena dan lebih memacu semangat saya supaya bisa lebih lancar berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda. Selain itu, setahun pertama saya isi dengan sering mengikuti kegiatan sukarelawan yang komunikasinya menggunakan bahasa Belanda, sering mendatangi forum-forum diskusi yang menggunakan bahasa Belanda, dan memasuki tahun kedua saya diterima bekerja di tempat yang komunikasinya dengan bahasa Belanda. Dengan cara-cara yang saya sebutkan di atas, lumayan dalam waktu satu tahun saya merasa sudah lumayan berani kapanpun dan dimanapun berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda -kecuali jika berhubungan dengan tenaga medis, dua tahun pertama saya selalu memilih menggunakan bahasa Inggris untuk menghindari kesalahpahaman- dan bisa menyelesaikan ujian bahasa Belanda level B1 dan KNM. Kecuali satu ujian baru selesai tiga tahun kemudian (yaitu ONA. Perihal ujian ONA, saya pernah ceritakan di sini).
PERKEMBANGAN BAHASA BELANDA SAYA SAAT INI
Jadi apakah selama 4 tahun bahasa Belanda saya sudah sangat fasih? oh ya tentu belum haha pembaca kecewa. Bahasa Belanda itu susah kawan, setidaknya buat saya pribadi yang merasa lebih gampang mengerjakan penurunan rumus kalkulus dibandingkan mempelajari rumus tata bahasa Belanda. Bukan hanya tata bahasanya tapi juga kosakatanya yang agak tricky. Meskipun banyak juga kosakatanya yang sama atau mirip dengan kosakata bahasa Indonesia (ini bagian yang memudahkan dalam belajar bahasa Belanda), tetapi lebih banyak lagi kosakata baru yang harus dipelajari. Belajar bahasa itu memang butuh waktu, ketekunan, berkesinambungan, dan banyak praktek tentunya. Belajar bahasa tidak bisa hanya sekedar dihapal rumus tata bahasanya tapi minim praktek, percayalah itu tidak akan berhasil. Belajar bahasa butuh praktek yang banyak. Praktek, praktek, dan praktek. Dari membaca, menulis, mendengarkan, serta berbicara. Jika tidak diasah secara rutin, kapan lancarnya, ya kan?
Nah, bagaimana perkembangan bahasa Belanda saya sekarang ini? Di awal sudah saya tuliskan kalau saya sudah menggunakan bahasa Belanda nyaris di setiap lini kehidupan, kecuali jika berhubungan dengan medis. Bahasa Belanda yang saya gunakan dulu ya levelnya masih tingkatan tawar menawar di pasar, ngobrol dengan tetangga dan kolega kerja, melakukan aktivitas sehari-hari, membaca koran dan majalah dan resep dokter, menulis email, dan wawancara kerja. Tapi sejak dua tahun terakhir, sejak saya mulai sering bersinggungan dengan tenaga medis (dari pihak rumah sakit, dokter, bidan, perawat, pekerja di posyandu), secara tidak sadar saya mulai berani perlahan menggunakan bahasa Belanda. Padahal di sistem yang ada, sudah tertulis kalau saya lebih suka menggunakan bahasa Inggris. Karena itulah, dulu jika saya ada urusan dengan medis, otomatis mereka menggunakan bahasa Inggris karena sudah tertulis di sistem. Tapi sejak dua tahun terakhir, saya perlahan mulai memberanikan diri untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda ketika berhubungan dengan tenaga medis baik saat bertemu muka maupun ditelepon. Saya sudah tidak ragu dan takut lagi. Sampai suami ketika mendengar saya berbicara dengan dokter di telepon, kaget sendiri, kok mendadak jadi canggih katanya haha. Ya sebenarnya belum canggih-canggih banget. Cuma sekarang jadi berani. Kalau benar-benar ada penjelasan yang sudah berulangkali dijelaskan tapi saya tetap tidak paham dalam bahasa Belanda, baru saya minta tolong untuk dijelaskan dalam bahasa Inggris. Jadi intinya, level perkembangan bahasa Belanda saya sekarang sudah mulai merambah ke level medis. Lumayanlah buat saya, jadi makin percaya diri meskipun ya masih harus terus belajar mengasah kemampuan dengan tetap belajar dan praktek yang banyak.
Kenapa saya jadi punya keberanian? Karena saya mikirnya sederhana, kalau tidak mulai diniatkan belajar berani, ya kapan beraninya. Lagipula, tidak setiap kesempatan bertemu dengan tenaga medis suami bisa mendampingi. Dari dulu memang saya ini istri lepasan, nyaris dari awal kedatangan, urusan apapun saya urus sendiri. Ya pendeknya, kalau apapun menggantungkan ke suami, malah rugi ke diri sendiri. Jadi tidak berkembang kan kemampuannya.
Dan satu lagi, saya sudah lulus semua ujian integrasi dan sudah menerima diploma. Leganya, empat tahun sudah tanpa tanggungan ujian lagi. Saya mempunyai niat tahun depan ingin ikut ujian bahasa Belanda level B2. Semoga tahun ini bisa khusyuk belajar sehingga niat bisa terealisasikan dan bukan hanya sebatas wacana (seperti biasanya haha).
Bagaimana dengan urusan cuaca? semakin hari saya dan cuaca semakin berteman akrab. Meskipun kalau sedang musim dingin seperti sekarang, ada saja yang bikin saya agak “konslet” haha. Sepet rasanya kalau melihat langit setiap hari warnanya abu-abu. Walaupun jika sedang turun salju, ya saya masih norak lah melihatnya. Khusus hari pertama saja. Hari selanjutnya hati kembali empet karena jalanan jadi super licin. Nah, kalau musim dingin begini harus pintar-pintar memanfaatkan keadaan. Jika cuaca sedang cerah dan langit biru, pasti kami manfaatkan untuk jalan kaki meskipun suhu ya paling banter 3ºC. Satu jam jalan kaki lumayan lho bisa membuat hati gembira.
Diantara suka duka dengan cuaca, saya selalu bersyukur karena masih punya rumah yang hangat untuk berteduh, persediaan makanan sehat yang cukup serta keluarga yang berkumpul dalam keadaan sehat.
Empat tahun yang sebenarnya tidak sebentar tapi terasa sebentar karena saya menikmati setiap prosesnya, jatuh bangun, suka duka dan apapun yang terjadi selama ini. Empat tahun belum berkesempatan untuk bertemu kembali dengan teman-teman dan keluarga di Indonesia. Empat tahun yang penuh perjuangan dan suka cita. Tadi siang (pada tanggal saat menulis), saya memandangi salju yang turun tipis di kampung tempat saya tinggal, sambil berucap syukur atas empat tahun yang terlewati dan berdoa semoga kedepannya makin berkah dengan apa ada sekarang ini. Kesehatan yang baik, keluarga yang mudah-mudahan selalu sehat dan bahagia, dan semoga setiap langkah kedepannya selalu membawa manfaat dan hal-hal positif minimal untuk diri sendiri dan keluarga, syukur-syukur bisa untuk orang banyak.
Masih tentang cerita seputaran tahun baru, ada cerita yang sayang kalau tidak dituliskan di blog. Bukan cerita yang fantastis, tapi sebagai dokumentasi saja.
Tradisi di Belanda kalau malam tahun baru itu makan Oliebollen. Saya menyebutnya roti goreng karena memang mirip roti goreng yang ada di Indonesia. Hanya kalau Oliebollen variasinya ada beberapa. Ada yang tanpa kismis, ada yang pakai kismis, ada yang diisi coklat dan variasi lainnya. Terus terang, sejak makan pertama kali beberapa tahun lalu, lidah saya tidak terlalu cocok dengan Oliebollen. Malah saya lebih suka makan Berlinerbollen, karena isinya Vla tapi tidak terlalu manis.
Stan yang jualan Oliebollen biasanya sudah ada sejak awal Desember. Bahkan disekitar tempat tinggal saya, sejak bulan November sudah buka. Nah, di Den Haag kota, ada satu stan besar yang katanya Oliebollennya terenak se Den Haag (atau se Belanda ya saya lupa). Saya sudah pernah beli, tapi ya menurut saya rasanya sama dengan lainnya haha. Mungkin bagi yang suka rasanya enak ya.
Nah, tanggal 31 Desember suami masih ngantor. Dia berencana beli Oliebollen dan Berlinerbollen di stan ini pas makan siang. Lah, ternyata antriannya panjang. Akhirnya dia mengurungkan niatnya beli di sini, malah beli di toko roti. Dia pulang lebih awal karena kantornya sudah tutup jam 4 sore.
Sejak sore, suara jedar jedor petasan sudah terdengar. Meskipun menurut saya tidak seramai tahun kemaren, tapi tetep juga was was kalau jalan sore trus ketemu anak-anak, lalu dilempar petasan. Tentu saja tidak kejadian ya, cuma imajinasi saya saja. Setelah bangun tidur siang, tiba-tiba saya ingin makan pisang goreng. Karena saya juga harus membeli ayam untuk dibuat ayam panggang sebagai lauk nasi kuning keesokan harinya, akhirnya kami jalan-jalan sore sekalian beli pisang khusus pisang goreng dan beberapa keperluan untuk nasi kuning.
Setelah selesai makan malam, saya mulai menggoreng pisang. Haduuh aromanya menggoda. Jadi camilan malam tahun baru kami perpaduan Belanda dan Indonesia, bercengkrama akrab di piring haha. Kami makan camilan sambil melihat kembang api yang mulai banyak terlihat dari kejauhan.
Jadi, rumah kami ini kan semacam komplek kluster, tidak langsung pinggir jalan raya. Di dalam komplek ini, kebanyakan adalah rumah dari para orang tua (Oma Opa) dan juga tidak jauh dari sini ada rumah jompo. Karenanya, suara petasan dan jedar jeder tidak terlalu nyaring terdengar dari rumah. Ditambah lagi, kami tinggal di kampung. Syukurlah, jadi seisi rumah nyenyak tidur sampai keesokan harinya tanpa ada yang terbangun (kecuali saya yang memang menunggu pertunjukan kembang api jam 12 malam). Saya dan suami sudah selimutan di kamar sejak jam setengah 10 malam. Ya seperti malam-malam sebelumnya, tidak ada bedanya apakah malam tahun baru atau tidak, jam tidur selalu sama. Kalau suami langsung tidur, saya masih menunggu jam 12 malam. Lumayan satu jam dalam satu tahun melihat pertujunjukan gratis kembang api dari dalam kamar.
Keesokan paginya saya mulai memasak untuk keperluan syukuran. Harusnya syukuran ini sudah dilaksanakan seminggu sebelumnya. Tapi karena saya ambeien, akhirnya diundur. Dan ya kebetulan pas sekalian awal tahun. Kali ini syukuran untuk dua hal penting yang sedang diamanahkan pada keluarga kami dan sekalian syukuran awal tahun semoga sepanjang tahun 2019 ini berkah untuk kami sekeluarga, diberikan kesehatan yang baik dan dijauhkan dari marabahaya.
Saya membuat tumpeng nasi kuning dengan lauk pelengkapnya : orek tahu tempe, mie goreng kuning, urapan sayur, ayam panggang bumbu rujak, sambe goreng kentang pete, irisan telur dadar, dan perkedel. Seperti biasa karena tidak punya cetakan tumpeng, saya memanfaatkan karton yang dibentuk tumpeng. Kalau kepepet kan bisa kreatif. Jadi kami serumah makan siang tumpeng ini. Berasa seperti syukuran betulan karena ada acara doa bersama dan potong tumpeng.
Selain dibuat tumpeng, saya juga memberikan nasi kotak ke para tetangga, saudara-saudara dan Mama mertua. Bagi-bagi rejeki dan memberi tahu mereka tentang syukuran apa yang kami lakukan. Dan kok yaa kalau diingat kembali, selama tiga tahun kebelakang, setiap hari pertama awal tahun, saya selalu membuat nasi kuning syukuran dan memberi hantaran nasi kotak. Sampai Para tetangga bertanya apa ini tradisi di Indonesia setiap awal tahun, sampai mereka hafal haha. Sebenarnya bukan tradisi ya, kebetulan saja.
Begitulah cerita awal tahun baru kami yang diawali dengan syukuran. Semoga keberkahan menyertai langkah kita semua di tahun ini.
Semoga kebahagiaan dan kesehatan selalu menyertai sepanjang tahun juga umur yang barakah. Semoga segala rencana dan doa yang terpanjatkan mendapatkan jalannya untuk terkabulkan dan dilancarkan. Semoga semakin rendah hati, dikuatkan iman, dan dikelilingi orang2 terkasih. Apapun itu, semoga yang terbaik.
Seperti biasa, awal tahun saya akan menuliskan beberapa hal yang telah terjadi ditahun 2018 (rekap singkat saja dan hasil dari rencana yang pernah ditulis awal tahun 2018) dan beberapa hal yang akan dilakukan ditahun 2019. Tulisan ini akan sangat panjang, terima kasih bagi yang sudah meluangkan waktu untuk membacanya.
CERITA TAHUN 2018
Untuk cerita tahun 2018, saya akan bagi menjadi beberapa bagian dan mengacu pada rencana tahun 2018 yang pernah saya tuliskan di postingan awal tahun 2018, bisa di baca di sini.
KEHIDUPAN PRIBADI
LULUS UJIAN INTEGRASI YANG PALING AKHIR (ONA = Oriëntatie op de Nederlandse Arbeidsmarkt).
Pada rencana tahun 2018 yang saya tuliskan di postingan awal tahun, salah satu target yang harus saya lakukan adalah lulus ujian intergrasi yang paling akhir. Sebagai informasi singkat karena yang membaca blog kami bukan hanya yang tinggal di Belanda, jadi ujian integrasi ini dibutuhkan untuk mendapatkan ijin tinggal di Belanda dalam jangka waktu lama dengan syarat dan kondisi tertentu. Ujian integrasi ini harus diselesaikan dalam waktu 3 tahun sejak awal kedatangan di Belanda. Saya sudah menyelesaikan 5 ujian integrasi (level B1 dan KNM) pada awal tahun 2016 dan masih punya tanggungan satu ujian lagi yaitu ONA. Sebenarnya saya molor sih dari waktu yang ditentukan. Tapi molornya saya ada kondisi yang diijinkan oleh DUO (lembaga pemerintahan yang mengurusi ujian integrasi). Apa sih ONA ini? singkatnya semacam interview pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang pernah dilakukan sebelumnya dan rencana ke depan di Belanda. Ada beberapa formulir yang harus diisi dan akan ditanyakan selama interview.
Sehari setelah pulang dari liburan di Malta, saya ujian ONA. Dari jatah 40 menit interview (dalam bahasa Belanda tentu saja), saya selesai dalam waktu 15 menit saja. Lumayanlah, nyaris 4 tahun hidup di Belanda, pernah kerja juga jadi tidak mengalami kesulitan dalam proses wawancara selama ujian ONA. Pengujinya ada 2 orang. Beberapa hari kemudian, nyaris diakhir tahun, hasil ujian keluar dan saya dinyatakan lulus. Dengan begitu, tuntaslah sudah kewajiban saya untuk menyelesaikan 6 ujian dan bulan depan saya sudah bisa mengambil diploma kelulusan. Langkah selanjutnya saya bisa mengajukan ijin tinggal tanpa batas waktu di Belanda.
MEMBACA TUNTAS SEBANYAK 30 BUKU DALAM SETAHUN
Membaca buku sudah menjadi kebutuhan dalam hidup bagi saya. Tidak memegang Hp dan tidak aktif dengan internet, bisa saya lakukan. Tapi kalau tidak membaca buku, tidak bisa saya lakukan. Entahlah, sudah mendarah daging rasanya. Dan seperti biasa, setiap tahun saya selalu mengikuti tantangan membaca yang ada di Goodreads dan setiap tahun juga saya selalu mentargetkan membaca 50 buku yang pada kenyataannya sampai saat ini masih belum bisa. Tapi tahun 2018 ini membuat saya gembira. Diantara kesibukan yang tiada tara, saya masih bisa membaca tuntas 30 buah buku dalam setahun. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan buku yang saya baca di tahun 2017.
Buku-buku tersebut bukan hanya fiksi tapi juga non fiksi, dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Bagaimana saya bisa membagi waktu antara kesibukan sehari-hari dan membaca buku tetap berjalan dengan baik, pernah saya tuliskan cerita lengkapnya dipostingan tentang Kebiasaan Membaca Buku di Era Digital. Dan sebagai penghargaan ke diri sendiri, akhir tahun 2018 saya membeli 10 judul buku dalam bahasa Inggris dan beberapa buku yang masih dalam perjalanan ke Belanda dalam bahasa Indonesia serta beberapa judul buku dalam bahasa Belanda. Saya ingin merayakan suka cita saya bisa tetap membaca buku diantara kesibukan harian dengan memberi hadiah diri sendiri berupa buku-buku yang akan jadi bahan bacaan di tahun 2019.
KOPDAR DENGAN BEBERAPA BLOGGER
Salah satu rencana yang saya tuliskan pada tahun 2018 adalah bisa kopdar dengan beberapa blogger yang belum saya temui sebelumnya. Seingat saya, ada dua blogger yang kenal sudah lama tapi baru bisa ketemu tahun 2018, yaitu Astriddan Ananti. Setelahnya, saya ketemu lagi dengan Yayang (dan Cinta Cahaya) setelah ketemu terakhir tahun 2015. Akhir tahun, nyaris saya bisa ketemu dengan Dita karena dia sedang liburan ke Belanda, tapi akhirnya tidak jadi ketemu. Belum berjodoh, mungkin ini pertanda kami sekeluarga bisa ke NYC dan ketemuan dengan Dita di sana (Amiinnn).
SANGAT RAJIN MENULIS DI BLOG
Tahun 2018, saya lumayan rajin menulis blog. Ada 48 tulisan, dibandingkan tahun 2017 yang hanya 34 tulisan dalam setahun. Jadi target lebih rajin menulis di blog tahun 2018, tercapai. Tahun 2018, 41% lebih produktif dibandingkan 2017. Lagi-lagi, saya memberikan apresiasi kepada diri sendiri karena bisa meluangkan waktu untuk melakukan hobi lainnya yaitu menulis blog selain membaca buku, ditengah kesibukan berkegiatan setiap hari.
RECONNECTING
Sudah saya niatkan tahun 2018 saya akan memulai memperbaiki tali silaturrahmi dengan cara menyapa teman-teman lama maupun saudara yang lama tidak terdengar kabarnya. Bersyukur ada beberapa teman lama yang akhirnya sekarang saling berkirim kabar dengan saya. Sekedar menyapa “Hai bagaimana kabar kamu sekarang?” ternyata bisa membuat yang disapa sangat senang lho dan efeknya ke saya sebagai pihak penyapa pun menjadi senang. Semoga hal ini bisa saya lakukan secara berkelanjutan.
KELUARGA
Syukur saya ucapkan keluarga kami tahun 2018 melewati hari demi hari dengan banyak belajar hal yang baru. TIdak perlu saya sebutkan di sini hal-hal baru apa, tapi semuanya semakin membuat kami semakin dekat dan menghargai waktu kebersamaan. Menyadari bahwa waktu tidak bisa diputar ulang, kami memanfaatkan waktu bersama sebaik mungkin. Salah satunya yang kami lakukan adalah mengurangi intensitas menggunakan Hp atau gadget jika di rumah. Dengan cara tersebut, kami bisa saling terhubung secara nyata tanpa harus saling sibuk sendiri.
SYUKURAN
Tahun ini memang kami beberapa kali mengadakan syukuran. Awal tahun kami mengadakan syukuran yang beberapa ceritanya pernah saya tulis di blog. Nah syukuran yang akan saya ceritakan ini spesial tapi belum saya tuliskan di blog. Acara syukuran kali ini kami mengundang seluruh keluarga dan tetangga serta lima orang teman dekat yang datang beserta keluarga mereka. Saya sangat bersemangat sekali dengan acara kali ini karenanya saya niat memasak beraneka jenis makanan dan camilan. Ada beberapa yang saya juga pesan karena tidak bisa membuat sendiri.
Jadi saya memasak nasi kuning, sayur urap, sate ayam, sambel, sayap ayam panggang, sayur lodeh pake balungan, sambel goreng hati kentang pete, tahu telor bumbu rujak, perkedel, acar, bumbu sate,mie goreng kuning, dan lontong. Nah itu menu utamanya. Camilannya saya membuat muffin keju lemon, martabak-martabak mini isi bihun, lumpia semarang isi rebung tahu dan wortel pakai saus tauco, menggoreng beberapa jenis kerupuk termasuk rambak sapi. Yang saya pesan ke Rurie risoles, taart, dan lupis. Sedangkan bakwan sayur dikasih oleh Fitri.
Niat banget ya masaknya sampai sebegitu banyaknya. Iya, saya memang sebegitu niatnya karena seperti yang saya sebutkan sebelumnya kalau syukuran kali ini benar-benar spesial. Tapi melihat semua yang datang benar-benar senang, rasa capek masak rasanya terbayarkan karena mereka menikmati yang kami suguhkan. Semua keluarga senang bisa berkumpul bersama, saya juga senang bisa bertemu dengan teman-teman dekat yang memang sangat jarang bertemu. Oh ya, Es Podeng Cake yang saya pesan di Rurie rasanya juara. Kalau untuk urusan buat taart, mending saya pesan saja, daripada pusing bikin sendiri.
RENCANA MUDIK KE INDONESIA
Awal tahun kami sudah merencanakan dengan matang akan mempersiapkan liburan ke Indonesia pada akhir 2018. Bahkan persiapan tersebut sudah sangat matang. Tapi ternyata kami belum berjodoh mudik tahun 2018. Kami diberikan rejeki lainnya, Alhamdulillah. Tidak apa-apa, diundur sejenak liburan ke Indonesia menjadi ke tahun 2020, yang artinya nanti pada saat kami liburan ke Indonesia, genap 5 tahun lebih saya tidak pulang. Mudah-mudahan tidak kaget dengan segala perubahan yang ada di Indonesia.
JALAN-JALAN
Setiap tahun, kami selalu mempunyai rencana untuk mengunjungi satu negara baru sebagai tujuan liburan kami. Saya pernah menuliskan bahwa tahun 2018 akan menjadi tahun yang menantang dalam hal bepergian. Dan memang hal itu terbukti tapi dalam arti yang positif. Bersyukur walaupun kami perlu melakukan penyesuaian terhadap beberapa hal berkaitan dengan pelaksanaan di lapangan, tapi bukan sesuatu yang besar. Liburan bisa berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan.
Awalnya rencana mengunjungi negara baru tahun ini hanya ke Portugal (road trip selama 10 hari mengunjungi 7 kota sekaligus liburan untuk merayakan ulang tahun saya), tapi bersyukur kami diberikan rejeki dan waktu sehingga pada bulan Desember saat musim dingin kami bisa berlibur satu minggu ke Malta. Liburan pertama tahun 2018, kami pergi ke Münster , Jerman, pada bulan Februari. Ini liburan singkat sih hanya pada akhir pekan saja. Ketika suami berulangtahun, kami merayakan dengan road trip ke wilayah Bavaria, Jerman. Road trip kali ini lumayan menantang karena jarak tempuh yang lumayan lama dari tempat tinggal kami yaitu 12 jam perjalanan. Tapi ternyata semua berjalan baik-baik saja tanpa ada kendala berarti.
KESEHATAN
Kesehatan seluruh keluarga di tahun 2018 lumayan bagus. Ada sakit tapi tidak yang serius misalkan batuk dan demam karena pergantian musim. Khusus untuk saya, bulan Desember lumayan kena hantam sakit yang agak bikin keliyengan. Saat kami liburan di Malta, saya mulai sakit pilek yang awalnya karena sinusitis kambuh. Eh ternyata keterusan demam dan batuk. Beruntungnya karena sedang liburan dan terbawa suasana senang, jadi sakit tidak terlalu saya rasakan. Tetapi begitu sampai rumah, sakitnya malah parah. Belum selesai sakit pilek dan kawan-kawannya, eh terbitlah ambeien. Seumur-umur saya belum pernah kena ambeien jadi pas dua hari kena, ampun saya tidak bisa beraktifitas sama sekali cuma tergolek di tempat tidur. Untungnya (dasar Jawa, masih saja ada untungnya), kok ya pas libur Natal jadi segala sesuatu di rumah diurusi suami meskipunsaya tidak bisa Natalan di rumah mertua. Disinyalir sakit ambeien ini karena beberapa hari sebelumnya saya meminum obat penambah zat besi (karena tubuh sedang kekurangan zat besi) yang diberi resep oleh dokter.
Nah karena saya tidak tahan dengan rasa sakit ambeien, jadi beberapa kali saya telpon dokter untuk meminta resep atau tindakan apa yang bisa membuat sakitnya minimal berkurang. Walaupun sudah diberi resep pil, salep, dan sirup, tapi kok rasanya beberapa hari itu sakitnya tidak berkurang. Tapi dokter pun tidak bisa mengambil tindakan yang lebih dari itu, untuk saat ini. Ternyata oh ternyata, setelah saya telatenin obat-obatnya, rasa sakitnya mulai berkurang. Cuma saya saja yang kurang sabar karena tidak kuat sakit. Bersyukur sekarang semua sakit itu sudah tidak ada lagi. Mudah-mudahan jangan datang lagi.
Begitulah rekap singkat (yang tidak terlalu singkat juga) saya tentang hal-hal penting yang terjadi di tahun 2018. Tahun yang penuh berkah, bahagia, dan penuh pembelajaran. Geweldig! kalau kata orang Belanda. Tahun yang super!
Selanjutnya saya akan menuliskan apa saja rencana yang ingin saya lakukan ditahun 2019.
RENCANA TAHUN 2019
Sejujurnya saya pribadi tidak terlalu punya banyak rencana di tahun ini. Inginnya merencanakan beberapa hal per tiga bulan saja misalnya, melihat situasi dan kondisi. Namun begitu, ada beberapa rencana yang saya pikir bisa dilakukan sepanjang tahun, seperti :
Tetap dengan target membaca buku, saya berencana bisa membaca 35 buku ditahun 2019 ini meskipun target di Goodreads tetap saya tulis sebanyak 50 buku. Sekitar 20 judul buku baru sudah ada di perpustakaan rumah kami yang kebanyakan adalah non fiksi. Ya, saya sedang senang membaca buku non fiksi terutama yang berhubungan dengan Parenting dan Kesehatan Mental.
Untuk urusan jalan-jalan, kami tetap berencana bisa mengunjungi satu negara baru tahun ini. Sudah ada gambaran negara mana yang akan kami kunjungi. Dan, tahun ini akan lebih menantang bagi kami sekeluarga untuk urusan jalan-jalan. Semoga diberikan kelancaran.
Tahun kemarin saya berencana ingin daftar kuliah atau kursus tapi masih belum bisa terlaksana. Nah karena ujian integrasi semua sudah saya tunaikan, maka tahun 2019 saya berencana ingin fokus kembali belajar bahasa Belanda sebagai persiapan akan kembali mencari pekerjaan ditahun 2020. Rencananya tahun 2020 saya akan mengikuti ujian bahasa Belanda level B2 sebagai bekal bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dan saya inginkan. Selain itu, saya juga mulai akan membekali dengan update informasi yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan saya cari tahun depan.
Tahun 2019 ini, mudah-mudahan saya bisa kembali menonton konser karena sudah ada tiga tiket konser musik yang sudah saya beli. Tiga konser tersebut adalah Maroon 5, Backstreet Boys (BSB), dan Bon Jovi. BSB dan Bon Jovi adalah impian saya sejak dulu. Jadi ketika bisa membeli tiket konser mereka, rasanya tinggal selangkah lagi saya bisa mewujudkan impian bisa menonton konser mereka. Mudah-mudahan terlaksana ya. Kita lihat saja nanti.
Rencana tahun 2018 saya akan mulai ikutan race lari 10km, ternyata masih belum bisa karena kondisi belum memungkinkan. Nah, mulai pertengahan tahun 2019, saya sudah mulai bisa latihan lari karena rencananya tahun 2020 bulan Maret saya dan suami akan ikut Half Marathon (21km). Kalau bisa terlaksana, ini akan jadi HM pertama saya. Semoga saya bisa konsisten latihan
Untuk keluarga, semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai keluarga kami. Segala rencana (yang tidak bisa saya tuliskan di sini) bisa terlaksana dengan lancar dan diberikan kemudahan. Semoga keluarga kami selalu diberikan umur yang berkah, bermanfaat bagi semua dan tidak lupa bersyukur atas segala rejeki dan titipanNya.
Karena tahun 2019 kegiatan dan kesibukan akan bertambah, makan saya berencana tahun ini mengurangi kegiatan menulis blog, blogwalking maupun mengurangi eksistensi saya di dunia maya (terutama twitter). Saya akan lebih fokus pada kegiatan di dunia nyata terutama untuk keluarga. Jadi kebalikan dari tahun kemarin yang saya targetkan lebih rajin ngeblog dan berhasil, maka tahun ini saya akan mengurangi intensitas ngeblog. Prioritas saya saat ini adalah keluarga dan ingin belajar hal-hal yang menunjang kembalinya saya nanti di dunia kerja (dan mudah-mudahan bisa kuliah lagi juga).
Untuk Indonesia, semoga Pemilu 2019 bisa berjalan dengan lancar tanpa gontok-gontokan dan tanpa saling menjatuhkan. Pilihan Presiden bisa saja berbeda, tapi kita bisa menggunakan akal sehat supaya apa yang kita pilih memang berdasarkan yag terbaik menurut kita tanpa merusak tali pertemanan maupun persaudaraan.
Dan untuk mereka yang sedang berjuang (berikhtiar) dalam hal kesehatan, karir, keluarga atau apapun itu, saya haturkan doa semoga perjuangannya diberikan kemudahan untuk mencapainya dan kelancaran pada saat prosesnya.
Wah, masih musim nih saling berkirim kartu dijaman yang hanya sejauh satu klik jempol?
Di Belanda, berkirim kartu ucapan sudah menjadi tradisi. Saking benar-benar mengakar dengan kuat, sampai toko apapun rasanya selalu ada tempat untuk menjual kartu ucapan. Dari Supermarket, toko buku, toko anak-anak, dan toko serba ada. Bahkan di pasar pun ada toko khusus yang menjual kartu-kartu ucapan dari segala jenis. Mungkin hanya toko-toko spesifik seperti toko daging, toko ikan saja rasanya yang tidak menjual kartu ucapan. Seringkali jika sedang jalan-jalan sore lalu ke toko Buku namanya Bruna, saya sengaja mampir hanya ingin melihat-lihat saja kartu-kartu ucapan yang ada. Saking banyak yang lucu dan bagus, makanya saya senang memperhatikan dan mengamati kartu ucapan apa saja yang ada di sana.
Saya dari dulu sangat senang berkirim kartu. Kalau tidak salah ingat, sejak SD. Jadi kalau lebaran atau ada yang ulang tahun, saya selalu berkirim kartu. Tentunya kepada keluarga atau teman yang sangat dekat. Berasa senang kalau sudah mulai menuliskan di kartu dan memikirkan kata-kata apa ya yang sekiranya bisa saya goreskan di sana. Oh, saya tiba-tiba ingat, dulu juga sering saling berkirim kartu dengan sahabat pena yang kenalnya dari majalah. Wah masa-masa itu, rasanya senang kalau pak pos datang ke rumah dan tidak sabar membuka surat atau kartu ucapan yang dibawa. Sampai terakhir di Surabaya pun, saya masih setia dengan berkirim kartu. Bukan hanya kartu ucapan tapi juga kartupos kalau sedang bepergian.
Nah di Belanda ini, meskipun negaranya sudah maju begini, tapi tradisi berkirim kartu masih sangat terjaga sampai sekarang. Tentu saja hal tersebut menyenangkan buat saya karena seperti telah tersebut sebelumnya kalau berkirim kartu itu jadi salah satu kegiatan yang saya lakukan dari dulu. Rasanya beda jika menuliskan ucapan apapun lewat kartu dan mengirimkan langsung ke tempat tujuan atau lewat pos. Sentuhan personalnya lebih terasa karena saat menuliskan di kartu, kita memikirkan orang yang akan dikirimi dan memikirkan kata-kata apa yang akan dituliskan dan juga memilih kartu seperti apa yang cocok dengan situasi penerima.
Semarak berkirim kartu di Belanda makin terasa apalagi kalau menjelang hari-hari khusus semisal Natal, Tahun Baru dan Hari Ibu. Tidak hanya hari-hari khusus yang skala nasional, yang benar-benar personal pun kartunya dijual bahkan kadang yang tidak terpikirkan, misalkan kartu ucapan selamat karena bertambahnya anggota keluarga setelah mengadopsi kucing, anjing, burung atau hewan peliharaan lainnya. Kartu ucapan personal lainnya adalah kartu yang mengabarkan kelahiran (biasanya didesain sendiri, lalu dicetak dalam jumlah banyak. tidak membeli yang sudah ada di toko), kartu ucapan sudah lulus ujian sekolah, lulus ujian menyetir, kartu ulang tahun pastinya, kartu selamat atas kehamilan, kartu semoga cepat sembuh dari sakit, kartu selamat menempati rumah baru, kartu berbelasungkawa, kartu mengabarkan kematian, bahkan sekedar kartu ucapan terima kasih, dan masih banyak lagi kartu ucapan-ucapan lainnya yang sifatnya personal.
Mama mertua rajin sekali berkirim kartu. Bahkan Beliau masih menyimpan kartu ucapan yang diterima dari awal melahirkan anak pertama sampai anak terakhir, padahal itu sudah puluhan tahun lalu. Saya senang kalau ke rumah Mama dan melihat betapa rapinya dokumentasi Beliau, makanya saya jadi ikutan mencontoh. Saya mendokumentasikan hal-hal yang sifatnya personal dengan catatan di buku khusus semacam scrap book. Saya sudah punya beberapa. Menyenangkan lho menuliskan cerita perjalanan kehidupan di buku dilengkapi dengan beberapa foto dan beberapa barang lainnya. Saya bisa bercerita banyak hal di sana. Kalau dibaca lagi benar-benar membuat senyum-senyum mengingat apa yang sudah saya lewati sejauh ini.
Kembali lagi ke kartu ucapan, selama di sini saya menerima beberapa jenis kartu ucapan. Semuanya masih saya simpan dengan rapi dalam kotak dan saya bedakan sesuai kategorinya. Entah sampai kapan akan saya simpan. Jika ada momen khusus seperti ulang tahun atau melahirkan, kartu ucapannya biasanya dijejer dulu di meja khusus atau di meja dekat TV, beberapa lama kemudian baru disimpan, seperti itu gambaran orang Belanda ketika menerima kartu ucapan. Tahun ini saya menerima kartu ucapan selamat hari raya Idul Fitri, yang dikirim oleh Astrid. Selama di Belanda, baru kali ini saya menerima kartu ucapan lebaran. Jadinya terharu
Setiap tahun menjelang Natal dan Tahun Baru, sejak pertengahan November saya sudah sibuk mencicil menuliskan kartu ucapan Natal dan Tahun Baru. Biasanya saya akan kirimkan pertama buat teman dan saudara yang diluar Eropa. Satu atau dua minggu menjelang Natal, saya mulai berkirim yang disekitar Eropa. Nah untuk didalam Belanda, saya kirimkan seminggu atau beberapa hari menjelang Natal. Tahun lalu saya absen berkirim kartu karena tidak sempat. Tahun ini saya mulai berkirim lagi kartu ucapan Natal dan tahun Baru. Kartu-kartu yang saya kirimkan tahun ini sudah saya beli tahun kemarin dari anak tetangga yang menjual karena kegiatan sosial di sekolahnya yang dananya disalurkan untuk mendukung kegiatan anak-anak berkebutuhan khusus di Belanda. Lumayan, ada 30 kartu.
Beberapa kartu sudah saya kirimkan untuk teman-teman yang beralamat di luar Eropa. Sebagian besar lagi masih saya cicil menuliskannya. Menyenangkan lho rasanya menuliskan pesan-pesan didalamnya yang berbeda-beda disesuaikan kepada siapa yang akan dikirimi. Itulah kenapa saya suka sekali berkirim kartu ucapan apapun (dan juga kartupos saat liburan).
Kamu suka juga berkirim kartu ucapan? kapan terakhir menerima atau berkirim kartu ucapan?
-Nootdorp, 5 Desember 2018-
Oh iya, tanggal 5 Desember di Belanda merayakan hari Sinterklaas. Malam ini kami membuka kado (karena cuma satu kadonya haha). Nanti tanggal 25 Desember juga akan membuka kado-kado lagi.