Masih tentang cerita seputaran tahun baru, ada cerita yang sayang kalau tidak dituliskan di blog. Bukan cerita yang fantastis, tapi sebagai dokumentasi saja.
Tradisi di Belanda kalau malam tahun baru itu makan Oliebollen. Saya menyebutnya roti goreng karena memang mirip roti goreng yang ada di Indonesia. Hanya kalau Oliebollen variasinya ada beberapa. Ada yang tanpa kismis, ada yang pakai kismis, ada yang diisi coklat dan variasi lainnya. Terus terang, sejak makan pertama kali beberapa tahun lalu, lidah saya tidak terlalu cocok dengan Oliebollen. Malah saya lebih suka makan Berlinerbollen, karena isinya Vla tapi tidak terlalu manis.
Stan yang jualan Oliebollen biasanya sudah ada sejak awal Desember. Bahkan disekitar tempat tinggal saya, sejak bulan November sudah buka. Nah, di Den Haag kota, ada satu stan besar yang katanya Oliebollennya terenak se Den Haag (atau se Belanda ya saya lupa). Saya sudah pernah beli, tapi ya menurut saya rasanya sama dengan lainnya haha. Mungkin bagi yang suka rasanya enak ya.
Nah, tanggal 31 Desember suami masih ngantor. Dia berencana beli Oliebollen dan Berlinerbollen di stan ini pas makan siang. Lah, ternyata antriannya panjang. Akhirnya dia mengurungkan niatnya beli di sini, malah beli di toko roti. Dia pulang lebih awal karena kantornya sudah tutup jam 4 sore.
Sejak sore, suara jedar jedor petasan sudah terdengar. Meskipun menurut saya tidak seramai tahun kemaren, tapi tetep juga was was kalau jalan sore trus ketemu anak-anak, lalu dilempar petasan. Tentu saja tidak kejadian ya, cuma imajinasi saya saja. Setelah bangun tidur siang, tiba-tiba saya ingin makan pisang goreng. Karena saya juga harus membeli ayam untuk dibuat ayam panggang sebagai lauk nasi kuning keesokan harinya, akhirnya kami jalan-jalan sore sekalian beli pisang khusus pisang goreng dan beberapa keperluan untuk nasi kuning.
Setelah selesai makan malam, saya mulai menggoreng pisang. Haduuh aromanya menggoda. Jadi camilan malam tahun baru kami perpaduan Belanda dan Indonesia, bercengkrama akrab di piring haha. Kami makan camilan sambil melihat kembang api yang mulai banyak terlihat dari kejauhan.
Jadi, rumah kami ini kan semacam komplek kluster, tidak langsung pinggir jalan raya. Di dalam komplek ini, kebanyakan adalah rumah dari para orang tua (Oma Opa) dan juga tidak jauh dari sini ada rumah jompo. Karenanya, suara petasan dan jedar jeder tidak terlalu nyaring terdengar dari rumah. Ditambah lagi, kami tinggal di kampung. Syukurlah, jadi seisi rumah nyenyak tidur sampai keesokan harinya tanpa ada yang terbangun (kecuali saya yang memang menunggu pertunjukan kembang api jam 12 malam). Saya dan suami sudah selimutan di kamar sejak jam setengah 10 malam. Ya seperti malam-malam sebelumnya, tidak ada bedanya apakah malam tahun baru atau tidak, jam tidur selalu sama. Kalau suami langsung tidur, saya masih menunggu jam 12 malam. Lumayan satu jam dalam satu tahun melihat pertujunjukan gratis kembang api dari dalam kamar.
Keesokan paginya saya mulai memasak untuk keperluan syukuran. Harusnya syukuran ini sudah dilaksanakan seminggu sebelumnya. Tapi karena saya ambeien, akhirnya diundur. Dan ya kebetulan pas sekalian awal tahun. Kali ini syukuran untuk dua hal penting yang sedang diamanahkan pada keluarga kami dan sekalian syukuran awal tahun semoga sepanjang tahun 2019 ini berkah untuk kami sekeluarga, diberikan kesehatan yang baik dan dijauhkan dari marabahaya.
Saya membuat tumpeng nasi kuning dengan lauk pelengkapnya : orek tahu tempe, mie goreng kuning, urapan sayur, ayam panggang bumbu rujak, sambe goreng kentang pete, irisan telur dadar, dan perkedel. Seperti biasa karena tidak punya cetakan tumpeng, saya memanfaatkan karton yang dibentuk tumpeng. Kalau kepepet kan bisa kreatif. Jadi kami serumah makan siang tumpeng ini. Berasa seperti syukuran betulan karena ada acara doa bersama dan potong tumpeng.
Selain dibuat tumpeng, saya juga memberikan nasi kotak ke para tetangga, saudara-saudara dan Mama mertua. Bagi-bagi rejeki dan memberi tahu mereka tentang syukuran apa yang kami lakukan. Dan kok yaa kalau diingat kembali, selama tiga tahun kebelakang, setiap hari pertama awal tahun, saya selalu membuat nasi kuning syukuran dan memberi hantaran nasi kotak. Sampai Para tetangga bertanya apa ini tradisi di Indonesia setiap awal tahun, sampai mereka hafal haha. Sebenarnya bukan tradisi ya, kebetulan saja.
Begitulah cerita awal tahun baru kami yang diawali dengan syukuran. Semoga keberkahan menyertai langkah kita semua di tahun ini.
Semoga kebahagiaan dan kesehatan selalu menyertai sepanjang tahun juga umur yang barakah. Semoga segala rencana dan doa yang terpanjatkan mendapatkan jalannya untuk terkabulkan dan dilancarkan. Semoga semakin rendah hati, dikuatkan iman, dan dikelilingi orang2 terkasih. Apapun itu, semoga yang terbaik.
Seperti biasa, awal tahun saya akan menuliskan beberapa hal yang telah terjadi ditahun 2018 (rekap singkat saja dan hasil dari rencana yang pernah ditulis awal tahun 2018) dan beberapa hal yang akan dilakukan ditahun 2019. Tulisan ini akan sangat panjang, terima kasih bagi yang sudah meluangkan waktu untuk membacanya.
CERITA TAHUN 2018
Untuk cerita tahun 2018, saya akan bagi menjadi beberapa bagian dan mengacu pada rencana tahun 2018 yang pernah saya tuliskan di postingan awal tahun 2018, bisa di baca di sini.
KEHIDUPAN PRIBADI
LULUS UJIAN INTEGRASI YANG PALING AKHIR (ONA = Oriëntatie op de Nederlandse Arbeidsmarkt).
Pada rencana tahun 2018 yang saya tuliskan di postingan awal tahun, salah satu target yang harus saya lakukan adalah lulus ujian intergrasi yang paling akhir. Sebagai informasi singkat karena yang membaca blog kami bukan hanya yang tinggal di Belanda, jadi ujian integrasi ini dibutuhkan untuk mendapatkan ijin tinggal di Belanda dalam jangka waktu lama dengan syarat dan kondisi tertentu. Ujian integrasi ini harus diselesaikan dalam waktu 3 tahun sejak awal kedatangan di Belanda. Saya sudah menyelesaikan 5 ujian integrasi (level B1 dan KNM) pada awal tahun 2016 dan masih punya tanggungan satu ujian lagi yaitu ONA. Sebenarnya saya molor sih dari waktu yang ditentukan. Tapi molornya saya ada kondisi yang diijinkan oleh DUO (lembaga pemerintahan yang mengurusi ujian integrasi). Apa sih ONA ini? singkatnya semacam interview pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang pernah dilakukan sebelumnya dan rencana ke depan di Belanda. Ada beberapa formulir yang harus diisi dan akan ditanyakan selama interview.
Sehari setelah pulang dari liburan di Malta, saya ujian ONA. Dari jatah 40 menit interview (dalam bahasa Belanda tentu saja), saya selesai dalam waktu 15 menit saja. Lumayanlah, nyaris 4 tahun hidup di Belanda, pernah kerja juga jadi tidak mengalami kesulitan dalam proses wawancara selama ujian ONA. Pengujinya ada 2 orang. Beberapa hari kemudian, nyaris diakhir tahun, hasil ujian keluar dan saya dinyatakan lulus. Dengan begitu, tuntaslah sudah kewajiban saya untuk menyelesaikan 6 ujian dan bulan depan saya sudah bisa mengambil diploma kelulusan. Langkah selanjutnya saya bisa mengajukan ijin tinggal tanpa batas waktu di Belanda.
MEMBACA TUNTAS SEBANYAK 30 BUKU DALAM SETAHUN
Membaca buku sudah menjadi kebutuhan dalam hidup bagi saya. Tidak memegang Hp dan tidak aktif dengan internet, bisa saya lakukan. Tapi kalau tidak membaca buku, tidak bisa saya lakukan. Entahlah, sudah mendarah daging rasanya. Dan seperti biasa, setiap tahun saya selalu mengikuti tantangan membaca yang ada di Goodreads dan setiap tahun juga saya selalu mentargetkan membaca 50 buku yang pada kenyataannya sampai saat ini masih belum bisa. Tapi tahun 2018 ini membuat saya gembira. Diantara kesibukan yang tiada tara, saya masih bisa membaca tuntas 30 buah buku dalam setahun. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan buku yang saya baca di tahun 2017.
Buku-buku tersebut bukan hanya fiksi tapi juga non fiksi, dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Bagaimana saya bisa membagi waktu antara kesibukan sehari-hari dan membaca buku tetap berjalan dengan baik, pernah saya tuliskan cerita lengkapnya dipostingan tentang Kebiasaan Membaca Buku di Era Digital. Dan sebagai penghargaan ke diri sendiri, akhir tahun 2018 saya membeli 10 judul buku dalam bahasa Inggris dan beberapa buku yang masih dalam perjalanan ke Belanda dalam bahasa Indonesia serta beberapa judul buku dalam bahasa Belanda. Saya ingin merayakan suka cita saya bisa tetap membaca buku diantara kesibukan harian dengan memberi hadiah diri sendiri berupa buku-buku yang akan jadi bahan bacaan di tahun 2019.
KOPDAR DENGAN BEBERAPA BLOGGER
Salah satu rencana yang saya tuliskan pada tahun 2018 adalah bisa kopdar dengan beberapa blogger yang belum saya temui sebelumnya. Seingat saya, ada dua blogger yang kenal sudah lama tapi baru bisa ketemu tahun 2018, yaitu Astriddan Ananti. Setelahnya, saya ketemu lagi dengan Yayang (dan Cinta Cahaya) setelah ketemu terakhir tahun 2015. Akhir tahun, nyaris saya bisa ketemu dengan Dita karena dia sedang liburan ke Belanda, tapi akhirnya tidak jadi ketemu. Belum berjodoh, mungkin ini pertanda kami sekeluarga bisa ke NYC dan ketemuan dengan Dita di sana (Amiinnn).
SANGAT RAJIN MENULIS DI BLOG
Tahun 2018, saya lumayan rajin menulis blog. Ada 48 tulisan, dibandingkan tahun 2017 yang hanya 34 tulisan dalam setahun. Jadi target lebih rajin menulis di blog tahun 2018, tercapai. Tahun 2018, 41% lebih produktif dibandingkan 2017. Lagi-lagi, saya memberikan apresiasi kepada diri sendiri karena bisa meluangkan waktu untuk melakukan hobi lainnya yaitu menulis blog selain membaca buku, ditengah kesibukan berkegiatan setiap hari.
RECONNECTING
Sudah saya niatkan tahun 2018 saya akan memulai memperbaiki tali silaturrahmi dengan cara menyapa teman-teman lama maupun saudara yang lama tidak terdengar kabarnya. Bersyukur ada beberapa teman lama yang akhirnya sekarang saling berkirim kabar dengan saya. Sekedar menyapa “Hai bagaimana kabar kamu sekarang?” ternyata bisa membuat yang disapa sangat senang lho dan efeknya ke saya sebagai pihak penyapa pun menjadi senang. Semoga hal ini bisa saya lakukan secara berkelanjutan.
KELUARGA
Syukur saya ucapkan keluarga kami tahun 2018 melewati hari demi hari dengan banyak belajar hal yang baru. TIdak perlu saya sebutkan di sini hal-hal baru apa, tapi semuanya semakin membuat kami semakin dekat dan menghargai waktu kebersamaan. Menyadari bahwa waktu tidak bisa diputar ulang, kami memanfaatkan waktu bersama sebaik mungkin. Salah satunya yang kami lakukan adalah mengurangi intensitas menggunakan Hp atau gadget jika di rumah. Dengan cara tersebut, kami bisa saling terhubung secara nyata tanpa harus saling sibuk sendiri.
SYUKURAN
Tahun ini memang kami beberapa kali mengadakan syukuran. Awal tahun kami mengadakan syukuran yang beberapa ceritanya pernah saya tulis di blog. Nah syukuran yang akan saya ceritakan ini spesial tapi belum saya tuliskan di blog. Acara syukuran kali ini kami mengundang seluruh keluarga dan tetangga serta lima orang teman dekat yang datang beserta keluarga mereka. Saya sangat bersemangat sekali dengan acara kali ini karenanya saya niat memasak beraneka jenis makanan dan camilan. Ada beberapa yang saya juga pesan karena tidak bisa membuat sendiri.
Jadi saya memasak nasi kuning, sayur urap, sate ayam, sambel, sayap ayam panggang, sayur lodeh pake balungan, sambel goreng hati kentang pete, tahu telor bumbu rujak, perkedel, acar, bumbu sate,mie goreng kuning, dan lontong. Nah itu menu utamanya. Camilannya saya membuat muffin keju lemon, martabak-martabak mini isi bihun, lumpia semarang isi rebung tahu dan wortel pakai saus tauco, menggoreng beberapa jenis kerupuk termasuk rambak sapi. Yang saya pesan ke Rurie risoles, taart, dan lupis. Sedangkan bakwan sayur dikasih oleh Fitri.
Niat banget ya masaknya sampai sebegitu banyaknya. Iya, saya memang sebegitu niatnya karena seperti yang saya sebutkan sebelumnya kalau syukuran kali ini benar-benar spesial. Tapi melihat semua yang datang benar-benar senang, rasa capek masak rasanya terbayarkan karena mereka menikmati yang kami suguhkan. Semua keluarga senang bisa berkumpul bersama, saya juga senang bisa bertemu dengan teman-teman dekat yang memang sangat jarang bertemu. Oh ya, Es Podeng Cake yang saya pesan di Rurie rasanya juara. Kalau untuk urusan buat taart, mending saya pesan saja, daripada pusing bikin sendiri.
RENCANA MUDIK KE INDONESIA
Awal tahun kami sudah merencanakan dengan matang akan mempersiapkan liburan ke Indonesia pada akhir 2018. Bahkan persiapan tersebut sudah sangat matang. Tapi ternyata kami belum berjodoh mudik tahun 2018. Kami diberikan rejeki lainnya, Alhamdulillah. Tidak apa-apa, diundur sejenak liburan ke Indonesia menjadi ke tahun 2020, yang artinya nanti pada saat kami liburan ke Indonesia, genap 5 tahun lebih saya tidak pulang. Mudah-mudahan tidak kaget dengan segala perubahan yang ada di Indonesia.
JALAN-JALAN
Setiap tahun, kami selalu mempunyai rencana untuk mengunjungi satu negara baru sebagai tujuan liburan kami. Saya pernah menuliskan bahwa tahun 2018 akan menjadi tahun yang menantang dalam hal bepergian. Dan memang hal itu terbukti tapi dalam arti yang positif. Bersyukur walaupun kami perlu melakukan penyesuaian terhadap beberapa hal berkaitan dengan pelaksanaan di lapangan, tapi bukan sesuatu yang besar. Liburan bisa berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan.
Awalnya rencana mengunjungi negara baru tahun ini hanya ke Portugal (road trip selama 10 hari mengunjungi 7 kota sekaligus liburan untuk merayakan ulang tahun saya), tapi bersyukur kami diberikan rejeki dan waktu sehingga pada bulan Desember saat musim dingin kami bisa berlibur satu minggu ke Malta. Liburan pertama tahun 2018, kami pergi ke Münster , Jerman, pada bulan Februari. Ini liburan singkat sih hanya pada akhir pekan saja. Ketika suami berulangtahun, kami merayakan dengan road trip ke wilayah Bavaria, Jerman. Road trip kali ini lumayan menantang karena jarak tempuh yang lumayan lama dari tempat tinggal kami yaitu 12 jam perjalanan. Tapi ternyata semua berjalan baik-baik saja tanpa ada kendala berarti.
KESEHATAN
Kesehatan seluruh keluarga di tahun 2018 lumayan bagus. Ada sakit tapi tidak yang serius misalkan batuk dan demam karena pergantian musim. Khusus untuk saya, bulan Desember lumayan kena hantam sakit yang agak bikin keliyengan. Saat kami liburan di Malta, saya mulai sakit pilek yang awalnya karena sinusitis kambuh. Eh ternyata keterusan demam dan batuk. Beruntungnya karena sedang liburan dan terbawa suasana senang, jadi sakit tidak terlalu saya rasakan. Tetapi begitu sampai rumah, sakitnya malah parah. Belum selesai sakit pilek dan kawan-kawannya, eh terbitlah ambeien. Seumur-umur saya belum pernah kena ambeien jadi pas dua hari kena, ampun saya tidak bisa beraktifitas sama sekali cuma tergolek di tempat tidur. Untungnya (dasar Jawa, masih saja ada untungnya), kok ya pas libur Natal jadi segala sesuatu di rumah diurusi suami meskipunsaya tidak bisa Natalan di rumah mertua. Disinyalir sakit ambeien ini karena beberapa hari sebelumnya saya meminum obat penambah zat besi (karena tubuh sedang kekurangan zat besi) yang diberi resep oleh dokter.
Nah karena saya tidak tahan dengan rasa sakit ambeien, jadi beberapa kali saya telpon dokter untuk meminta resep atau tindakan apa yang bisa membuat sakitnya minimal berkurang. Walaupun sudah diberi resep pil, salep, dan sirup, tapi kok rasanya beberapa hari itu sakitnya tidak berkurang. Tapi dokter pun tidak bisa mengambil tindakan yang lebih dari itu, untuk saat ini. Ternyata oh ternyata, setelah saya telatenin obat-obatnya, rasa sakitnya mulai berkurang. Cuma saya saja yang kurang sabar karena tidak kuat sakit. Bersyukur sekarang semua sakit itu sudah tidak ada lagi. Mudah-mudahan jangan datang lagi.
Begitulah rekap singkat (yang tidak terlalu singkat juga) saya tentang hal-hal penting yang terjadi di tahun 2018. Tahun yang penuh berkah, bahagia, dan penuh pembelajaran. Geweldig! kalau kata orang Belanda. Tahun yang super!
Selanjutnya saya akan menuliskan apa saja rencana yang ingin saya lakukan ditahun 2019.
RENCANA TAHUN 2019
Sejujurnya saya pribadi tidak terlalu punya banyak rencana di tahun ini. Inginnya merencanakan beberapa hal per tiga bulan saja misalnya, melihat situasi dan kondisi. Namun begitu, ada beberapa rencana yang saya pikir bisa dilakukan sepanjang tahun, seperti :
Tetap dengan target membaca buku, saya berencana bisa membaca 35 buku ditahun 2019 ini meskipun target di Goodreads tetap saya tulis sebanyak 50 buku. Sekitar 20 judul buku baru sudah ada di perpustakaan rumah kami yang kebanyakan adalah non fiksi. Ya, saya sedang senang membaca buku non fiksi terutama yang berhubungan dengan Parenting dan Kesehatan Mental.
Untuk urusan jalan-jalan, kami tetap berencana bisa mengunjungi satu negara baru tahun ini. Sudah ada gambaran negara mana yang akan kami kunjungi. Dan, tahun ini akan lebih menantang bagi kami sekeluarga untuk urusan jalan-jalan. Semoga diberikan kelancaran.
Tahun kemarin saya berencana ingin daftar kuliah atau kursus tapi masih belum bisa terlaksana. Nah karena ujian integrasi semua sudah saya tunaikan, maka tahun 2019 saya berencana ingin fokus kembali belajar bahasa Belanda sebagai persiapan akan kembali mencari pekerjaan ditahun 2020. Rencananya tahun 2020 saya akan mengikuti ujian bahasa Belanda level B2 sebagai bekal bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dan saya inginkan. Selain itu, saya juga mulai akan membekali dengan update informasi yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan saya cari tahun depan.
Tahun 2019 ini, mudah-mudahan saya bisa kembali menonton konser karena sudah ada tiga tiket konser musik yang sudah saya beli. Tiga konser tersebut adalah Maroon 5, Backstreet Boys (BSB), dan Bon Jovi. BSB dan Bon Jovi adalah impian saya sejak dulu. Jadi ketika bisa membeli tiket konser mereka, rasanya tinggal selangkah lagi saya bisa mewujudkan impian bisa menonton konser mereka. Mudah-mudahan terlaksana ya. Kita lihat saja nanti.
Rencana tahun 2018 saya akan mulai ikutan race lari 10km, ternyata masih belum bisa karena kondisi belum memungkinkan. Nah, mulai pertengahan tahun 2019, saya sudah mulai bisa latihan lari karena rencananya tahun 2020 bulan Maret saya dan suami akan ikut Half Marathon (21km). Kalau bisa terlaksana, ini akan jadi HM pertama saya. Semoga saya bisa konsisten latihan
Untuk keluarga, semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai keluarga kami. Segala rencana (yang tidak bisa saya tuliskan di sini) bisa terlaksana dengan lancar dan diberikan kemudahan. Semoga keluarga kami selalu diberikan umur yang berkah, bermanfaat bagi semua dan tidak lupa bersyukur atas segala rejeki dan titipanNya.
Karena tahun 2019 kegiatan dan kesibukan akan bertambah, makan saya berencana tahun ini mengurangi kegiatan menulis blog, blogwalking maupun mengurangi eksistensi saya di dunia maya (terutama twitter). Saya akan lebih fokus pada kegiatan di dunia nyata terutama untuk keluarga. Jadi kebalikan dari tahun kemarin yang saya targetkan lebih rajin ngeblog dan berhasil, maka tahun ini saya akan mengurangi intensitas ngeblog. Prioritas saya saat ini adalah keluarga dan ingin belajar hal-hal yang menunjang kembalinya saya nanti di dunia kerja (dan mudah-mudahan bisa kuliah lagi juga).
Untuk Indonesia, semoga Pemilu 2019 bisa berjalan dengan lancar tanpa gontok-gontokan dan tanpa saling menjatuhkan. Pilihan Presiden bisa saja berbeda, tapi kita bisa menggunakan akal sehat supaya apa yang kita pilih memang berdasarkan yag terbaik menurut kita tanpa merusak tali pertemanan maupun persaudaraan.
Dan untuk mereka yang sedang berjuang (berikhtiar) dalam hal kesehatan, karir, keluarga atau apapun itu, saya haturkan doa semoga perjuangannya diberikan kemudahan untuk mencapainya dan kelancaran pada saat prosesnya.
Wah, masih musim nih saling berkirim kartu dijaman yang hanya sejauh satu klik jempol?
Di Belanda, berkirim kartu ucapan sudah menjadi tradisi. Saking benar-benar mengakar dengan kuat, sampai toko apapun rasanya selalu ada tempat untuk menjual kartu ucapan. Dari Supermarket, toko buku, toko anak-anak, dan toko serba ada. Bahkan di pasar pun ada toko khusus yang menjual kartu-kartu ucapan dari segala jenis. Mungkin hanya toko-toko spesifik seperti toko daging, toko ikan saja rasanya yang tidak menjual kartu ucapan. Seringkali jika sedang jalan-jalan sore lalu ke toko Buku namanya Bruna, saya sengaja mampir hanya ingin melihat-lihat saja kartu-kartu ucapan yang ada. Saking banyak yang lucu dan bagus, makanya saya senang memperhatikan dan mengamati kartu ucapan apa saja yang ada di sana.
Saya dari dulu sangat senang berkirim kartu. Kalau tidak salah ingat, sejak SD. Jadi kalau lebaran atau ada yang ulang tahun, saya selalu berkirim kartu. Tentunya kepada keluarga atau teman yang sangat dekat. Berasa senang kalau sudah mulai menuliskan di kartu dan memikirkan kata-kata apa ya yang sekiranya bisa saya goreskan di sana. Oh, saya tiba-tiba ingat, dulu juga sering saling berkirim kartu dengan sahabat pena yang kenalnya dari majalah. Wah masa-masa itu, rasanya senang kalau pak pos datang ke rumah dan tidak sabar membuka surat atau kartu ucapan yang dibawa. Sampai terakhir di Surabaya pun, saya masih setia dengan berkirim kartu. Bukan hanya kartu ucapan tapi juga kartupos kalau sedang bepergian.
Nah di Belanda ini, meskipun negaranya sudah maju begini, tapi tradisi berkirim kartu masih sangat terjaga sampai sekarang. Tentu saja hal tersebut menyenangkan buat saya karena seperti telah tersebut sebelumnya kalau berkirim kartu itu jadi salah satu kegiatan yang saya lakukan dari dulu. Rasanya beda jika menuliskan ucapan apapun lewat kartu dan mengirimkan langsung ke tempat tujuan atau lewat pos. Sentuhan personalnya lebih terasa karena saat menuliskan di kartu, kita memikirkan orang yang akan dikirimi dan memikirkan kata-kata apa yang akan dituliskan dan juga memilih kartu seperti apa yang cocok dengan situasi penerima.
Semarak berkirim kartu di Belanda makin terasa apalagi kalau menjelang hari-hari khusus semisal Natal, Tahun Baru dan Hari Ibu. Tidak hanya hari-hari khusus yang skala nasional, yang benar-benar personal pun kartunya dijual bahkan kadang yang tidak terpikirkan, misalkan kartu ucapan selamat karena bertambahnya anggota keluarga setelah mengadopsi kucing, anjing, burung atau hewan peliharaan lainnya. Kartu ucapan personal lainnya adalah kartu yang mengabarkan kelahiran (biasanya didesain sendiri, lalu dicetak dalam jumlah banyak. tidak membeli yang sudah ada di toko), kartu ucapan sudah lulus ujian sekolah, lulus ujian menyetir, kartu ulang tahun pastinya, kartu selamat atas kehamilan, kartu semoga cepat sembuh dari sakit, kartu selamat menempati rumah baru, kartu berbelasungkawa, kartu mengabarkan kematian, bahkan sekedar kartu ucapan terima kasih, dan masih banyak lagi kartu ucapan-ucapan lainnya yang sifatnya personal.
Mama mertua rajin sekali berkirim kartu. Bahkan Beliau masih menyimpan kartu ucapan yang diterima dari awal melahirkan anak pertama sampai anak terakhir, padahal itu sudah puluhan tahun lalu. Saya senang kalau ke rumah Mama dan melihat betapa rapinya dokumentasi Beliau, makanya saya jadi ikutan mencontoh. Saya mendokumentasikan hal-hal yang sifatnya personal dengan catatan di buku khusus semacam scrap book. Saya sudah punya beberapa. Menyenangkan lho menuliskan cerita perjalanan kehidupan di buku dilengkapi dengan beberapa foto dan beberapa barang lainnya. Saya bisa bercerita banyak hal di sana. Kalau dibaca lagi benar-benar membuat senyum-senyum mengingat apa yang sudah saya lewati sejauh ini.
Kembali lagi ke kartu ucapan, selama di sini saya menerima beberapa jenis kartu ucapan. Semuanya masih saya simpan dengan rapi dalam kotak dan saya bedakan sesuai kategorinya. Entah sampai kapan akan saya simpan. Jika ada momen khusus seperti ulang tahun atau melahirkan, kartu ucapannya biasanya dijejer dulu di meja khusus atau di meja dekat TV, beberapa lama kemudian baru disimpan, seperti itu gambaran orang Belanda ketika menerima kartu ucapan. Tahun ini saya menerima kartu ucapan selamat hari raya Idul Fitri, yang dikirim oleh Astrid. Selama di Belanda, baru kali ini saya menerima kartu ucapan lebaran. Jadinya terharu
Setiap tahun menjelang Natal dan Tahun Baru, sejak pertengahan November saya sudah sibuk mencicil menuliskan kartu ucapan Natal dan Tahun Baru. Biasanya saya akan kirimkan pertama buat teman dan saudara yang diluar Eropa. Satu atau dua minggu menjelang Natal, saya mulai berkirim yang disekitar Eropa. Nah untuk didalam Belanda, saya kirimkan seminggu atau beberapa hari menjelang Natal. Tahun lalu saya absen berkirim kartu karena tidak sempat. Tahun ini saya mulai berkirim lagi kartu ucapan Natal dan tahun Baru. Kartu-kartu yang saya kirimkan tahun ini sudah saya beli tahun kemarin dari anak tetangga yang menjual karena kegiatan sosial di sekolahnya yang dananya disalurkan untuk mendukung kegiatan anak-anak berkebutuhan khusus di Belanda. Lumayan, ada 30 kartu.
Beberapa kartu sudah saya kirimkan untuk teman-teman yang beralamat di luar Eropa. Sebagian besar lagi masih saya cicil menuliskannya. Menyenangkan lho rasanya menuliskan pesan-pesan didalamnya yang berbeda-beda disesuaikan kepada siapa yang akan dikirimi. Itulah kenapa saya suka sekali berkirim kartu ucapan apapun (dan juga kartupos saat liburan).
Kamu suka juga berkirim kartu ucapan? kapan terakhir menerima atau berkirim kartu ucapan?
-Nootdorp, 5 Desember 2018-
Oh iya, tanggal 5 Desember di Belanda merayakan hari Sinterklaas. Malam ini kami membuka kado (karena cuma satu kadonya haha). Nanti tanggal 25 Desember juga akan membuka kado-kado lagi.
Saya bukan pengingat tanggal yang baik, tapi saya bisa mengingat momen. Untuk mengingat tanggal-tanggal penting seperti ulang tahun, bahkan tanggal ulang tahun sahabat-sahabat, saya mengandalkan pengingat di telepon genggam. Setali tiga uang, hal tersebut juga berlaku pada suami saya. Jadi kami ini pasangan yang suka dan gampang mengingat momen dibandingkan tanggal. Hanya keluarga dekat saja yang saya ingat luar kepala tanggal-tanggal pentingnya.
Beberapa hari lalu, kami baru saja melewati lima tahun, tepatnya lima tahun sejak awal perkenalan. Bukan lima tahun pernikahan ya (karena itu masih tahun depan). Bagaimana kami bisa selalu mengingatnya, karena pada saat perkenalan tersebut ada momen yang tidak kami lupa. Dan tanggal perkenalan itu juga kami jadikan salah satu bagian penting dalam pernikahan kami. Karenanya, kami selalu merayakan dua hal yang berkaitan dengan kebersamaan, yaitu tanggal pada saat kami berkenalan dan tanggal pada saat kami menikah (selain setiap bulannya kami juga selalu mengucapkan gefeliciteerd atau selamat pada tanggal pernikahan).
“Gaat snel,” begitu orang Belanda menyebutnya. Waktu begitu cepat berlalu. 5 tahun yang kami lalui dari awal berkenalan sampai saat ini benar-benar kami nikmati setiap saat. Mungkin karena itulah, jadi tidak terasa. Pertengkaran, berbeda pendapat, segala romantis yang ada, bahkan naik turun dan susah senang membawa kami bertahan sampai hari ini dan semoga sampai seterusnya. Tidak dapat dipungkiri, banyak sekali perbedaan diantara kami. Tapi sejauh ini, kami bisa membuat segala perbedaan itu tetap berjalan beriringan, bukan menyatukan. Ada banyak sekali kompromi, legowo, saling menerima kekurangan masing-masing dan saling berkomitmen dengan diri sendiri untuk selalu lebih baik setiap harinya.
Saya merasa (dan diamini oleh suami), saya yang sekarang jauh lebih baik dan lebih stabil dibandingkan saat sebelum bersama suami. Bukan, saya berubah bukan karena atau demi dia. Tapi saya berubah untuk menjadi pribadi yang lebih baik demi diri saya sendiri. Saya selalu mengingat bahwa seseorang akan merugi kalau hari ini tidak lebih baik dari hari sebelumnya. Karenanya, saya tidak mau menjadi orang yang merugi. Lima tahun bersama dia, dari awalnya yang saya sangat emosian dan susah mengendalikan amarah, sekarang saya jauh lebih santai dan lebih bisa mengatur emosi. Dan itu membuat jiwa saya lebih tenang dan nyaman. Saya berpikir, buat apa gampang tersulut oleh amarah. Malah membuat diri sendiri rugi dan capek sendiri. Lebih baik saya menyimpan energi dan menyalurkannya untuk hal-hal yang lebih berguna. Membicarakan secara kepala dingin setiap ada perbedaan. Saat ini saya lebih fokus dengan apa yang ada, benar-benar menikmati setiap detiknya, karena waktu tidak akan pernah berulang.
Sehari sebelum merayakan lima tahun tersebut, kami mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu. Setiap detilnya masih kami ingat dengan baik dan itu membuat kami cekikikan dan tersenyum tak tertahankan. Betapa dari obrolan yang tidak penting, siapa sangka 8 bulan kemudian kami menikah. Kalau ada lagu yang bisa mewakili suara hati suami saat bertemu saya pertama kali, Terpesona punya Glenn Fredly mungkin yang pas. “Terpesona pada pandangan pertama …. ” *Terus mblenek dewe nulis ngene, ke PD en.
Bahkan dua sahabat saya pun sebagai saksi dari awal kami berkenalan, mengingat dengan baik apa yang terjadi setelahnya. Kalian memang the best!. Hubungan jarak jauh dari sebelum menikah bahkan setelah menikah. Perkenalan yang singkat saat saya sedang fokus menyelesaikan tesis dan tidak terpikir sama sekali tentang pernikahan. Campur nekat juga karena saya baru meng-iya-kan lamarannya setelah dua kali melamar dan tiga bulan kemudian kami menikah. Saat itu saya baru merasa yakin bahwa dia adalah orang yang terbaik untuk bersama-sama menua dan sampai akhir hayat. Semoga memang kami jodoh yang dipertemukanNya dan tertuliskan dalam rencanaNya. Lima tahun memang masih terhitung baru, kamipun sampai sekarang masih saling belajar mengenal satu sama lain. Masih ada saja kejutan yang muncul. Yang saya percayai juga, pasangan yang baik adalah yang membuat satu sama lain menjadi lebih baik.
Tidak hanya dari saya yang sekarang merasa menjadi pribadi yang lebih baik, saya juga merasa suami jauh lebih baik kondisinya daripada saat awal kami bertemu. Dia pun berubah menjadi baik bukan untuk menyenangkan saya, tapi kesadaran datang dari dirinya sendiri, agar langkah kedepannya semakin baik. Dia berproses, saya berproses, kami saling berproses bersama. Kalau saya sedang “kumat”, cara jitu untuk menjinakkan kekumatan saya yaitu mengingat lagi hal-hal manis dari awal perkenalan dan semua susah senang yang telah kami lewati bersama. Dan cara itu, ampuh buat saya. Setidaknya, setelahnya saya jinak lagi haha. Seringkali kami juga rasa tidak percaya sudah lima tahun saling mengenal, mengingat setahun awal pernikahan layaknya bom molotov (ini saya ya haha, kalau dia lempeng forever).
Suami saya ini kalemnya luar biasa, malah kalau lama tidak ada gejolak-gejolak, saya yang cari perkara. Biar rumah agak rame sedikit gitu :))) yang ada malah saya yang uring-uringan sendiri. Kata suami, saya dulu ini bagaikan permainan halilintar di Dufan, sekarang seperti sprinter (kereta jarak pendek di Belanda yang santai dan sering berhenti). Cara berpikir dia sederhana, tapi eksekusinya yang luar biasa dan sangat menikmati proses. Kalau saya, cara berpikir ndakik ndakik (ketinggian), tapi eksekusinya lebih ndakik ndakik haha. Tapi sekarang saya lebih santai. Berusaha menikmati setiap momen, setiap proses yang ada karena semua ini tidak akan terulang lagi. Karena itulah sekarang saya lebih tenang, bisa bernafas dengan sadar tidak berusaha keras menjadi sempurna. Saya banyak belajar hal-hal baik dari dia.
Kami merayakan lima tahun tersebut dengan kencan di restoran sushi langganan. Kencan sambil membicarakan apa yang sudah kami lewati dan apa yang kami rencanakan ke depannya, apa yang kami tunggu dalam waktu dekat maupun apapun yang akan terjadi di depan. Dua jam berlalu tidak terasa saat kencan makan malam tersebut. Kami pulang, berjalan bersisian dan dalam hati kami berharap semoga langkah kami kedepan tetap bersama, berjalan saling bersisian, saling menopang saat keadaan susah, saling tertawa saat keadaan senang, selalu bersyukur dengan segala yang sudah dititipkan pada kami saat ini dan bisa menjaga dengan sebaik mungkin yang kami miliki. Semoga.
Ada yang seperti kami jugakah, masih mengingat kapan persisnya pertama kali berkenalan dengan pasangan?
Rencana perpanjangan Paspor saya sudah menjadi rencana sejak Oktober 2017 karena akan berakhir Maret 2018. Saya pikir waktu itu lebih baik saya memperpanjang jauh hari mumpung masih punya waktu santai banyak. Eh nyatanya, seperti biasa, rencana cuma jadi wacana karena rasa malas yang luar biasa. Kalau tidak karena akan liburan ke Portugal, mungkin sampai saat ini saya masih malas memperpanjang paspor. Untunglah, karena kepepet, jadi juga paspor baru saya. Paspor mulai bisa diperpanjang atau diperbaharui minimal 6 bulan sebelum berakhir masa berlakunya
Memperpanjang paspor di KBRI Den Haag syaratnya sangat mudah, tidak perlu janjian online atau via telefon terlebih dahulu (jadi langsung datang), dan jadinya pun terhitung cepat. Saya akan tuliskan tentang perpanjangan paspor di KBRI Den Haag sesuai pengalaman. Detail syarat-syaratnya bisa juga ditengok di website KBRI di Den Haag bagian imigrasi
Persyaratan Permohonan Perpanjangan / Pembaharuan Paspor RI
Membawa Paspor lama (Jika paspor hilang, harus disertai surat keterangan kehilangan dari Polisi setempat)
Jika paspor lama ini ingin diminta kembali, jangan lupa untuk bilang ke petugasnya supaya nanti saat pengambilan paspor baru, paspor lama ini dilampirkan dan diserahkan kembali kepada kita (setelah digunting sedikit).
Mengisi formulir permohonan dibawah ini dengan jelas dan lengkap. Akses terhadap formulir juga disediakan di ruang tunggu pelayanan paspor.
Formulirnya diisi secara online di sini,kemudian dicetak. Saat mengisi formulir ada bagian yang membuat saya bingung yaitu alamat di Indonesia. Alamat KTP dan alamat rumah yang saya tempati (rumah orangtua) berbeda. Tetapi setelah bertanya kepada teman yang sudah mengurus sebelumnya dan memastikan kepada petugas saat di KBRI, yang dituliskan adalah alamat sesuai KTP.
Membawa foto copy verblijfsdocument / ijin tinggal di Belanda yang masih berlaku.
Membawa foto copy kutipan akte kelahiran / uittreksel uit de geborteakte
Karena saya punya kutipan akte lahir (bukan akte lahir) dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris), jadi yang saya serahkan adalah foto copy yang kutipan akta lahir. Kalau ada yang punya kutipan akta lahir yang sudah diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah dalam bahasa Belanda, ini juga bisa dipakai
Membawa foto copy kutipan akte perkawinan / buku nikah / trouwboek.
Yang saya serahkan adalah foto copy buku nikah (karena buku nikahnya sudah ada bahasa Inggrisnya). Jika ingin menyerahkan foto copy buku nikah yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh penerjemah tersumpah, juga bisa.
Membawa pas foto terbaru 1 (satu) lembar ukuran fotopaspor
Ini untuk ditempel di formulir. Nanti di KBRI akan difoto lagi.
Membayar biaya keimigrasian untuk paspor baru sebesar € 30,- (tiga puluh Euro). Pembayaran dilakukan dengan PIN
Setelah membayar dengan menggunakan PIN, kita akan diberi bukti pembayaran berupa kuitansi. Bukti pembayaran ini wajib dibawa saat mengambil paspor setelah jadi.
Jam untuk pengajuan Paspor adalah 09:00 – 12:00 (Jadwalnya bisa dilihat di sini)
Saat Berada di KBRI Den Haag
Ada seorang teman yang memberitahu bahwa sebaiknya datang sebelum jam buka karena antrian akan panjang kalau setelah jam buka. Sewaktu dia memperpanjang paspor (sekitar bulan September), bahkan antrian sampai di luar pagar KBRI. Nah pengalaman saat saya membuat paspor pada bulan Februari tahun ini, antrian juga banyak meskipun tidak sampai ke luar dari ruangan. Saya sampai di KBRI sekitar jam setengah sepuluh, saat mengambil nomer antrian, kalau tidak salah ingat sudah antrian ke lima. Dan proses per orangnya cukup lama sekitar setengah jam. Jadi antrian panjang atau tidak kalau dari opini saya tidak tertebak. Selain mungkin juga pengaruh musim, juga pengaruh untung-untungan.
Saat sudah di KBRI, ada petugas yang akan mengecek kelengkapan dokumen yang kita bawa. Jadi saat masuk ke ruangan untuk pemrosesan, dokumen sudah dalam keadaan benar-benar lengkap. Jadi diceknya itu beberapa saat setelah kita datang, bukan persis sebelum kita masuk ruangan. Kalau ternyata dokumennya belum lengkap, kita disuruh pulang untuk melengkapi. Jadi tidak perlu lama-lama menunggu sampai masuk ruangan utama sampai tahu dokumennya sudah benar atau tidak.
SETELAH PASPOR JADI
Paspor jadi dalam waktu 5 hari kerja (tercantum di bukti pembayaran kapan tanggal jadi paspor). Untuk mengambil paspor yang sudah jadi, tidak perlu membuat janji. Sama saat proses memperpanjang paspor, langsung datang saja. Di website KBRI, tertera jam pengambilan paspor yang sudah jadi itu pada jam 15:00 – 16:00. Tapi kata petugasnya, pada prakteknya paspor bisa diambil dipagi hari juga. Saya waktu itu mengambil pagi hari, jam 9 pagi dan bisa.
Nah saya saat itu bertanya, bagaimana jika ada pemohon yang rumahnya jauh misalkan di Friesland atau Maastricht, apakah KBRI punya layanan pengiriman. Sebenarnya KBRI tidak punya pelayanan pengiriman, tapi bisa diusahakan dengan biaya yang tidak murah tentu saja (bukan standar pengiriman pos biasa karena ditambah uang jasa juga). Jadi bagi yang rumahnya jauh, bisa ditanyakan tentang jasa pengiriman ini.
Semoga informasi yang saya tuliskan di sini bisa berguna bagi siapapun yang membutuhkan.
Saya!! ya ini mau menceritakan diri sendiri sih. Saya memang tukang nitip sejak dulu kala. Seringnya nitip makanan sewaktu masih di Indonesia. Saya kan sudah tinggal pisah dari orangtua sejak umur 15 tahun, ngekos. Nah 2 tahun pertama jaman SMA, ngekosnya sudah termasuk 3 kali makan, jarang sekali njajan. Maklum ya, kan masih bergantung dari kiriman orangtua jadinya harus hemat. Dan beruntungnya lagi, pas SMA sering dapat traktiran ulang tahun dari penghuni SMA yang sebagian besar tajir (yang tajir ya, saya bagian yang ditraktir, tapi ga pernah nraktir haha). Tapi, kalau ada uang lebih akhir bulan, biasanya saya juga suka jajan. Sekedar makan bakso Pak Kus depan Kristus Raja yang mahal untuk ukuran anak kos saat itu (haduh jadi kangen makan basko Pak Kus, apa kabar ya. Pentolnya krenyes-krenyes enak). Nah, kalau teman-teman kos mau njajan di sana, saya biasanya nitip, males keluar kos. Atau kalau misalkan teman-teman kos mau beli rujak cingur, saya juga nitip. Intinya saya terkenal sebagai tukang nitip beli makanan.
Sewaktu kuliah, makan sudah pasti di luar karena saya tinggal di rumah kos yang hanya rumah saja tanpa pemilik kos. Meskipun disediakan dapur (satu rumah ada 5 penghuni kos), saya jarang masak kecuali akhir pekan kalau sedang tidak ada jadwal kegiatan di kampus. Intinya sering beli. Nah ini juga saya sering nitip beli makanan ke penghuni kos yang lain. Sampai ketika bekerja pertama kali, di kantor yang ada di Rungkut Industri, makan siang sudah disediakan di kantin. Masih ingat betul saya makan siang di kantor ini super mewah menunya setiap hari. Dalam seminggu pasti disediakan 3 hari camilan, dua kali sehari yang juga mewah. Intinya kerja di perusahaan ini membuat badan saya dari mahasiswa yang ngirit makan menjadi badan karyawan yang ginuk-ginuk kebanyakan makan hahaha. Selama kerja di perusahaan ini, saya jarang beli makanan di luar karena kalau lembur, makan malam juga disediakan. Jadi, untuk sementara status sebagai tukang nitip makanan jeda dulu.
Pindah kerja ke Jakarta, kantor juga menyediakan makan siang. Walaupun begitu, karena saya seringnya tidak cocok dengan menunya, jadi sering beli makanan di luar. Apalagi kalau pagi hari, jam 8 rekan-rekan sudah datang dan membicarakan rencana makan siang di mana, jadi saya sudah terbayang nanti mau nitip makanan apa (siapa yang kerja kantoran dan seperti ini juga, baru jam 8 pagi sudah merencanakan makan siang apa? :))). Dan di kantor ini, saya kembali terkenal sebagai tukang titip makanan. Sampai beberapa kali saya dengan tidak sungkannya nitip beli makanan ke atasan langsung haha.
Kalau membaca narasi di atas, rasanya saya jadi orang yang menyebalkan ya selalu nitip beli makanan. Tenang, sebelum berpikir begitu, saya kasih tahu sesuatu : Saya tidak akan nitip kalau tidak ditawari. Jadi biasanya mereka yang akan menawari saya mau nitip apa tidak, kalau mau nitip belinya makanan apa. Dan saya selalu memberi uang dimuka, tidak pinjam uang dulu. Duh menuliskan cerita tentang nitip makanan, saya jadi kangen dengan ketoprak langganan makan siang di sebelah kantor dan soto mie yang ada di Masjid kawasan Industru Pulo Gadung. Setelah saya pikir-pikir, selama 8 tahun kerja di Indonesia di dua perusahaan kok semuanya di kawasan Industri ya meskipun beda kota.
Sewaktu di kantor yang terakhir ini, kerja saya seringnya keluar kota. Jadi dalam satu bulan, dalam tiga minggu saya tugas ke luar kota di seluruh Indonesia. Untuk kota-kota tertentu yang memang terkenal dengan jajanan khasnya misalkan kalau ke Medan ada Bolu Meranti atau di Makassar ada otak-otak Bu Eli, orang kantor yang satu ruangan sering nitip beli oleh-oleh. Mereka kasih uang dulu, belinya apa saja, nanti saya yang bawakan ke kantor. Karma sering nitip makanan pas makan siang jadinya kalau ke luar kota sering dititipin beli oleh-oleh. Saya sih tidak keberatan ya waktu itu karena mereka selalu kasih saya uang dimuka dan ketika di tempat tujuan juga saya tidak susah belinya karena sudah tahu tempatnya. Membawanya juga tidak susah karena semua akomodasi dibayari kantor. Simbiosis mutualisme jadinya.
Tapi ada satu hal yang jadi pegangan saya selama ini : Saya tidak mau nitip atau minta oleh-oleh kepada mereka yang sedang liburan. Kalau dibelikan, saya terima. Kalau ditawari, saya pikir-pikir dulu. Intinya lebih baik mengucapkan : Selamat liburan dan semoga lancar dan selamat diperjalanan sampai kembali lagi, daripada saya mengucapkan : eh nitip oleh-oleh donk atau eh nitip belikan ini donk. Mereka kan mau liburan ya, jangan lah saya merepotkan jadwal liburan mereka dengan minta nitip oleh-oleh atau nitip sesuatu yang malah merepotkan liburan mereka. Karena, saya pun tidak mau dititipi yang aneh-aneh ataupun yang tidak aneh-aneh saat saya pergi liburan. Saya kalau liburan memang jarang woro-woro (termasuk di media sosial), selesai liburan baru saya pamer-pamer cerita dan foto. Bukan karena apa, saya lebih senang menikmati liburan dengan cara saya, konsentrasi penuh dengan tujuan liburan.
Sejak pindah ke Belanda, jenis titipan saya berubah, bukan lagi tentang makanan. Mau nyombong sedikit, di kampung tempat saya tinggal sekarang, makanan Indonesia gampang sekali dapatnya apalagi bahan-bahan makanan yang rasanya mustahil didapat semacam daun kelor, keluwek, kedondong, belimbing wuluh, gampang dapatnya. Makanya saya jarang sekali titip makanan kalau ada yang menawari. Titipan saya selama di Belanda seringnya jenisnya cuma satu : buku bacaan dalam bahasa Indonesia. Kecuali sewaktu adik dan Ibu saya ke sini tahun kemarin, saya nitip makanan yang benar-benar spesifik seperti bandeng asap Sidoarjo, Kerupuk Gadung, ikan asin, terasi puger dan makanan yang spesifik lainnya. Ya karena mereka keluarga saya jadinya saya tidak sungkan-sungkan untuk nitip, mumpung kan ya haha. Tombo kangen hampir 4 tahun belum pulang sama sekali ke Indonesia. Tapi titipan buku juga tidak lupa.
Biasanya nih, kalau ada yang akan ke Belanda atau mereka yang akan liburan ke Indonesia, entah itu kenalan atau teman, mereka akan nanya saya mau nitip apa. Saya lihat dulu, seberapa dekat saya dengan mereka. Kalau tidak dekat sekali, ya saya tidak nitip. Kalau sudah kenal lama, saya nanya boleh tidak kalau saya titip buku dan maksimal berapa banyak bisanya atau berapa kilogram. Nanti kalau sudah ok, saya akan membeli buku secara online lalu mengirimkan ke alamat mereka. Jadi mereka tidak susah payah untuk mencari di toko buku. Saya sebagai pihak penitip juga cukup tahu dirilah, sudah bagus mereka menawari, jangan lah sampai direpotkan beli juga.
Dengan suami saya juga sering nitip. Dari nitip beli cabe di toko oriental sampai beli pembalut di toko serba ada. Suami kan kerjanya di daerah kota, strategis tempatnya ke segala toko dekat. Sebelum pulang kerja biasanya dia nanya saya, ada yang mau titip dibeli tidak. Kalau tidak ada ya dia langsung pulang ke rumah. Kalau ada, ya dia mampir dulu. Rumah kami sebenarnya dekat juga ke pusat perbelanjaan. Tapi kalau cuaca sedang hujan atau dingin minta ampun atau bersalju, saya malas ke luar rumah kalau tidak ada janji. Menyempatkan diri kadang-kadang hanya untuk sekedar jalan sore. Makanya, kalau suami menawari dititipi, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan.
Itulah sekilas cerita tentang diri sendiri sebagai tukang titip. Jadi tau kan kalau ada yang menawari saya mau nitip apa, nanti saya akan nitip buku (haha ini ke PD an sekali ada yang akan menawari dititipi). Kalau kalian, suka nitip juga tidak, biasanya nitip apa? atau malah kesal kalau dititipi?
Tiba-tiba terpikir untuk membuat tulisan tentang isi kulkas. Kali ini yang akan saya bahas spesifik tentang kulkas, bukan Freezer, karena letak Freezer kami terpisah dari kulkas. Bentuknya pun tidak besar, kulkas satu pintu, 4 tingkat ditambah satu kotak khusus buah (paling bawah). Bukan bercerita secara detail sambil mencantumkan foto isi kulkas ya, cuma mendeskripsikan tentang apa saja penghuni tetap yang ada dalam kulkas di rumah kami. Belanja yang kami lakukan seminggu sekali. Walaupun letak rumah kami tidak jauh dari supermarket, toko (memang menyebutnya toko, yang dijual kebanyakan bahan-bahan makanan dan makanan dari Indonesia), dan penjual daging halal, belanja besar yang kami lakukan seminggu satu kali. Biasanya jumat sore kalau suami pulang kerja. Sebagai gambaran, kami cukup berjalan kaki selama 10 menit untuk menuju pusat perbelanjaan tersebut yang di sini disebutnya winkel centrum.
Sejak dulu, saya sudah terbiasa mencatat dulu apa saja yang perlu dibeli sebelum pergi berbelanja. Jadi setiap jumat pagi, saya selalu membersihkan kulkas sambil ngecek bahan apa saja yang masih tersedia dan masih layak simpan dan bahan apa saja yang sudah harus dibuang. Biasanya tidak banyak bahan yang terbuang karena kami kalau belanja menyesuaikan dengan banyaknya konsumsi tiap minggu. Jadi kegiatan membersihkan kulkas saya lakukan seminggu sekali. Keuntungannya mencatat dulu sebelum berbelanja selain lebih hemat waktu, juga sambil mempersiapkan menu apa yang akan dimasak selama seminggu ke depan dan mau makan apa saja selama seminggu itu.
Selain berbelanja ke Supermarket lokal, setiap dua minggu sekali saya juga berbelanja ke toko Asia dan terkadang kalau cuaca bagus saya juga sempatkan ke pasar tradisional yang ada di Den Haag. Ada bahan makanan wajib yang harus ada di kulkas yaitu tahu, tempe, dan Choy Sam. Kami serumah jarang mengkonsumsi daging dan ayam. Lebih sering makan tahu, tempe, dan ikan. Kalau ada rencana untuk memasak makanan menggunakan ayam atau daging, biasanya sehari sebelumnya saya beli di penjual daging halal yang dekat rumah. Untuk daging dan ayam, jarang sekali saya nyetok di freezer. Lebih banyak nyetok cabe haha.
Nah di bawah ini saya kategorikan menjadi 3 apa saja yang selalu ada di kulkas. Yang saya tuliskan ini yang pasti kami beli setiap minggunya. Seringnya ada tambahan-tambahan, tergantung menu yang akan saya masak minggu depannya.
Sayuran :
Timun
Tomat
Wortel
Terong
Brokoli
Rucola
Alpukat
Choy Sam (semacam Phok Choy)
Bayam merah
Beet (saya sedang mengkonsumsi beet tiap hari)
Buah :
Kalau buah biasanya menyesuaikan dengan musim (misalnya sekarang sedang musim kesemek). Ada juga buah yang setiap hari pasti ada tapi tidak disimpan di kulkas yaitu pisang. Setiap pagi kami pasti makan pisang ditambah satu atau dua jenis buah lainnya. Setiap pagi kami memang makannya buah saja.
Apel
Pepaya
Kesemek (di sini nyebutnya Khaki)
Mangga
Anggur
Strawberry
Jeruk
Lain – lain yang pasti ada di kulkas :
Tahu
Tempe
Tahu dan Tempe wajib ada di kulkas karena semuanya suka makan tahu tempe. Dibanding daging dan ayam yang saya beli kalau butuh saja, maka tahu dan tempe wajib ada di kulkas.
Margarin
Susu Soya (buat saya). Di rumah sementara ini tidak ada yang konsumsi susu sapi.
Keju (ada 4 macam jenis keju. Keju untuk camilan, keju dimakan dengan roti, keju dimakan bersama salad, dan keju untuk masak pasta)
Telur rebus
Yoghurt 2 jenis yang 0% lemak dan 5% lemak
Ikan (macam salmon asap)
Nasi (Ya, saya masak nasi cuma dua kali dalam seminggu. Kalau nasi sudah matang dan dingin, saya taruh wadah lalu simpan di kulkas. Kalau mau makan, tinggal panasin di microwave. Ini ajaran suami dan ternyata memang efektif juga)
Makanan yang saya masak pasti ada lebihnya, maka saya simpan di kulkas. Jadi saya tidak setiap hari masak. Kalau sudah habis, baru masak yang baru.
Sawi asin (beli di toko Oriental. Saya suka sekali makan sawi asin dengan sambal petis ikan)
Pannenkoeken atau pancake. Saya malas membuat dari adonan dasar, lebih sering beli jadi.
Augurk (acarnya orang Belanda. Terbuat dari timun kecil. Saya sedang suka ngemil ini, makanya harus ada di kulkas)
Ada bahan makanan lainnya yang pasti ada tapi tidak tersimpan di kulkas adalah : Roti. Kalau ada yang bertanya kok saya tidak menyimpan cabe (sebagai orang Indonesia rasanya kan ga afdol ya kalau tidak menyimpan cabe haha). Tenang, cabe selalu ada tapi saya taruh di Freezer. Saya jarang membuat sambal banyak trus stok di kulkas. Seringnya saya membuat sambal dadakan. Makanya di kulkas tidak ada stok sambal.
Saya tidak menerapkan prep meal ya karena saya masak tidak tiap hari. Suami kalau makan siang sejak beberapa bulan ini di kantin kantor, Jadi kalau masakan saya habis persediaannya di kulkas, saya baru masak yang baru. Hanya sabtu dan minggu saya masak untuk semua (termasuk suami). Itupun kalau tidak ada undangan ke luar atau tidak ada rencana makan di luar. Masakan akhir pekan biasanya yang mudah – mudah saja seperti sup, lodeh, soto, atau rawon. Akhir pekan minggu lalu saya memasak sup labu kuning. Semua pasti makannya super lahap kalau saya buat sup ini
Nah begitulah gambaran tentang isi kulkas di rumah kami. Kalau kalian, bahan apa saja yang pasti selalu ada di kulkas dan kalau belanja bahan makanan, berapa waktu sekali dan lebih sering belanja di mana?
Selama dua hari ini hujan turun terus, tidak hanya itu, suhu udara pun mulai dingin. Kami serumah pilek muter tiada akhir. Yang satu sembuh, yang satu belum, nulari yang lainnya. Begitu saja terus seperti lingkaran tak ada putusanya. Akibat hujan jadi malas ke luar rumah, saya malah produktif di dapur. Kemarin saya membuat sambel teri kacang satu toples besar, membuat sambel teri pedas dan menggoreng ikan asin. Duh nikmatnya makan ikan asin setelah sekian lama males nggoreng karena rumah pasti jadi bau setelahnya. Betul saja, saat suami pulang, begitu buka pintu komentarnya, “goreng ikan asin ya?” hahaha dia benci sekali dengan bau ikan asi. Padahal sewaktu menggoreng, pintu dapur saya buka lebar (pasti tetangga kanan kiri mbatin iki ambu opo haha) dan setelahnya saya rebus rempah2 supaya wangi. Tetep saja baunya nempel.
Karena kemarin masak yang berbau, tadi saya membuat camilan yang harum. Lumayan rumah jadi wangi Vanilla. Tadi saya membuat bubur kacang hijau dan kue labu kuning keju. Saya rajin masak selain karena suka masak, juga karena serumah doyan makan. Makanya jadi makin semangat untuk masak. Nah, kue labu keju ini andalan. Sekarang sedang musim labu kuning, jadi harganya murah. Selain saya buat sup labu, saya juga buat untuk kue. Ini kue anti gagal menurut saya. Resepnya aslinya saya mencontek, tapi saya modifikasi sendiri pada akhirnya. Kalau saya membuat ini, wah pada doyan semua. Kalau ada yang mau resepnya, kapan-kapan saya buat postingan terpisah untuk resepnya (PD sekali ada yang nanya :D). Yang pasti gampang dan anti gagal karena bahan-bahannya gampang dan caranya pun gampang. Seminggu ini saya sudah membuat tiga kali. Rasanya tidak terlalu manis (saya tidak suka manis), aroma keju dan menteganya menggoda. Penampakan baru diangkat dari oven seperti ini :
Nah minggu lalu, saya juga membuat kerajinan tangan. Lumpia (isi rebung, wortel, tahu), Martabak telur pakai kulit lumpia, dan kue labu keju. Karena membuatnya banyak, jadi bisa dimakan sewaktu Yayang dan si kembar ke rumah, bagi-bagi ke tetangga, Mama dan dimakan serumah. Semua suka, syukurlah. Dan hari minggunya saya membuat sate ayam dan oseng sawi (putih dan hijau). Hari minggu bertepatan dengan waktu winter jadi jam dimundurkan satu jam. Harusnya sih bisa menikmati bonus tidur satu jam lebih lama, tapi kok ya serempak semua bangun tidurnya tetap seperti biasanya.
Nah hubungannya cerita makanan dengan Jepang apa. Ya cerita makanannya cuma pendahuluan saja haha. Hari minggu kemarin, matahari cerah setelah beberapa hari hujan dan mendung. Walaupun cerah, tapi dinginnya minta ampun, Sekarang kalau pagi suhunya 2ºC. Brr, dingin. Makanya hidung meler terus. Nah karena matahari moodnya sedang bagus, saya mengusulkan untuk ke Taman Jepang (Japanse Tuin) yang tidak jauh dari rumah. Hari itu adalah terakhir taman ini buka untuk periode musim gugur. Jam 3 sore kami sudah sampai sana. Langsung kami menuju ke taman tersebut sambil sesekali saya berhenti untuk foto-foto seputaran Clingendael Park. Jadi taman Jepang ini letaknya di dalam taman. Sepertinya memang jadi ritual kami untuk mengunjungi Taman Jepang karena buka dua kali dalam setahun dan kami nyaris selalu ke sana. Entahlah, suka saja melihatnya. Beberapa cerita saya tentang Japanse Tuin bisa dibaca di sini dan di sini.
Eh, ternyata kami salah belok. Harusnya belok ke kiri, kami malah terus saja. Suami nanya, apa musti balik arah atau terus saja? saya bilang terus saja sekalian jalan-jalan di taman besarnya. Nanti saja terakhir baru ke taman Jepang. Kami lalu berjalanlah keliling taman lalu berhenti begitu melihat taman bermain. Setengah jam di sana baru melanjutkan jalan-jalan lagi. Nah begitu sampai pintu masuk Japanse Tuin, lha kok sudah tutup. Ternyata tutupnya jam 4. Kami sampai depan pintunya jam 4 lebih dua menit. Kraakk langsung patah hati saya. Sedih, telatnya dua menit. Tahu muka saya kecewa begitu, suami memeluk pundak saya, “Kapan-kapan kalau ada rejeki waktu dan uang, kita semua ke Jepang aslinya ya. Biar kamu bisa lihat taman jepang yang asli di negaranya, tidak yang versi mungil begini.” Duh saya jadi terharu. Langsung hati saya mengamini. Mudah-mudahan berjodoh kami sekeluarga bisa mengunjungi Jepang suatu hari nanti, meskipun suami sudah pernah ke sana beberapa tahun lalu.
Supaya saya tidak kecewa berkepanjangan, suami langsung menawari untuk mencari makanan di kota. Saya langsung girang. Memang gampangan kalau disogok makanan haha. Akhirnya kami mampir ke warung yang jual bakso dan mie ayam. Menghangatkan badan dengan menyantap bakso, mie ayam pedas, dan juga lemper.
Meskipun sedikit terselip kecewa sesaat karena telat masuk ke Japanse Tuin, tapi rasa syukur saya lebih besar dibandingkan kekecewaan yang seuprit itu. Saya bersyukur diberikan kesempatan selalu menikmati saat-saat bersama keluarga, bersyukur bisa masak untuk mereka dan melihat mereka lahap makannya, dan bersyukur bahwa kami diberikan kesehatan dan umur yang berkah hingga detik ini.
… sejauh ini menyenangkan buat saya. Perjalanan menulis di blog saya lewati berpindah dari beberapa platform, sepertinya mengikuti perjalanan status hidup saya pada waktu tersebut sampai saat ini. Dari Friendster, Multiply (MP), Tumblr, Blogspot, sampai saat ini sudah betah selama empat tahun lebih di WordPress (WP). Dari sekian platform sebelum WP, yang paling berkesan adalah MP dan Blogspot. Kalau MP, jadi banyak kenalan yang tulisannya super bagus (tapi terus terang saya lupa siapa saja namanya hahaha) sedangkan di Blogspot yang isinya kebanyakan adalah puisi dan cerpen, saya mempunyai kesempatan untuk berkolaborasi dengan beberapa orang menulis beberapa buku (pernah saya tulis ceritanya di sini). Masing – masing tempat mempunyai cerita tersendiri yang pastinya memberikan kenangan yang indah. Dulu berharap bisa berjodoh dengan salah satu yang menulis di MP, saking tulisannya bagus. Syukurlah tidak terjadi haha.
Nah kalau di WP, saya merasakan suasana yang berbeda. Awalnya blog ini dibuat oleh suami supaya saya tidak terlalu banyak menulis status-status tidak penting di FB selama kuliah S2. Maklum, ruwet dengan dunia perkuliahan apalagi pelariannya kalau tidak update status tak mutu di FB. Walaupun waktu itu saya aktif juga di twitter, tapi cari perhatiannya (caper) di FB. Suami saya tidak punya FB. Satu-satunya media sosial yang dia punya adalah twitter (itupun saya tidak paham cuitan yang dia tuliskan selalu kalau tidak politik ya tentang Bitcoin atau sejarah. Terlalu serius buat saya). Nah, kata suami daripada saya produktif tidak jelas di FB padahal tesis harus dikerjakan, dia mengusulkan bagaimana kalau dia membuat blog untuk kami isi bersama. Waktu itu saya sudah vakum di blogspot. Saya setuju usulnya. Jadi blog ini dibuat sebelum kami menikah, tapi mulai aktif diisi setelah kami menikah.
Awalnya dia rajin juga menulis di sini. Lama-lama dia makin sibuk dengan urusan pekerjaan, hobinya di dunia musik, dan kegiatan lainnya di luar pekerjaan, juga dia sibuk menulis di blognya sendiri, akhirnya blog ini hanya saya yang mengisi. Jadi, anggap saja sekarang blog ini milik saya, meskipun iuran pertahunnya tetap dia yang bayar haha.
Nah, di WP ini, saya sukanya karena beberapa alasan di bawah ini :
GAMPANG BERBALAS KOMENTAR
Di WP, saya merasakan untuk berbalas komentar atau meninggalkan komentar sangatlah mudah dan selalu mendapatkan notifikasinya. Mudah-mudahan meninggalkan komentar di blog ini juga tidak terlalu susah ya, setidaknya sekarang lebih mudah daripada saat awal-awal blog ini ada. Karena gampang berbalas komentar, jadi dengan beberapa bloger saya merasa dekat (saya ya ini yang merasa, entah mereka haha). Meskipun nyaris selalu membaca tulisan bloger yang saya ikuti, tapi saya tidak selalu meninggalkan komentar. Tapi percayalah, kalau saya sedang senggang, lebih memilih membaca tulisan di blog daripada membuka twitter.
MEMPUNYAI KESEMPATAN BERTEMU MUKA DENGAN BEBERAPA BLOGER
Kopi darat atau kopdar dengan beberapa bloger pertama kali saya lakukan di Belanda. Ceritanya ada di sini. Disitulah saya pertama kali ketemu dengan Crystal, Mbak Yoyen, Yayang, dan Indah. Sejauh ini yang masih sering ketemu, ya dengan Crystal karena memang tempat tinggal kami yang tidak terlalu jauh. Awalnya yang sangat grogi karena pertama kali punya pengalaman kopdar, setelahnya saya jadi santai kalau ketemu bloger yang sedang liburan ke Belanda, sudah menetap di Belanda, maupun yang baru pindah ke Belanda. Biasanya yang menghubungi saya untuk mengajak kopdaran adalah mereka yang biasa saling berbalas komentar dengan saya. Jadi begitu ketemu, tidak terlalu canggung lagi. Semoga nanti ketika kami punya kesempatan liburan ke Indonesia dan berkunjung ke beberapa kota, bisa bertemu langsung dengan bloger-bloger yang selama ini hanya saya kenal lewat tulisannya. Hayo, siapa mau ketemu saya? (PD banget nanya begini).
Baru-baru ini saya akhirnya bisa kopdaran dengan Astrid. Ini pertemuan pertama kali kami meskipun sudah tahu Astrid dari blog sebelum pindah ke Belanda, meskipun intensif WhatsApp an hampir setiap hari, dan meskipun kami sama-sama tinggal di Belanda tapi jaraknya saling berjauhan. Jadi ketika Astrid sedang ada kepentingan ke KBRI di Den Haag, kami sepakat ketemu di Restoran Pempek Elysha. Beberapa minggu kemudian kami bertemu lagi saat Astrid harus ke Den Haag lagi. Rasanya tentu saja senang setelah kenal sekitar empat tahun an, lalu bisa ketemu langsung dan komunikasi kami sampai sekarang tetap baik dan intensif. Foto dengan Astrid setelah melalui pertimbangan, lebih baik tidak saya tampilkan. Tapi bukan hoax ya saya bertemu dengan Astrid 😀
Selain itu, minggu kemarin, kami juga mendapatkan kunjungan singkat Yayangbeserta kedua putrinya, Cinta dan Cahaya. Dengan Yayang, ini sudah pertemuan ke dua. Sedangkan Cinta dan Cahaya, ini pertama kali saya bertemu. Kesan saya terhadap si kembar, mereka sangatlah sopan tutur kata dan tingkah lakunya. Berbicara dengan saya seperti sudah kenal lama, gampang berbaur dan supel. Ah kesan saya terhadap mereka benar-benar melekat di hati. Mereka bukan hanya cantik secara fisik, tetapi cantik juga hatinya. Zij zijn zo lief en aardig kalau kata orang Belanda. Sementara saya dan Yayang berbincang seru, anak-anak juga bermain sendiri tidak kalah serunya. Saya dan Yayang meskipun baru dua kali ini bertemu, tapi entah kenapa rasanya seperti sering bertemu. Mungkin karena sering berbalas komentar di blog masing-masing dan sesekali mengirimkan pesan di wa. Dua jam berlalu tanpa terasa karena obrolan yang seru dan anak-anak bisa langsung berbaur. Terima kasih kadonya Yang!
BANYAK BELAJAR HAL BARU
Karena saya mengikuti tulisan dari beberapa bloger yang memang sesuai dengan minat baca, maka dari tulisan mereka pun saya jadi banyak tahu hal-hal baru dan pendapat-pendapat yang meskipun seringnya tidak sepemahaman tetapi tetap memberikan suatu pandangan baru. Tidak semua hal yang berbeda itu jelek, begitu juga sebaliknya. Namun, selama perjalanan ngeblog di WP ini, ada beberapa bloger yang tidak lagi saya ikuti lagi tulisannya alias unfollow karena memang sudah tidak sejalan dengan minat baca. Minat baca saya sebenarnya gampang : yang memberikan manfaat buat saya, tidak menyebarkan hal-hal yang negatif karena seringkali menuliskan keluh kesah, dan yang tidak terlalu mengumbar hal-hal yang sifatnya buat saya terlalu privasi. Itu saja. Bukan berarti yang mereka tulis salah, tidak sama sekali. Hanya kembali lagi, tidak sesuai dengan minat baca saya. Masalah apa yang ingin ditulis dalam blog masing-masing, itu sudah menjadi urusan si bloger dan penilaian dari saya jelas subyektif sifatnya. Saya juga mengikuti tulisan beberapa bloger yang baru saya kenal.
SARANA BELAJAR MENULIS YANG LEBIH BAIK DAN TEMPAT MENYALURKAN IDE DI KEPALA JUGA MENDOKUMETASIKAN HAL-HAL YANG PENTING
Saya suka menulis, tak terbantahkan (minimal dari keluarga dan teman-teman dekat tahu hal ini). Kesukaan saya terhadap menulis lahir karena saya suka membaca buku. Karena banyak ide yang berkeliaran di kepala sehingga saya butuh ruang untuk menampungnya, dalam bentuk tulisan lah yang saya rasa tepat dan menulis di blog mampu mengakomodasi ide-ide dan pendapat yang bertebaran di kepala. Menulis dan membaca adalah dua hal yang sangat berkaitan. Menulis di blog menjadi sarana juga untuk saya supaya bisa semakin baik dan menjadi lebih baik lagi berkomunikasi dalam bentuk tulisan. Saya suka menulis narasi yang panjang. Karenanya, tulisan di blog ini seringnya adalah tulisan panjang yang lebih dari 1200 kata.
Nah dari beberapa hal yang saya sebutkan di atas sebagai kelebihan yang saya dapat selama menulis di WP, di bawah ini juga ada beberapa hal yang saya masih patuhi sampai saat ini sebagai batasan saat saya menulis. Batasan ini dalam arti peraturan yang saya buat sendiri (dan waktu itu melalui diskusi bersama suami) supaya tetap masih ada ruang privasi bagi kami karena tidak semua hal perlu dibeberkan dalam ranah dunia maya.
TIDAK MENERIMA TULISAN BERBAYAR
Aturan tersebut saya tetapkan sendiri karena saya ingin tetap menulis sesuai tujuan awal blog ini dibuat yaitu sebagai media saya menyalurkan kesenangan menulis dan ide-ide yang ada di kepala serta sebagai tempat saya berlatih menulis yang lebih baik serta mendokumentasikan beberapa hal penting. Beberapa kali saya menerima email tawaran untuk bekerjasama dengan beberapa produk di Indonesia, tetapi saya tolak. Selain alasan di atas, juga ada alasan beban moral. Misalkan : Saya bertempat di luar Indonesia lalu mereview produk dari Indonesia yang mana saya tidak pernah mempergunakannya. Ya, bagaimana saya bisa memberikan pendapat yang jujur menggunakan produk tersebut. Tentang rejeki, Insya Allah masih ada banyak jalan. Saya tidak mau membohongi hati nurani dengan menuliskan sesuatu yang tidak sesuai hanya demi uang (atau lebih dikenal).
MEMBATASI TULISAN YANG TERLALU PRIVASI TENTANG KELUARGA
Saya sangat membatasi tulisan yang terlalu privasi tentang keluarga. Meskipun sering saya menuliskan tentang kegiatan akhir pekan yang kami lewati ataupun tentang liburan yang kami lakukan, bahkan beberapa acara yang diadakan di rumah, tapi ceritanya hanya secara garis besar, tidak mendetail. Karena buat saya (dan suami), menjaga privasi keluarga tetap menjadi prioritas kami, tidak hanya dalam ranah blog tetapi juga di media sosial. Privasi yang kami jaga selain dalam hal bercerita juga dalam mengunggah foto. Salah satu contohnya : Saya tidak mengunggah foto memperlihatkan isi rumah kami secara menyeluruh atau mengunggah video yang memperlihatkan rumah kami tampak depan sehingga memperlihatkan nomer rumah. Misalkan seperti itu. Mungkin karena tidak banyak bercerita tentang keluarga secara detail, beberapa yang membaca blog ini menjadi penasaran tentang suatu topik, misalkan agama atau anak atau bagaimana kami bertemu. Seperti yang saya temukan di kategori pencarian ini. Dan ini bukan hanya sekali dua kali saya temukan. Karenanya, semakin banyak orang di luar sana yang penasaran dengan kehidupan kami, semakin saya berhati-hati menuliskan cerita yang berhubungan dengan keluarga. Kembali lagi, saya menulis di blog untuk menyalurkan kesenangan menulis, bukan untuk mencari tenar.
Jadi setelah saya menjelaskan ini, mudah-mudahan bisa memberikan sedikit info bahwa tidak semua hal tentang kehidupan kami, akan saya jadikan bahan tulisan. Ada banyak pihak yang harus tetap saya hormati dan jaga privasinya.
SEMOGA BERMANFAAT
Harapan saya, selama menulis di blog yang topiknya sangatlah beragam, bisa membuat yang membaca minimal tidak merasa sia-sia ketika mampir ke blog ini. Saya menerima banyak sekali email bertanya tentang beberapa hal yang berkaitan dengan apa yang saya tulis di sini atau yang belum saya tuliskan di sini misalkan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan di Belanda. Kalau bisa saya jawab, akan saya jawab. Tapi jika tidak, saya akan jawab tidak bisa. Misalkan ketika ada pertanyaan : bagaimana cara meyakinkan calon suami untuk masuk Islam. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini karena buat saya agama sifatnya sangatlah pribadi dan kondisi masing-masing orang berbeda. Ada pertanyaan yang sebenarnya sudah ada di dalam tulisan saya secara jelas (cuma mungkin kelewat membacanya atau memang malas membaca), maka akan saya arahkan bahwa dalam tulisan saya tersebut jawabannya sudah ada, mohon dibaca secara teliti dan cermat.
Meskipun banyak bloger yang saya kenal sejak awal sudah tidak aktif lagi ngeblog, mungkin karena faktor kesibukan atau berpindah ke media sosial yang lebih interaktif seperti Instagram atau Twitter atau memutuskan untuk berganti menjadi Vloger, semoga saya tetap konsisten sebagai bloger. Dan semoga kedepannya saya tetap bisa membaca tulisan rekan-rekan bloger yang lainnya. Hidup itu pilihan, menjadi bloger pun adalah pilihan. Jika nanti saya menghilang sesaat karena kesibukan bertambah, jangan sungkan-sungkan untuk bertanya kabar. Saya selama ini melakukan hak yang sama jika ada bloger yang lama tidak terdengar kabarnya. Yang rajin menanyakan kabar saya jika saya lama tidak menulis adalah Nana. Terima kasih Na buat perhatiannya. Sekarang saya punya waktu menulis sebelum tidur. Jadi setengah delapan malam saya sudah leyeh-leyeh di tempat tidur, akan saya pergunakan setengah jam untuk membaca buku, setengah jam untuk menulis di blog, setengah jam membuka twitter. Setelahnya berbincang bersama suami lalu waktunya tidur.
Selamat Hari Bloger Nasional 2018 untuk rekan-rekan bloger. Mengutip kata Puji, semoga Blog tetap hidup dan para bloger tidak banyak yang berguguran supaya dunia blog tetap meriah.
Kok bisa musim gugur tapi panas? Musim gugur kali ini cuacanya benar-benar niet normaal kalau kata orang Belanda. Tidak normal, karena sampai pertengahan oktober masih saja suhunya di atas 20 derajat celcius saat siang menuju sore. Bahkan, sabtu minggu lalu, sampai 27 derajat celcius. Malah di Limburg kata teman saya sampai 30 derajat celcius. Musim gugur rasa musim panas. Tapi minggu depan dari prakiraan cuaca, kembali lagi ke suhu belasan dan hujan.
Sabtu minggu lalu saya beserta beberapa teman datang ke rumah Patricia di Wijchen, memenuhi undangan keluarga Patricia untuk makan masakan Manado. Undangan ini rasanya sudah terwacanakan sejak awal tahun. Baru matang terlaksana Oktober ini. Patricia berasal dari Manado dan dari keluarga Manado asli. Saya yang memang sangat menyukai makanan Manado -suka sekali- langsung antusias memenuhi undangan Patricia. Saya tidak mempunyai darah Manado. Namun sejak bekerja sering ditugaskan ke Manado, saya langsung jatuh cinta dengan makanan Manado. Benar-benar favorit di jiwa dan ragalah. Apalagi saya mempunyai beberapa saudara yang tinggal di Manado (menikah dengan orang Manado) tepatnya di Bitung, Tomohon, dan Tondano, makin punya alasan saya sering ke Manado. Sewaktu kami berencana liburan ke Indonesia, kami akan ke Manado. Selain untuk berkunjung ke saudara, juga untuk wisata kuliner dan menunjukkan ke suami betapa Manado kental sekali hubungannya dengan Belanda. Sayang di Belanda saya belum menemukan restoran Manado (atau mungkin ada yang tahu di mana?), hanya tahu pesanan langsung ke orang-orang Manado asli. Kalau dibandingkan dengan masakan Padang,saya lebih suka dengan masakan Manado. Lebih cocok di lidah dan selera saya.
Ok, kembali lagi ke undangan Patricia. Kami berangkat dari rumah jam setengah satu siang karena ke rumah tetangga dahulu untuk memenuhi undangan ulangtahun. Perjalanan satu setengah jam berkendara menuju Wijchen. Panasnya kentang-kentang sepanjang jalan. Begitu sampai dan masuk rumah, mata saya langsung jelalatan mencari meja makan haha. Maklum, sudah menahan lapar dengan sangat. Halaman belakang rumah Patricia sangat luas, jadi kami (saya dan beberapa anak kecil maksudnya) lesehan di rumput sementara yang lainnya duduk di kursi. Saking panasnya, beberapa anak kecil sampai harus ganti baju memakai baju seminimal mungkin. Sumuk maksimal.
Kami yang datang ini sebenarnya bukan pertama kali saya ceritakan di blog. Saya kenal dengan Patricia pun berasal dari blog sebelum pindah ke Belanda, yang dikemudian hari baru tahu ternyata kami sama-sama ikut Upload Kompakan di Instagram. Sekarang dia jarang nulis di blog karena kesibukan. Dua tahun lalu pertama kali kami kopi darat. Setelahnya dibeberapa acara kami juga bertemu. Walaupun sejak 3 tahun lalu saya sudah menghapus akun IG dan tidak punya lagi sampai sekarang, tapi pertemuan sesama anggota UK yang ada di Belanda lumayan sering, masih menjalin silaturrahmi. Tahun ini kalau tidak salah 3 atau 4 kali kami bertemu. Tidak bisa sering bertemu karena lokasi rumah yang berjauhan, juga kesibukan masing-masing dan juga menyesuaikan dengan jadwal Mbak Yulia ke Amsterdam. Mbak Yulia ini tinggalnya di Austria tapi tiap bulan pasti ke Amsterdam. Sedangkan anggota lainnya adalah Rurie, pemilik katering Kios Kana (akun IG nya @kioskana, kalau mau pesen bakwan malang enak di Belanda, kios kana juaranya. Masakan lainnya juga enak. Bukan endorse ini, testimoni pelanggan yang puas), Asri (pekerja kantoran, alumni S2 VU. Blognya jarang diperbarui karena kesibukan sebagai mbak-mbak kantoran). Kami berlima ini yang sering kumpul. Meskipun tidak lengkap, kadang ketemu dengan beberapa orang juga sering kami lakukan.
Nah ini dia masakan Manado yang penuh satu meja. Kata Patricia, orang Manado itu mempunyai tradisi kalau mengundang tamu, meja makan haruslah penuh dengan makanan. Tidak boleh ada ruang kosong. Kalau bisa malah numpuk piring ke atas. Intinya makanan haruslah berjubel di meja makan tidak memandang jumlah undangan. Meskipun satu atau hanya dua orang yang diundang, perlakuannya tetap sama dengan mengundang orang banyak. Begitu cara mereka menghormati tamu. Menarik juga ya filosofinya, mengingatkan saya dengan orang Jawa di pedesaan juga hampir sama seperti ini. Kalau mengundang orang, mereka akan masak besar-besaran juga. Padahal yang diundang tidak terlalu banyak, tapi masakan yang disajikan istimewa dan banyak jumlahnya. Suami Patricia sampai bertanya berapa keluarga yang datang. Begitu Patricia bilang hanya ada empat keluarga, suaminya langsung heran kenapa masak bisa seheboh itu kuantitasnya. Lalu Patricia menjawab, “Biasa, orang Manado ini yang punya hajat.”
Absen ya masing-masingnya : Puding gula merah (enaknya kebangetan!), dadar gulung (entah isi apa karena ga sempat makan ini, sudah terlalu kenyang), Panada (enak sekali ini, banget!), dabu-dabu, ayam goreng tepung (untuk anak-anak), dadar jagung (bikinan Rurie. Di Manado nyebutnya perkedel jagung ya?), Ayam bumbu RW, tumis sawi, ikan bakar rica, ikan goreng bumbu apa ya itu pokoknya cabe, tumis daun anggur (baru tahu masakan ini. Enak juga ya daun anggur ditumis), ikan bumbu entah warnanya kuning, peyek (buatan mertuanya Patricia yang orang Batak), Bruine bonensoep atau di Manado disebut Brenebon soup.
Ada beberapa hal yang saya baru tahu dari Masakan Manado. Bruine bonensoep atau Brenebon soup atau sop kacang merah, ini sup khas Manado. Saya tanya apakah asalnya dari Belanda karena namanya kok bahasa Belanda sekali. Patricia jawab, mungkin iya. Aslinya kalau di Manado menggunakan kaki babi sebagai kaldu dan dagingnya. Tapi karena banyak pendatang yang muslim di Manado, akhirnya disesuaikan buat mereka yang tidak makan babi, bisa menggunakan daging sapi yang ada lemaknya. Kemarin Patricia memasak menggunakan daging sapi yang ada lemaknya. Super lekker! saya sampai minta resepnya ke dia karena pasukan di rumah suka semua dan lahap makannya dengan soup ini.
Lalu ada Ayam bumbu RW. Ada yang menyelutuk, bumbu RT ada ga haha, becanda. RW ternyata diambil dari bahasa Minahasa yang berarti Rintek Wuu yang artinya bulu halus (maksudnya bumbunya digiling sampai halus seperti bulu). Awalnya, yang menggunakan bumbu RW ini adalah anjing. Maksudnya Anjing bumbu RW. Tapi seiring berjalannya waktu, berkembang menjadi ayam, daging itik, kelinci, ataupun kucing bisa dimasak dengan bumbu RW. Nah, Mbak Yulia kaget kok bisa anjing bisa dimakan di Manado. Saya lalu menjawab, sewaktu saya sering ditugaskan ke Manado, pernah diberi tahu sopir taksi sana kalau orang Manado itu makan semua yang berkaki, kecuali kaki meja. Jadi kucing pun dimakan oleh mereka. Lalu pak Sopir itu juga cerita, jangan sampai lihat ada kucing berkeliaran, bisa ditangkap lalu dimasak. Mbak Yulia sampai terbengong mendengarkan cerita saya, dan Patricia pun mengamini. Saya lalu menambahkan, di Tomohon malah ada pasar tradisional yang terkenal menjual binatang-binatang yang “tak lazim” untuk dikonsumsi selain oleh masyarakat sekitar, seperti tikus hutan, anjing, ular phyton, kelelawar, monyet hitam, kucing. Babi juga dijual di sini. Nama pasarnya adalah Pasar Beriman Tomohon. Pasar ini ramai juga dikunjungi oleh turis.
Percakapan dengan Patricia menambah wawasan kami akan ragam kuliner di Indonesia, khususnya Manado. Oh iya, ada lagi satu makanan yaitu Puding Gula Merah. Duh ini enak sekali. Laris manis pula banyak peminatnya jadi cuma tinggal sepotong kecil di meja. Untungnya saya sempat sih membungkus bawa pulang (penting ini haha). Karena tidak punya banyak teman yang benar-benar asli Manado (dari keluarga Manado, lahir dan besar di Manado), maka kenal dengan Patricia selalu saja banyak cerita-cerita tentang kebiasaan orang Manado yang sebenarnya saya sudah tahu tapi tetap seru ketika diceritakan berulang kali misalkan orang Manado suka berpesta dan kebiasaan lainnya.
Setelah kenyang makan dan berbincang, Mbak Yulia mengusulkan untuk jalan-jalan ke hutan sekaligus hunting foto. Maklum, Mbak Yulia dan Patricia itu fotografer professional (Rurie juga). Yang lainnya tentu saja senang, lumayan kan dapat gratis difoto mumpung warna warni musim gugur sudah keluar. Kami ke hutan Alverna yang letaknya tidak jauh dari rumah Patricia. Betul warna daun warna warninya sudah keluar. Indah sekali. Saya tidak mengambil foto-foto dengan kamera Hp karena sibuk difoto haha sekaligus asyik menikmati pemandangan alam. Lumayan lah di sini lima keluarga bisa foto keluarga gratisan dengan hasil yang ciamik karena difoto dengan kamera canggih dan latar belakang musim gugur yang warna warni. Wah kalau menuruti jiwa narsis yang bergelora, ingin rasanya hasil foto-fotonya saya unggah di sini semua karena bagus-bagus. Tapi tahaann tahaann untuk kalangan terbatas saja 😀 cukup satu saja, lumayan bisa ganti foto profil beberapa akun.
Setelah puas berfoto ria, kami kembali lagi ke rumah Patricia. Kami harus segera pulang karena suami tidak terlalu suka menyetir kalau gelap sudah datang. Tidak lupa membungkus makanan (yang membuat saya tidak usah masak sampai senin bahkan sampai selasa besok, saking banyaknya) dan bertransaksi bakso dengan Rurie.
Senang sekali keseruan pertemuan akhir pekan ini. Saking serunya sampai saya euforia tidak karuan. Entah, meskipun cuma sebentar, tapi pertemuan kami benar-benar berkualitas. Ditambah makanan yang enak, pembicaran yang seru dan juga cuaca yang bagus. Lengkap sudah. Akhir pekan yang menyenangkan. Tot Volgende keer!