Kok sudah akan April ya, lah Maret saya ke mana saja kok tidak berasa *mikir. Beberapa hal yang terjadi di bulan Maret ini.
KOPDAR DENGAN PUJI
Setelah beberapa kali saling mengirim email tentang rencana Puji dan Suaminya akan liburan ke Eropa dan Belanda salah satu tujuan liburan mereka, kami lalu membuat janji untuk saling ketemu. Mendekati hari H, keadaan antara pasti dan tidak pasti dari pihak saya karena ada satu hal. Setelah berunding di WhatsApp, bersyukur mereka menyanggupi ke Den Haag (karena satu keadaan saya tidak bisa mendatangi mereka) dari Amsterdam, tempat merek menginap, demi supaya saya dan Puji bisa saling ketemu. Saya kenal Puji dari blog sejak sekitar 2014, jadi tidak terlalu lama juga. Saya suka Puji apalagi kalau sudah bercerita tentang makanan. Rasanya saya seakan berada disekitarnya menikmati hasil memasaknya saat akhir pekan. Beberapa kali saya mengirim kartupos ke Puji dan saling kirim-kirim email juga. Jadi rasanya seperti sudah kenal lama.
Saya telat 10 menit saat ketemu Puji karena ada perbaikan rel kereta (berangkat lebih awal tetep aja telat) dan sudah memberitahu sebelumnya ke Puji. Saat ketemu Puji dan Suaminya, saya tidak merasa canggung sama sekali. Biasanya saya kalau ketemu orang baru pertama kali, pasti suasananya jadi canggung, karena saya tidak bisa langsung ngobrol atau cerita ini itu. Saya harus memetakan situasi dulu. Tapi dengan Puji dan suaminya beda. Seperti sudah kenal lama, padahal tahu cerita tentang mereka ya hanya mengandalkan dari blog.
Singkat cerita, sebelum ke tempat makan, saya membawa mereka berkeliling sebentar ke sekitar Den Haag kota. Karena sudah jam 8 malam, jadi tidak banyak yang bisa dilihat. Cuma yang saya ingat dari Puji beberapa kali ngomong “Lho ini Den Haag kok sepi ya, kok jam 8 malam sudah banyak toko tutup ya padahal ini kan sabtu malam. Lho ini mallnya kok seuplik gini, aku kira dulu Mbak deny becanda lho kalau di Den Haag ga ada mall gede.” hahaha Puji terkaget mungkin tidak menyangka Den Haag ga ada apa-apanya dibandingkan Jakarta.
Kami lalu menuju restoran Indonesia karena saya sudah reservasi sebelumnya lewat telefon. Waktu kami tidak terlalu banyak di sana karena restorannya akan tutup jam 9 malam. Setelah memesan dan mengobrol sambil makan, tidak menyangka saya diberi buah tangan oleh Puji, dua botol sambel Bu Rudy. Plus makanan saya dibayarin oleh mereka. Jadi (ga) enak hati nih, tuan rumah macam apa saya sampai makan dibayarin (padahal ya seneng sih, kan rejeki ya jangan ditolak :D). Kesampaian juga ketemu dengan Puji dan Mas Eri yang super ramah jadi berasa sudah berteman lama. Sekitar jam setengah 10, saya dijemput suami sekalian saya kenalkan dengan mereka. Lalu kami berpisah karena mereka menuju Den Haag Centraal untuk kembali ke Amsterdam dan saya pulang ke rumah. Semoga kita bisa ketemu lagi nanti ya Puji dan semoga lancar liburan keliling Eropanya.
MASUK KORAN BELANDA
Ini sebenarnya tidak disengaja. Jadi sewaktu acara ulang tahun Piet Mondriaan ke 145 dan juga De Stijl ke 100, Pemerintah kota Den Haag mengadakan acara bagi-bagi Taart gratis ke 5000 orang di balai kota. Jadi ini Taart raksasa. Nah saya hari itu ada urusan ke kota, akhirnya mampir untuk lihat sebesar apa taartnya. Ternyata memang besar sekali dengan motif Mondriaan. Saat sedang asyik makan Taartnya (yang enak sekali rasanya), ada seseorang menawari saya untuk berfoto di depan taart bersama dua orang lainnya. Beliau adalah wartawan koran Belanda AD (Algemeen Dagblad). Lalu berposelah kami bertiga. Kata wartawannya, berita bisa di baca online sorenya. Saya bilang suami ternyata memang sorenya sudah ada beritanya di website mereka dengan foto kami bertiga (yang dua lagi saya tidak kenal) di depan taart. Keesokan paginya, Mama mertua heboh kasih tahu kalau foto saya ada di koran lalu Beliau bersemangat menggunting bagian yang ada foto saya itu. Lumayanlah pernah masuk koran Belanda, makan taart haha.
KANGEN DENGAN MAKANAN RUMAH, MAKANAN WARUNG, DAN JAJANAN MALAM
Entah kenapa sepanjang maret ini saya benar-benar kangen dengan makanan rumah, makanan warung, dan jajanan malam di Indonesia (khususnya di Surabaya dan Situbondo). Makanan rumah ini maksudnya adalah makanan yang biasa dimasak Ibu atau tetangga atau Bude saya. Kalau makanan warung yang saya kangen adalah warung-warung di dekat kampus saya dulu. Kalau jajanan malam yang saya kangen semacam terang bulan, martabak, gorengan ote-ote dimakan dengan sambel petis dan cabe (duh nulis ini saja saya ileran sendiri), singkong goreng yang ngeprul, tahu tek, nasi goreng dan mie goreng gerobak (ini bukan jajanan ya, tergolong makan besar haha). Dulu kan kalau lapar pas malam saya keluar kos lalu keluyuran jalan kaki cari tukang gerobak trus beli. Di sini kan tidak ada mas yang jualan dorong gerobak. Saking nelongsonya saya, beberapa minggu lalu sampai nangis trus ditanya suami kenapa, saya jawab pengen makan nasi goreng merah gerobakan. Dia cuma menghela nafas, dipikir ada masalah serius, ternyata ingin makan nasi goreng merah. Tapi kan buat saya segala sesuatu yang berhubungan dengan makanan itu menjadi serius haha!.
Daripada nelongso berkepanjangan, akhirnya saya singsingkan lengan baju, masak sendiri (lah emang biasanya masak sendiri :D). Saya masak lodeh tewel kacang pete. Kali ini lodeh tewelnya istimewa karena saya campuri dengan tempe busuk (tempe bosok). Saya memang punya persediaan tempe semanggit untuk dibuat sambel tumpang. Saya ambil sedikit tempe bosok ini untuk campuran lodeh (karena Ibu kalau masak lodeh pasti dicampuri tempe bosok). Waaahh aromanya luar biasa bisa mengobati kangen lodeh buatan Ibu. Lodeh ini dimakan pakai ikan asin dan sambel trasi. Ikan asinnya saya buat sendiri. Saya beli ikan kebanyakan di pasar lalu saya jemur buat ikan asin. Suami saya sampai nambah makan lodehnya. Dia tanya “ini kok beda ya lodehnya?” Saya jawab “iya, aku kasih tempe bosok.” Dia manggut-manggut saja haha.
Lalu saya masak jangan klentang. Di pasar Den Haag sini kan ada kios langganan yang jual klentang, makanya saya bisa sering masak sayur asem klentang. Ihhh seger sekali pakai belimbing wuluh. Ibu saya sampai heran kok di sini ada klentang dan belimbing wuluh.
Lalu saya masak rawon labu siem dan kacang panjang. Makan pakai telur asin dan sambel trasi pakai kecambah pendek dari kacang hijau yang direndam. Wuahhh saya dan suami nambah makan rawon ini.
Saya juga buat nasi bakar, botok tempe teri, dan bumbu urap banyak karena ada yang pesan. Lumayan bisa buat stok saya juga kalau sewaktu-waktu malas masak. Nasi bakar isi osengan sayur plus pete dimakan pakai botok, lalapan dan sambel bawang. Suami bawa bekal nasi bakar tiga hari berturut ke kantor. Mudah-mudahan setelah makan dia gosok gigi ya, kan ada petenya :)))
Kangen mie goreng gerobak, akhirnya buat sendiri mie goreng pakai kol, sawi, telur, tuna dan saya taburi ebi. Masih kalah sih rasanya dengan yang dijual gerobakan itu. tapi lumayanlah tombo kangen.
Saya sudahi saja cerita makanannya, sebenarnya masih ada beberapa tapi saya jadi lapar ketika nulis ini. Intinya saya bersyukur meskipun kangen sekali dengan masakan rumah tapi masih dikasih kekuatan untuk masak sendiri. Bersyukur masih bisa makan.
MASTER EVENT TU DELFT 2017
Awal Maret saya datang ke TU Delft untuk melihat Master Event TU Delft 2017. Padahal ingat sekali hari itu badan saya lemas seperti tidak ada tenaga. Rasanya ingin tidur seharian. Tapi sayang juga acara ini kalau dilewatkan dan cuaca di luar cerah sekali, langitnya biru. Akhirnya saya seret pantat ke Master Event TU Delft karena juga sudah terlanjur daftar sehari sebelumnya. Jadi acara ini adalah pemberian informasi untuk semua program S2 yang ada di TU Delft. Jadi saya benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya sejelas mungkin tentang informasi yang ingin saya tahu ke beberapa jurusan yang saya incar. Selain itu, ada sesi pemberian informasi, tanya jawab untuk mereka yang lulusan S1 (dan juga S2) nya berasal dari luar Belanda. Saya bertanya di forum ini tentang biaya kuliahnya jika saya punya ijin tinggal karena menikah dengan orang Belanda. Ternyata membayarnya 1/8 nya dibanding dengan siswa Internasional yang normal. Lumayan menghemat. Ini ceritanya kan saya sedang berencana untuk kuliah lagi. Untuk kapannya masih belum tahu, yang penting niat dulu dan sudah mulai cari-cari informasi dan memantapkan jurusan mana yang ingin saya ambil. Mudah-mudahan ya bisa merealisasikan niat ini.
KE LIMBURG
Rencana liburan ke Limburg ini diputuskan beberapa hari sebelum ulang tahun saya. Jadi awalnya sekitar dua bulan lalu kami berencana merencanakan ulang tahun jalan-jalan ke beberapa negara ke LN. Rencana sempat ganti beberapa kali sampai akhirnya kami memutuskan tidak jadi liburan ke LN karena satu hal. Daripada tidak kemana-mana, akhirnya saya bilang bagaimana kalau jalan-jalan sehari saja ke kota yang dekat. Jadi masih bisa jalan-jalan di hari ulang tahun saya. Akhirnya suami mengajukan cuti, saya memilih ke Limburg. Jadi kami ke dua kota yaitu ke Thorn dan Valkenburg. Jaraknya 2.5 jam berkendara dari rumah kami. Setelah dari Thorn, sempat istirahat dulu di pemberhentian untuk tidur karena saya dan suami ngantuk sekali. Setelah tidur selama satu jam, kami melanjutkan perjalanan ke Valkenburg. Eh ternyata setelah sampai Valkenburg tempat yang ingin kami datangi sudah tutup. Sempat kesal sih tapi ya mau bagaimana lagi. Kami terlalu lama tidurnya haha. Akhirnya kami hanya jalan-jalan di kota saja lalu makan. Saya senang sekali dengan alam di Limburg karena seperti alam di Jerman. Beda dengan struktur alam di tempat tinggal kami. Rasanya saya akan kerasan kalau tinggal di Limburg (tapi jauh ya kalau mau ke kota besar *lalu bingung). Senang menghabiskan hari ulang tahun dengan berjalan-jalan dan seharian bersama suami. Senang mendapatkan ucapan dari teman-teman dekat dan keluarga. Bersyukur masih diberikan kesempatan untuk tinggal di dunia, bilangan umur nambah, dan sehat bersama seluruh keluarga. Kami menghabiskan sisa hari di Limburg dengan makan malam di sebuah restoran.
Maret memang berlalu sangat cepat, mungkin pertanda saya sangat menikmati setiap detiknya. Bagaimana dengan Maret kalian?
-Nootdorp, 31 Maret 2017-