Kelas Inspirasi 2013 – Surabaya

Kelas Inspirasi
“Bangun Mimpi Anak Indonesia…”

Mari berbagi cerita yang dapat menumbuhkan cita. Jejak langkah profesimu sebagai awalnya.
Sudah saatnya para profesional turut mengambil peran dalam pendidikan anak bangsa.

"Bagi Anda hanya satu hari cuti bekerja, namun bagi murid-murid itu bisa menjadi hari yang menginspirasi mereka seumur hidup. Berbagi cerita, pengetahuan, dan pengalaman untuk menjadi cita-cita dan mimpi mereka."

-Kelas Inspirasi-

Saya mengenal Kelas Inspirasi (KI) awalnya dari perkenalan dengan Indonesia Mengajar (IM). Saya ingat betul pagi itu hari minggu melihat lowongan untuk menjadi pengajar muda dikoran Kompas ketika saya sedang bekerja di Jakarta. Saat itu IM baru angkatan pertama tahun 2010. Setelah membaca profil tentang IM, tanpa pikir panjang saya langsung mengirim semua persyaratan untuk menjadi Pengajar Muda (PM) walaupun tipis harapan akan lolos karena pada saat itu usia sudah tidak muda lagi (tidak masuk dalam persyaratan yang diajukan). Tapi saya cuek saja, siapa tahu rejeki, pikir saya waktu itu. Beberapa minggu kemudian, saya mendapatkan jawaban kalau saya memang ditolak, tidak bisa bergabung menjadi PM. Tetapi mereka (atas nama Pak Anies Baswedan) menawari saya untuk bergabung menjadi pengurus membantu kelancaran terlaksananya IM. Saya membalas dengan mengatakan bahwa saya ingin menjadi pengajar, ingin mengabdikan diri pada kelangsungan pendidikan Indonesia yang lebih baik kedepannya dengan terjun langsung mengajar. Pada akhirnya saya melanjutkan lagi ritme hidup dengan tetap menjadi pekerja kantoran di Jakarta yang tidak pernah berhenti mengeluh ini itu.

Suatu ketika, Indonesia Bercerita, wadah saya menyalurkan hobi bercerita kepada anak-anak kecil, mendapatkan undangan dari IM. Ternyata mereka ingin mensosialisasikan tentang Indonesia Menyala. Indonesia Menyala adalah gerakan buku dan perpustakaan yang diinisiasikan oleh Gerakan Indonesia Mengajar. Filosofi dibalik pemilihan nama ini, menurut Bapak Anies Baswedan, adalah anak-anak desa yang menyala akal dan budinya karena membaca buku yang baik bersama para Pengajar Muda, bagaikan ribuan dan jutaan lampu yang menyalakan Indonesia. Saat itu saya membantu beberapa kegiatan Indonesia menyala yaitu menyortir dan mencari buku-buku yang bisa dikirimkan ketempat para Pengajar Muda. Kegiatan tersebut tidak bisa lama saya tekuni karena frekuensi pekerjaan yang mengharuskan bepergian keluar kota semakin meningkat. Setelahnya saya rutin mengikuti berita tentang kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Gerakan Indonesia Mengajar, salah satunya Kelas Inspirasi.

Pada tahun 2012, Kelas Inspirasi (KI) pertama kali diadakan di Jakarta. Saya ikut mendaftar sebagai relawan untuk mengajar. Sebenarnya apa kelas Inspirasi? Kelas Inspirasi adalah kegiatan yang mewadahi professional dari berbagai sektor untuk ikut serta berkontribusi pada misi perbaikan pendidikan di Indonesia. Melalui program ini, para professional pengajar dari berbagai latar belakang diharuskan untuk cuti satu hari serentak untuk mengunjungi dan mengajar SD yaitu pada hari Inspirasi. Tujuan dari KI ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para professional, serta agar para professional secara lebih luas dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita.

Tahun 2013 ketika saya sedang meneruskan kuliah di Surabaya, ternyata ada perekrutan relawan pengajar untuk kota Surabaya. Saya kembali mendaftar. Awalnya sempat bimbang karena pada saat itu status saya Mahasiswa, tidak mempunyai pekerjaan. Sempat bingung kalau misalkan saya lolos seleks,i cerita apa yang akan dibagikan. Tapi saya tepis keraguan dan tetap mendaftar. Ternyata saya lolos seleksi dan mendapatkan penempatan di SDN Kedungcowek II/254 Surabaya. Seperti biasa seminggu sebelumnya kami para relawan diharuskan datang briefing untuk mengetahui teknis pelaksanaan serta untuk mengetahui lebih jauh tentang KI itu sendiri. Dan saya selalu tidak bisa menyembunyikan air mata ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya. Semua rasa menyatu : haru, sesak, bahagia. Padahal dulu sewaktu sekolah sering membolos upacara bendera atau pura-pura sakit terus tidur diruang UKS.

Sebelum hari H, saya sudah menyiapkan alat peraga. Pada KI kali ini saya ingin berbagi cerita tentang pekerjaan sebagai Researcher. Karena dikantor sebelumnya memang saya beberapa kali berganti titel dan salah satunya researcher. Saya juga ingin menjelaskan lebih jauh bahwa yang saya teliti adalah dibidang marketing. Supaya tidak membingungkan mereka, maka saya tulis pekerjaan saya : Peneliti. Maka alat peraga yang saya siapkan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan angka, tabel, gambar, grafik dan lainnya. Saya juga menyiapkan kalkulator raksasa dari kardus bekas sebagai analogi bahwa memang kemanapun saya membawa kalkulator. Dua hari sebelum hari H, kami para relawan survey lokasi dan berkenalan dengan beberapa guru yang ada serta kepala sekolah untuk mengetahui kondisi lapangan seperti apa. Juga untuk pembagian tugas siapa yang akan mengajar kelas berapa. Relawan disini bukan hanya pengajar saja tetapi ada bagian dokumentasi foto dan merekam juga ada koordinator. Masih jelas teringat kalau koordinator saya anak ITS jurusan Desain Produk, karena waktu survey lapangan dan hari H saya numpang dia dari ITS-SD-ITS. Ngelamak.

Tanggal 11 Nopember 2013 tiba sebagai Hari Inspirasi. Dimulai dengan upacara bendera memperingati Hari Pahlawan tanggal 10 Nopember. Lalu jam 8 pagi kelaspun dimulai. Bohong kalau saya tidak grogi. Dari pengalaman sebelumnya yang super capek tapi juga riang gembira menghadapi kelincahan anak SD kelas 5  ditambah pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduga, sayapun menyiapkan mental kalau kali ini pasti ada pengalaman baru yang tidak terduga lainnya. Kali ini saya kebagian kelas 5. Masuk kelas sudah disambut salam. Kemudian saya memperkenalkan diri dan membuat permainan untuk mereka memperkenalkan diri juga. Saya mulai bertanya satu persatu cita-cita mereka apa. Ada seorang murid yang bertanya, tidak mengerti cita-cita itu apa. Selalu ada yang seperti ini, jadi bukan hal yang baru untuk saya. Lalu pertanyaan tersebut saya lemparkan ke kelas. Supaya teman-temannya yang lain ikut menerangkan juga. Jadi komunikasi dikelas makin hidup. Tidak hanya guru. Kelas saya ini termasuk aktif sekali. Kalau saya berikan pertanyaan, mereka berebut menjawab. Kalau saya tantang dengan permainan, mereka berebut maju depan kelas. Suara sampai saya tinggikan entah beberapa oktaf untuk mengontrol mereka yang lari kesana kemari karena antusias dengan permainan, sampai tidak terasa diakhir acara suara sudah serak. Menjadi seorang Guru tidaklah mudah. Butuh kesabaran tinggi. Selalu salut dengan perjuangan Bapak Ibu Guru.

Saya menerangkan tentang pekerjaan yang lalu, tentang apa yang saya kerjakan, tentang dengan siapa saja saya berhubungan dalam pekerjaan, tentang tanggungjawab apa yang harus diselesaikan, dan tentang bagaimana keseharian saya dipekerjaan. Tentunya saya menjelaskan sesuai dengan bahasa mereka dan saya selingi dengan beberapa permainan karena jika saya menerangkan terlalu panjang lebar, pasti mereka akan bosan dan tidak fokus lagi. Saya juga menerangkan tentang status saya saat itu sebagai mahasiswa. Lalu saya juga memberikan gambaran bahwa bekerja dibidang marketing terutama untuk urusan riset konsumen itu sering keluar kota bahkan keluar negeri untuk mengikuti pelatihan atau seminar. Saya menceritakan bahwa saya senang dengan pekerjaan sebagai peneliti karena bisa mengenal banyak orang, bisa mengetahui banyak tempat baru, dan bisa belajar banyak hal sehingga menambah ilmu.

Saat mereka menyebutkan satu persatu ingin menjadi apa mereka nantinya, saya menemukan kejutan-kejutan jawaban. Ada yang ingin menjadi polisi, tentara, pemain sepak bola, presiden, tukang jual sate, tukang tambal ban, supir taksi, dokter, pemain sinetron, guru, pegawai negeri, ingin membela kebenaran, dan bahkan ada yang menjawab ingin seperti Caesar (itu lho yang dulu heboh dengan goyang apa namanya lupa). Satu yang saya ingat sampai sekarang dan selalu membuat terharu tentang seorang gadis kecil. Dia lumayan pendiam diantara anak-anak lainnya.  Saya bertanya dia punya cita-cita apa. Lalu dia menjawab “ingin seperti Ibu saya.” Lalu saya bertanya lagi kenapa ingin seperti Ibu. Dia menjawab “saya ingin seperti ibu. Mengumpulkan sampah lalu menjual, memasak untuk saya dan adik-adik, membersihkan rumah dan membantu ayah yang sakit tidak bisa kemana-mana.” Kalau dalam bahasa jawa, hati saya langsung maktratap. Saya merasa trenyuh, terharu, juga ingin menangis. Anak sekecil itu sudah merasakan kerasnya hidup. Sementara teman-temannya yang lain langsung mengolok cita-citanya, yang kemudian saya tenangkan suasana riuh dikelas dan saya bilang bahwa setiap anak mempunyai cita-cita yang berbeda. Kita harus saling menghormati cita-cita baik setiap orang. Saya mengatakan pada mereka agar jangan putus sekolah, menjadi anak yang kreatif, mencintai buku dan membacanya supaya pengetahuan bertambah.

Ada beberapa kejadian yang membuat saya tersenyum sekaligus membuat ngenes ketika diingat sekarang. Jadi ada satu waktu saya mengajak mereka untuk bernyanyi bersama. Saya menawarkan Hymne Guru. Sebagian besar dari mereka keberatan dan meminta lagu yang lain. Saya bertanya maunya lagu apa. Hampir semua serentak menjawab lagu Kereta Malam. Saya terdiam sejenak mencoba mengingat lagu apa itu. Tetapi karena saya sama sekali tidak tahu, saya bertanya mereka mendengar lagu itu dimana. Ternyata diacara TV yang mereka lihat yang isinya joged-joged. Wah, mereka menolak menyanyikan Hymne Guru dan memilih lagu dari acara TV yang selalu mereka tonton setiap malam. Pengaruh TV kuat sekali. Pada akhirnya mereka tetap menyanyikan Hymne Guru.

Sesi terakhir adalah setiap anak menuliskan cita-cita mereka pada kertas yang sudah kami berikan. Kertas-kertas itu kemudian ditempel pada tempat yang disediakan yang ditaruh dekat dengan halaman sekolah. Mereka bisa membaca satu persatu cita-cita teman yang lain serta mereka dengan bangga menunjukkan pada teman-teman yang lain apa yang sudah dituliskan. Mereka nampak bahagia. Pada saat pulang sekolah, satu anak datang kepada saya untuk bersalaman seraya mengucapkan “Bu, terima kasih ya sudah datang ke sekolah. Saya akan belajar rajin dan banyak membaca. Saya ingin seperti Ibu, sekolah tinggi terus bisa keliling dunia.” Ah saya sungguh terharu. Ketika dikelas saya memang mengatakan kalau ingin keliling dunia untuk membawakan buku bagi anak-anak yang tidak mampu supaya mereka bisa melihat dunia luar dan makin bertambah ilmu.

Satu hari yang tidak akan terlupakan. Banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan. Bukan saya yang menginspirasi mereka, tetapi merekalah yang sudah memberikan saya banyak inspirasi tentang hidup dan pendidikan. Bahwa definisi cita-cita tinggi itu relatif bagi setiap anak. Kadangkala kita juga harus realistis dalam menggapai apa yang sudah dicita-citakan. Seringkali kita juga harus berdamai dengan keadaan jika cita-cita dimasa kecil tidak menjadi kenyataan ketika sudah dihadapkan pada realitas kehidupan. Bahwa apapun yang menjadi cita-cita memang layak diperjuangkan sampai batas maksimal. Memang belum seberapa apa yang sudah saya lakukan sebagai relawan di Kelas Inspirasi ini. Tapi saya selalu berharap ini akan berguna untuk pendidikan Indonesia. Semua dimulai dari langkah kecil. Dimulai dengan langkah kita untuk terjun langsung menjadikan pendidikan Indonesia menuju ke arah yang lebih baik. Dimulai dengan cuti satu hari untuk berbagi cerita yang menumbuhkan cita anak Indonesia.

Saya rindu mengajar lagi, rindu bertemu dengan mereka, rindu belajar dari mereka, dan rindu berbagi dengan sesama.

Langkah menjadi panutan. Ujar menjadi pengetahuan. Pengalaman menjadi inspirasi -@KelasInspirasi-

Sudahkan menjadi bagian dari Kelas Inspirasi? Lalu apa cita-citamu dulu?

Saya sertakan satu video Lilin Lilin Penyala diakhir tulisan ini. Video ini selalu membuat saya terharu.

-Den Haag, 24 September 2015-

Semua foto adalah dokumentasi Kelas Inspirasi Surabaya.

Saya bawa serta ke Belanda. Kenangan yang tidak akan terlupa
Saya bawa serta ke Belanda. Kenangan yang tidak akan terlupa
Mereka dan Cita-cita
Mereka dan Cita-cita
Ketika saya sedang menunjukkan foto beberapa tempat di Luar Negeri yang pernah saya kunjungi> Untuk memotivasi mereka supaya mempunyai cita-cita yang tinggi
Ketika saya sedang menunjukkan foto beberapa tempat di Luar Negeri yang pernah saya kunjungi. Untuk memotivasi mereka supaya mempunyai cita-cita yang tinggi.
Senyum masa depan bangsa
Senyum masa depan bangsa.
Ketika saya sedang bercerita tentang pekerjaan
Ketika saya sedang bercerita tentang pekerjaan
Alat peraga selain kalkulator raksasa. Saya ingin menunjukkan bahwa sehari-hari dengan angka-angka, tabel, diagram dan gambar-gambar seperti inilah saya bergelut didalam pekerjaan
Alat peraga selain kalkulator raksasa. Saya ingin menunjukkan bahwa sehari-hari saya bergelut dengan angka-angka, tabel, diagram dan gambar-gambar seperti inilah ketika bekerja
Membaca cita-cita yang tertempel. Semoga mereka diberikan kemudahan mewujudkan impian dimasa depan
Membaca cita-cita yang tertempel. Semoga mereka diberikan kemudahan mewujudkan impian dimasa depan.
Bersama Ibu Bapak Guru
Bersama Ibu Bapak Guru dan para relawan
Satu-satunya kantin
Satu-satunya kantin Sekolah
Kantin sekolah
Kantin sekolah
Piring plastik kotor yang menumpuk ditempat cucui piring yang tidak layak kebersihan
Piring-piring plastik kotor yang menumpuk ditempat cucui piring yang tidak layak kebersihan
Nasi soto, makanan yang paling banyak diminati dibandingkan jajanan lainnya. Harganya Rp 1.000 satu pring plastik kecil.
Nasi soto, makanan yang paling banyak diminati dibandingkan jajanan lainnya. Harganya Rp 1.000 satu pring plastik kecil.
Lingkungan disekitar SDN Kedung Cowek Surabaya
Lingkungan disekitar SDN Kedung Cowek Surabaya

 

Saya selalu suka dan tersentuh dengan apa yang Pak Anies Baswedan utarakan pada video Lilin Lilin Penyala ini.

 

Jumpa Pak Ahok

Pada postingan sebelumnya tentang terjebak macet, diakhir tulisan saya menyisipkan satu informasi bahwa Pak Ahok akan ada kunjungan kerja ke Rotterdam. Dan saya tuliskan juga harapan saya untuk bisa bertemu beliau, entah dimana. Saya berkhayalnya sih papasan di Centrum Den Haag. Ya namanya berkhayal kan sah saja, meskipun kadang tidak masuk akal. Kenapa saya ingin sekali bertemu beliau? karena memang saya ngefans sejak awal beliau muncul sebagai calon wakil gubernur. Entah kenapa sejak pertama saya suka dengan cara berkomunikasi beliau yang blak-blakan, meskipun hal ini selalu menjadi sorotan dan protes keras karena omongan beliau yang terlalu pedas. Selain itu, saya juga suka karena cara pandang beliau akan suatu permasalahan disertai solusi yang out of the box. Saya menilai beliau pintar dan kreatif. Satu lagi, beliau ganteng :D. Jadi sejak kemunculan beliau, saya selalu bilang ke teman-teman dekat kalau suatu saat -entah kapan- saya ingin bertemu secara langsung, bersalaman dan foto bersama. Namanya juga impian, jadi tidak masalah kalau setinggi-tingginya.

Minggu pagi, 20 September 2015 saya melihat digrup FB postingan video penyambutan Pak Ahok di Schiphol oleh beberapa warga Indonesia, yang mayoritas adalah ibu-ibu. Mereka antusias sekali menyambut Pak Ahok sembari memberikan bunga mawar. Setelahnya mereka bersama menyanyikan Indonesia Raya. Saya hanya menelan ludah iri dengan ibu-ibu tersebut karena sudah bisa bertemu Pak Ahok. Beberapa jam kemudian menjelang tengah hari saya buka kembali FB dan mendapati pengumuman digrup kalau ada undangan terbuka untuk siapapun (jadi tidak hanya warga negara Indonesia) yang ingin bertemu Pak Ahok sembari acara keakraban, untuk datang langsung ke KBRI di Den Haag jam 8 malam sambil membawa paspor. Saya langsung screen capture pengumuman itu dan mengirimkan ke Crystal. Kenapa Crystal? karena dikomen pada tulisan saya sebelumnya, dia juga ingin bertemu Pak Ahok. Pendeknya saya mencari teman ke KBRI. Crystal langsung menyetujui. Saya juga mengajak Rurie, seorang teman yang tinggal di Gouda.

Sebelum berangkat, saya pamit ke Suami “Hon, wish me luck ya. Aku mau foto sama idolaku,” yang disambut suara “euwww.” Saya terbahak. Singkat cerita, saya bertemu Crystal dengan dua temannya dan Rurie di Den Haag Centraal jam 7 malam. Kami langsung menuju ke KBRI. Sesampainya disana ternyata ruangan sudah penuh sesak dan kami datang pada saat acara tepat dimulai. Disediakan kursi tetapi tidak cukup menampung mereka yang datang sehingga sebagian besar berdiri bahkan sampai meluber ke kantin bagian belakang. Acara ramah tamah tersebut diisi oleh sesi tanya jawab selama 2 jam. Saya dan Rurie yang awalnya berdiri dideretan paling belakang, akhirnya bisa meringsek ke tengah, sehingga bisa melihat Pak Ahok dengan jelas. Wah, rasanya tidak percaya bisa berdiri dengan jarak yang dekat dengan Pak Ahok.  Saya awalnya tidak ada bahan yang ingin ditanyakan, entah kenapa tiba-tiba muncul sebuah pertanyaan. Mumpung bisa tanya langsung sama Beliau. Tapi saya tidak beruntung, tidak ditunjuk oleh Bapak wakil Dubes karena saking banyaknya yang bertanya. Yang menjadi topik pertanyaan mereka adalah tentang reklamasi, upah minimum Jakarta, Sumber Waras, banjir dan kemacetan Jakarta, kunjungan kerja Pak Ahok ke Rotterdam, masalah transportasi umum di Jakarta, pembangunan sarana olahraga, jaminan kesehatan, tentang musuh politik Pak Ahok dan sisanya saya lupa tentang apa (terlalu fokus ke Pak Ahok haha) . Seperti biasa, beliau menjawab dan menerangkan dengan sejelas-jelasnya diselingi dengan guyonan yang bisa membuat seisi ruangan riuh tertawa, menjadikan suasana santai tapi serius. Dan cara beliau menerangkan jalan keluar akan suatu masalah selalu out of the box.

Pak Ahok
Pak Ahok

Ditengah tanya jawab seperti itu tiba-tiba Rurie berbisik kepada saya “kalau kamu disuruh memilih, pada saat bersamaan kamu memilih bertemu Jon Bon Jovi atau Pak Ahok?” Saya langsung tergelak tertahan mendengar pertanyaan dia.

Rame
Rame
Antusias
Antusias

Setelah sesi tanya jawab selesai, bagian akhir adalah yang ditunggu mungkin hampir sebagian besar yang datang, yaitu foto bersama. Karena para ibu mendominasi ruangan, bisa dibayangkan langsung ricuh, terjadi huru hara berdesakan untuk merangsek kedepan. Ibu-ibu tersebut gahar dan ganas. Padahal sejak awal Bapak wakil Dubes sudah berkali-kali memperingatkan “Yang rapi dan tertib ya,” tapi tetap saja ibu-ibu yang gahar itu lebih menguasai “medan peperangan”. Sementara saya dan Rurie hanya terbengong tidak tahu harus bagaimana. Setelah kami sudah pada barisan depan, tiba-tiba Pak Ahok digiring keluar. Semua langsung kecewa. Harapan untuk foto bersama musnah sudah. Saya dan Rurie melangkah lunglai keluar ruangan. Sementara Crystal masih berbincang dengan teman-temannya.

Saya melihat banyak orang yang masih bergerombol didepan pagar bangunan utama. Saya berujar ke Rurie orang-orang ini masih menunggu apa, kan sudah tidak ada sesi foto. Ternyata saya salah. Mereka sedang mengantri foto dengan Pak Ahok. Dan yang mengantri tidak hanya WNI lho, beberapa WNA juga saya lihat berbaris dalam antrian. Sekarang antrian lebih tertib tetapi tetap berdesakan. Karena sudah kepalang tanggung, kami ikut mengantri. Setiap 15 orang bisa berfoto dengan Pak Ahok. Tidak berapa lama menunggu, akhirnya giliran saya dan Rurie. Rasanya masih tidak percaya. Senang luar biasa bisa bertemu langsung dengan Pak Ahok. Saya salaman juga. Aslinya ada yang ingin diucapkan, tapi karena grogi adanya hanya mulut yang menganga sambil tersenyum. Norak ya hahaha.

image2

Ibu yang dibelakang dong, Juara ngajak Pak Ahok Selfie :D
Ibu yang dibelakang dong, Juara ngajak Pak Ahok Selfie 😀

Sepanjang pulang saya dan Rurie cekikikan. Bagaimana tidak, kami kelayapan keluar malam-malam meninggalkan suami dirumah untuk bertemu lelaki lain :D. Senang sekali khayalan untuk bertemu Pak Ahok secara langsung ternyata bisa juga jadi nyata. Moral of storynya : berkhayal saja setinggi-tingginya mumpung gratis, siapa tahu suatu saat bisa jadi nyata :). Lalu melanjutkan khayalan yang lain. Siapa tahu bisa bertemu Dalai Lama atau Chris Martin atau Jon Bon Jovi atau…. (lalu panjang listnya)

Note : Saya memang sengaja tidak menulis secara gamblang isi pembicaraan temu akrab dengan Pak Ahok. Kan judul postingan ini Jumpa Pak Ahok, bukan Agenda Kunjungan Kerja Pak Ahok :D. Banyak media yang sudah mendokumentasikan secara lengkap baik tulisan maupun rekaman tentang kunjungan Pak Ahok ke KBRI Den Haag. Monggo disearching saja.

-Den Haag, 21 September 2015-

Semua foto adalah milik pribadi

Terjebak Macet

Saya menjadi teringat cerita tentang terjebak kemacetan lalu lintas Jakarta karena pembicaraan dengan Anggi dan Dani di twitter. Saya terkagum dengan diri sendiri betapa pernah survive selama 6 tahun diantara hingar bingar jalanan Ibukota. Tentang cerita terjebak macet, saya mempunyai beberapa versi yang akan terus diingat sampai kapanpun. Bukan hanya karena tempat dan kejadian perkara tetapi waktu yang luar biasa lama yang mengakibatkan membengkaknya argo taksi.

Iya, ketika bekerja di Jakarta selama 6 tahun pada satu perusahaan yang sama, untuk urusan kantor kemana-mana saya menggunakan taksi biru. Harusnya saya menggunakan mobil karena memang untuk departemen marketing pada posisi tertentu disediakan mobil oleh kantor dan setelah 5 tahun akan menjadi milik pribadi. Tetapi karena tidak bisa menyetir, dan trauma berkendara setelah kecelakaan naik sepeda motor di Surabaya, akhirnya saya minta dialihkan naik taksi saja. Marketing memang kerjanya kesana kemari apalagi kalau ada event produk baru ataupun iklan baru, maka dapat dipastikan aktifitas dilapangan lebih meningkat. Walhasil saya sangat akrab dengan lalu lintas Jakarta.

Sekitar tahun 2007 atau 2008 (saya lupa pastinya) ketika banjir mengepung Jakarta, pada saat itu saya sedang ada meeting dengan salah satu agensi riset di Menara Jamsostek Gatot Subroto. Sejak pagi sebenarnya sudah hujan. Tetapi saya tidak menyangka kalau tengah hari sampai menjelang sore hujan semakin lebat. Sekitar jam 5 sore, hujan lebat dan petir semakin menjadi. Saya naik taksi pulang dan menurut sopir taksi jalanan menuju Rawamangun (tempat kos saya) macet parah. Saya bilang tidak masalah yang penting saya pulang, capek ingin segera tidur karena selama 2 hari berturut harus begadang mengerjakan materi riset ke luar kota. Kebiasaan saya kalau naik kendaraan umum, entah itu taksi atau metromini, bemo atau kopaja sekalipun selalu tertidur nyenyak. Jadi saya sudah sangat percaya diri berpesan pada bapak sopir untuk membangunkan saya kalau sudah keluar dari tol rawamangun. Kemudian saya tertidur begitu taksi keluar dari Menara Jamsostek. Rasanya saya sudah tertidur sekian lama sampai terbangun dan bertanya sudah sampai mana. Dengan tenang beliau menjawab “itu Menara Jamsosteknya masih kelihatan dibelakang, Bu.” Wah, saya terkejut. Lalu melihat arloji, ternyata sudah satu jam saya tertidur dan taksi ini masih berjalan beberapa puluh meter dari menara jamsostek. Dua jam berlalu. Tiga jam berlalu. Entah sudah berapa episode tidur-bangun-tidur-bangun lagi dari ngobrol berbagai hal dengan bapak sopir sampai kami capek sendiri berbincang-bincang. Dan saya dengan selamat sampai kos, total perjalanan sekitar 4.5 jam. Normalnya sih hanya 45 menit. Tetapi 4 jam terjebak macet tidak bisa kemana-mana, tidak ada pilihan naik ojek karena ojekpun tidak nampak terlihat, jadi pengalaman super “indah” akan kota Jakarta. Berapa saya harus bayar taksi? jangan ditanya, yang pasti bagian keuangan dikantor juga ikut terbelalak.

Disuatu waktu ketika saya sedang tugas ke Surabaya, tiba-tiba bapak bos menelepon. Saya diharuskan pulang pada hari itu juga padahal berdasarkan jadwal pesawat baru keesokan hari kembali ke Jakarta. Saya harus pulang pada hari itu karena esok hari harus hadir di meeting. Sesampainya di Soetta sudah malam, tetapi saya harus langsung ke kantor menyelesaikan materi presentasi dengan bos. Setengah jam menunggu taksi biru tapi armada sedang kosong. Bos menelepon untuk menggunakan taksi seadanya saja asalkan cepat sampai kantor. Saya bilang kalau taksi yang ada dan terdekat adalah burung silver. Beliau mengiyakan dan saya riang gembira tentunya, kapan lagi bisa naik taksi mahal itu. Kesempatan pikir saya. Setelah masuk tol, tiba-tiba taksi berhenti, katanya macet. Saya tertidur dengan harapan ketika terbangun sudah sampai di Talavera TB Simatupang, letak kantor pusat (karena kantor untuk bagian marketing ada di Pulo Gadung). Dan ketika terbangun, ternyata masih juga dijalan tol. Sedangkan bos sudah senewen menelepon berkali-kali. Saya katakan kalau sedang macet parah sudah satu jam tidak bergerak sama sekali. Sedangkan saya juga senewen karena kebelet pipis, bencana ditengah jalan tol terjebak macet. Singkat cerita, saya sampai kantor hampir jam 12 malam dengan total perjalanan 3 jam. Normalnya tidak sampai satu jam. Dan ternyata penyebab kemacetan adalah ada kecelakaan. Biaya taksinya kembali membuat bagian keuangan hanya geleng-geleng kepala.

Jalan dari Talavera masuk jalan tol menuju arah Rawamangun juga dipastikan macet total kalau jam pulang kantor. Kenapa saya tidak nongkrong-nongkrong cantik minum kopi atau lainnya untuk menunggu macet reda? Sesekali memang saya lakukan, tapi seringkali saya langsung pulang. Sudah terlalu kebanyakan nongkrong dengan agensi iklan kalau sedang meeting.

Pada saat suami berkunjung ke Jakarta tahun kemarin, saya ajak dia ke TMII. Dan setelah dari sana kami berencana mengunjungi keluarga adik ibu yang ada di Bekasi. Pulangnya kami naik angkot yang kecil. Macetnya parah. Kami sampai salah tingkah didalam kendaraan. Mati gaya. Akhirnya setelah 2 jam terjebak macet, kami putuskan untuk naik ojek saja menuju Bekasi. Tidak hanya itu, berkali-kali kami juga terjebak macet ketika menghabisakan waktu 5 hari di Jakarta. Dan Suami semakin heran ketika jam 5 pagi kami melewati tol dari Bekasi menuju Jakarta, mobil-mobil sudah “parkir” rapi di dalam jalan tol. Bayangkan saja, jam 5 pagi. Suami sampai geleng kepala tidak habis pikir, namanya jalan bebas hambatan tapi hambatan dimana-mana. Awalnya suami berencana ingin tinggal di Jakarta-nantinya-, memutuskan untuk mencari kota lain saja. Dia tidak tahan kalau setiap saat harus berdamai dengan kemacetan.

Been there.
Been there.

Saya baru mengenal macet dalam arti yang sebenarnya ketika tinggal di Jakarta dan beberapa kali kunjungan ke Bandung. Karena sebelumnya kota yang saya tinggali yaitu Surabaya, Situbondo dan Jember tentu saja tidak ada macet. Bahkan ketika tahun 2012 saya kembali lagi ke Surabaya, lalu lintasnya memang semakin padat dari 6 tahun sebelumnya ketika saya meninggalkan Surabaya, tetapi tidak sampai macet parah. Di Den Haag tentu saja saya tidak pernah lagi merasakan macet. Beberapa kali memang ada pada situasi ketika kendaraan jalannya merambat, tetapi tidak sampai berhenti total berjam-jam. Kalau Suami sudah mulai ngomel-ngomel dengan kendaraan yang jalan perlahan, saya selalu bilang “sudah ga usah ngomel-ngomel, ga ingat macet di Jakarta seperti apa?”

Itu beberapa pengalaman saya tentang terjebak kemacetan di Jakarta, dari sekian banyak pengalaman terjebak macet selama 6 tahun tinggal disana. Jalanan Jakarta penuh jebakan batman, maju mundur cantik kena semua :p. Kadang saya heran, betah juga ya 6 tahun diantara huru hara jalanan Jakarta. Jangan salah, seringkali saya rindu dengan kota itu. Banyak cerita indah disana. Banyak pengalaman tak terlupakan tentang pekerjaan, hubungan pertemanan, hubungan kerja sampai hubungan asmara :D. Semoga kedepannya Jakarta akan jauh lebih baik berbenah diri, terutama lalu lintasnya.

Punya cerita seru juga tentang terjebak kemacetan?

Selamat berakhir pekan, semoga akhir pekannya menyenangkan dan tidak terjebak dalam kemacetan

Info selipan. Pak Ahok akan datang ke Rotterdam 19-23 September 2015. Entah kenapa saya senaaang sekali. Sebagai pengagum berat beliau, berharap mudah-mudahan papasan dijalan (ya mungkin saja beliaunya lagi pengen nyobain makan direstaurant Indonesia di Den Haag-ngarep banget :D)

-Den Haag, 17 September 2015-

Foto dipinjam dari edorusyanto.wordpress.com.

Food Truck Festival 2015 – Den Haag

Sejak membaca tulisan Mbak Yoyen tentang Food Truck Festival, saya langsung mencari informasi kapan mereka datang ke Den Haag. Saya memang suka latah kalau berhubungan dengan makanan. Begitu tahu mereka akan datang pada bulan September, saya langsung membuat reminder di Hp. Dan dua minggu sebelumnya, saya sudah mengingatkan suami untuk mengkosongkan jadwal pada hari minggu 13 September 2015 khusus untuk datang ke Trek Food Truck Festival ini, sembari tetap berdoa supaya cuaca cerah ceria. Meskipun ketika membaca prakiraan cuaca, Den Haag akan diguyur hujan setelah jam 5 sore. Karenanya kami memutuskan berangkat sekitar jam 3 sore karena memang jarak Westbroekpark, tempat acara ini berlangsung tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 35 menit naik sepeda.

image8

image4

Meja dan kursinya bagus. Pengen diangkut rasanya :D
Meja dan kursinya bagus. Pengen diangkut rasanya 😀

Saya sangat bersemangat karena ini kali pertama datang ke Food Truck Festival. Sesampainya disana, sudah sangat ramai. Tetapi tidak sampai penuh sesak. Banyak yang duduk dirumput membawa semacam tikar, berpiknik. Senang sekali melihat suasana santai disini. Bisa dimaklumi kalau ramai karena hari minggu kemarin adalah hari terakhir dan Den Haag adalah kota terakhir (total 8 kota)di Belanda dari rangkaian acara ini pada tahun 2015. Jadi meskipun mendung tetapi semakin sore semakin banyak yang datang karena acara ini berlangsung sampai jam 10 malam. Saya senang sekali melihat aneka segala rupa truck dengan desain yang unik dan sangat menarik. Tidak hanya itu, beraneka makanan yang dijual juga sangat menggugah selera. Rasanya ingin dibeli semua dan dimakan kalau tidak ingat harga (harganya sih rata-rata, tapi kalau dibeli semua kan tetap jatuhnya bikin kantong bolong :D). Bagaimana tidak lapar mata, sejak melewati pintu masuk yang tidak dipungut biaya, hidung kami sudah digelitik dengan semerbak aroma makanan dari segala penjuru. Perut otomatis keroncongan. Jadi sambil berkeliling mengamati satu persatu truck-truck dan deretan menu, kami juga memilih makanan mana yang kira-kira cocok untuk dimakan.

image13

image5

image5 (2)

image15

image7

image16

Paella. Awalnya mau beli, tapi melihat paha ayam yang besar muncul disitu jadinya mengurungkan niat. Aslinya saya tidak tahu Paella ini apa, dan Suami sudah pergi entah kemana, jadinya hanya melirik sekilas. Saya pikir ini semacam nasi goreng aya. ternyata bukan. Makanan dari Spanyol.
Paella. Awalnya mau beli, tapi melihat paha ayam yang besar muncul disitu jadinya mengurungkan niat. Aslinya saya tidak tahu Paella ini apa, dan Suami sudah pergi entah kemana, jadinya hanya melirik sekilas. Saya pikir ini semacam nasi goreng ayam. ternyata bukan. Makanan dari Spanyol.

Senang juga mengamati proses memasaknya yang langsung bisa terilihat. Karenanya saya semakin ngiler dan kalap mata ingin membeli ini dan itu. Bersyukur masih bisa dikontrol.

image10

image12

image11

Ayam di truck makanan India. Ketika saya mengambil foto ayam ini, saya tidak tahu kalau Mas yang pegang ayamnya sedang tersenyum dan berpose. Dipikir saya sedang mengambil gambar utuh. Karenanya ketika saya selesai dan mengucapkan terima kasih, dia tersenyum sumringah. Baru tahu ketika suami cerita dengan tertawa ketika kami sudah melangkah menjauh kalau Mas tadi pose dan tersenyum. Saya jadi merasa bersalah hanya membidik ayamnya saja. Tapi tetap saya tertawa terpingkal.
Ayam di truck makanan India. Ketika saya mengambil foto ayam ini, saya tidak tahu kalau Mas yang pegang ayamnya sedang tersenyum dan berpose. Dipikir saya sedang mengambil gambar utuh. Karenanya ketika saya selesai dan mengucapkan terima kasih, dia tersenyum sumringah. Baru tahu ketika suami cerita dengan tertawa ketika kami sudah melangkah menjauh kalau Mas tadi pose dan tersenyum. Saya jadi merasa bersalah hanya membidik ayamnya saja. Tapi tetap saya tertawa terpingkal.
Dari Suriname
Dari Suriname

image1 (2)

image4 (2)

image3 (2)

Tidak hanya truck yang menjual makanan, disana juga ada live music dan truk entah apa namanya karena tidak berhubungan dengan makanan sama sekali temanya. Tetapi nuansa truknya homey sekali.

image6

image14

Lalu kami akhirnya makan apa? Setelah berputar kesana kemari tidak jelas mau membeli apa, akhirnya kami membeli Churros, Takoyaki dan Kokosballetjes. Njekethek ya, belinya cuman 3 macam saja, kelilingnya hampir satu jam :p. Sudah kenyang mencium segala macam aroma. Pulangnya kami mendapat majalah secara cuma-cuma berisi liputan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan makanan dan banyak sekali resep makanan juga.

image1-3

Menyenangkan sekali datang ke Food Truck Festival ini. Kalau tahun mendatang ada lagi, Insya Allah kami akan datang kembali.

-Den Haag, 14 September 2015-

Semua dokumentasi adalah milik pribadi

Pesta Rakyat Indonesia 2015 dan Embassy Festival The Hague

Nasi Rames Medan. Aslinya ada telur satu. tetapi karena suami tidak suka ikan rica, jadi akhirnya ikannya dibagi ke saya, tukar dengan telur. Rasanya enak.

Sejak mengetahui akan ada Pesta Rakyat yang diadakan oleh KBRI dan bertempat di Sekolah Indonesia Nederland (SIN) Wassenaar, saya sangat antusias ingin datang. Apalagi yang dicari kalau bukan segala jenis makanan dari seluruh Indonesia yang dijual diberbagai booth yang ada. Kalau tidak salah hitung, kemarin ada 30 booth. Sejak jauh hari saya juga berdoa semoga cuaca pada tanggal 5 September 2015 itu akan cerah ceria. Namun beberapa hari menjelang hari H, hujan sepertinya senang menghampiri, mengguyur hampir sepanjang hari dan tiap hari. Dan melihat prakiraan cuaca, pada hari H akan hujan deras. Wah, saya sudah menyiapkan hati untuk kecewa tidak jadi datang karena kurang asyik rasanya kalau harus berbasah ria sambil menikmati makanan.

Tetapi alam rupanya sedang berbaik hati. Sekitar jam 12 siang, matahari terlihat sedikit bersinar. Saya dan suami langsung bergegas pergi menggunakan sepeda karena memang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 30 menit saja. Beberapa kenalan sudah mengatakan kalau di pesta rakyat akan berjejal penuh sekali. Tapi yang saya lihat ketika sesampainya disana melebihi apa yang saya bayangkan. Memang benar-benar penuh sekali dengan orang-orang yang bersuka cita menikmati hiburan yang disediakan dipanggung ataupun mereka yang menikmati makanan Nusantara.

 

Panggung Hiburan
Panggung Hiburan
Pembuka adalah tarian Bali
Pembuka adalah tarian Bali
30 booth makanan ada dibagian ini
30 booth makanan ada dibagian ini

Saya yang sudah mempunyai rencana akan makan ini dan itu, menjadi tidak selera makan lagi melihat orang-orang yang berjejal antri makanan. Menjadi tidak berselera juga untuk mengambil beberapa foto stan-stan makanan yang ada. Saya seperti kebingungan melihat lautan manusia. Entah kenapa kalau ditengah keramaian seperti itu nafsu makan langsung menghilang. Akhirnya saya memilih makan nasi rames Medan yang memang sudah menjadi incaran sejak lama. Kangen makan gule daun singkong. Selebihnya saya membungkus pempek kapal selam, tekwan, lupis, dan pesanan 1kg tahu bakso seafood. Itupun membeli pempek dan tekwan juga harus antri setengah jam.

Nasi Rames Medan. Aslinya ada telur satu. tetapi karena suami tidak suka ikan rica, jadi akhirnya ikannya dibagi ke saya, tukar dengan telur. Rasanya enak.
Nasi Rames Medan. Aslinya ada telur satu. Tetapi karena suami tidak suka ikan rica, jadi akhirnya ikannya dibagi ke saya, tukar dengan telur. Rasanya enak.

Setelah berbincang dan berfoto dengan beberapa kenalan -yang jumlahnya memang tidak seberapa- saya dan suami memutuskan untuk pulang. Jadi total kami hanya sekitar 2 jam ada di Pesta Rakyat. Untuk tahun depan, masih tetap ingin datang lagi. Mungkin mentalnya akan lebih kuat melihat orang-orang yang berjubel 😀

Berfoto dengan beberapa kenalan
Berfoto dengan beberapa kenalan

Setelah dari Pesta Rakyat, kami bergegas menuju Centrum karena Mas Ewald harus membeli roti disalah satu toko disana. Ketika melintasi taman didepan hotel Des Indes tepatnya di Lange Voorhout ternyata sedang diadakan Embassy Festival The Hague. Tentu saja kami menghentikan kayuhan sepeda dan mampir karena mendengar suara musik dan seorang yang bernyanyi Seriosa.

Embassy Festival The Hague tahun ini memasuki tahun yang ketiga. Jadi ini adalah acara tahunan dari seluruh kedutaan di Belanda yang berisi pagelaran musik dari genre pop, jazz, klasik dan beberapa genre lainnya, memperkenalkan kuliner masing-masing negara, teater, sastra, seni, maupun promosi tempat wisata dari masing-masing negara tersebut, yang diadakan dikota Den Haag, tempat semua kantor kedutaan berada. Tahun ini kedutaan yang berpartisipasi adalah dari negara Thailand, Slovenia, Panama, Slovakia, Republik Ceko, Bolivia, Perancis, Meksiko, Republik Dominika, Guatemala, Siprus, Cina, Ukraina, Rusia, Hongaria, Curacao, Filipina, Sudan, Polandia, Palestina, Yunani, Austria , Kanada, Yordania, Mesir, Qatar, Armenia, Georgia, Tunesia, Amerika Serikat, Pakistan dan Arab Saudi. Indonesia tidak ada mungkin karena bertepatan dengan Pesta Rakyat.

Kami berkeliling melihat masing-masing tenda. Banyak tenda yang menyuguhkan kuliner (dengan cara membeli), sedangkan negara-negara lain ada yang cuma-cuma memberikan makanan lengkap ataupun sekedar makanan ringan. Menariknya pada beberapa negara, mereka yang berjaga menggunakan pakaian nasionalnya.

Nasi goreng dengan lauk pisang saus manis. Ini gratis dari booth Panama.
Nasi goreng dengan lauk pisang saus manis. Ini gratis dari booth Panama.
Yunani
Yunani
Panama
Panama
Kopi dan roti gratis dari Bolivia.
Kopi dan roti gratis dari Bolivia.
Filipina
Filipina
Ukraina
Ukraina

Saya perhatikan yang terlihat panjang antrian membeli makanan adalah dari booth negara Cina, Mexico, Thailand, dan Georgia. Beberapa booth negara lain tidak berisi makanan, tetapi menyediakan informasi dengan meletakkan brosur pariwisata. Ada negara juga yang menjual karya seni.

Senegal
Senegal
Cyprus
Cyprus

Dengan cuaca Den Haag yang pada hari itu tidak menentu, sebentar hujan reda, beberapa saat kemudian deras lagi, kami harus beberapa kali berteduh dibawah pohon kalau hujan deras datang, meskipun saya membawa payung. Mereka yang menikmati pertunjukan musik juga tidak bergeming dari tempat duduknya, membuka payung dan tetap khusyuk mendengar alunan suara dan alat musik.

Dibawah guyuran hujan
Dibawah guyuran hujan

Senang sekali hari itu karena kami seperti sedang menjelajah ke berbagai negara diawali Pesta Rakyat dan diakhiri dengan Embassy Festival The Hague. Kami menyebutnya Sabtu Internasional 😀

-Den Haag, 8 September 2015-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi

JFC – Jember Fashion Carnaval 2013

Pada tanggal 26-30 Agustus 2015 lalu diselenggarakan karnaval berkelas Internasional di Jember. Acara ini digelar setiap tahun semenjak 14 tahun yang lalu. Jember Fashion Carnaval (JFC) adalah karnaval yang menampilkan karya kreatif anak bangsa di catwalk sepanjang kurang lebih 3.6km pada jalan utama di Jember dan diklaim sebagai catwalk terpanjang didunia. Tema yang diusung oleh JFC berbeda setiap tahun. Pada tahun 2015 JFC mengusung tema Outframe Artwear Carnival yang dibagi menjadi 10 defile yaitu Majapahit, Ikebana, Fossil, Parrot, Circle, Pegasus, Lionfish, Egypt, Melanesia dan Reog. JFC gaungnya sudah sampai mancanegara sehingga setiap tahun acara ini diliput tidak hanya oleh media dalam negeri tetapi juga melibatkan media luar negeri. Tidak hanya ratusan ribu penonton, ribuan media, fotografer, dan observer hadir menyaksikan kemegahan JFC. Karena JFC, Jember mempunyai sebutan baru sebagai  “The World Fashion Carnival City,” dimana sebelumnya Jember dikenal hanya sebagai kota tembakau.

Pencetus berdirinya JFC ini adalah Dynand Fariz, seorang pendidik dibidang fashion yang merupakan warga Jember dan menempuh pendidikan terakhirnya di Paris. Dynand Fariz mempunyai rumah mode yang bernama House of Dynand Fariz yang terletak dikota Jember. Keinginan Fariz untuk memperkenalkan Jember ke dunia Internasional nampaknya berhasil. Jember yang dulunya dikenal sebagai kota kecil, sekarang Jember mampu menarik perhatian dunia fashion, baik nasional maupun Internasional.

Sepanjang 3.6 km memakai wedges JFC
Sepanjang 3.6 km memakai wedges JFC
Ini pasti berat sekali, sampai memakai roda
Ini pasti berat sekali, sampai memakai roda
Keren ya
Keren ya

Saya berkesampatan menyaksikan JFC pada tahun 2013. Pada saat itu JFC mengusung tema Artechsion yang merupakan kependekan dari Art-Technology-Illusion. Sebagai seseorang yang lahir di Jember, keluarga besar dari Bapak juga sampai sekarang tinggal disana, dan disana adalah rumah kedua bagi kami sekeluarga, rasanya malu hati kalau sampai tidak menyempatkan diri melihat acara Internasional ini. Tidak dapat dipungkiri, menyaksikan JFC dari pinggir jalan membutuhkan perjuangan ekstra karena harus bersaing dengan beribu orang untuk mendapatkan tempat strategis paling depan guna melihat secara jelas peserta yang tampil di catwalk.

DSC_8721

Kurungan ayampun ada
Kurungan ayampun ada

DSC_8748

Pada saat itu saya bersama adik harus berpanas ria dan berdesakan, merangsek sampai barisan terdepan dipinggir jalan dekat alun-alun Jember tempat dimulainya JFC. Sebenarnya bisa saja tidak harus berdesakan dengan cara membeli tiket sehingga bisa menikmati jalannya JFC ditempat yang lebih nyaman. Tetapi tiket JFC ini cepat sekali habis terjual dalam waktu yang tidak lama sejak diumumkan di website mereka.

Penuh dengan pigura
Penuh dengan pigura

DSC_8691_1

DSC_8707

Mereka yang menggunakan kostum ini bukanlah model professional melainkan anak-anak yang kebanyakan direkrut dari pelajar sekitar kota Jember sampai ke desa-desa. Terbayang kan bagaimana rasanya menggunakan kostum yang super kreatif, berjalan sepanjang 3.6km dibawah matahari yang terik dan hawa yang super panas. Biasanya JFC ini dimulai sekitar pukul 1 siang dan berakhir sekitar pukul 6 malam

Jadi bagaimana, tertarik untuk menyaksikan kemegahan JFC? Jangan sampai terlewat jadwalnya untuk tahun depan. Yuk datang ke Jember dan kunjungi karnaval yang menampilkan karya anak bangsa serta gaungnya sudah diakui didunia Internasional. Dengan datang ke Jember, selain bisa menyaksikan JFC, juga dapat mengunjungi Pantai Papuma. Saya pernah menuliskan tentang keindahan Pantai Papuma sebelumnya. Tentu saja saya bangga sebagai orang Jember :).

DSC_8676

-Den Haag, 30 Agustus 2015-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi yang diambil menggunakan kamera Hp

Bersyukur

Bersyukur dengan segala kesusahan yang ada dalam hidup kita, yang selalu kita hadapi, karena dengannya maka kita belajar untuk menjadi dewasa.

Bersyukur atas segala kesulitan karena Dia sudah menjanjikan setelah kesulitan akan ada dua kemudahan.

Bersyukur atas segala yang kita tidak punya. Kalau kita memiliki semuanya, lalu apa lagi yang akan kita cari? Karenanya kita akan berusaha lebih keras, berikhtiar lebih kencang dengan jalan yang benar untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan.

Bersyukur bahwa Dia tidak mengabulkan setiap doa dan keinginan yang kita panjatkan, karena Dia lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Ada kalanya Dia tidak selalu memberikan yang kita minta, dan mengganti dengan yang lebih baik, atau menunggu saat yang tepat kapan doa akan dikabulkan.

Bersyukur atas segala ketidaktahuan kita, karenanya kita akan mempunyai kesempatan setiap saat untuk selalu belajar dan menambah ilmu.

Bersyukur akan kesalahan yang telah kita perbuat, karenanya kita belajar untuk memperbaiki dan menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Bersyukur saat kita terjatuh, karenanya kita merasakan sakit dan belajar untuk bangkit.

Bersyukur dengan semua ujian yang telah Dia hampirkan dalam kehidupan kita, karenanya kita menjadi lebih yakin bahwa Dia tidak akan menguji umatNya melebihi kemampuan yang dimiliki.

Bersyukur atas hal-hal baik sangat mudah kita lakukan. Namun bersyukur atas segala kesulitan yang dihadapi membutuhkan keikhlasan hati.

Mari sama-sama untuk belajar bersyukur atas segala kesulitan yang dihadapi, daripada terus menerus meratapi. Semoga lebih membawa berkah dalam setiap Hamdalah yang terucap diantara iringan doa.

Seseorang mengatakan : Percaya saja, Tuhan menggengam semua doa. Lalu dilepaskanNya satu persatu disaat yang paling tepat.

http://raosanfikri.blogspot.nl/2014/06/awali-doa-dengan-bersyukur.html
http://raosanfikri.blogspot.nl/2014/06/awali-doa-dengan-bersyukur.html

-Den Haag, 27 Agustus 2015-

Featured Image dari http://wiwihhasim.blogspot.nl/2014/08/mengeluh-atau-bersyukur.html

International Fireworks Festival 2015 – Scheveningen Den Haag

International Fireworks Festival atau dalam bahasa Belanda adalah Internationaal Vuurwerk Festival merupakan kompetisi Internasional kembang api tahunan yang diselenggarakan setiap musim panas di pantai Scheveningen, Den Haag. Tahun ini sudah memasuki pelaksanaan yang ke 36. Peserta tahun ini dari negara Polandia, Italia, Jerman, Belanda, China, Korea, Jepang, dan Spanyol. Pelaksanaannya bertahap yaitu pada tanggal 14, 15, 21, dan 22 Agustus 2015, dua peserta dalam satu hari. Karena ini adalah kompetisi Internasional, maka ada juri yang memberikan penilaian. Selama sekitar 15 menit masing-masing negara akan unjuk kehebatan dimana 80% dari kembang api yang dibawa diproduksi dinegara masing-masing. Pada tahun ini pemenangnya adalah Spanyol, Belanda, dan Italia masing-masing secara berurutan nomer 1, 2, dan 3. Menurut berita di Telegraaf.nl total pengunjung sejak hari pertama diperkirakan sekitar 400.000 orang. Untuk lebih lengkapnya tentang festival ini, dapat dikunjungi pada website resmi mereka.

Sejak kecil saya senang melihat pertunjukan kembang api. Di Situbondo selalu ada setahun sekali, meskipun tidak besar-besaran karena kembang api sangat mahal harganya. Karenanya, ketika tahu ada festival kembang api di Scheveningen, sejak jauh hari saya sudah berunding dengan suami kapan akan melihatnya. Akhirnya disepakati kami akan melihat dihari terakhir. Dan sejak jauh hari juga saya sangat berharap cuaca akan cerah diakhir pekan, karena selama seminggu menjelang festival, hujan mengguyur Belanda tanpa henti. Kami sudah menduga sejak awal kalau acara ini pasti dipadati penonton karena jika cuaca cerah, pantai pasti penuh, selain itu acara ini gratis. Karenanya, kami memutuskan untuk naik sepeda saja ke Scheveningen supaya pulangnya lebih leluasa dan tidak terjebak macet. Dengan tempo bersepeda saya yang sedang-sedang saja, kami membutuhkan waktu 2 jam PP. Benar saja, ketika kami sampai disana sekitar jam 6 petang, pantainya sudah sangat penuh dengan orang-orang yang berjemur ataupun melakukan aktifitas dipantai lainnya. Untuk menunggu sampai jam 21:45 dimana pertunjukan pertama baru dimulai, kami berjalan bergandengan tangan menyusuri pantai.

Ramai
Ramai

Kami naik ke tower yang memang disediakan khusus untuk aktivitas Bungee dari ketinggian 60 meter. Antriannya panjang sekali. Satu kali lompat 70 euro. Bisa juga lompat bersama 2 orang. Saya yang memang tidak berani dengan aktifitas ini, hanya menjadi pengamat saja dari atas. Suami sebenarnya tertarik, tapi melihat antriannya, dia jadi mengurungkan niat. Dan saya bilang, mending nanti saja kalau ke Bali. Tempatnya lebih bagus karena diatas tebing. Saya suka mengamati tingkah orang-orang yang sedang berbungee ria. Ada satu yang menarik perhatian saya. Mereka naik ke mesin penggereknya berdua. Satu orang ini sejak awal seperti sedang merekam pakai Hp. Mungkin mereka sedang live di Periscope, ujar saya ke suami. Nah, saat teman satunya loncat, yang diatas dengan sigap menjulurkan Hpnya. Saya khawatir yang diatas ini karena terlalu antusiasnya ikut loncat juga 😀 atau tiba-tiba angin kencang trus Hpnya nyemplung laut. Tapi secara keseluruhan, selama orang-orang ini loncat tidak ada teriakan sama sekali. Kan ga seru ya kalau tidak teriak-teriak heboh. Saya tidak tahu apa memang merekanya yang tidak suka teriak-teriak heboh, atau memang ada aturan tidak boleh teriak, atau kata Febi di IG mereka sudah terlanjur pingsan duluan *ngikik *padahal kalau saya yang disana mungkin memang akan pingsan karena tidak berani.

IMG_4185

Cihuyy ya. Ngeri-ngeri sedap lihatnya. Pose dulu dong sebelum menukik. Demi eksistensi :D Untung yang diatas ga ikutan heboh. Ngeri juga Hpnya takut nyemplung :D
Cihuyy ya. Ngeri-ngeri sedap lihatnya. Pose dulu dong sebelum menukik. Demi eksistensi 😀 Untung yang diatas ga ikutan heboh. Ngeri juga Hpnya takut nyemplung 😀

Setelah bosan berkeliling, lalu kami mencari tempat strategis dibibir pantai. Saya yang memang dari awal niat piknik, sudah membawa tikar, buku bacaan, minuman, dan bekal. Semakin malam, semakin banyak yang datang. Sekitar pukul 21.30 saya melihat kapal-kapal besar mulai berjejer ditengah laut. Tepat pukul 21:45 pertunjukan kembang api dari China dimulai. Selama 15 menit penonton dibius dengan kemeriahan kembang api dilangit yang ditembakkan dari kapal ditengah laut. Setelah selesai, kami harus menunggu selama 30 menit untuk pertunjukan kembang api dari Spanyol. Jam 22:30 pertunjukan terakhir dimulai. Spanyol ini seru sekali bentuk-bentuknya. Ada yang meyerupai orbit galaxy. Luar biasa rasanya melihat pertunjukan kembang api ini. Saya merekam bagian terakhir saja.

Sunset
Sunset
Kapal yang sedang bersiap untuk menembakkan kembang api
Kapal yang sedang bersiap untuk menembakkan kembang api

Pengalaman yang tidak terlupa. Seru melihat kompetisi kembang api tingkat Internasional langsung dari pantai. Seru dengan kemeriahannya. Teman saya bertanya kok suara kembang apinya beda ya dengan yang di Indonesia. Saya bilang kalau yang didengar dia di Indonesia bukan suara kembang api, tetapi petasan :D.

Ternyata setelah pertunjukan kembang api selesai, masih ada acara lainnya dipanggung yang telah disediakan. Kami langsung pulang karena memang sudah sangat malam. Kami harus menempuh waktu 1 jam naik sepeda untuk menuju rumah. Musim panas selalu menyenangkan dengan berbagai macam acara, dengan catatan penting : jika cuacanya cerah ceria.

-Den Haag, 23 Agustus 2015-

Semua dokumentasi adalah milik pribadi

Sail Amsterdam 2015

I was lucky  to be on board of one of the ships (de Saffier) that participated in Sail Amsterdam 2015. Sail Amsterdam 2015 is the biggest parade of ships, boats and vessels in the world. It only takes place once in every 5 years in Amsterdam, mainly it is so expensive and complicated to organise.

Sail 2015 mainly consists of 3 stages: first there is ‘sail in’ where all boats gather in one place outside of Amsterdam (Ijmuiden) and from there they sail back to Amsterdam in on a big parade. This was the event I participated on August 19th 2015.

The big ships (called tall ships) are the main attraction and they are accompanied by a wide variation of all kinds of boats. The big ships lay in the Amsterdam harbour from August 20th until the 22th and during that period the ships are open for the public to watch and visit them. Finally on Sunday (August 23rd) there is a ‘sail out’:  a final parade where the tall ships leave the Amsterdam harbour.

Because the first part of the trip was to sail to IJmuiden to meet up with all the other boats, we had to be present very early in the morning. There was a big temporary location in the Cacaohaven, where alle participants gathered. In most cases these were people who were invited by companies to join them aboard the boats. In my case I was invited by Dutch company Between.

We got on board around 08.00 AM and soon afterwards headed for IJmuiden.

sail2015 706

sail2015 707

sail2015 708

After arriving in IJmuiden we returned to Amsterdam joining this huge amount of boats that participated in the parade. Along side the route on the sides of the canals there were many spectators watching from the bank of the canals.

sail2015 709

sail2015 710

sail2015 713

sail2015 712
During our trip delicious food was being served.
sail2015 714
As we returned in the Cacaohaven at 3 PM it was time for one final group picture.

If you intend to go to Amsterdam, then here is a handy PDF with all information about the location of the ships.

There is a beautiful website from the Dutch Public Television about the current and previous Sail events.

And there are webcams: Port of Amsterdam.

-Den Haag, August 19 2015-

Updated on Augustus 20th.

Swan Market – Den Haag

Saya senang sekali kalau sedang Summer seperti ini. Kenapa? Tentu saja karena bisa sering merasakan hangatnya Matahari. Meskipun cuaca di Belanda juga masih sering hujan, tetapi seringkali diakhir pekan cuaca menjadi sangat menyenangkan. Matahari bersinar cerah sehingga sayang sekali kalau akhir pekan hanya dihabiskan dengan berdiam diri dirumah. Saya dan Suami selalu mencari informasi tentang acara disekitar Den Haag atau kota lainnya yang bisa didatangi ketika hari sabtu atau minggu. Iya, kami biasanya hanya menghabiskan satu hari diluar, satu hari lainnya kami gunakan untuk leyeh-leyeh dirumah atau mengunjungi Mertua.

Satu bulan lalu, tepatnya 19 Juli 2015, kami mendatangi Swan Market yang diadakan di Kerkplein Den Haag. Sebenarnya apa sih Swan Market itu? Kalau ditilik dari namanya jelas ini adalah Pasar. Jika dibaca dari situs resminya, Swan Market adalah pasar yang menjual segala sesuatu yang berhubungan dengan gaya hidup, produk makanan olahan rumahan (homemade), aksesoris, interior rumah, barang-barang vintage, juga ada beberapa food truck, serta ada live musicnya. Sebenarnya pasar yang seperti ini bukan pertama yang saya datangi. Karena pada bulan Juni saya berkesempatan mengunjungi Arnhem untuk melihat Sonsbeekmarkt (tulisan tentang ini menyusul). Serupa, tapi tidak sama karena kalau di Sonsbeekmarkt diadakan ditaman yang bagus sekali bernama Sonsbeekpark hari minggu pertama disetiap bulannya, sedangkan Swan Market ini yang di Den Haag diadakan di Centrum dekat gereja, dan kota pelaksanaannyapun bisa berpindah. Swan Market dimulai saat musim dingin tahun 2010 di Rotterdam. Swan Market diadakan di Den Haag, Rotterdam, Dordrecht dan Tilburg. Selain di Belanda, Swan Market juga ada di Antwerpen, Belgia.

Aneka jenis Jamur
Aneka jenis Jamur

Aneka jenis telenan
Aneka jenis telenan

Aneka jenis barang-barang vintage
Aneka jenis barang-barang vintage

Pada dasarnya saya senang mengunjungi pasar-pasar yang jenisnya seperti ini karena bisa mencicipi beraneka jenis makanan, meskipun untuk saya harus memilih mana yang bisa dimakan dan yang tidak. Dan mematut diri disetiap tenda melihat barang-barang apa yang ada disana, memperhatikan satu persatu, merupakan keasyikan tersendiri. Kali ini kami memborong aneka jenis jamur yang masih segar. Serta bisa menikmati live music sambil kita makan dan minum serta beristirahat sejenak.

  
Mungkin jika ada yang sedang disekitar Den Haag, bisa mendatangi Swan Market tanggal 16 Agustus 2015, atau langsung cek website resminya untuk melihat jadwal yang terdekat dikotamu. 

Ini enak sekali. Namanya Kokos Balletjes.. Kelapa muda parut dikasih gula trus digoreng. Varian rasanya juga bermacam-macam. Ada yang campur coklat, orisinil, rasa vanila. dll. Bude saya di Ambulu sering membuat seperti ini. Tapi lupa apa namanya kalau di Ambulu.
Ini enak sekali. Namanya Kokos Balletjes.. Kelapa muda parut dikasih gula trus digoreng. Varian rasanya juga bermacam-macam. Ada yang campur coklat, orisinil, rasa vanila. dll. Bude saya di Ambulu sering membuat seperti ini. Tapi lupa apa namanya kalau di Ambulu.

Selamat berakhir pekan bersama keluarga, teman dan orang-orang tersayang. Semoga akhir pekan ini cuaca cerah ceria di Belanda, karena kalau tidak ada halangan ingin melihat pesta kembang api dipantai Scheveningen. 

-Den Haag, 14 Agustus 2015-

Semua foto adalah dokumen pribadi.