Sejak mengetahui akan ada Pesta Rakyat yang diadakan oleh KBRI dan bertempat di Sekolah Indonesia Nederland (SIN) Wassenaar, saya sangat antusias ingin datang. Apalagi yang dicari kalau bukan segala jenis makanan dari seluruh Indonesia yang dijual diberbagai booth yang ada. Kalau tidak salah hitung, kemarin ada 30 booth. Sejak jauh hari saya juga berdoa semoga cuaca pada tanggal 5 September 2015 itu akan cerah ceria. Namun beberapa hari menjelang hari H, hujan sepertinya senang menghampiri, mengguyur hampir sepanjang hari dan tiap hari. Dan melihat prakiraan cuaca, pada hari H akan hujan deras. Wah, saya sudah menyiapkan hati untuk kecewa tidak jadi datang karena kurang asyik rasanya kalau harus berbasah ria sambil menikmati makanan.
Tetapi alam rupanya sedang berbaik hati. Sekitar jam 12 siang, matahari terlihat sedikit bersinar. Saya dan suami langsung bergegas pergi menggunakan sepeda karena memang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 30 menit saja. Beberapa kenalan sudah mengatakan kalau di pesta rakyat akan berjejal penuh sekali. Tapi yang saya lihat ketika sesampainya disana melebihi apa yang saya bayangkan. Memang benar-benar penuh sekali dengan orang-orang yang bersuka cita menikmati hiburan yang disediakan dipanggung ataupun mereka yang menikmati makanan Nusantara.
Saya yang sudah mempunyai rencana akan makan ini dan itu, menjadi tidak selera makan lagi melihat orang-orang yang berjejal antri makanan. Menjadi tidak berselera juga untuk mengambil beberapa foto stan-stan makanan yang ada. Saya seperti kebingungan melihat lautan manusia. Entah kenapa kalau ditengah keramaian seperti itu nafsu makan langsung menghilang. Akhirnya saya memilih makan nasi rames Medan yang memang sudah menjadi incaran sejak lama. Kangen makan gule daun singkong. Selebihnya saya membungkus pempek kapal selam, tekwan, lupis, dan pesanan 1kg tahu bakso seafood. Itupun membeli pempek dan tekwan juga harus antri setengah jam.
Setelah berbincang dan berfoto dengan beberapa kenalan -yang jumlahnya memang tidak seberapa- saya dan suami memutuskan untuk pulang. Jadi total kami hanya sekitar 2 jam ada di Pesta Rakyat. Untuk tahun depan, masih tetap ingin datang lagi. Mungkin mentalnya akan lebih kuat melihat orang-orang yang berjubel 😀
Setelah dari Pesta Rakyat, kami bergegas menuju Centrum karena Mas Ewald harus membeli roti disalah satu toko disana. Ketika melintasi taman didepan hotel Des Indes tepatnya di Lange Voorhout ternyata sedang diadakan Embassy Festival The Hague. Tentu saja kami menghentikan kayuhan sepeda dan mampir karena mendengar suara musik dan seorang yang bernyanyi Seriosa.
Embassy Festival The Hague tahun ini memasuki tahun yang ketiga. Jadi ini adalah acara tahunan dari seluruh kedutaan di Belanda yang berisi pagelaran musik dari genre pop, jazz, klasik dan beberapa genre lainnya, memperkenalkan kuliner masing-masing negara, teater, sastra, seni, maupun promosi tempat wisata dari masing-masing negara tersebut, yang diadakan dikota Den Haag, tempat semua kantor kedutaan berada. Tahun ini kedutaan yang berpartisipasi adalah dari negara Thailand, Slovenia, Panama, Slovakia, Republik Ceko, Bolivia, Perancis, Meksiko, Republik Dominika, Guatemala, Siprus, Cina, Ukraina, Rusia, Hongaria, Curacao, Filipina, Sudan, Polandia, Palestina, Yunani, Austria , Kanada, Yordania, Mesir, Qatar, Armenia, Georgia, Tunesia, Amerika Serikat, Pakistan dan Arab Saudi. Indonesia tidak ada mungkin karena bertepatan dengan Pesta Rakyat.
Kami berkeliling melihat masing-masing tenda. Banyak tenda yang menyuguhkan kuliner (dengan cara membeli), sedangkan negara-negara lain ada yang cuma-cuma memberikan makanan lengkap ataupun sekedar makanan ringan. Menariknya pada beberapa negara, mereka yang berjaga menggunakan pakaian nasionalnya.
Saya perhatikan yang terlihat panjang antrian membeli makanan adalah dari booth negara Cina, Mexico, Thailand, dan Georgia. Beberapa booth negara lain tidak berisi makanan, tetapi menyediakan informasi dengan meletakkan brosur pariwisata. Ada negara juga yang menjual karya seni.
Dengan cuaca Den Haag yang pada hari itu tidak menentu, sebentar hujan reda, beberapa saat kemudian deras lagi, kami harus beberapa kali berteduh dibawah pohon kalau hujan deras datang, meskipun saya membawa payung. Mereka yang menikmati pertunjukan musik juga tidak bergeming dari tempat duduknya, membuka payung dan tetap khusyuk mendengar alunan suara dan alat musik.
Senang sekali hari itu karena kami seperti sedang menjelajah ke berbagai negara diawali Pesta Rakyat dan diakhiri dengan Embassy Festival The Hague. Kami menyebutnya Sabtu Internasional 😀
-Den Haag, 8 September 2015-
Semua foto adalah dokumentasi pribadi
wah baru nemu postingan ini Den.. kmarn ga jadi ke pasar raya, udah ngebayangin gitu males, trus ditambah hampir 4 jam perjalanan, hiks.. sungguh, rute yg ajaib.. tapi embassy festival kereeeeeeeeeeeeeeen… sueneng pol pokoknya… (lek seneng yo tulisen mbaaaak… iyoooooo… *numpuk draft )
Iya thoo Embassy Festivalnya kereenn yaaa, dan bisa incip2 makanan enak hahaha pancet ae panganan thok.
Loh, Denny, dirimu di Den Haag yah… saya dulu kuliahnya di ISS, banyak anak Indonesianya biasanya di sana. Lucky you….. di sini orang Indonesianya sedikit sekali…..btw, lihat foto nasi rames di atas jadi laper 🙂
Iya Feli, aku tinggal di DH. Deket sama Centrum. Ohh kamu alumni ISS. Pernah kenalan dengan beberapa mahasiswa ISS dari Indonesia pas sama-sama makan di Salero Minang. Antara beruntung dan ga beruntung juga sih dengan banyaknya orang Indonesia di Belanda. Beruntungnya karena makanan Indonesia jadi gampang ditemui. Ga beruntungnya karena dunia pergosipan merajalela dengan cepat saking “sesaknya” orang Indonesia disini haha.
kayak di negeri sendiri ya kak
Iya Win karena mayoritas orang Indonesia yang datang.
Rame ya..aku malah belum pernah dateng ke acara di Wassenaar sama sekali loh..kelupaan mulu tepatnya 😀 Rame juga ya acara-nya, makanan-nya itu bikin ngiler 😀
Iya Indah, makanannya bikin ngiler. Kalau misalkan ga rame gitu mungkin akan lebih nikmat makannya. Mudah-mudahan tahun depan bisa datang ya 🙂
Aku ngiri banget disana banyak makanan Indonesia. Pas di Amsterdam juga bertebaran resto Indonesia. Hiks hiks. Nasib.
Kalau nanti ada kesempatan ke Den Haag, aku ajak muter2 ke Restaurant2 Indonesia disini yang jumlahnya lebih banyak dari Amsterdam. Kayaknya disini disetiap pengkolan ada, saking banyaknya haha. Dan mau kuajak juga ke Pasar Tradisioanal yang pernah kuceritakan diblog. Mau pamer kalo Den Haag punya pasar tradisional yang murah meriah lengkap sekali 🙂
Aku mau banget ke Den Haag, pastinya klo balik kesana sendiri / bareng temen pasti puas bisa jalan2 sendiri, jadi bisa jalan2 ke DenHaag juga. Pira suwe to numpak sepur mrono teka ams?
Maksimal satu jam Va lek Amsterdam – Den Haag. Rotterdam – Den Haag malah ga sampai setengah jam. Ojok lali yo nggowo koper kosong soale isok diisi belanja bahan-bahan Indonesia lengkap nang kene. Soale aku sampek saiki sik sering kalap lek nang pasar haha.
mesti datangnya pagi2 pas pintu baru buka kali tuh den, aku mah udah ga selera kalau udah keramean, ketemu itu itu foto2, ya lupa deh kalau mau hunting makanan :))
kemaren di Brussels si RM Padang yang di Den Haag buka stand, lupa namanya deh…
Iya nih Fe, tahun depan musti datang pas jreeengg pintu gerbang dibuka. Padahal mereka bukanya jam 12, dan aku datang jam 1. Kupikir masih aman jaya, ealaahh ternyata sudah umpel2an. Kata Yayang yang datang jam 3, malah semakin rame dan antrian lebih mengular. Oh iyaa, aku baca di FBnya, Salero Minang buka stand di Pesta Rakyat Brussels.
Seru ya kayaknya makanannya ada dari banyak negara-negara gitu, nggak cuma Indonesia aja 😀 . Ngomongin gule daun singkong, pas mudik kemarin makan di rumah makan Padang, eh daun singkongnya pas habis! Sialan! Hahaha 😛
Iya Ko, ngobatin kesel karena banyak orang di Pesta Rakyat. Untung ada Embassy Festival. Hahaha, padahal gule daun singkong salah satu bintang utamanya yaaa *aduh aku mendadak laper ingat gule daun singkong hahaha
Apa yang langsung menarik mata mbak? nasi rames medanmu itu lho…. hahahaha
Hahaha lha ancene cuman tuku iku Mbak. Dadi cuman iku sing difoto :)))
Suasananya di luar ekspektasi ya mbak hehe Ngeliat foto-foto di situ, saya jadi semakin terasa kalo kami yg tinggal di Indonesia ini berarti ada di rumah. hahahaha
Yiaaayy!! Nadia bisa komen disini haha. Iyaa bener Nad, ramenyaaa beneran deh sampai umpel2an gitu. Padahal ya tempatnya lumayan gede lho. Kalah sama banyaknya orang Indonesia disini.
Senengnya tinggal di Den Haag itu salah satunya deket ke KBRI ya mbaa, haha.. Puas deh makan nasi rames Medannya 😀
Iya bener Astrid. Tinggal di Den Haag ini enak. Ngurus segala administrasi gampang, kantor pemerintahan ada disini semua. Ga terlalu ramai lagi kotanya.
Seru ya mbaaa.. Aku paling suka nih datang ke festival-festival kayak gini. Sayang di Pekanbaru jarang ada acara beginian 😀
Seruuuu Lia. Aku juga sukaaa banget ke festival2 seperti ini.Apalagi kalau musim panas, sampai bingung milih mana yang akan didatangi saking banyaknya acara, dan gratisan pula. Mudah-mudaha Pekanbaru permasalahan asap segera selesai ya. Supaya meriah dengan acara-acara.
Selamat ya Mba, rindunya terobati makan daun singkong :p
Iya Ji, puas banget rasanya. Aku ga terlalu bisa masaknya, entah kenapa. Antara males dan ga bisa beda tipis sih sebenarnya haha.