Kami baru saja datang dari liburan awal musim panas 2019. Tujuan kali ini adalah Kroasia, tepatnya kami menginap di Pula, salah satu kota di wilayah Istria Peninsula, yang merupakan kota terbesar kedelapan di Kroasia. Selama lebih dari seminggu dengan membawa dua koper, kami tidak hanya berdiam diri di Pula, melainkan juga melakukan perjalanan menggunakan bis umum mengunjungi beberapa kota lainnya yaitu Umag, Rovinj, dan Porec, serta ke pulau lain yaitu Brijuni.
Tujuan liburan kali ini selain melaksanakan rencana yang sempat tertunda tahun lalu, juga dalam rangka ulang tahun suami. Niatnya ingin mencari cuaca yang lebih hangat dibandingkan Belanda, nyatanya selama kami di sana malah terkena gelombang panas yang melanda hampir sebagian besar negara-negara di Eropa (Barat). Bahkan dalam dua hari suhunya mencapai 39°C dan kami memutuskan tidak ke mana-mana. Melakukan kegiatan yang tidak jauh dari apartemen tempat kami tinggal, yaitu : berenang, bermain di pantai, dan leyeh-leyeh di dalam apartemen menikmati AC. Maklum, di rumah kami tidak ada AC jadi kami menikmati semaksimal mungkin dinginnya AC *haha norak, kalau panas gini memang jadi kangen AC. Intinya liburan kali ini betul-betul santai tidak ngoyo harus ke semua tujuan wisata.
Sebelum memutuskan untuk ke Pula dan beberapa kota yang ada di sana, saya melakukan riset kecil-kecilan, Kroasia bagian mana yang untuk kali pertama nyaman untuk dikunjungi. Nyaman dalam artian bisa mengakomodir kebutuhan semua anggota keluarga misalkan tidak terlalu rame (oleh turis) karena sudah masuk musim panas (ini keinginan saya, karena seperti biasa, kepala suka pusing mendadak kalau ke tempat yang ramai. Maklum, biasa tinggal di kampung), ingin melihat laut, ada hal-hal yang berkaitan dengan sejarah, dan juga faktor child friendly (-berdasarkan standar kami- terutama kontur kotanya yang tidak terlalu naik turun serta banyak taman). Pula akhirnya jadi pilihan karena mencakup hal-hal yang kami inginkan, meskipun penerbangan dari dan ke Belanda hanya satu kali dalam sehari.
Selama lebih dari seminggu di Pula, kami sangat suka dengan kota ini. Kota kecil namun rasanya hangat oleh penduduk lokal yang suka sekali tersenyum dan tidak sungkan-sungkan untuk menolong. Apakah ini karakter orang Kroasia? Entahlah. Oh ada satu lagi, turis Asia nyaris tidak saya jumpai selama di sini. Terang saja, mereka mungkin lebih memilih Dubrovnik dan Zagreb.
Untuk tempat-tempat yang kami kunjungi selama di Pula (dan beberapa kota lainnya) akan saya tulis terpisah. Kali ini saya akan menuliskan beberapa hal tentang Kroasia pada umumnya dan wilayah Istria Peninsula khususnya, serta pengalaman kami selama di sana.
- Mata Uang
Mata uang Kroasia adalah Kuna. Nilai tukar Kuna terhadap Euro adalah 1 Kuna = 0.13 – 0.14 Euro. Bagaimana dengan harga makanan (mencakup buah dan sayur serta bahan makanan lainnya)? Relatif lebih murah dibandingkan Den Haag dengan standar tempat yang sama.
- Transportasi Umum
Transportasi umum di Pula sangatlah gampang, dalam kota maupun antar kota. Setahu saya adalah bus. Entah ada kereta atau tidak. Menurut informasi yang saya dapatkan, di Pula tidak ada kartu paket transportasi harian maupun mingguan. Adanya yang bulanan. Karenanya kami beli tiket bus per sekali jalan. Harganya sama, jauh dekat dalam kota, yaitu 11 Kuna (sekitar €1.5)
Standar bis kota di Pula, nyaman. Ber AC meskipun jika sedang penuh, AC hanyalah basa basi semata. Sopir bis bisa menggunakan bahasa Inggris, jadi memudahkan jika mau bertanya tentang rute. Cara menyetir mereka, selama kami di sana, santai tidak ugal-ugalan. Di dalam bus mempunyai tempat khusus untuk stroller dan kursi roda.
Untuk tiket bus antar kota, bisa langsung dibeli di stasiun bus. Namun jika musim liburan atau puncak musim panas, lebih baik membeli melalui website mereka. Diantara beberapa perusahaan bus antar kota yang ada, kami lebih merasa nyaman dengan bus Arriva. Busnya besar, lebih lega, AC nya terasa, dan gratis wifi. Sedangkan bus lainnya AC nya abal-abal. Dalam cuaca yang terik, perjalanan dari Pula ke Umag selama 2.5 jam sangatlah uji nyali, bermandikan keringat. Untung suasana aman terkendali dan untungnya lagi perjalanan kembali ke Pula kami mampir-mampir jadi bisa berganti-ganti bis *Jawa banget ya, masih untung saja.
- Pantai
Tipe pantai di Istria Peninsula adalah pantai berbatu, bukan pasir. Jadi ya pintar-pintar kita saja cari posisi leyeh-leyeh supaya pantat tidak ngganjel di batu. Disarankan mempunyai sepatu untuk berenang, supaya kaki tidak sakit tertusuk batu-batu yang ada di bibir pantai. Harus saya akui, pantainya memang indah sekali. Di bawah ini salah satu contoh bibir pantai yang berbatu. Sebenarnya saya ada contoh foto bibir pantai yang lebih landai dan berkerikil, sehingga aman buat anak-anak, tapi tidak saya tampilkan karena tampak dekat dan banyak yang berjemur. Saya takut kena tuntut karena memposting tanpa ijin (karena dari jarak dekat).
- Air Minum
Air kran di Istria Peninsula layak dan bisa diminum. Jadi jangan khawatir. Beda dengan Malta yang air krannya tidak bisa diminum.
- Sewa Sepeda
Mempunyai rencana berkeliling Pula dengan bersepeda? Jangan khawatir, banyak sekali tempat persewaan sepeda baik pribadi maupun milik pemerintah. Pula kontur kotanya tidak terlalu naik turun, jadi memungkinkan berkeliling Pula dengan bersepeda.
- Bahasa
Bahasa yang dipakai penduduk setempat adalah bahasa Kroasia yang juga merupakan salah satu bahasa resmi di EU. Bahasa Kroasia juga digunakan di Bosnia Herzegovenia, Serbia, beberapa wilayah di Montenegro, beberapa wilayah di Romania, dan satu wilayah di Austria (Burgerland). Jangan khawatir, bahasa Inggris tetap bisa dipergunakan di sini, terutama untuk berkomunikasi dengan kalangan muda (dan di wilayah turistik). Untuk generasi Oma Opa, sepertinya tidak paham (dari pengalaman saya). Bahasa Kroasia menurut telinga saya terdengar seperti bahasa Jerman. Ada beberapa kata yang saya tebak-tebak artinya dan ternyata benar.
- Turis
Seperti yang sudah saya singgung pada awal tulisan, selama di sini saya tidak melihat turis Asia. Mungkin kalah pamor dibandingkan Zagreb dan Dubrovnik. Dan penduduk lokalpun nyaris tidak saya lihat yang bermuka Asia. Bahkan saya tidak menjumpai restoran China, Jepang, apalagi Korea di daerah pusat turis. Seringnya yang kami jumpai adalah turis dari Jerman dan mereka yang berbicara dengan aksen British. Selain itu, meskipun sudah memasuki musim panas, namun di Pula tidak terlalu ramai oleh turis. Mungkin belum.
- Penginapan Tempat Kami Tinggal
Kami sengaja tidak tinggal di hotel selama di Pula. Kami memilih tinggal agak melipir dari pusat kota dan lokasinya di dekat pantai. Pilihannya banyak, tentu saja. Setelah pilah pilih, akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di kawasan Verudela. Di sini terdapat komplek apartemen yang letaknya di pinggir laut. Jadi di apartemen ini terdapat kamar tidur cukup besar, ruang tamu, ruang makan, kamar mandi, dan dapur yang lengkap. Meskipun konsepnya adalah apartemen, tapi pelayanannya seperti hotel. Setiap hari ada karyawan yang membersihkan dan membawa handuk-handuk bersih, jika memang ingin ganti handuk.
Letak apartemen yang kami tempati tidak jauh dari kolam renang dan pantai. Jadi setiap saat kalau kami tidak keluar, bisa memandang laut dan hilir mudik kapal. Meskipun banyak anak-anak, herannya selama di sini saya tidak merasa keberisikan, bahkan berasa sunyi. Selain itu, komplek ini menyediakan tempat bermain anak dalam ruangan yang bersih dan bagus. Ada karyawannya juga yang menemani anak-anak yang bermain di sana. Kami puas sekali selama tinggal di sini. Transportasi ke pusat kota dan ke stasiun bus juga gampang dan sampai dini hari.
- Tentang Istria Peninsula
Istria adalah semenanjung terbesar di Kroasia dan terletak di bagian paling barat. Istria merupakan tujuan yang sangat populer dikalangan turis karena letaknya yang dekat dengan Italia, Slovenia, dan Austria. Istria mempunyai garis pantai yang besar, penuh teluk kecil dan lebih besar dengan ratusan pulau. Kontur semenanjung Istria juga sangat menarik, dengan sejumlah kota kecil dibangun di atas bukit di sekitar Istria.
Istria menjadi bagian dari Kroasia setelah Perang Dunia Kedua karena sebelumnya milik Italia, sehingga secara budaya (serta makanan), sangat dipengaruhi oleh budaya Italia. Itu disebut “Terra Magica” di zaman Romawi. Istria jauh lebih kebarat-baratan daripada bagian Kroasia lainnya karena sejarahnya.
- Makanan
Nah ini bagian favorit saya, bercerita tentang makanan. Setiap wilayah di Kroasia mempunyai karakteristik makanan yang berbeda. Tergantung letaknya di mana apakah pinggir laut atau yang di dataran tinggi.
Begitu juga di wilayah Istria Peninsula, karakteristik makanannya tentu saja makanan laut dan makanan Italia (Akhirnya bisa makan makanan Italia lagi, yang otentik, setelah road trip kami ke Italia tahun 2016). Jadi jangan heran jika dijumpai restoran Italia di mana-mana. Namun begitu, ada beberapa makanan yg memang merupakan khas Pula. Diantaranya adalah Ikan Sea Brass yang digoreng kering beraroma kuat bawang putih, disajikan dengan campuran kentang dan bayam. Ada juga yang disajikan dengan kubis oseng yang rasanya asin kecut. Rasanya enak, saya suka (walaupun kata suami : ini lebih enak kalau ada nasi putih hangat dan sambal terasi ya haha).
Makanan khas Pula lainnya adalah beef steak yang disajikan di atas roti kemudian diguyur saus jamur serta mustard. Sayuran pendampingnya adalah acar wortel serta oseng terong. Ini juga enak, dagingnya lembut sekali.
Selebihnya selama di sana saya pesan makanan Italia seperti Spaghetti seafood, risotto cumi hitam, pizza, dan sajian bermacam-macam aneka jenis makanan laut dalam satu piring besar. Suami juga mencoba beberapa bir lokal. Nah, makanan di foto terakhir itu adalah favorit saya karena dalam satu piring besar berisi lengkap aneka makanan laut. Benar-benar puas dan rasanya luar biasa enak. Saya sangat senang selama di sana karena bisa sepuasnya makan makanan laut. Mumpung ya, tidak masak sendiri.
Jajanan khas Pula saya hanya mencoba satu macam yaitu semacam pastry yang diisi adonan putih telur dan gula. Rasanya tentu saja manis, tapi tingkatannya sedang. Tidak semanis kue-kue di Belanda.
Ada teman saya yang bertanya apakah di Pula ada restoran Indonesia? Sejauh mata memandang disekitar pusat turis, saya tidak menemukan. Saya memang sengaja tidak mencari informasi tentang ini. Prinsip saya, selama masa jalan-jalan, lebih baik saya jauh-jauh dari makanan Indonesia. Ini waktunya saya mengenal makanan lokal tempat tujuan liburan. Kalau mau cari restoran Indonesia, di Den Haag ga kurang, tinggal pilih semua lengkap. Nah kalau liburan nyarinya tetap makanan Indonesia, kok ya saya merasa rugi. Itulah kenapa setelah tinggal di Belanda, kalau kami liburan saya tidak pernah lagi membawa sambal karena tidak semua makanan perlu dan layak dikasih sambal. Selain itu, supaya tidak merusak rasa asli makanan tersebut. Ini pendapat pribadi buat saya sendiri ya. Kalau ada yang beda ya monggo. Makanan kan masalah selera. Beda dengan ketika saya pergi ke Berlin bersama teman-teman Indonesia, kami memang sengaja mencicipi berbagai macam makanan di restoran Indonesia, karena sebelumnya saya sudah beberapa kali ke Jerman dan sudah mencoba beberapa makanan khas Jerman.
- Lavender, Truffle dan Olive Oil
Istria Peninsula terkenal juga akan hasil alamnya yaitu Lavender, Truffle dan olive oil. Kalau ingin membawa apa yang khas dari wilayah ini, bisa dipertimbangkan dari tiga yang khas tersebut.
Begitulah sekilas gambaran tentang Kroasia, khususnya Pula dan kota-kota sekitarnya serta cerita singkat pengalaman kami selama di sana. Tentang tempat mana saja yang kami kunjungi selama di sini, akan saya buatkan tulisan terpisah. Nanti juga akan saya ceritakan tentang saya nyaris tidak bisa masuk ke Kroasia perkara paspor hijau dan visa, serta terkena random Check saat akan pulang ke Belanda. Pengalaman yang menegangkan. Jadi, silahkan menyimak ya. Kroasia sangatlah indah. Ingin rasanya mengunjungi semua kota. Mudah-mudahan jika ada rejeki uang dan waktu, bisa kembali ke Kroasia, menjelajah bagian lain terutama wisata alamnya.
Oh ya, yang sedang membutuhkan rekomendasi bahan bacaan, bisa dilihat postingan sebelum ini. Buku-buku yang tuntas saya baca periode Januari-Maret 2019.
-Nootdorp, 2 Juli 2019-