Seperti biasa, setelah pindah ke Belanda dan saat Ramadan, disempatkan menulis cerita seputar Ramadan. Biasanya akan ditulis mendekati Idul Fitri. Cerita Ramadan lainnya, bisa klik tautan Ramadan. Kali ini, saya menulis sehari menjelang Lebaran. Saya sedang menunggu jam tidur setelah selesai buka puasa jam 22.30.
Ramadan tahun 2021, bertepatan dengan musim semi. Hawanya sangat nyaman, meskipun terkadang masih sangat dingin. Tapi secara keseluruhan, menyenangkan berpuasa saat musim semi. Puasa yang durasinya 16 – 17.5 jam, jadi tidak terasa. Saya yang seperti biasa malas sahur, tahun ini pun kembali malas untuk bangun sahur. Jadi setelah berbuka puasa, sholat maghrib, sholat Isya dan Taraweh, lalu setelahnya tidur. Rata – rata tiap malam selama Ramadan tahun ini, saya tidur jam 12 malam. Paling lambat jam 00.30.
Karena cuaca dan suhunya sangat nyaman (paling sering sekitaran 15 derajat celcius), jadi berkegiatan pun tidak terlalu terasa capek. Bahkan saya masih olahraga nyaris setiap hari. Selama Ramadan, olahraga saya ganti waktunya menjadi sore hari sekitar 4 jam sebelum buka puasa.
Saya juga masih berkegiatan di dapur memasak, membuat roti dan kue, mencoba dan mengotak atik resep baking. Masuk musim semi, artinya mulai berbenah halaman depan belakang. Saya mulai menyemai beberapa benih, menanam beberapa bunga, mempercantik halaman depan belakang dengan sering menyapu. Meskipun hujan masih sering mengguyur, tapi tidak menyurutkan semangat bebenah. Saya juga sibuk mengecat bangku, kayu centelan tanaman di halaman depan belakang, dan juga kursi. Kalau puasa, entah kenapa saya seperti punya energi lebih. Jadi bisa berbenah tanpa henti.
Seminggu lalu, saya mulai mencicil membuat kue kering. Aslinya malas sekali. Tapi karena dalam dua hari berturut saya mendapatkan kejutan berupa kiriman kue kering dari dua orang teman, jadinya saya semangat membuat untuk membuat sendiri. Dicicil, satu hari satu macam kue. Jadilah sekarang punya stok 4 jenis kue kering. Lumayanlah bisa berasa lebaran an nanti.
Karena membuat kue kering, stok putih telur jadinya melimpah. Saya terpikir untuk membuat Maccaron. Aslinya saya belum pernah makan. Dulu waktu ke Paris, ditawari suami untuk mencicipi, tapi saya tolak karena membayangkan rasanya pasti manis sekali. Saya ini suka sekali bereksperimen dengan jajanan manis, selalu senang jika membuatnya. Tapi untuk makan, tidak terlalu suka. Lidah saya lebih suka dengan rasa yang asin.
Membuat Maccaron bahannya sederhana. Yang tidak sederhana adalah proses membuat dan mencetaknya sangat penuh trik bahkan sampai ke luar oven. Namanya juga baking ya, penuh dengan science. Tapi lumayan lah ini untuk pemula meskipun bentuknya masih tidak konsisten bentuknya. Rasanya pun tidak terlalu manis. Lidah saya bisa menerima. Selanjutnya ingin membuat lagi karena masih penasaran dengan konsistensi bentuknya. Resep Maccarons yang saya adaptasi, dari sini.
Masih punya sisa putih telur, akhirnya bikin bolu marmer. Ada 3 rasa dalam satu bolu yaitu vanilla, coklat, dan Mocca. Saya membuat sehari sebelum hari Minggu yang memang hari Ibu di Belanda. Saya olesi bolu ini dengan buttercream rasa Mocca dan taburan kacang mede dan almond. Saya bagi ke tetangga dan Mama mertua. Enak dan lembut tekstur bolu dengan menggunakan putih telur.
Hari Ibu saya mendapatkan kado sandal jepit, pas banget karena sandal jepit sudah rusak. Mau beli lupa mulu. Jadinya senang dapat kado ini. Dan juga saya menerima beberapa kado lainnya. Siang kami ke toko tanaman, saya membeli beberapa tanaman untuk ditanam di halaman depan dan belakang. Sorenya kami ke rumah Mama.
Kegiatan yang lainnya, seperti biasa belajar, membaca buku, jalan – jalan ke taman, hutan, danau. Kami juga sempat ke ladang tulip. Oh saya juga sudah mulai kembali les menyetir. Mohon doanya ya, ujian menyetir kali ini saya langsung lulus. Bosen juga les nyetir mulu.
Saya sudah mencicil membuat beberapa menu lebaran. Saya mengundang 2 teman pas hari lebaran, satu teman akan datang hari lebaran kedua, dan hari lebaran ketiga ada satu teman datang mau mengambil baju – baju dan beberapa perkakas bayi yang sudah tidak kami pake lagi.
Tetangga sebelah rumah, yang sudah akrab sekali dengan kami, dua kali membuatkan saya sate ayam. Suami saya merasa surprise karena mereka orang Belanda kan, tapi rasa sate yang dibuat enak. Masih ok untuk standar sate dengan bumbu Indonesia. Mereka bilang, sate ayam dibuat untuk saya berbuka puasa. Anaknya pun sekali waktu pernah membuat sushi. Katanya untuk saya berbuka puasa. Perhatian mereka membuat saya terharu. Merasa rejeki sekali mempunyai tetangga seperti mereka. Sangat dekat tapi kami tetap tahu batasan. Mereka ini sangat perhatian dan sangat gampang menawarkan bantuan atau ketika diminta bantuan.
Beberapa hari lalu, saya dan suami membahas tentang lebaran. Saya bilang, mudah – mudahan tahun depan kami bisa berlebaran di Indonesia karena terakhir saya lebaran dengan keluarga di sana, tahun 2014. Jadi sudah 7 tahun lalu. Setelahnya saya pindah ke Belanda dan sejak saat itu belum pernah mudik. Tahun lalu, sebenarnya saat membeli tiket, kami pas kan waktunya saat lebaran. Tapi tidak jadi pulang. Tahun ini pun belum kesampaian mudik karena kondisi di sana dan di sini belum kondusif. Tiket pun sudah diundur lagi masa berlakunya oleh pihak maskapai penerbangan sampai akhir tahun depan.
Sedih sebenarnya kalau ingat lebaran, menjelang lebaran atau saat lebaran. Sudah 7 tahun tidak merasakan suasana lebaran di Indonesia. Rasa kangen akan suasana Ramadan, kangen dengan suara takbir, suara adzan dari masjid, suara orang tadarusan, suara bedug dipukul, dan keriuhan lebaran beserta segala menu lebarannya. Kangen dengan seluruh keluarga saya lebih tepatnya. Saat lebaran adalah saat yang kami tunggu setiap tahun karena bisa berkumpul lengkap. Tahun lalu saya sholat idul fitri di rumah, besok lebaran pun sama. Jadi ya, bisa terbayang kan saya rindu suasana lebaran yang sebenarnya. Meskipun begitu, tidak mengurangi rasa syukur saya bahwa Ramadan kali ini banyak berkah dan rejeki yang kami dapatkan. Keluarga kami lengkap, sehat, masih diberikan rejeki yang cukup.
Zakat fitrah sudah kami bayarkan untuk sekeluarga. Selama saya di Belanda, zakat fitrah selalu kami salurkan di Indonesia. Yang ngurus kalau ga Ibu ya Adik. Saya sekalian titip sedekah untuk beberapa orang yang tidak mampu, juga untuk saudara – saudara. Bagi kami, keluarga masih nomer satu. Jadi jika ada saudara yang kekurangan, jika kami ada rejeki lebih, yang pertama dibantu adalah saudara sebelum ke orang lain. Bagaimanapun juga, apapun yang terjadi, keluarga masih nomer satu buat saya.
Semoga dipertemukan kembali dengan Ramadan tahun – tahun mendatang dalam keadaan sehat, lengkap, dan hangat bersama seluruh keluarga. Semoga siapapun yang tahun ini tidak bisa mudik karena kondisi masih belum memungkinkan, tetap diberikan suka cita dan kebahagiaan merayakan lebaran. Semoga tahun depan saat lebaran bisa merayakan bersama seluruh keluarga.
Selamat menyambut lebaran esok hari.
-11 Mei 2021-