Natal Pertama di Belanda

Pohon dan hadiah-hadiah dibawahnya. Rasanya saya ingin menjejerkan pot kemangi disana, kado untuk suami :D

Saya terlahir ditengah keluarga besar yang multi agama, terutama dari keluarga Ibu. Pemeluk 5 agama di Indonesia, penganut kepercayaan bahkan pemeluk agama Shinto juga ada dalam keluarga besar. Jadi, saya tumbuh dalam keberagaman agama dikeluarga. Tidak mengherankan kalau sedang berkunjung ke rumah Mbah di Nganjuk pada saat Lebaran atau liburan Natal, keluarga besar ramai berkumpul dan ikut bersuka cita dengan perayaan yang sedang berlangsung. Suasana kumpul keluarga tersebut yang membekas dalam ingat saya sampai sekarang. Betapa saya sangat senang kalau bertemu sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan perpaduan dari berbagai macam suku dan agama. Kehangatan keluarga, makan-makan, bercengkrama, ataupun sekedar tertawa tanpa henti tanpa tahu apa yang menjadi pemicunya. Tetapi kesenangan tersebut surut teratur dikala usia sudah menginjak difase pertanyaan “kapan kawin?”yang melucur seperti petasan : riuh memekakkan telinga.

Ibu sejak SD sampai SMA menempuh pendidikan disekolah Katolik. Karenanya, bukanlah hal yang baru buat saya mendengar cerita beliau tentang Misa, Doa Novena, Rosario, Komuni, bahkan beberapa lagu misa ataupun lagu lainnya seperti Ave Maria, Malam Kudus (yang ternyata lagu aslinya ditulis dalam bahasa Jerman berjudul Stille Nacht) sudah biasa saya dengarkan karena beliau sering memutarkan sewaktu saya dan adik-adik masih kecil. Tidak dapat dipungkiri ketika dirumah memutarkan lagu-lagu tersebut, keluarga kami menuai protes tetangga kanan kiri kenapa keluarga Islam memutar lagu agama Katolik. Tapi Ibu tidak peduli dan tutup telinga dengan gunjingan tetangga. Toh yang mengerti tujuan kenapa Ibu melakukan itu adalah kami anggota keluarga, itu yang paling utama. Mungkin sikap seperti itu yang akhirnya saya tiru, tidak peduli tudingan sana sini saat mulai menjalin kasih dengan mereka yang berbeda keyakinan. Ketika akhirnya saya serius dengan seorang lelaki beragama Katolik, saat itu juga saya tahu bahwa hubungan kami tidak akan pergi kemana-mana, jalan ditempat, bahkan akhirnya harus menghadapi kenyataan bahwa kami tidak bisa dipersatukan. Pada saat itu kami tidak cukup ilmu untuk memahami ajaran agama masing-masing, sehingga tidak mampu menjawab banyak pertanyaan yang mencuat diantara kami. Namun saya harus berterima kasih kepada dia karena membukakan mata bahwa ternyata saya tidak terlalu paham dengan agama yang saya yakini, karenanya saya menjadi terpacu untuk belajar lebih dalam.

Saya masih belajar dan terus mencari jawaban sampai sekarang atas segala pertanyaan yang muncul tidak ada habisnya tentang banyak hal. Dalam proses belajar itu saya lebih banyak diam dan menjadi pengamat. Mengunci mulut dan menjaga jemari tangan agar tidak menjadi “hakim dadakan” dengan menuding ini dan itu. Jika ada yang tidak sesuai atau saya belum yakin akan suatu perkara, saya memilih untuk diam dan memperbanyak ilmu daripada sibuk menyalahkan atau mengumbar opini pribadi yang tidak jelas kebenarannya. Saya meyakini apa yang saya yakini dengan tidak menutup pintu hati dan pikiran untuk belajar sebanyak-banyaknya ilmu supaya tidak menjadi sempit pengetahuan dan tidak mudah mengkerdilkan orang yang mempunyai pendapat berbeda. Salah satu Quote Mother Teresa yang saya suka adalah “If you judge people, you have no time to love them.” Saya bersyukur dibesarkan dari keluarga dengan background beragam, sehingga kami tidak ada waktu untuk mencari pembenaran akan masing-masing keyakinan karena kami lebih banyak waktu untuk menghormati perbedaan yang ada dengan cara yang lebih bijaksana dan pikiran terbuka. Ketika di Indonesia masih saja timbul pro dan kontra tentang memberikan ucapan selamat Natal, saya di Belanda sedang menikmati suasana Natal pertama bersama suami dan keluarga.

Dua minggu menjelang tanggal 25 Desember, suami tiba-tiba mengusulkan untuk membeli pohon beserta hiasannya. Dia sangat bersemangat sekali karena sudah lama tidak melakukan tradisi Natal ini. Saya menemani dia memilih pohon yang sesuai untuk ditaruh dirumah dan beberapa hiasan yang cocok supaya pohonnya meriah. Saya juga sangat antusias memilih beberapa lilin beraroma yang akhirnya saya tempatkan dibeberapa sudut ruang. Aroma yang saya pilih adalah vanila, jeruk, strawberry dan anggur. Rumah kami penuh dengan wewangian buah, terasa manis dan menyegarkan juga menenangkan pikiran. Akhirnya proses menghias pohonpun selesai dimana ternyata suami yang banyak berperan sementara saya tetap sibuk dengan tugas mengolah pangan. Saya senang melihat pohon dengan kerlip lampu dan hiasan warna warni yang menghiasi pojok salah satu ruang keluarga. Berasa meriah dan membuat hati riang. Pohon pertama kami.

Saya bertanya pada suami tentang tradisi tukar kado. Ternyata dikeluarganya tidak lagi ada tradisi tukar kado ketika suami dan adik-adiknya beranjak remaja. Jadi kalau Natal tiba, mereka hanya merayakan dengan cara berkumpul bersama, tanpa tukar kado, tanpa ucapan. Jadi Natal dimaknai sebagai kumpul keluarga dan waktunya libur panjang. Itu saja, tanpa ada embel-embel agama. Natal kali ini berbeda karena Papa sudah tidak ada lagi diantara kami. Tahun lalu menjadi Natal terakhir bagi seluruh keluarga berkumpul bersama Papa, dimana tahun lalu saya masih terbenam diantara persiapan menjelang detik-detik sidang tesis di Surabaya. Jauh dari suami dan seluruh keluarga di Belanda yang merayakan Natal dengan makan malam bersama disalah satu Restoran. Karenanya tahun ini saya sangat antusias : pengalaman pertama melalui Natal bersama seluruh keluarga suami. Suami mengatakan tidak ada acara tukar kado, yang kemudian saya yakinkan berulangkali apakah memang benar-benar tidak ada, akhirnya saya tidak menyiapkan kado apapun, bahkan untuk dirinya.

Sehari menjelang Natal, saya sibuk pergi ke pasar dan berkunjung ke centrum untuk berbelanja ditoko oriental dan beberapa supermarket karena pada tanggal 25 Desember semua toko tutup kecuali beberapa restoran tetap buka. Pasar dan centrum tidak seramai biasanya. Mungkin karena banyak yang sedang pergi liburan musim dingin. Saya senang karena mendapatkan kemangi ditoko oriental, mengirimkan foto ke suami dan mengatakan kalau saya sudah mendapatkan hadiah natal buat dia yaitu pohon kemangi. Dia sangat senang makan kemangi apalagi kalau dicampur dengan sambel tempe penyet. Waktu itu saya hanya bercanda karena memang tidak ada acara membelikan kado. Saya bahkan tertawa geli melihat diri sendiri menenteng pohon kemangi sementara orang-orang banyak yang menenteng buket bunga. Bahkan kondektur kereta sempat bertanya pohon apa yang saya bawa, sampai dia mencium aromanya. Surga dunia ini bisa makan tempe penyet kemangi di Belanda.

Salah satu stan ikan dipasar yang memasang Santa
Salah satu stan ikan dipasar yang memasang Santa
Kemangi mejeng difoto :D
Kemangi mejeng difoto 😀

Pulangnya saya melewati langganan tempat membeli Oliebollen sepulang sekolah. Ini adalah cemilan khas untuk menyambut tahun baru di Belanda. Saya menyebutnya seperti roti goreng kemudian ditaburi gula halus. Ada berbagai macam variasinya, tetapi favorit saya adalah yang original. Oliebollen ini rasanya lembut tapi sangat mengenyangkan. Harganya juga terjangkau, € 0.90 perbiji yang original. Saya biasanya beli dua untuk cemilan sambil jalan menuju rumah. Oh iya, Oliebollen ini kalau menyebut jamak. Kalau satu disebutnya Oliebol.

IMG_7367

Oliebollen
Oliebollen

Saat suami pulang kantor, dia membawa tas besar. Saya bertanya dia ada acara apa kok membawa barang banyak. Lalu dia menjawab itu adalah kado untuk tanggal 25 Desember. Wah, saya kaget kok tiba-tiba dia membeli kado padahal kan perjanjiannya tidak ada acara tukar kado. Dia bilang itu adalah surprise sambil tersenyum jahil kepada saya. Aduh, saya jadi merasa bersalah tidak membeli apa-apa buat dia, sambil nengok pohon kemangi yang bersender manis dekat jendela.

Pohon dan hadiah-hadiah dibawahnya. Rasanya saya ingin menjejerkan pot kemangi disana, kado untuk suami :D
Pohon dan hadiah-hadiah dibawahnya. Rasanya saya ingin menjejerkan pot kemangi disana, kado untuk suami 😀

Pagi hari kami makan pagi bersama. Ini adalah hal yang luar biasa karena baru kali ini kami menghabiskan waktu untuk makan pagi bersama. Saya pernah bercerita dalam tulisan Fakta dalam Rumah Tangga kami, bahwa kami berbeda keyakinan tentang menu sarapan. Karenanya kami tidak pernah makan bersama. Tetapi pagi itu berbeda. Kami duduk dimeja makan sambil menyantap roti Jerman pemberian Beth dan minum teh sembari mendengarkan musik yang mengalun dari piringan hitam artis Nana Mouskouri. Lagu-lagu seperti Ave Maria, Silent Night, God Rest Ye Merry Gentlemen, Littel Drummer Boy dan masih beberapa lagu lainnya mengiringi pagi yang dingin dan abu-abu (maklum langitnya abu-abu dan tidak ada salju). Setelahnya acara buka kado dan saya terkejut mendapati isinya yang tidak terduga. Kejutan manis dari suami karena barang-barangnya sangat berguna. Jingkrak-jingkrak, peluk dia sambil mengucapkan terima kasih. Kalau melihat rekaman video detik-detik saya membuka kado jadi tertawa sendiri, maklum tidak pernah ada acara buka kado sebelumnya, jadinya semacam norak *ngaku.

Roti dari Jerman. Kalau tidak salah namanya Weihnachtsstollen.
Roti dari Jerman. Kalau tidak salah namanya Weihnachtsstollen.

Setelah makan siang, kami kerumah Mama. Ternyata disana sudah berkumpul keluarga yang lain. Keluarga suami ini anggotanya tidak banyak. Suami beserta adik-adiknya, anak-anak mereka, serta Papa (saat masih hidup) dan Mama. Jadi benar-benar keluarga inti. Mama menyediakan aneka makanan yang lezat-lezat. Kami menikmatinya sambil bercengkrama dan melihat foto-foto Papa Mama saat masih muda. Kami bernostalgia dengan kenangan saat Papa masih ada. Saat jam 5 sore, kami pamit pulang karena Mama ada acara makan malam bersama adik suami dirumahnya sedang kami akan makan malam di restoran Sushi di Centrum. Wah, senang sekali saat kami berjalan di Centrum yang jelasnya lengang, hanya segelintir orang yang melintas.

Centrum yang lengang
Centrum yang lengang
Pohonnya besar sekali didalam mall.
Pohonnya besar sekali didalam mall.

Setelah makan malam, kami berjalan-jalan sebentar. Ternyata saya mendapati beberapa supermarket masih buka. Langsung saya membeli telor ayam karena sehari sebelumnya saya lupa membeli yang berakibat paginya saat akan membuat dadar jagung tidak mencampurkan dengan telur, nekat saja saya masukkan oven, ternyata rasanya enak juga *dipuji sendiri haha. Untuk kendaraan umum seperti tram, bis dan kereta masih beroperasi seperti biasa. Bahkan saya melihat banyak taksi yang juga masih melintas.

Stasiun yang lengang. Meskipun dingin menggigit, makan es krim tetap jalan terus.
Stasiun yang lengang. Meskipun dingin menggigit, makan es krim tetap jalan terus.

Sangat menyenangkan melewati suasana Natal di Belanda. Pengalaman pertama saya. Mengingatkan akan kenangan masa kecil bersama seluruh keluarga besar saat Natal datang. Kehangatan yang tercipta diantara perbincangan dan gelak tawa. Memang masih banyak tanya dalam kepala saya, dan butuh waktu untuk mencari jawabnya. Tetapi hal tersebut tidak mengurangi keriangan marasakan suasana Natal pertama bersama suami. Akhirnya tahun ini kami bisa melewati bersama, saling introspeksi, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya. Setiap perbedaan jika disikapi dengan bijaksana, paham dan mengerti batasannya serta tidak merasa benar sendiri, maka semua akan indah berdampingan penuh harmoni.

My religion is very simple. My religion is kindness

-Dalai Lama-

-Den Haag, 27 Desember 2015-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi

Christmas Market di Köln – Jerman

Seperti yang pernah saya tuliskan pada postingan terdahulu bahwa tujuan saya dan suami ke Köln karena ingin mengunjungi Christmas Market. Ini kunjungan pertama kami, karenanya sangat antusias meskipun hujan deras sepanjang perjalanan hampir 3 jam dari Den Haag sampai di Köln. Bahkan di Köln sendiri hujan tidak berhenti sampai malam hari kami menuju Kerpen untuk menginap dirumah Beth. Saya pikir dengan hujan, sedikit angin dan suhu sekitar 5 derajat celcius, tidak banyak orang yang datang ke beberapa tempat Christmas Market. Tetapi saya salah. Dari empat tempat yang kami datangi, semuanya penuh, meskipun tidak sampai uyel-uyelan. Biasanya saya melihat suasana seperti ini (Christmas Market) di film-film menjelang Natal. Sekarang bisa merasakan sendiri. Rasanya senang luar biasa. Atmosfirnya susah dikatakan karena larut dengan suasananya. Dulu sewaktu di Surabaya atau Jakarta, saya senang ke mall menjelang Natal begini. Melihat lampu warna warni, hiasan natal, mendengarkan lagu-lagu. Sama senangnya kalau masuk bulan puasa dan menjelang Idul Fitri, saya juga suka ke mall, selain karena menikmati suasananya, juga berburu barang diskon :D.

Ada Lima Christmas Market yang terkenal di Köln yaitu : Cathedral Christmas Market, Angel’s Christmas Market, Old Town Christmas Market, Harbour Christmas market, Gay and Lesbian Christmas Market. Kami mengunjungi tiga tempat pertama dan satu Christmas market kecil, simpel karena lokasinya berdekatan jadi bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari satu lokasi satu ke lainnya. Christmas Market ini berlangsung sejak 23 November sampai 23 Desember 2015. Masing-masing tempat mempunyai keunikan tersendiri. Terutama dari simbol yang ada distandnya.

Cathedral Christmas Market

Cathedral Christmas Market ini letaknya persis didepan (depan atau mana ya, saya juga rancu bagian depannya mana :D) Köln Cathedral yang juga tepat didepan The Roman-Germanic Museum. Yang khas adalah pada semua stand tendanya berwarna merah dan ditengah-tengan area ada pohon natal tinggi sekali.

Cathedral dimalam hari
Cathedral dimalam hari

IMG_7272

IMG_7273

IMG_7274

IMG_7275

IMG_7276

IMG_7277

Angel’s Christmas Market

Angel’s Christmas Market ini terletak di Neumarkt, kira-kira 10 menit berjalan kaki dari Cathedral Christmas Market. Stand disini khas dengan patung Angel diatap bagian depan.

IMG_7279

IMG_7280

Lihat ada Angel diatas kan?
Lihat ada Angel diatas kan?

IMG_7282

IMG_7283

IMG_7284

Ini sayur, tapi saya tidak tahu sayur apa :D cuma numpang lewat trus motret.
Ini sayur, tapi saya tidak tahu sayur apa 😀 cuma numpang lewat trus motret.
Ingin punya patung Angel seperti itu
Ingin punya patung Angel seperti itu

Old Town Christmas Market

Sesuai dengan namanya, Christmas Market ini terletak di Old Town. Pada saat perang dunia kedua, hampir 72% area kota Koln hancur, penuh puing termasuk area Old Town. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali area ini yang sudah terkenal disegala penjuru dunia karena terdapat Katedral, Gereja Roma Groß St. Martin (St. Martin) dan Balai Kota. Di Old Town Christmas Market ini uniknya adalah terdapat arena Ice Skating. Suami menawarkan apakah saya mau mencoba? Wah Mas, jalan saja sering jatuh tanpa sebab, apalagi Ice Skating.

FullSizeRender

FullSizeRender_1
Mejanya berbentuk kuda

IMG_6896

IMG_6901
Memberi nama di tapal kuda

IMG_6902

IMG_6926

IMG_6958

IMG_7023

Arena Ice Skating
Arena Ice Skating

IMG_7290

Gluhwein
Gluhwein

Karena terlalu antusias keliling semua lokasi sambil incip-incip gratis makanan yang boleh saya makan, kami sampai lupa membeli sesuatu untuk kenang-kenangan. Sampai dirumah suami bergumam “lho kok kita ga beli apa-apa ya. Cuman makan ini itu gratisan haha” untungnya Mas Ewald membawa pulang gelas Glühwein. Oh ya, yang belum tahu Glühwein menurut suami adalah minuman yang terbuat dari campuran dari anggur merah, rempah (kayu manis, cengkeh, adas), kulit jeruk atau lemon. Bahan-bahan tersebut kemudian dipanaskan dan biasanya disajikan dalam cangkir. Minuman ini benar-benar populer di Christmas Market. Kata suami rasanya enak. Dia sampai minum 3 cangkir ditempat yang berbeda.

Begitulah pengalaman kami mengunjungi Christmas Market di Köln – Jerman. Senang? luar biasa pastinya. Sudah tidak sabar ingin berkunjung ke Christmas Market dikota lainnya di Jerman tahun depan.

Selamat hari senin ya semua. Sudah libur atau menjelang libur Natal ya ini? Kalau belum libur, pasti sudah tidak konsentrasi kerja lagi ya sekarang 🙂 Jadi teringat dulu sewaktu masih kerja di Jakarta, akhir tahun adalah saat yang paling dinanti semua karyawan dikantor saya, karena kami pasti mendapatkan libur akhir tahun selama 2 minggu dan mendapatkan bonus akhir tahun :).

-Den Haag, 21 Desember 2015-

Semua foto disini adalah dokumentasi pribadi.