Sebelumnya saya sudah pernah menulis tentang Haagse Markt di sini . Pada tahun 2015 tersebut, pasar ini belum direnovasi secara besar-besaran. Selang beberapa waktu kemudian Hagse Markt mengalami renovasi selama beberapa bulan. Hasilnya, pasar ini semakin bagus dan tertata rapi.
Sesuai namanya, De Haagse Markt yang artinya pasar Den Haag, letaknya berada di kota Den Haag, Belanda. Pasar Tradisional ruang terbuka ini terbesar se-Belanda dan salah satu terbesar se-Eropa. Panjangnya lebih dari 500 meter dengan jumlah stan tak kurang dari 500. Stan-stan yang ada di sini merupakan pertemuan dari berbagai budaya. Karenanya, Haagse Markt juga disebut sebagai pasar pertemuan berbagai macam budaya. Dari Asia (Thailand, Indonesia, Vietnam, Malaysia dll), Turki, Belanda, Maroko dan masih banyak lainnya.
Stan-stan yang ada di sini tidak hanya menjual sayuran, buah, daging ataupun ikan. Bukan hanya pasar basah, melainkan juga pasar kering seperti menjual kain, mainan anak-anak, berbagai macam warung makanan jadi, toko menjual baju-baju muslim. Istilahnya pasar ini komplit se komplit-komplitnya. Mau apapun ada. Yang saya sertakan fotonya dalam tulisan kali ini adalah pada bagian pasar basah karena biasanya kalau ke pasar ini, saya langsung menuju bagian belakang pasar yaitu pasar basah.
Pengunjungnya, kalau hari biasa bisa mencapai 40.000 orang dan akhir pekan bisa mencapai 60.000 orang.
Di Haagse Markt, selain bisa dijumpai berbagai sayuran yang tidak asing bagi saya yang datang dari Indonesia seperti daun kelor, klentang, kluwih, sampai belimbing wuluh. Harganya pun sangat terjangkau dibandingkan dengan supermarket tentunya. Bahkan super murah. Ada banyak sayuran dan buah yang ditaruh tempat, di sini menyebutnya “bak” itu harganya 1 euro. Tidak memandang berapapun banyaknya selama ditaruh dalam bak, harganya 1 euro (seperti dalam foto-foto di bawah). Awal ke Haagse Markt, saya sering kalap membeli yang serba 1 euro ini. Lama-lama sudah bisa menguasai diri, tidak gampang khilaf lagi haha.
Haagse Markt buka setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Sabtu dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Konon katanya kalau sudah sore, banyak sayur dan buah yang diobral harganya jadi super murah. Saya tidak pernah ke pasar ini sore karena biasanya jam setengah 10 pagi saya sudah sampai di sini. Karena semakin siang, semakin ramai. Saya menghindari pasar ramai karena gampang pusing kalau lihat orang banyak.
Pasar ini terletak di area Herman Costerstraat, Den Haag. Tahun 2018 Haagse Markt tepat 80 tahun sejak berdiri tahun 1938. Menuju pasar ini sangatlah mudah karena dilewati oleh tram no. 6, 11, 12 dan bus 25 turun di Halte Haagse Markt (bagian depan pasar). Dan bisa juga dengan tram no. 11, 12 dan bus no 50, 51 turun di halte Hoefkade (bagin belakang pasar). Selain menggunakan transportasi umum, parkir sepeda di pasar ini juga sangat besar serta gratis. Parkir kendaraan pribadi juga sangat luas.
Selain bagian sayuran dan buah, salah satu bagian favorit saya lainnya adalah stan-stan yang menjual ikan-ikan segar. Tips yang saya dapat dari penjual ikan di sini, ikan segar datang setiap hari Jumat. Jadi biasanya hari Jumat ikan-ikan yang dijual masih segar langsung datang dari pelabuhan. Tips yang lain, ada banyak ikan yang dijual murah dalam bak, itu harganya 5 euro. Yang dalam bak ini juga ikan-ikan segar. Kategori ikan segar di sini maksudnya yang masih belum masuk freezer.
Nah, yang terakhir ini juga stan favorit saya. Penjual daging halal, karena di stan ini bisa pesan bagian-bagian seperti di Indonesia seperti otak sapi, babat, lidah, paru, bahkan kaki sapi. Saya tidak pernah pesan bagian -bagian tersebut. Tapi saya sering beli bebek yang sama kayak di Indonesia dan ceker ayam di sini. Otak sapi pernah beli juga untuk saya masak gulai, tapi bukan saya yang makan karena tidak doyan
Bagaimana, serasa bukan di Belanda ya pasarnya. Sama lah dengan pasar becek di Indonesia cuma di sini lebih bersih dan rapi. Ini saya bandingannya dengan pasar becek di kota saya berasal. Kalau di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, pasar beceknya sudah bersih dan rapi kayaknya. Saya sangat senang dengan keberadaan Haagse Markt. Selain letaknya tidak terlalu jauh dari rumah kami, harganya yang murah, juga jadi tempat pelipur lara kalau lagi bosan di seputaran rumah. Saya biasanya ke sini cuma beli beberapa barang, selebihnya jalan-jalan saja keliling pasar. Pulang-pulang hati sudah riang gembira. Saya juga sering mempromosikan pasar ini ke teman-teman dan kenalan yang di Belanda. Mereka tertarik, datang, dan kalap ingin dibeli semuanya. Bahkan sewaktu Ibu selama 3 bulan di rumah kami, sering ke pasar ini sendirian naik tram. Biasa di desa ke pasar kan ya, begitu tau ada pasar tradisional di Belanda, jalan-jalannya tetap ke pasar haha. Jangan lupa kalau misalkan lewat Den Haag, kunjungi pasar ini. Pesan saya cuma satu, jangan kalap!
Satu yang saya rindukan, setelah belanja tidak bisa makan soto atau gule atau sate kambing karena tidak ada yang jualan di pasar ini haha. Kalau di Indonesia, biasanya setelah belanja bisa ke bagian penjual makanan lalu marung Soto atau sate atau gulai kambing haha. Duh kok jadi lapar malam-malam gini ngomongin gulai kambing. Ada sih di pasar ini warung Indonesia, bahkan menunya ada dawet juga. Ya disyukuri saja yang ada depan mata. Masih untung bisa makan es dawet, ya kan.
-Nootdorp, 17 Februari 2019-