Apa yang ada dipikiran ketika mendengar kata deadline atau tenggat? Bagi saya deadline adalah kepanikan. Saya tidak suka dengan deadline malah cenderung benci karena merasa kreatifitas dan waktu saya dibatasi. Tapi kalau tidak ada deadline seringkali saya menjadi tidak disiplin. Meremehkan dan menggampangkan. Ujung-ujungnya tidak menyelesaikan apa yang sudah dikerjakan. Santai kayak dipantai . Atau kalaupun menyelesaikan , seringkali jauh dari waktu yang sudah ditargetkan.
Target dan tenggat adalah dua hal yang berbeda. Target adalah sesuatu yang sudah ditetapkan untuk dicapai. Sedangkan tenggat adalah batas waktu. Jadi kalau target adalah obyeknya. Sedangkan tenggat adalah batas waktu yang ditetapkan untuk mencapai target.
Dulu waktu saya masih aktif bekerja, setiap hari selalu ada deadline. Tidak pernah tidak. Dan tenggatnya pun tidak tanggung-tanggung. 1 jam sejak diberikan tugas. Kadang saya suka kesal sekali sama yang memberi batas waktu. Senangnya mendadak, tidak memikirkan tingkat kesulitannya. Bahkan kalau saya sedang diluar kota pun masih sering mendapat tugas mendadak dan diberikan batas waktu dihari yang sama untuk menyelesaikannya.
Deadline tidak selalu sesuatu yang negatif untuk saya. Seringkali saya malah berterimakasih dengan adanya deadline karena tingkat kreatifitas mendadak diatas rata-rata. Kalau orang bilang sih, bisa karena terpaksa. Iya, awalnya saya menganggap susah untuk menyelesaikan sesuatu sesuai batas waktu yang diharapkan. Tapi kalau sudah mendekati tenggat, entah kenapa ada saja ide yang muncul dan mengalir deras sampai terkadang berlebihan, malah keluar dari jalur dan tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Dan satu lagi, saya tipe orang yang perfeksionis. Mengerjakan sesuatu selalu menaruh target yang setinggi-tingginya. Dan tipe orang perfeksionis, tidak bisa mengerjakan sesuatu dalam waktu yang singkat. Butuh waktu lebih untuk membuat segala yang dia kerjakan lebih sempurna dibandingkan pekerjaan orang lain. Misalkan : ketika sedang mengerjakan presentasi di powerpoint, ada saja yang membuat lama si perfeksionis ini. Mengotak-atik tipe huruf, tebal tipis, garis bawah, huruf miring, belum lagi memilih animasi. Sampai teman sering gregetan karena saya selalu mengeluh, merasa pekerjaan saya tidak sempurna. Jadi selain isi dari presentasinya, tampilan luar juga tidak kalah penting buat saya. Selain itu, saya selalu membuat outline tentang apa yang akan saya lakukan. Jadi walaupun mengerjakan dengan waktu yang singkat dengan membuat outline lebih membantu menyelesaikan pekerjaan secara cepat dengan hasil yang mendekati maksimal.
Nah, saya sekarang sedang kejar tayang atau sedang dikejar deadline tesis. Tanggal 24 Desember 2014 (6 hari lagi-tabuh genderang) adalah batas waktu penyerahan draft final tesis. Sebenarnya saya mempunyai waktu yang panjang sejak lulus proposal pada awal Juni 2014. Enam bulan seharusnya waktu yang sangat cukup untuk menyelesaikan tesis. Tapi, ada saja halangan. (Dan alasan sebagai pembenaran diripun mulai dijabarkan), setelah proposal, dosen pembimbing saya liburan ke Belanda satu bulan, saya sibuk les Bahasa Belanda, mempersiapkan pernikahan, menikah, jalan-jalan sebulan, dan terakhir mempersiapkan tes Bahasa Belanda. Setelah lulus tes Bahasa Belanda, tiba-tiba saya tersadar kalau waktu tinggal 1.5 bulan untuk menyelesaikan tesis. Saya panik. Awalnya saya tidak tahu harus mulai darimana karena terus terang setelah sekian lama terbengkalai, saya tidak ingat lagi apa topik tesis saya. Setelah saya mencoba membaca secara perlahan, saya mulai paham. Tapi merasa terlalu susah metode yang saya pilih (milih-milih sendiri, susah menggerutu). Akhirnya saya mencoba mencari metode yang lebih sederhana tetapi tidak keluar jalur dan masih sesuai dengan topiknya. Singkat cerita, karena saya harus menyelesaikan kuliah semester ini (kalau tidak selesai tidak boleh berangkat ke Belanda kata suami. Hiks kejam), akhirnya saya menemukan banyak cara kreatif berhubungan dengan metode. Karena saya kuliah di teknik pasti banyak angka-angka yang bertaburan di tesis saya. Tetapi karena topik tesis saya adalah tentang marketing, diwajibkan juga merangkai kata-kata indah untuk analisa mendalam. Semakin mendekati batas waktu, semakin kreatif saja yang saya rasakan. Entah benar atau tidak secara akademis, yang penting saya mengerjakan sesuai dasar teori, dan benar menurut alur berpikir. Selain mengandalkan daya analisa, kalau sedang kepepet begini, saya juga mengandalkan lobi-lobi. Seperti hari ini, saya menghadap dosen pembimbing dua dan menyodorkan form pendaftaran sidang tesis. Padahal saya belum selesai mengerjakan. Tapi saya “merayu” minta tanda tangan terlebih dulu dengan mengatakan ini itu, jangan lupa pasang muka sendu dan mata yang sayu, supaya tujuan lancar.
Dan ditanggal yang sama, saya harus mengurus visa ke Jakarta. Ah, mendadak heboh. Ya sudah dikerjakan satu persatu. Yakin pasti selesai. Ya minimal bagian ucapan terima kasih sudah saya persiapkan. Menurut saya, inti dari mengerjakan skripsi, tesis atau menulis buku, adalah bagian ucapan terima kasih.
Dan walaupun sedang kejar tayang, masih juga sempat-sempatnya curhat diblog, sempat komentar sana sini, sempat ngegosip sama dosen, sempat… ah, sudahlah, sempat semua ternyata.
Siapa yang sedang kena deadline?
-Surabaya, 18 Desember 2014-