“Kamu ini kok tau aja sih ada acara dimana-mana?”
“Makanya, gaul donk didunia maya :p”
Begitulah percakapan singkat kami ketika saya mengutarakan ingin melihat Amsterdam Light Festival (ALF). Bahkan guru dikelas sering menanyakan pada saya tentang acara-acara akhir pekan disekitar Den Haag saat kelas hari kamis berakhir. Beliau mengatakan bahwa saya seperti duta wisata Den Haag karena selalu tahu agenda Den Haag diakhir pekan. Padahal saya tahunya dari Instagram, pada saat dulu masih aktif. Kalau sekarang saya mengandalkan informasi dari twitter. Begitu juga saat membaca ada Amsterdam Light Festival, saya mengetahuinya dari twitter. Karena memang suka dengan gemerlap lampu, tentu saja saya antusias untuk menyaksikan secara langsung kemeriahan festival ini. Apalagi ketika seorang kenalan dari Jerman, master lampu saya menyebutnya karena bidang keilmuan dan bidang kerjanya tidak jauh-jauh dari lampu, menceritakan tentang bagusnya ALF.
Amsterdam Light Festival tahun 2015 yang diadakan sejak 28 Nopember 2015 dan akan berakhir pada 17 Januari 2016, mengangkat tema Friendship. Festival yang pada tahun 2015 memasuki tahun keempat ini diikuti oleh berbagai negara. Tercatat yang mendaftar 34 negara dengan lebih 350 konsep. Tetapi juri memutuskan untuk menyeleksi dan terpilih 34 karya seni dan instalasi dari 100 finalis yang ditampilkan pada Water Colors (bisa dilihat menggunakan perahu) dan Illuminade (bisa dilihat kalau memilih rute jalan kaki). Mengapa Friendship dipilih sebagai tema edisi keempat ini, karena persahabatan adalah tema universal yang tidak akan pernah terkikis oleh waktu, ya dalam bahasa kerennya tak lekang oleh waktu (Jadi ingat lagu Kerispatih *info ga penting :D). Aristoteles mendeskripsikan “My best friend is the man who in wishing me well wishes it for my sake”. Melihat menariknya tema ini, maka para arstitek dan pekerja seni mencoba menuangkannya dalam bentuk seni dan instalasi lampu.
Kami sampai di Amsterdam Centraal pukul 17.30 pada hari Natal kedua. Niatnya ingin melihat instalasi menggunakan perahu. Apadaya ternyata tiket untuk semua perusahaan perahu ludes terjual. Salah kami juga memutuskan untuk naik perahu didetik-detik terakhir akan pergi. Kalau naik perahu, menyusuri kanal untuk melihat Water Colors ditempuh selama 75 menit dengan membayar €20/orang. Jadi kalau tahun depan ada yang berencana melihat Amsterdam Light Festival, lebih baik membeli secara online jauh hari supaya tidak kehabisan.
Akhirnya kami memutuskan untuk mengambil rute Illuminade yaitu berjalan kaki menyusuri kanal. Berbekal buku panduan yang dibeli suami dipusat informasi seharga €3.5 kami tidak hanya menyusuri kanal sesuai dengan rute kapal, tetapi bisa juga singgah dibeberapa taman yang ada instalasi lampunya. Salah satu yang bisa ditemui di Illuminade adalah Instalasi Infinitive Support. Menurut Lightform sebagai penggagasnya, Infinitive Support mempunyai makna “To us, friendship means supporting one another through thick and thin. As far as we’re concerned, friendship is never ending.“
Selama berjalan untuk berburu cahaya persahabatan tersebut, saya dan suami sempat berbincang agak serius tentang persahabatan. Dia tahu bagaimana jatuh bangunnya saya memupuk kepercayaan kembali karena pernah dikhianati oleh sahabat, dan dia tahu bagaimana saat ini saya sedang krisis kepercayaan tentang arti sebuah persahabatan. Namun diujung pembicaraan, saya mengatakan pada Mas Ewald “Sejak awal, kamu bukan hanya sebagai suamiku. Aku meletakkan kepercayaan kepadamu juga sebagai seorang sahabat. Aku menikah dengan sahabat terbaikku.” Yang tentu saja disambut dengan kembang kempis hidung suami karena dipuji-puji.
Dibawah ini adalah salah satu favorit saya yaitu Run Beyond karya Angelo Bonello dari Italy. Setiap gerakan simbolnya menyala secara bergantian dan cepat. Diawali dengan berlari, melompat, mendarat, berguling dan berdiri. Mungkin ini diartikan sebagai sebuah kebebasan dalam tali persahabatan.
Dua kepala yang sedang berbicara ini juga konsepnya unik. Talking heads karya Victor Vicsek dari Hungary mengisahkan tentang ekspresi dari masing-masing orang. Seorang sahabat tidak harus memberikan banyak kata ketika sahabatnya sedang ingin mengeskpresikan situasi yang sedang dihadapi. Bahkan dua orang bisa saling berkomunikasi hanya dengan ekspresi muka dan tatapan mata. When you look sad, i’m inclined to comfort you. When i laugh, it means that i invite you to join me in laughing.
Beberapa dibawah ini adalah beberapa instalasi yang mencerminkan arti persahabatan
Saat itu untungnya cuaca cerah, tidak ada hujan sedikitpun. Meskipun begitu, angin tetap kencang dan membawa hawa dingin yang menggigit. Karenanya foto-foto disini beberapa ngeblur karena saya tidak kuat dingin jadinya tangan agak goyang ketika mengambil gambar ditambah angin juga. Tapi semua jadi terbayarkan ketika melihat pemandangan kanal dan bulan yang bersinar terang. Sungguh, suasananya benar-benar romantis.
Saat sedang asyik berjalan, tiba-tiba suami melihat ada restauran Indonesia menyempil. Begitu membaca menunya dan membaca ada soto ayam disana, dia jadi galau ingin makan disini. Ya, dia memang selalu lemah iman dengan soto ayam. Makanya kalau saya sedang kehabisan ide mau memasak apa, soto ayam paling tepat dihidangkan. Tapi akhirnya kami tidak mampir kesini, mungkin lain waktu karena waktu sudah merangkak menjelang tengah malam. Dari daftar menunya, saya bisa makan disini.
Tidak terasa, 5 jam sudah kami berjalan kaki berjalan menyusuri kanal dan taman untuk melihat cahaya dan merenungi arti persahabatan melalui instalasi seni ini. Cuaca cerah, cahaya lampu yang penuh arti, dan suami yang menemani merupakan kombinasi yang nyaris sempurna untuk menempuh jalan lebih dari 3km. Karena tidak ada yang sempurna didunia ini. Kami tidak menyesal tidak bisa menyusuri kanal dengan menggunakan perahu karena dengan berjalan kaki ternyata lebih banyak yang bisa dilihat disamping lebih murah dan lebih sehat juga. Seperti hidup, kadang yang kita dapatkan tidak selalu sama dengan yang kita harapkan. Namun seringnya malah itu yang lebih baik buat kita karena percaya saja bahwa Tuhan tahu yang terbaik untuk hambaNya selama kita tidak putus berusaha dan berdoa.
Buat saya, teman ada yang datang dan pergi silih berganti. Kalau bisa dan layak untuk dipertahankan, maka akan saya perjuangkan. Kalau tidak bisa dan tidak mampu lagi saya perjuangkan untuk bertahan, maka saya akan ikhlaskan untuk pergi dan berlalu. Hubungan persahabatan yang dipaksakan, yang datangnya tidak lagi dari hati, lebih baik direlakan untuk pergi.
What certain is that friendship isn’t bound to any laws ad that we can be friend whomever we want and decide for ourselves what this friendship implies. Whether we call somebody a friend or a good acquaintance is entirely our own decision. Friendship can be short-lived or they can last a lifetime. They are intense or exist at a distance by means of social media. Friendship are available in a thousand different colors
Friendship as a natural bond between good people, reciprocal and without ulterior motives
-Socrates-
-Den Haag, 3 Januari 2016-
Semua foto adalah dokumentasi pribadi