27 April adalah hari ulang tahun Raja Belanda, karenanya ini menjadi hari libur nasional. Kemeriahan sudah dimulai pada 26 April malam. Pesta nampak di mana-mana terutama kota-kota besar. Malam hari ini dinamakan Koningsnacht. Banyak konser musik gratis diadakan. Tahun 2015 saat tahun pertama saya di Belanda, kami menikmati Koningsnacht sampai jam 12 malam di Den Haag. Menonton konser musik dari satu panggung ke panggung lainnya. Memang sangat seru. Tapi tahun-tahun berikutnya, kami habiskan Koningsnacht di rumah saja. Menonton TV atau ya seperti biasa tidur cepat. Koningsnacht tahun ini pun begitu. Kami memilih tinggal di rumah dan menonton film Wonder. Sejak tahun lalu saya punya bukunya, tapi masih belum selesai juga dibaca. Begitu melihat filmnya, yang ada nangis sesenggukan di beberapa bagian. Bukan karena jalan ceritanya yang sedih, tapi saya lebih melihat tentang hubungan Ibu dan anak laki-lakinya di film itu. Ah, film ini mengajarkan banyak hal-hal penting.
27 April bertepatan dengan hari Jumat. Sejak pagi saya sudah menyalakan TV, kebiasaan kalau Koningsdag karena ingin melihat liputan peringatan ulangtahun Raja. Tahun ini kota yang kebagian memperingati ulangtahun Raja adalah Groningen. Saya lihat di TV kok cuaca di Groningen cerah dan ada matahari, sementara di tempat saya tinggal kok mendung dan sedikit hujan. Wah, pawang hujannya tokcer di Groningen. Sementara saya masih sibuk di dapur memasak bebek, membuat sayur lodeh dan memasak bubur.
Salah satu yang selalu saya nantikan kalau Koningsdag adalah pasar barang bekas atau disebut Rommelmarkt. Setiap orang berhak dan bisa berjualan apa saja pada hari ini, terutama barang-barang bekas. Bagaimana dengan harganya? Sangat sangatlah murah. Apalagi kalau jeli, bisa mendapatkan barang yang masih baru tapi harganya super miring. Tahun lalu sewaktu Koningsdag saya tidak bisa pergi ke luar rumah karena sedang tidak enak badan. Karena tahun ink sudah saya niatkan untuk ke Rommelmarkt disekitaran rumah saja. Tidak perlu sampai ke Den Haag kota atau Rotterdam.
Setelah makan siang dan menunggu cuaca lebih baik, kami menuju ke tempat kemeriahan Koningsdag di kampung tempat kami tinggal. Tidak terlalu jauh, hanya 10 menit jalan kaki. Ada panggung besar dengan penampilan beberapa Band, ada banyak sekali penjual barang bekas, ada banyak stan makana, ada banyak sekali permainan anak dan juga atraksi air.
] Salah satu group yang tampil
Setelah saya berkeliling, ternyata di Rommelmarkt ini banyak sekali yang menjual barang-barang anak-anak. Saya tidak menyangka ternyata banyak anak-anak ya di sini. Kok seperti tidak melihat terlalu banyak anak-anak berkeliaran kalau hari biasa.
Yang dijual banyak barang-barang anak-anak
Atraksi air seperti ini terakhir saya lihat sewaktu menonton Gay Pride di Amsterdam tahun 2015. Tidak menyangka di danau kecil yang sering kali saya lewati kalau akan ke danau besar dekat rumah, ternyata juga bisa dijadikan tempat atraksi seperti ini. Dan tidak menyangkanya lagi atraksi seperti ini ada di kampung tempat saya tinggal.
Atraksi Air
Permainan anak-anak yang disediakan banyak sekali ragamnya. Salah satunya adalah panjat-panjatan ini. Kalau tidak ingat umur dan malu, pengen rasanya ikutan manjat-manjat juga. Tidak hanya atraksi ini, sepanjang jalan utama, masih ada banyak permainan anak.
Salah satu permainan anak
Saya kalap memborong 6 puzzles dari kayu dan beberapa alat musik yang kesemuanya seharga kurang dari €4. Kalau beli barunya mana boleh harga segitu untuk 9 barang yang saya beli. Kalau tidak jaga dompet, bisa kalap pengen beli ini itu. Setelah puas berkeliling dan langit mulai mendung lagi, kami mampir ke stan makanan. Saya ingin sekali makan sate, tapi begitu melihat satenya dimakan pakai roti, urung saya membeli. Lebih baik makan es krim saja.
Sate dimakan dengan lontong atau nasi itu sudah biasa. Cobalah sesekali sate dimakan dengan roti, dan bandingkan rasanya 😀
Seperti biasa, Koningsdag selalu menyenangkan dengan berbagai macam kegiatan dan tentu saja Rommelmarktnya menjadi daya tarik utama. Semoga tahun depan kami bisa ikut bergabung di Rommelmarkt untuk menjual beberapa barang yang sudah tidak terpakai supaya gudang tidak terlalu penuh. Satu lagi dari kebiasaan orang Belanda yang saya kagumi adalah jika ada barang-barang yang tidak terpakai lagi dan mereka tidak ingin menjualnya, mereka tinggal taruh saja depan rumah dan menulis keterangan Gratis, jadi siapa saja boleh mengambilnya.
Nah kalau ini saya numpang mejeng dengan atribut koningsdag berwarna oranye, sepatunya saja 😀
Kalau di bawah ini bonus cerita. Mau pamer hasil masakan saya. Lodeh ini adalah salah satu menu favorit di rumah. Kami doyan sekali makan lodeh terutama suami. Tapi cukup sebulan sekali aja paling sering menu ini tersedia.
Lodeh tewel, rebung, tahu, kacang panjang dan pete. Pakai balungan juga tapi ada di panci. Tak lupa bawang goreng andalan, beli di Inly (haha disebut lagi)
Masakan bebek ala Madura ini termasuk salah satu andalan saya jika sedang ada acara atau sekedar ingin membawa buah tangan untuk teman. Sudah menerima banyak testimoni, kalau bebek buatan saya ini enak, bumbunya meresap dan yang terpenting tidak amis. Sambelnya juga katanya enak. Ini saya bukan menyombong, hanya menuliskan kebenaran haha. Nah karena hari Sabtu kami akan ke rumah seorang teman, salah satu masakan yang saya bawa ya bebek ini. Setelah diungkep selama dua hari, bebeknya saya masukkan di oven. Saya sudah jarang goreng menggoreng kalau tidak terpaksa. Selain malas, ya lebih praktis saja kalau dioven. Hasil dari satu buah bebek, bisa saya bagikan ke dua orang teman dan kami nikmati sendiri. Sekali masak, banyak mulut yang bisa terpuaskan.
Bagaimana, penampakannya sudah mirip Bebek Madura belum?
Kunjung ke rumah teman disuguhi ikan panggang, oseng daun pepaya, capcay, ayam bumbu saus, tempe goreng, lele goreng dan tak lupa sambal
Begitulah cerita kami minggu lalu. Meskipun tidak terlalu banyak waktu yang saya punya karena harus mengerjakan pekerjaan domestik dan pekerjaan lainnya, semuanya berbagi tugas berdua dengan suami, tapi ide untuk menulis ada banyak di kepala, jadi saya sempatkan kalau ada waktu untuk selalu menulis.
-Nootdorp, 1 Mei 2018-