27 April 2015 lalu adalah libur nasional Belanda, Koningsdag, karena Raja Belanda yang bernama Willem Alexander berulangtahun. Baru kali ini saya merasakan hari ulangtahun orang penting disebuah negara menjadi hari libur nasional. Dan tentu saja ini menjadi pengalaman pertama saya mengikuti kemeriahan Koningsdag. Dosen saya disekolah mengatakan bahwa kemeriahan tidak hanya berlangsung saat Koningsdag, tapi berlangsung pada malam sehari sebelumnya. Setelah mendapat informasi tersebut, saya antusias mengajak suami untuk melihat Koningsnacht di Den Haag Centrum. Dan sehari setelahnya kami menghabiskan waktu untuk merasakan kemeriahan Koningsdag di Rotterdam Centrum.
Koningsnacht (26 April 2015, malam hari)
Setelah makan malam, saya dan suami bergegas menuju Den Haag Centrum. Ada festival musik Life I Live gratis di 9 tempat berbeda. Jadi ada 9 panggung bervariasi besar kecilnya, yang bergantian diisi dengan 40 lebih musisi dan grup band. Kami mendatangi semua panggung, karena memang saya senang sekali melihat live music seperti ini. Terakhir saya melihat live music gratisan setahun lalu di Surabaya sewaktu Naif tampil untuk meramaikan hari jadi Surabaya. Sedangkan konser musik berbayar yang saya datangi terakhir kali adalah Maroon 5 sewaktu di Jakarta. Jadi ketika di Den Haag ada Festival Musik semacam ini, terus terang saya sangat antusias.
Semakin malam, semakin ramai, dan musik yang ditampilkan oleh para musisi ini juga semakin menarik. Keuntungan memiliki badan mungil, bisa merangsak maju mendekati panggung. Meskipun hampir semuanya saya tidak mengerti mereka ini siapa, tapi ada satu grup band yang saya senang sekali dengan musiknya, yaitu The Cool Quest. Penyanyinya interaktif, dan musiknya menghentak asyik. Saya seperti merasa salah kostum, menggerakkan badan diantara muda mudi yang tangannya menggenggam bir dan bergerak mengikuti alunan musik. Namun musik bersifat universal, jadi siapapun boleh menikmatinya, tanpa memandang kostum apa yang dikenakan. Dan pada saat Koningsnacht memang saatnya berpesta, jadi semua bergembira dengan caranya masing-masing.
Kami meninggalkan Den Haag Centrum saat jam menunjukkan angka 11. Kota semakin ramai, tapi punggung saya sudah sakit karena terlalu lama berdiri, dan kami juga perlahan merasa mengantuk. Faktor umur sangat mempengaruhi rupanya. Disaat yang lain baru berdatangan untuk berpesta, kami malah pulang untuk istirahat.
Koningsdag (27 April 2015)
Saya dan suami melihat kemeriahan Koningsdag di Rotterdam. Awalnya karena kami berencana mengunjungi Markthal, tapi akhirnya sekaligus melihat suka cita masyarakat Belanda dihari ulang tahun Raja di Rotterdam. Oranje tentu saja menjadi warna yang hampir dikenakan oleh semua orang-orang, termasuk saya yang antusias menyiapkan baju dengan warna oranye sejak beberapa hari sebelumnya. Sampai suami geleng-geleng kepala. Sedangkan dia sama sekali tidak punya baju warna oranye. Akhirnya hanya saya sendiri yang totalitas menggunakan warna oranye.
Kata Dosen saya, Koningsdag identik dengan Vrijmarkt. Jadi ada orang-orang berjualan barang bekas layak jual disetiap sudut kota. Dan pada hari itu semua toko katanya juga tutup, yang pada kenyataannya kemarin saya mendapati beberapa toko dan supermarket masih buka. Senang sekali melihat barang-barang bekas yang dijual. Karena memang niat awalnya ke Rotterdam hanya jalan-jalan melihat keramaian disana, maka saya tidak membeli satupun barang-barang yang dijual. Tidak hanya kemeriahan dari berburu barang bekas, tapi juga ada pertunjukan musik, serta ada antrian mengular dari toko es krim terkenal disana.
Libur nasional pertama yang saya rasakan sejak pindah ke Belanda. Kemeriahan pertama yang saya ikut bersuka ria didalamnya. Koningsdag tahun 2015.
-Den Haag, 1 Mei 2015-
Semua foto adalah dokumentasi pribadi