….. untuk menyapa teman, kerabat, kenalan yang sudah lama tidak terdengar kabarnya. Luangkan waktu sejenak untuk menyenangkan, membuat bahagia, dan berterima kasih pada diri sendiri.
Belanda selalu diguyur hujan, nyaris 3 minggu ini. Matahari sudah sangat jarang terlihat cerah. Setiap hari jika menatap ke luar, yang tampak hanya langit berwarna abu, hujan, angin, dan pasti dingin. Kombinasi yang pas untuk membuat hati dan pikiran gampang tertekan, cemas, dan sedih. Apalagi saat pandemi. Memasuki musim penghujan saat ini, ingatan saya selalu terlempar 3 tahun lalu.
Sekitar musim gugur lalu berlanjut ke musim dingin, kondisi mental saya saat itu sedang tidak stabil. Bukan karena ada masalah di tempat kerja, bukan juga karena hubungan yang tidak harmonis dengan suami, juga bukan karena ada masalah keluarga di Indonesia. Faktor hormon ditambah kondisi cuaca yang seperti saya tuliskan sebelumnya. Ada satu faktor lagi sebenarnya, hanya tidak bisa saya ceritakan di sini. Beruntungnya, saya punya tempat untuk berbicara, menumpahkan semua yang saya rasakan supaya sedikit lega. Ada suami, sahabat- sahabat selama 22 tahun yang tergabung di grup aplikasi pesan, dan juga seorang professional.
Yang saya ingat saat itu, ada rasa kosong, hampa, tapi di sisi lain ada rasa bahagia. Waktu itu saya tidak tahu, sebenarnya apa yang terjadi. Banyak pertanyaan yang datang di kepala, silih berganti seperti tidak lelah selalu membuat pikiran terjaga. Hati terasa berat seperti ada beban yang susah dipindahkan. Kosong, hampa, sesak juga pengap tidak pernah alpa datang setiap saat. Keadaan seperti itu berlangsung berbulan lamanya, meskipun perlahan akhirnya membaik. Hanya sedikit orang yang tahu kondisi saya saat itu. Kondisi mental saya yang sebenarnya.
Saat sadar bahwa saya sedang tidak baik-baik saja, langsung saya komunikasikan ke suami, sebagai orang yang paling dekat. Setiap bercerita tentang kebingungan apa yang sebenarnya sedang terjadi, airmata selalu mengucur deras. Saya juga bercerita ke sahabat-sahabat. Lalu perlahan saya paham, oh ini tho yang saya alami. Suami lalu menyarankankan untuk menghubungi professional, yang memang disediakan gratis untuk kondisi saya saat itu. Selanjutnya saya rutin ke sana sampai keadaan makin membaik. Saya tidak ceritakan lebih lengkap ya di sini karena sangat panjang ceritanya. Hanya secara garis besar dan gambarannya sebelum saya menuliskan lebih lanjut.
Ada satu hal yang membuat saya tersentuh saat itu. Astrid (blogger yang saat ini vakum menulis) tiba-tiba mengirimkan pesan di twitter. Dia menanyakan kabar. Saya tidak pernah berhubungan dengan Astrid secara pribadi, hanya lewat komen di blog saja. Jadi saat saya menerima pesan Astrid di twitter, berasa agak aneh. Dia tidak tahu kondisi saya saat itu. Hanya acak mengirimkan pesan dan bertanya bagaimana kabar saya. Astrid malah memberikan nomer teleponnya supaya saya bisa menghubunginya jika ingin bertukar kabar. Lama saya tidak langsung menghubunginya, sampai satu hari, saya mengirimkan pesan buat dia. Sejak saat itu, sampai detik ini, kami rutin saling bercerita semuanya. Dari yang sedih sampai yang bahagia. Selama di sini, kami bertemu bari 3 kali.
Astrid datang disaat yang tepat. Saat saya membutuhkan tempat untuk bercerita tanpa perlu diberikan penghakiman apa-apa. Astrid mendengarkan semua yang saya rasakan, hanya mendengarkan. Dia tidak pernah memberikan saran jika memang saya tidak minta. Dia tidak pernah menghubungkan keadaan yang saya alami dengan kurang ibadah, kurang sedekah, atau kurang dekat dengan Pencipta. Astrid tidak pernah membandingkan apa yang saya alami dengan apa yang sudah dia alami. Dia benar-benar ada di sana, saat itu, sebagai teman yang menyediakan telinga dan waktu untuk saya. Dan yang membuat tersentuh, secara konsisten dia selalu menanyakan kabar saya. Jadi saya merasa tidak sendiri.
Saya merasa tertolong dengan kehadiran Astrid. Entah bagaimana hari-hari saya kalau dia tidak ada. Tidak mengucilkan arti professional yang ada saat itu juga tidak mengabaikan para sahabat yang selalu ada setiap saat. Namun rasanya berbeda kalau berbicara dengan teman yang tepat. Sejak saat itu, saya berjanji dengan diri sendiri, kalau saya akan lebih memperhatikan teman, kerabat, atau kenalan. Dulu saya cuek sekali, sangat jarang bertanya kabar. Tapi sejak kejadian 3 tahun lalu, saya berubah. Saya mulai sering bertanya kabar kepada mereka yang sudah lama tidak tersentuh oleh saya. Saya perlahan menjalin komunikasi kembali. Saya merasakan jika ada yang bertanya tentang kabar, merasa ada yang memperhatikan. Berasa ada yang peduli.
Sejak Pandemi, intensitas saya bertanya kabar teman-teman, kenalan dan para kerabat semakin tinggi. Entah, saya merasa bahwa kondisi sekarang ini luar biasa dampaknya. Bukan hanya pada kesehatan fisik, juga terhadap kesehatan mental. Saya sendiri merasakan itu. Naik turun, jatuh bangun. Saya bersyukur mempunyai support system yang baik juga belajar dari pengalaman 3 tahun lalu. Sampai detik ini saya bisa melewati, meskipun terkadang terseok. Pandemi ini sungguhlah berat, efeknya bermacam-macam pada setiap orang.
Beberapa hal di bawah ini bisa kita lakukan untuk membantu siapapun yang kita kenal, bahkan diri sendiri :
- Luangkan Waktu untuk bertanya kabar kepada teman, kenalan, atau kerabat yang sudah lama tidak kita hubungi secara personal. Meskipun nampaknya di media sosial mereka baik-baik saja, namun dalam kehidupan nyata belum tentu seperti itu. Lihat daftar kontak, kira-kira ada berapa orang di sana yang sudah lama sekali tidak saling berkirim pesan dengan kita. Tidak ada salahnya untuk mulai berkirim pesan. Say hello. Mereka pasti akan senang. Kita juga senang bisa tahu kabar mereka sekarang seperti apa. Rekan blog yang paling rajin menanyakan kabar saya adalah Nana. Paling senang jika membaca email dari Nana, meskipun seringnya telat. Saya juga beberapa kali bertanya kabar ke beberapa rekan blogger yang sekiranya kok jadi jarang menulis lagi. Ingin tahu kabar mereka seperti apa, apakah mereka baik dan dalam kondisi sehat. Saya sering juga bertukar kabar dengan Tyka lewat aplikasi kirim pesan.
- Luangkan Waktu untuk bertanya kabar kepada teman, kenalan, atau kerabat yang sedang hamil, setelah melahirkan, mereka yang sedang berjuang dengan kesehatan mental berdasarkan diagnosa professional, baru diputus hubungan kerja, sedang menyelesaikan tugas akhir perkuliahan, sedang dalam proses mencari kerja, dan kondisi-kondisi khusus lainnya. Saya rajin menanyakan kabar mereka yang sedang hamil, sedang menyusui, yang mempunyai anak balita. Para wanita dengan kondisi tersebut, kondisi hormon sangat mempengaruhi emosi. Ketika ada yang bertanya kabar, rasanya senang sekali. Seperti ada yang peduli. Syukur-syukur kalau kita bisa mendengarkan apa yang ingin mereka ceritakan. Dengarkan saja, kecuali mereka minta saran, baru kita berikan. Sebenarnya yang mereka butuhkan adalah tempat untuk bercerita. Jika kita tidak bisa menolong secara benda, menjadi pendengar saja sudah sangat membantu. Kalau mereka butuh masukan, kita bisa memberikan motivasi dan semangat.
- Jadilah Pendengar Yang Baik bagi mereka yang ingin bercerita. Tahan diri untuk tidak membandingkan dengan keadaan atau pengalaman yang pernah kita lalui. Tahan diri untuk tidak menasehati jika tidak diminta. Tahan diri untuk tidak berkompetisi terhadap penderitaan. Tahan diri untuk tidak mengeluarkan kalimat : kurang bersukur, kurang amalan, kurang berdoa, kurang dekat dengan sang Pencipta dll. Tahan diri terhadap omongan apapun yang sekiranya malah membuat situasi yang bercerita semakin berat. Jadilah pendengar saja. Jika mereka meminta pendapat atau saran, berikan suntikan semangat, berikan kata-kata yang memotivasi.
- Luangkan Waktu untuk diri kita sendiri, untuk membuat diri senang dan bahagia, untuk berterima kasih sudah melangkah sejauh ini. Jangan lupa untuk membuat diri sendiri bahagia. Caranya, kita sendiri yang tahu. Ada masa-masa berat, pastinya. Lakukan yang sekiranya membuat kita merasa sedikit bisa bernapas. Jika saya sedang dalam keadaan susah, biasanya saya akan diam sejenak. Hening dan berbicara dengan diri sendiri. Lalu saya akan melakukan apapun yang sekiranya bisa membuat hati lebih nyaman, pikiran lebih longgar. Misalnya : off sejenak dari media sosial, memasak, membuat roti atau kue, keluar rumah sendirian, menulis blog, makan yang saya sukai, minum yang saya senangi, berkebun, dll. Apapun itu, yang penting membuat badan bergerak. Kalau nyamannya hanya sekedar rebahan, ya lakukan. Tidak usah yang muluk-muluk. Ini bukan ajang kompetisi. Bisa bertahan hidup sampai detik ini saja sebuah pencapaian. Selama bisa membuat suasana hati dan pikiran lebih nyaman, lakukan saja (selama tidak menyakiti diri sendiri ya). Jika ingin bercerita pada teman, pilih teman yang sekiranya bisa sebagai pendengar yang baik. Tidak ada salahnya meminta bantuan professional jika memang sudah sangat butuh. Kesehatan mental tidak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik. Jangan lupa untuk berterima kasih pada diri sendiri karena sudah kuat dan tangguh sejauh ini.
- Kita Tidak Sendiri melewati masa-masa sulit. Ada banyak yang bisa menolong kita. Ada banyak yang bisa kita mintai pertolongan. Kita tidak benar-benar sendiri. Keluar dan mintalah pertolongan jika memang keadaannya makin sulit. Jangan pernah berpikir kita hanya sendiri. Yakin bahwa kita bisa melewati ini semua. Tetap Semangat!
Yang saya tuliskan di atas berdasarkan pengalaman pribadi dan proses melalui hal-hal yang sulit sampai detik ini. Buat saya, meluangkan waktu 5 menit untuk bertukar kabar bukanlah hal yang berat. Mungkin 5 menit yang saya luangkan, akan sangat berarti bagi mereka yang membaca atau mendengar suara saya saat menanyakan kabar. Bisa jadi bisa membantu mereka atau bahkan saya sendiri keluar dari kesulitan. Bisa jadi yang saya pikir sepele selama ini, malah jadi hal yang sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan. Dimulai dari menanyakan kabar.
-12 Oktober 2020-