Beberapa waktu lalu saya dan beberapa teman dekat di grup whatsapp membicarakan susahnya menurunkan berat badan seiring dengan bertambahnya usia. Dulu pada saat rentang usia 20an, gampang sekali menguruskan jika kami rasa badan agak berisi. Disamping karena kami adalah anak kos-an yang memang uang pas pasan untuk makan, makanya badan kami juga mengikuti ketersediaan uang. Lumayan berisi pada awal bulan karena cadangan dana masih menggembul dan menjadi lebih langsing menjelang akhir bulan, karena saatnya koret koret recehan untuk makan. Disamping itu juga ada senjata andalan lainnya, yaitu berhutang diantara agar kami tetap bisa makan. Karenanya kami selalu menyebut hutang diantara kami itu seperti lingkaran setan, karena tidak ada putusnya. Kami selalu terbahak-bahak kalau mengingat bagaimana kami berteman sejak 17 tahun lalu. Mungkin itulah yang membuat kami awet berteman sampai sekarang, karena yang dibicarakan selalu hal-hal ringan dan receh :))).
Ok, kembali lagi ke masalah berat badan. Salah satu diantara kami lalu menyelutuk, kalau metabolisme tubuh akan melambat seiring bertambahnya usia. Saya juga sering mendengar tentang itu. Lalu saya mulai mencari informasi tentang apa sih sebenarnya metabolisme tubuh ini dan kenapa bisa menjadi lambat kalau kita bertambah usia. Dari beberapa informasi yang saya baca, metabolisme adalah suatu proses biokimia kompleks dimana tubuh akan mengubah apapun yang dimakan menjadi energi. Selama proses ini, kalori dalam makanan dan minuman akan digabungkan dengan oksigen, lalu dilepaskan menjadi energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Bisa juga berat badan tidak turun atau bahkan naik disebabkan asupan makanan menjadi otot karena faktor olahraga, dan hal ini bagus.
Ada beberapa hal yang ingin saya kurangi dan saya ganti dengan yang lainnya untuk tujuan hidup lebih sehat dan sesuai dengan kondisi saya saat ini. Kalau untuk meniadakan sama sekali, saya masih belum bisa.
MENGURANGI KONSUMSI NASI DAN MEMVARIASIKAN SUMBER KARBOHIDRAT
Mengurangi konsumsi nasi ketika saya sudah tinggal di Belanda sebenarnya tidak direncanakan sama sekali. Walaupun sejak kuliah lagi (tahun 2012), saya sudah mulai mengurangi konsumi nasi menjadi satu kali per hari, tetapi mengurangi konsumsi nasi yang akan saya ceritakan kali ini berbeda dengan kondisi pada saat saya masih di Surabaya. Awalnya sekitar bulan Maret 2016, ketika saya dan suami bepergian ke Prancis utara selama 8 hari (cerita perjalanan kami pernah saya tulis di sini), selama kurun waktu tersebut saya tidak makan nasi sama sekali. Sebelum kami berangkat, suami bertanya apakah saya akan baik-baik saja (baca:tidak cranky) kalau misalkan tidak makan nasi selama liburan. Saya sebenarnya ragu, apakah bisa. Tetapi saya juga ingin merasakan makanan lokal saat liburan. Bukan berarti di Prancis tidak ada nasi ya. Mungkin menu nasi tidak segampang ditemui dibandingkan Belanda (ini saya main asumsi ya, karena memang selama di Prancis saya tidak secara khusus mencari restoran yang menjual menu ada nasinya). Saya juga tidak mau repot-repot membawa beras atau penanak nasi. Saya kan mau liburan dan saya yakin di tempat yang kami kunjungi pasti ada restoran yang menjual menu halal (dan ternyata memang banyak). Nah, setelah melewati 8 hari tanpa makan nasi sama sekali dan mengganti asupan karbohidrat dari sumber yang lain (roti atau pasta), saya lalu berpikir wah ternyata bisa juga. Sejak saat itu sampai sekarang saya sudah terbiasa memvariasikan asupan karbohidrat tidak hanya tergantung pada nasi putih. Bahkan saya pernah tidak mengkonsumsi nasi putih sama sekali selama 3 bulan. Lalu kalau tidak makan nasi putih, sumber karbohidratnya darimana? Jawabannya : banyak sekali. Dulu sewaktu masih punya IG saya rajin memposting makanan dengan variasi karbohidrat. Sumber karbohidrat pengganti nasi putih yang saya konsumsi selama ini adalah : ubi, singkong, couscous, quinoa merah, nasi coklat dengan biji-bijian, kentang, jagung. Beberapa kali juga saya makan pasta, tapi tidak sering. Mie juga saya konsumsi tapi juga tidak sering. Yang sering ya yang saya sebutkan sebelumnya. Nasi putih saya konsumsi kalau sedang makan Sushi dan kalau saya ingin nasi goreng, oh beberapa waktu juga saat saya membuat nasi kuning. Oh ya, saya mencampur karbohidrat dengan protein hewani saat akhir pekan saja karena itu waktu saya cheating dari Food Combining. Kalau hari biasa, saya taat untuk tidak mencampur protein hewani dengan karbohidrat. Protein hewani yang saya konsumsi adalah ikan, telur (keju dan es krim termasuk ga ya?). Selebihnya saya makan tahu tempe untuk lauk.
Kalau menu yang sudah ada karbohidratnya, saya tidak tambahi makan nasi. Jadi tidak double karbohidrat. Misal : kalau di sop sayuran sudah ada kentang, saya tidak memakan dengan nasi. Atau kalau misalkan di sop sudah ada jagung, saya tidak makan dengan nasi. Karbohidratnya sudah saya dapat dari jagung. Padahal enak kan ya makan mie dengan nasi plus telor ceplok :)))
Bagaimana rasanya tidak mengkonsumsi nasi putih? saya merasa enak di badan. Lebih segar dan tidak gampang mengantuk. Perut rasanya lebih enak dan tidak gampang lemas. Karena usia saya yang sudah diatas 35 tahun, mulai menjaga asupan makanan salah satunya menjaga seberapa banyak karbohidrat yang masuk dalam tubuh, untuk saya sangat penting. Buat kondisi tubuh saya, jumlah karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh tidak teralu banyak. Saya lebih fokus pada memperbanyak protein dimana sumber protein ini lebih banyak saya dapatkan dari protein nabati dibandingkan protein hewani karena saya batasi mengkonsumsi ikan maksimal 3 kali seminggu (untuk saat ini). Dan memvariasikan karbohidrat ini terasa manfaatnya saat jalan-jalan, tidak kebingungan cari nasi putih. Makan apa saja hayuk aja, tidak tergantung dengan nasi putih. Bisa merasakan makanan lokal yang masih bisa saya makan. Selain itu, dilihat dari segi kesehatan, nasi putih kandungan gulanya tinggi.
MENGURANGI GARAM
Nah, PR yang selama ini susah sekali rasanya dijalankan adalah mengurangi penggunaan garam dalam masakan.Teman-teman yang kenal saya secara dekat pasti tahu bagaimana tergantungnya saya dengan garam. Bersyukurnya sejak beberapa bulan ini niat untuk mengurangi garam sudah saya lakukan secara rutin. Bahkan sudah dua minggu ini saya memasak tanpa garam sama sekali. Sebelum suami mengenal saya, dia kalau masak tanpa menggunakan garam. Makanya dulu sewaktu awal saya datang ke Belanda dan mau memasak, saya panik karena tidak tersedia garam di rumah. Dulu saya berpikir, mustahil nih kalau hidup tanpa garam. Ternyata ketika secara perlahan dan secara sadar ingin menguranginya, ternyata bisa. Rasa masakannya bagaimana? ya baik-baik saja, tetap enak dikonsumsi. Misalkan memasak sayur sop. Rasa kuahnya saya dapatkan dari wortel (rasa manis), aroma seledri, rasa kentang dan buncis, merica dan bawang putih. Saya tidak menggunakan pengganti garam sama sekali. Biasanya saya mencari ide memasak tanpa garam ini dari youtube. Terlalu banyak garam tidak baik untuk ginjal (sekarang bisa ngomong gini, kemana aja dulu Mbak :D). Tapi kondisi ini bisa saya terapkan kalau saya sedang di rumah dan bisa mengontrol yang saya masak. Kalau lagi ada undangan makan atau sedang makan di luar sama suami, ya kan tidak mungkin makan makanan yang tanpa garam kecuali makannya di restoran khusus. Atau ketika liburan, kan sama saja cari perkara kalau harus cari makanan yang tanpa mengandung garam, kecuali bawa bekal sendiri. Liburan saatnya makan makanan lokal.
MENGURANGI PENGGUNAAN MINYAK GORENG
Saat ini, memang saya ingin mengurangi goreng-gorengan. Lebih kepada saya males menggoreng karena males membersihkan cipratan minyaknya yang kemana-mana. Alasannya cetek sekali ya haha! Tapi ternyata mengurangi gorengan bagus lho untuk tubuh saya. Minyak goreng 1L yang saya beli selama 4 bulan ini masih ada. Kalau tidak menggoreng lalu bagaimana? Saya masukkan ke oven. Lebih praktis dan saya bisa mengerjakan hal-hal lain. Saya sudah jarang tumis menumis. Sayur dan lauk untuk makan siang suami saya masukkan ke oven dan saya lebih memilih makan siang dengan sayur rebus. Sedangkan makan malam kami adalah sayuran mentah. Terdengar membosankan? sesungguhnya tidak, karena kami sangat menikmatinya. Kami lebih bisa berkreasi memadupadankan sayuran. Sekarang kalaupun ingin menggoreng, saya lebih memilih menggunakan minyak kelapa. Selain itu setiap hari saya juga meminum minyak kelapa sebanyak satu sendok. Tubuh saya sedang membutuhkan asupan minyak kelapa.
BAGAIMANA DENGAN GULA?
Beruntungnya saya memang tidak suka rasa manis. Jadi saya tidak terlalu suka baking ataupun membeli kue dan camilan manis. Jadi kalau untuk gula, memang tidak perlu dikurangi karena memang tidak terlalu banyak makan yang mengandung gula kecuali asupan gula yang saya dapat selama ini langsung dari buah yang saya konsumsi ketika sarapan.
MENGURANGI APA LAGI?
- Sambal
Dalam dua minggu ini saya juga sedang mengurangi makan sambal. Selain dulu tergantung dengan garam, saya juga rasanya tidak bisa makan dengan sambal. Saat selama di Prancis, saya tetap hidup walaupun tidak makan dengan sambal. Dan memang ada kondisi yang tidak memungkinkan saya makan sambal saat ini. Hitung-hitung sambil membersihkan badan.
- Mengurangi Olahraga Berat
Sejak awal bulan ini saya mulai mengalihkan jenis olahraga yang saya tekuni selama ini yaitu : lari, freelactic dan gym menjadi ke Yoga (ikut kelas 2 kali seminggu dan meditasi serta yoga sendiri di rumah) dan jalan kaki selama 1-2 jam setiap sore. Tentang pengkategorian olahraga berat ini hanya opini pribadi saya saja ya. Bukan berarti Yoga adalah olahraga ringan, tidak sama sekali. Justru saat-saat awal seperti ini saya belajar yoga, berat juga rasanya karena butuh konsentrasi dan sabar. Biasanya gerakan yang saya lakukan untuk olahraga kan cepat, sekarang saya memilih kelas yoga yang santai tetapi tetap menggerakkan seluruh anggota badan. Kata suami, saya pensiun dini berlari sebelum mencicipi Half Marathon :))) Ya nanti kalau kondisinya sudah memungkinkan, saya pasti akan kembali lagi berlari. Bersepeda tetap saya lakukan sehari-hari apalagi kalau ada jadwal kerja saya bersepeda PP 23km. Yang penting badan konsisten bergerak setiap hari.
- Mengurangi Makan Mie Instan
Duh, godaan makan mie instan itu susah sekali untuk dihindarkan. Rasanya ingin setiap malam makan mie instant dengan merek yang sudah melegenda di hati :))). Tapi selama dua bulan ini saya sudah bisa mengendalikan hasrat untuk nge-mie. Kalau sedang niat bersih-bersih badan, langsung total saja. Kalau setengah-setengah nanti tergoda kembali ke titik awal. Apakah saya tidak mau makan mie instan seterusnya? Ya tidak lah. Lidah juga pasti kangen incip-incip mie goreng, tapi tidak sekarang. Nanti tunggu waktu yang tepat. Mumpung lagi niat ini, jadi ditahan-tahan saja meskipun kangen juga :D.
- Mengurangi Berpikir Terlalu Berat
Apa yang kita pikirkan dan yang ada dalam pikiran kita juga akan berpengaruh terhadap kesehatan badan. Jadi sesuai ambisi saya di tahun ini yaitu hidup secara sederhana, maka saya perlu juga menyederhanakan yang ada di pikiran, menyederhanakan apa yang ada di hati dan mulai melakukan banyak hal baru, belajar banyak ilmu baru, melakukan tantangan-tantangan baru yang bisa membuat hati dan pikiran saya senang. Saya mulai fokus pada diri sendiri. Mengikuti kata hati ingin melakukan apa dan selalu bertanya ke diri sendiri apakah saya bahagia ketika melakukan itu. Saya sekarang lebih ingin menjadi diri sendiri bukan menjadi apa yang orang lain lihat. Mulai memperbanyak membaca buku supaya perbendaharaan kata semakin banyak dan wawasan semakin luas. Memperbanyak belajar Agama. Belajar keterampilan baru misalnya menggambar atau merajut atau bermain piano.
MENGAPA HARUS MELAKUKAN ITU SEMUA?
Saat menyadari bahwa bilangan angka usia sudah beranjak menjadi banyak, disaat itulah saya juga mulai sadar bahwa waktu untuk hidup di dunia semakin berkurang. Selama ini saya selalu “menyiksa” badan dengan makanan-makanan yang memberatkan kerja pencernaan dan tidak memikirkan akibatnya di masa depan. Saya telah mengikuti pola makan Food Combining lebih dari 8 tahun dan sudah cocok dengan badan saya, yang salah satu hasilnya saya tidak ingat kapan terakhir kali flu. Padahal dulu rasanya setiap bulan selalu saja flu. Sejak ber FC diimbangi dengan olahraga, bersyukurnya flu tidak pernah bertamu lagi bahkan di saat musim dingin yang aduhai semriwing hawanya tidak menentu. Inginnya, kalau diberikan kesempatan untuk lama tinggal di dunia, saya ingin hidup lama dengan sehat. Nah, kalau tidak dimulai dari sekarang, lalu kapan lagi. Sekarang saya mengubah cara berpikir dari yang dulunya saya berpikir tidak bisa bahkan mustahil bisa dilakukan, ternyata setelah dijalani secara perlahan, bisa kok mengubah pola makan menjadi lebih sehat. Hanya tergantung niat dan cara kita berpikir.
Mendengarkan kebutuhan tubuh dan mengurangi menyenangkan keinginan lidah. Mungkin seperti itu tepatnya yang saya lakukan sekarang. Lha kan hidup di dunia cuma sekali, ngapain musti menyiksa diri dengan makan-makanan yang tidak ada rasanya. Mungkin ada yang berpikir seperti itu. Saya tetap memanjakan lidah dengan rasa makanan yang luar biasa enaknya. Tapi sekarang porsinya saya kurangi. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, saya cheating kalau akhir pekan saja. Hari biasa, saya taat aturan. Hidup memang cuma sekali di dunia, karenanya saya ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Tubuh ini kan juga titipan, jadi saya juga ingin merawat sebaik mungkin apa yang sudah dititipkan sehingga kalau saatnya diambil pemiliknya, tubuh ini kembali dalam keadaan yang terawat.
Semua hanyalah tentang bagaimana kita melatih apa yang ada di pikiran kita. Bisa atau tidaknya memang tergantung niat dan kesadaran diri sendiri untuk berubah ke arah lebih baik. Dengarkan kebutuhan tubuh karena kondisi masing-masing orang berbeda. Apa yang saya tuliskan di sini adalah sesuai dengan kondisi saya saat ini dan yang saya inginkan kedepannya. Dan tujuan saya melakukan ini semua adalah hidup sehat. Berat badan itu hanyalah bonus meskipun tidak memungkiri ketika konsisten menerapkan pola makan yang seimbang diiringi dengan olahraga yang rutin akan membuat badan mencari berat idealnya sendiri. Tidur lebih nyenyak dan bangun tidur dengan suasana hati lebih nyaman. Buat saya, tidak ada yang namanya instan di dunia ini. Bahkan mie instan pun butuh waktu untuk memasaknya apalagi tentang kesehatan. Semua dimulai dari pola hidup. Kalau ingin hidup sehat tapi asupan makanan yang masuk ke tubuh tidak dipikirkan dan juga tidak berolahraga, ya jangan harap kedepannya akan sesuai dengan yang diinginkan. Begitupun dengan melakukan cara-cara instan seperti mengkonsumsi pil atau diet mati-matian, maka kasihan ke tubuh juga akan kaget dan kalau diet tidak sehatnya berhenti di tengah jalan, nanti hasil yang diinginkan juga tidak sesuai. Yang lebih penting adalah kerjakan secara pelan-pelan tapi konsisten, mendengarkan kebutuhan tubuh seperti apa karena kondisi masing-masing orang berbeda. Jangan hanya karena ingin seperti si A terus mengikuti apa yang orang lain kerjakan. Menjadi inspirasi boleh saja, tetapi kembali lagi, sesuaikan dengan kondisi tubuh kita. Saya juga mencari referensi tentang makanan sehat dan olahraga dari banyak membaca dan mempelajari pengalaman orang lain.
Intinya saya ingin hidup yang seimbang. Kalau ingin makan yang bersantan dan asin dan pedes, ya saya makan tapi setelahnya saya akan hajar dengan makanan yang lebih sehat. Lalu saya imbangi dengan olahraga, minum air putih sesuai kebutuhan badan dan berpikir positif. Tidak lupa juga banyak tersenyum, karena tersenyum membuat hati saya gembira 🙂
Semoga saya juga konsisten menjalankan apa yang sudah saya lakukan selama ini dan saya juga tidak berhenti belajar untuk mengenali anggota tubuh dan kebutuhan tubuh supaya kedepannya makin lebih sehat lagi.
Kalau kalian, rencana dalam bidang kesehatan di tahun 2017 ini seperti apa? Saya sedang senang belajar tentang kesehatan yang berawal dari hal-hal simpel seperti makanan dan kehidupan sehari-hari. Jadi, saya akan senang membaca cerita kalian.
-Nootdorp, 26 Januari 2017-