Kali ini saya mau menulis yang retjeh-retjeh saja. Bahasan tentang manusia tertentu yang seringkali merendah untuk meninggi. Saya selalu punya masalah tersendiri dengan tipe orang seperti ini. Saya yang bermasalah, bukan mereka. Rasanya ingin misuh-misuh kalau berjumpa di dunia nyata maupun di dunia maya. Pasti pernah ketemu kan dengan manusia tipe ini? Atau kalian yang membaca tulisan ini penah jadi salah satu pelakunya *belum apa-apa langsung menuduh.
Biasanya kalau lagi kesel baca keterangan atau omongan mereka, langsung saya samber saja dengan kalimat sepedas omongan tetangga. Kalau lagi males ya saya tinggal pergi. Lha males nanggepi kan. Misal :
- Berat Badan
Pengen ngatain orang yang nulis di keterangan foto, misal : Berat Badan nambah 5kg nih padahal cuma makan pete sama sambel aja. Sebel badanku jadi kelihatan gendut di foto, lemak terasa bergelantungan.
Kenyataannya saudara sebangsa setanah air, nampak di foto badannya langsing dengan bentuk yang nyaris sempurna. Lha gendut e sebelah endi lak ngono, lemak bergelantungan iku maksude gelantungan nang pasar ta yok opo. Ini memang roaming ya yang tidak paham bahasa Jawa. Karena uneg-uneg akan lebih tersampaikan kalau saya pakai bahasa Jatim an. Pengen dipuja puji kok sedemikian hingga caranya.
Atau ada lagi kalau ketemu langsung, bilang seperti ini : Aku nih ketok gendut yo Den, naik 1kg lho. Sekarang BB ku jadi 46kg. Batinku : Awakmu apik koyok ngono kok rumongso gendut, waras ta yok opo mikirmu. Kalau saya males basa basi biasanya saya jawab : Iyo, ketok lemu.
Wes sak karepmu, males komen aku.
- Foto Diri
Ada yang pasang foto diri dengan dandanan yang bagus dan memang mukanya cantik. Eleganlah pokoknya. Lalu keterangannya, misalkan : Dandananku kok elek ya, mukaku kayak orang capek. Ga seger.
Meminjam kata-kata Kak Timmy yang populer di jagad Twitter : Stevie Wonder juga bisa ngelihat kalau kamu cantik. Baca komen-komen yang meyakinkan kalau dia cantik dengan dandanan seperti itu, dia tetap menyanggah kalau dia merasa tidak cantik. Trus saya komen : Lek dirimu merasa ga cantik, yo mungkin ancene asline nggak.
Bwuahaha jahat ya. Jarno. Lha semua komen yang masuk bilang cantik dia masih menyanggah, trus opooo karepmu.
- Hasil Masakan
Hasil masakan lengkap satu meja penuh, dengan tulisan : masakan sederhana, apa adanya.
Hasil masakannya : ayam goreng, sate ayam, cap cay, nasi goreng, rendang, gulai, tahu, tempe, sambel, lalapan, ikan goreng, dll. Lalu saya akan komen : Masakan Restoran Sederhana ya maksudnya, apa adanya di sana lalu dibeli semua, jadi semeja makan.
Mangkelno yo komenku. Lha makanan lengkap sak meja penuh, sederhananya dilihat dari sudut apa.
- Saling Memuji Tanpa Henti
Pasti pernah tahu keadaan seperti ini. Dalam satu pembicaraan, ada beberapa orang yang saling memuji tiada henti. Karya mereka bagus – bagus semua :
A : Lukisanmu bagus sekali itu, punyaku catnya ga rata, jadinya njlembret semua.
B : Ga lah, punyamu lebih bagus dari punyaku. Lihat ini punyaku ga kelihatan objek lukisannya kayak apa
A : Duh, ga bisa dibandingkan lah. Punyamu lebih bagus
B : Nggak, punyamu yang lebih bagus
………………. begitu seterusnya sampai Ahok jadi presiden RI.
Kalau dipuji begitu, biasanya saya akan ucapkan terima kasih. Kalau memang saya merasa hasil yang saya kerjakan bagus, ya saya akan komen hal lainnya misalkan : ini nampak bagus karena perpaduan cat A, B, C. Saya memang ada bibit congkak sih, jadi kalau dipuji tidak pernah merendah hahaha *congkak kok bangga. Ya buat apa merendah kan kalau hasil kerja keras kita memang bagus adanya. Ucapkan saja terima kasih pada yang memuji. Lalu berikan apresiasi juga pada hasil karya orang lain.
Itu hanya beberapa contoh ya, aslinya saya masih banyak contoh lainnya. Cuma terlalu panjang kalau saya tuliskan. Dari hasil pengamatan saya selama ini, tipe manusia seperti ini disebabkan karena 3 hal :
- Memang Haus Pujian
Mereka sudah tau kalau punya kemampuan dan kapasitas yang lebih, hasil karya yang bagus, tapi karena memang ingin disanjung-sanjung, jadi mengeluarkan jurus merendah untuk meninggi. Mereka sudah punya kecenderungan sifat seperti ini. Biasanya sudah saya tandai, sudah tercium gelagatnya. Aslinya pengen pamer, tapi disamarkan dengan nampak direndahkan.
- Tidak Percaya Diri
Mereka memang tidak percaya diri karena tidak pernah mendapatkan pujian dalam kehidupan nyata, misalnya. Jadi untuk menaikkan rasa percaya dirinya, dengan mengunggah di dunia maya supaya mendapatkan pujian, jadi rasa percaya dirinya meningkat.
- Tidak Sadar Kalau Sedang Merendah Untuk Meninggi
Mungkin saya pernah di posisi seperti ini. Mungkin ya, tapi rasanya tidak pernah. Mungkin memang aslinya tidak sedang pamer, tapi penangkapan orang beda. Ya mungkin itu juga yang terjadi pada saya yang bermasalah dengan orang merendah untuk tinggi. Mungkin mereka tidak seperti itu, cuma saya yang terlalu berprasangka.
Saya berkomentar pedas ke orang yang tercium gelagat merendah untuk meninggi itu bukan ke sembarang orang ya, hanya ke orang – orang yang sudah saya kenal sebelumnya. Saya mencoba tidak berkata pedas seperti itu ke orang – orang yang tidak saya kenal karena tidak tahu latar belakang mereka seperti apa. Saya judes pun masih mikir. Paling kalau membaca atau bertemu orang seperti itu, saya akan diam saja. Memakai jurus : Sak karepmu.
Sekian tulisan receh minim mutu. Sesekali blog ini ditulis dengan hal -hal yang ringan saja, jangan hal – hal yang selalu bermutu (nah kalau begini, keluar congkak saya). Nanti kalau diisi tulisan terlalu bermutu, dipikir yang punya blog hidupnya lurus dan positif terus. Padahal ya saya ini manusia penuh gemilang dosa, sering judes dan disengaja untuk khilaf.
Jadi wahai umat manusia, kurang-kurangi sifat merendah untuk meninggi. Tidak perlu sungkan kalau mau pamer. Pamer adalah hal yang wajar. Perkara nanti dikomentari pedas oleh netijen, itu perkara lain. Resiko.
Ada yang mau berbagi cerita di kolom komen tentang orang seperti ini?
Selamat memulai minggu dan bulan baru, sehat-sehat selalu.
-1 November 2020-