“Bukan sebuah kebetulan bila kolonial Belanda mengintroduksi tanaman kopi ke bumi Nusantara. Tentu juga bukan sebuah kebetulan bila rakyat atau petani kecil mengikuti jejak kaum kolonial menanam kopi di pekarangan rumah ataupun di ladang-ladang mereka.”
-Secangkir Kopi Meracik Tradisi-
Minum kopi bukan sekedar kebiasaan bagi masyarakat Indonesia, bahkan sudah membudaya. Lihat saja, banyak sekali gerai minum kopi bertebaran di negeri ini. Dari kelas warung sampai kelas coffee shop. Minum kopi merupakan media bagi mereka yang ingin berkumpul dengan teman, kolega, maupun kerabat serta orang tersayang untuk saling menyapa, bahkan hanya sekedar ingin melepas lelah. Dalam secangkir kopi ada kehangatan diantara riuh tawa, ada keakraban dalam hangatnya sapa, serta ada cinta untuk mereka yang sedang larut dalam asmara. Secangkir kopi, bukan hanya sekedar pengisi waktu luang, melainkan sebuah ritual. Kopi, bisa menjadi sebuah candu. Namun kopi juga mampu menjadi pengobat rindu.
Lalu, apa hubungan tulisan saya ini dengan secangkir kopi? Saya akan bercerita dari awal. Blog bukanlah hal baru bagi saya. Beberapa kali pindah tempat. Tergusur di multiply, tidak sempat menyelamatkan tulisan, tapi beberapa sudah terdokumentasikan dengan baik. Lalu pindah ke blogspot dengan judul blog adalah Selimut Kedamaian. Isi dari blog saya ini hampir sebagian besar adalah puisi. Iya, saya senang sekali berpuisi. Saya selalu menikmati bermain dengan imajinasi dan kata-kata. Apalagi jika dalam keadaan tertekan atau suasana hati yang tidak nyaman, pasti lancar sekali jemari saya dalam bermain aksara. Maklumlah, pada masa itu saya sedang diusia yang resah gundah gulana. Jadilah blog saya ajang curhat tersamar lewat puisi. Maksud hati ingin bikin blog dengan isi yang damai-damai, karenanya selimut kedamaian menjadi judul blog saya. Realitanya malah curhat selipan
Suatu ketika, saya menerima email dari seseorang yang tidak saya kenal. Rupanya dia membaca blog saya dan menyukai beberapa puisi yang saya tulis disana. Dia meminta ijin untuk menyertakan satu puisi saya untuk antologi puisi yang akan dia buat dalam rangka amal. Jadi hasil penjualannya untuk amal. Tentu saja saya senang. Lumayan, numpang tenar 😀
Dan setelahnya ada beberapa tawaran untuk menulis cerita pendek di beberapa antologi. Semuanya berawal dari ngeblog dan Twitter sebagai perpanjangan tangannya. Kesenangan yang membuat banyak jalinan pertemanan.
Tapi setelah memutuskan kuliah lagi, dari yang awalnya mbak-mbak kantoran banyak waktu luang buat nulis, saya menjadi tidak produktif dalam menulis, apapun itu. Puisi, cerita pendek, ataupun hanya sekedar kisah sehari-hari. Waktu dan pikiran saya bener-benar tercurah dengan segala macam dinamika perkuliahan. Hobi menulis saya tersalurkan menjadi menulis tugas-tugas kuliah yang datangnya seperti rentetan peluru, bertubi-tubi. Walhasil selama 2 tahun belakang saya benar-benar vakum.
Nah, sekarang saya punya blog baru. Dibuatkan sama suami. Biar saya rajin nulis lagi katanya. Dia membuat blog ini buat kami berdua. Jadi kalau sesekali ada postingan dalam bahasa Belanda atau bahasa Inggris, berarti dia yang lagi posting. Kecuali saya lagi kesurupan, trus lancar nulis dalam 2 bahasa tersebut.
Cita-cita mulia saya adalah blog ini bisa menjadi seperti secangkir kopi. Mampu membuat orang-orang yang membacanya merasa hangat, senang, gembira ataupun segala macam rasa menjadi satu. Membuat saya mempunyai banyak teman baru dan saling bertukar cerita.
Jadi, mari seruput secangkir kopi, dan duduk bersama disini ^^
Saya dan suami bukan penikmat kopi. Saya air putih mania, dan suami penikmat teh dan rempah-rempah yang setia. Tapi saya menyukai aroma kopi
-Surabaya, 1 November 2014-